Leukimia || Xiao De Jun✓

By zalphaco

184 23 4

ft. Xiaojin WayV Tentang Dejun dan rahasia terbesarnya.. "Harusnya kau beritahu hal ini sejak awal, hyung.." ... More

(A to Z) Begin to END

184 23 4
By zalphaco

🥀

Park De Jun.

Laki-laki kelahiran Agustus dengan permainan gitarnya yang sangat bagus. Si anak sulung dengan segala tanggung jawabnya sebagai penerus perusahaan Park Company.

Ia lahir dari keluarga berada dengan segala kebutuhan yang tercukupi.

Pagi ini, Dejun terlihat terburu-buru karena takut ketinggalan kelas. Malas menunggu sang adik yang masih tertidur pulas, akhirnya lelaki itu bersiap dan langsung turun kebawah untuk menyapa kedua orangtuanya.

"Appa, Eomma, aku berangkat duluan dan sarapan di kampus saja.."

Sang ayah menatap bingung putra sulungnya, "Bukannya kau libur seminggu ini?"

"Tidak, itu masih Minggu depan. Katakan pada Yangyang untuk pakai mobilku saja nanti, aku pergi dengan motor. Sampai nanti.."

Blam!

Tuan dan nyonya Park saling pandang, jarang sekali Dejun sibuk dengan kuliahnya. Karena biasanya anak itu hanya bersantai tanpa beban tugas atau yang lainnya. Tapi hari ini, melihat sang anak buru-buru terlihat sedikit aneh di mata keduanya.

"Dejun terlihat berbeda dari sebelumnya.." ucap Tuan Park.

"Benar, aku sedikit heran dengan tingkahnya akhir-akhir ini. Semoga saja dia baik-baik saja, kau makan duluan saja. Aku mau bangunkan Yangyang dulu.."

"Baiklah,"

..

"Hei, santai ge.. kenapa kau buru-buru?"

"Huaah.. Chenle. Maafkan aku, kelas ku akan dimulai sebentar lagi. Kita bicara nanti ya.."

Lagi-lagi, tingkah Dejun membuat orang bingung. Zhong Chenle, si adik tingkatnya hanya bisa menghela nafas dan menggeleng pelan.

"Karena kau sudah ada ditahun terakhir, baru sekarang buru-buru nya.." katanya sebelum berlalu.

Disisi lain, Dejun sampai dikelasnya tepat sebelum dosen pembimbing masuk. Kalau tidak habislah dia dan pasti diberi hukuman. Ia baru menyadari kalau mahasiswa tahun terakhir itu benar-benar sibuk.

Tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha dan bersantai. Sebab anak itu harus segera lulus agar tak membuat ayahnya kecewa.

Mark, teman Kanada nya langsung menghampiri ketika mendapati Dejun terengah-engah di ambang pintu kelas. Lelaki itu menepuk-nepuk pundak sang teman.

"Santai sedikit, Dejun-ie. Dosen Kim masih belum sampai kok.." ucapnya menenangkan.

"Huft~ aku hanya sedikit takut tadi. Secara kan dia adalah salah satu dosen galak yang suka memberi hukuman.."

"Aku mengerti dan sedikit bingung, karena sebelumnya kau belum pernah terburu-buru seperti ini. Apa karena kita berada di tahun terakhir?"

"Tentu saja iya, Appa ku tidak akan mengampuni jika aku tidak segera lulus dengan nilai dan gelar terbaik. Aku tidak mau dikirim ke China hanya untuk mengulang kuliah ku lagi.."

"Ahahaha, baiklah. Sebaiknya kau duduk lalu minum, wajah mu terlihat sedikit pucat.."

🥀

"DEJUN HYUNG, BERANINYA KAU TAK MEMBANGUNKAN KU TADI.."

Sore hari, saat pulang.

Dejun malah disambut dengan teriakan amarah dari adiknya. Hal itu membuatnya menghela nafas lelah sembari memijat pelipisnya yang terasa pusing.

"Maaf, tadi aku buru-buru jadi tidak sempat. Lagipula kau pergi dengan mobil ku tadi kan?"

Yangyang membuang muka, "Mana ada. Aku dijemput Renjun tadi, Appa kembali menyimpan kunci mobilnya dan aku tak diizinkan membawa mobil mu."

"Astaga.."

Sang ayah berulah dan Dejun yang terkena imbasnya. Yangyang itu suka ugal-ugalan ketika membawa mobil. Hal itu membuat Tuan Park selalu was-was saat Yangyang akan membawa mobil sendiri.

"Baiklah, nanti aku akan bicara dengan Appa tapi kau harus janji tidak akan pernah ikut balapan liar dan kebut-kebutan di jalanan lagi.."

"Ck, kau mau membuat masa muda ku suram ya?"

"Bukan begitu, Yangyang. Setidaknya mengerti Appa. Tolonglah.."

"Cih, kalau begitu tidak perlu. Aku akan pergi bersama Renjun saja daripada berhenti ikut balapan.."

Yangyang memilih berlalu menuju dapur, terlalu malas untuk berdebat dengan sang kakak yang terlalu mengikuti aturan ayahnya.

Dan Dejun hanya menanggapinya dengan gidikkan bahu juga helaan nafas.

Ia memilih ikut berlalu juga menuju kamarnya dengan sang adik.

..

Malam harinya, Dejun disibukkan dengan tugas kampus yang diberikan oleh dosen Kim pagi tadi. Tidak terlalu banyak, hanya beberapa lembar dari buku tebal yang harus diringkas.

Juga kamar jadi sepi karena Yangyang bilang akan pergi bersama temannya sebentar. Tuan dan nyonya Park ada dikamar mereka untuk menghabiskan waktu bersama setelah hari yang melelahkan di kantor.

Park Company memiliki pendiri bernama Park Jung Soo, sedangkan yang menjalankan adalah dua putranya, yaitu Park Min Seok dan Park Jong Dae.

Lalu Dejun akan menjadi pewaris berikutnya karena ia adalah cucu yang paling tua di keluarga Park. Maka dari itu perusahaan akan dijalankan olehnya nanti.

Sedangkan Yangyang, akan membantu sang kakak menjalankan perusahaan. Tidak tahu juga jika anak itu tertarik, pasalnya setiap ada pertemuan keluarga besar. Yangyang selalu memiliki alasan untuk menghindar.

Entah itu kerja kelompok ataupun tugas kampus yang harus diselesaikan hari itu juga.

Dejun berhenti menulis ketika rasa sakit tiba-tiba menyerang. Pemuda itu mengedipkan mata berkali-kali untuk memperjelas pandangan nya yang sedikit buram.

"Ah, aku terlalu banyak menulis." Ia bangkit seusai menutup buku miliknya dan merebahkan diri diatas tempat tidur.

Sempat melirik jam yang ada didinding, Dejun memilih memejamkan matanya. Kantuk dan rasa sakit itu menyerangnya bersamaan, hingga membuat dirinya tertidur karena keduanya.

Dengan keadaan lampu kamar yang masih menyala terang.

🥀

Hari-hari berlalu, sakit kepala itu masih sering datang walaupun Dejun telah menegak obat untuk meredakan sakitnya. Ia ingin memeriksakan kesehatan nya ke dokter namun Dejun tengah tak memiliki waktu.

Dikarenakan jadwal kampusnya yang bukannya berkurang tapi malah semakin padat. Membuat lelaki itu kadang harus menginap dirumah Mark ataupun Xuxi karena tugas.

Sesekali juga Yangyang datang kerumah temannya itu untuk menemaninya sejenak. Memberi kabar tentang rumah dan apa saja yang terjadi selama ia tak berada di bangunan keluarga Park itu.

"Yakin kalau dirimu dan Appa tidak bertengkar di rumah, hm?"

Yangyang berdecak tak suka, "Jangan memancing lagi hyung. Kau tahu kalau aku tak pernah suka jika sudah diluar lalu membahas Appa lagi.."

"Yeah, i know. Tapi aku harus, hubungan mu dengan Appa tak pernah membaik lagi setelah masalah terparah mu hari itu. Dia pasti belum memaafkan mu jika kau belum meminta dengan tulus.."

"Terserah saja, sekarang hentikan pembahasan ini atau aku pergi."

"Tidak, jangan. Baiklah, aku akan diam. Tetap disini sampai kedua teman ku kembali, kalau kau bosan tidur saja dikamar yang ku tempati semalam. Setidaknya aku tidak sendirian diapartemen ini.."

"Baiklah.."

..

Mark menatap khawatir lelaki didepannya kini, "Dejun-ie kau baik?"

"Ya, memangnya ada yang salah dengan ku?"

Hendery yang berjalan disebelah Mark pun menimpali, "Kau terlihat pucat. Kau tak apa?"

"Tentu saja, aku merasa sehat. Sudahlah kita harus cepat ke cafe itu sebelum ramai, Xuxi-ya jangan makan terus. Nanti kau tambah gemuk bukan berotot.."

Setelahnya, Dejun pun berlari kecil menuju stan penjual makanan favoritnya dikantin kampus ini. Tinggalkan tiga temannya yang hanya bisa menghela nafas sebab Dejun tak mau berkata jujur.

Dan Lucas pun segera menghentikan kegiatan mengunyahnya saat menyadari raut wajah Mark dan Hendery terlihat murung.

"Hei, tenanglah. Aku yakin dia baik-baik saja, Dejun akan cerita sendiri jika dia ingin. Kalian berdua tak bisa terus-terusan memaksa,"

"Ya, kau benar. Aku hanya khawatir, mengingat beban yang Dejun pikul sebagai sulung begitu berat. Dia butuh sandaran.." timpal Mark.

"Apalagi dia begitu memaksa harus lulus dengan nilai terbaik di fakultas bisnis ini. Itu sebabnya kami khawatir," kata Hendery.

🥀

Hari pertama musim panas ini pun, tak bisa Dejun nikmati dengan baik.

Sebab kondisi tubuhnya semakin menurun, bahkan sakit kepala yang menyerangnya itu masih terus datang diperparah dengan ia mimisan disetiap saat.

Dejun yakin kalau ia memiliki penyakit ganas, karena gejalanya bukan seperti gejala penyakit biasa. Rencananya ia akan memeriksa kan diri ke dokter untuk mengetahui apa yang ia alami lewat gejala ini.

Setidaknya jika itu penyakit berat, Dejun bisa melakukan pengobatan jauh-jauh hari sebelum sidang skripsi miliknya.

"Panggilan untuk Park De Jun, dokter Lee sudah menunggu mu diruangan nya.."

Dejun segera berdiri setelah namanya disebut oleh suster di resepsionis. Ia meneguk ludahnya takut jika penyakit yang dideritanya adalah penyakit berat dan ganas.

Tapi setelahnya, Dejun hanya bisa diam membeku selepas dokter membacakan hasil tes yang ia lakukan dua hari lalu.

"Maafkan aku karena harus mengatakan ini. Dejun-ssi, kau divonis menderita leukimia atau kanker darah stadium 2.."

"A-apa?"

..

Dejun tak tahu harus melakukan apa.

Sehabis dari rumah sakit, ia melanjutkan langkahnya dengan lesu, tak memiliki semangat hidup dan bingung harus melakukan apa.

Air mata lelaki itu turun tanpa sadar. Ia baru tahu kalau dirinya benar-benar menyedihkan sekarang.

Ternyata segala rasa sakit yang ia alami saat itu adalah pertanda bahwa hidupnya akan segera berakhir dan pulang ke pangkuan Tuhan.

Kedua tangannya seketika bergetar begitu terbayang olehnya kematian didepan sana. Umurnya tidak panjang dan Dejun baru menyadarinya setelah dua bulan? Yang benar saja.

Sebelum pergi tadi, dokter Lee sempat menawarkan kemoterapi untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker itu.

Tapi Dejun menolak mentah-mentah tawaran itu, bukan karena biaya. Hanya saja pasti setelah pengobatan perubahan dirinya pasti akan terlihat mencolok dibanding sebelumnya.

"Loh, Dejun ge?" Panggilan dari seseorang membuat Dejun harus menolah.

"Renjun-ah?"

"Ya, ini aku. Kau--

Lelaki China itu memperhatikan yang lebih tua dari atas sampai bawah. Penampilan kakak dari sahabatnya itu terlihat sangat kacau.

--Gege baik-baik saja? Kau terlihat kacau, apa ada masalah?"

"Renjun-ah.."

"Ge?"

"Ren--

--bruk!

"DEJUN GE!!"

🥀

Dejun menyesuaikan cahaya yang menyerang masuk ketika matanya terbuka.

Dirinya langsung disuguhi pemandangan teman adiknya tengah sibuk didepan meja belajar. Lelaki itu melirik ke arah jam dinding, matanya melotot saat melihat hari sudah menggelap.

"Oh? Gege sudah bangun? Syukurlah, tadi kau pingsan saat kita bertemu. Jadi aku membawa mu ke apartemen ku.."

Dejun mengabaikan, malah ia lebih mengkhawatirkan hal lain sekarang.

Lelaki Park itu menatap Renjun, "Renjun-ah, bisa antarkan aku pulang?"

"Apa? Ta-tapi, kau baru bangun. Tubumu mungkin--

--Appa dan Eomma pasti mencariku, Renjun. Dan Yangyang juga. Mereka akan khawatir jika aku tak kembali sekarang.."

"Tapi-- baiklah, hanya saja kau harus memakai jaket saat keluar ge atau kita tak pergi ke rumah mu jika kau menolak?"

"Baiklah, akan ku pakai.."

..

Dejun sedang beruntung sekarang.

Ketika dirinya sampai dirumah, bangunan itu terlihat kosong padahal semua penghuninya sudah tidur. Renjun membawa langsung Dejun ke kamarnya karena kondisi tubuh lelaki itu masih sangat lemah.

Walaupun Dejun sudah menolak, tapi pemuda Huang tersebut tak menyerah. Alhasil, mau tak mau Dejun harus menerima tawaran lelaki China itu untuk mengantarnya ke lantai atas.

Namun ada satu hal yang Dejun rutuki, ia hampir lupa kalau dirinya sekamar dengan sang adik. Lelaki itu menepuk keningnya pelan, membuat Renjun yang tengah memapahnya kebingungan.

"Kenapa ge?" Tanyanya dengan suara pelan.

Dejun pun membalas, "Aku lupa kalau Yangyang dan aku satu kamar. Anak itu mudah terusik ketika ada suara ribut disekitarnya.."

Renjun mendengus kesal, ingin sekali ia memukul Dejun sekarang karena laki-laki itu baru ingat. Tapi apa boleh buat, di pertengahan anak tangga rumah keluarga Park itu Renjun berpikir keras.

"Kita masuk saja, tidak mungkin kau tidur diluar sementara kondisi mu masih lemas."

Dejun melotot, "Hei, kau mau membuat ku ketahuan ya?"

"Tidak, bukan begitu-- ah sudahlah. Ikuti insting ku saja.."

"Huang Renjun.." desis Dejun kesal.

🥀

Akhirnya, Dejun bisa menghela nafas lega. Ia melirik pintu yang barusan tertutup karena Renjun telah pergi pulang ke apartemennya kembali.

Rencana lelaki itu berakhir dengan mulus tanpa membuat Yangyang terbangun sedikit pun.

Bahkan pemuda itu semakin meringkuk dalam selimut menghadap ke arah dinding.

Dejun memperhatikan punggung adiknya itu dengan senyum tipis. Lalu merebahkan diri dan memejamkan matanya.

Malamnya yang panjang sangat melelahkan.

Sementara didepan rumah keluarga Park itu, Huang Renjun masih berdiri sambil menatap jendela kamar kakak-beradik Park itu.

"Kau pintar menyembunyikan rahasia itu ge. Tapi aku akan cari tahu lebih dalam lagi, maaf sebelumnya.."

Renjun berlalu pergi setelahnya, dengan mobil tentu saja. Ia adalah anak yang kelewat peka, sekeras apapun usaha seseorang untuk menyembunyikan rahasia mereka.

Renjun pasti ada disana untuk mencari tahu, lagipula ia adalah anak seorang dokter. Sedikit banyaknya Renjun cukup tahu ilmu medis walaupun bukan ahlinya.

"Dejun ge, kau pasti menyembunyikan sesuatu kan?"

..

Yangyang meregangkan tubuhnya sembari menguap.

Ia mengerjap pelan tapi setelahnya melotot ketika melihat kasur didepan itu sudah diisi oleh pemiliknya sendiri.

"Lho, kapan dia pulang ya?" Tanya anak itu kebingungan.

Tak lama orang yang tengah ada dalam otaknya pun turut terbangun. Sinar matahari yang masuk kedalam kamar benar-benar mengusik tidur tampan seorang Park De Jun.

Ia pun segera menyapa Yangyang saat menyadari kalau dirinya tak sendirian diruangan itu.

"Pagi, Yang-ie.."

"Pagi-- eh tapi, kapan hyung pulang huh? Aku tak mendengar apapun semalam, bahkan suara mobil atau motor mu.."

Begitulah Yangyang, pagi-pagi sudah menyerobot orang yang tak lain adalah kakaknya sendiri dengan segudang pertanyaan miliknya.

Dejun diam sebentar untuk memproses pertanyaan si adik, tapi setelahnya tak membalas apa-apa dan hanya memberikan senyuman.

"Kau tidur seperti itu bagaimana bisa tahu sih, lagipula aku kan sudah dirumah sekarang. Nah, cepat bersiap ya adik manis.."

Selepas mengambil handuk, Dejun masuk kedalam kamar mandi dan mulai membasuh diri. Pagi ini ia harus ke kampus setelah sarapan dan mungkin ada hal lain juga yang harus ia lakukan.

Yangyang menggaruk kepalanya, "Dia kelihatan-- aneh.." ucapnya.

🥀

Sebulan sudah sejak penyakit ganas itu terungkap menggerogoti tubuhnya.

Dejun benar-benar tak mau melakukan kemoterapi untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker itu.

Ia hanya mengandalkan obat yang dokter berikan walaupun terkadang sengaja melewatkan jam minum obatnya sendiri.

Tak!

Lelaki Agustus itu meletakkan gelas berisi air putih dengan kasar. Ia hampir tersedak obat sebab meminumnya secara terburu-buru. Wajah pucat pasi masih terpampang dijelas diwajahnya.

Dejun jatuh terduduk pada akhirnya. Nafasnya masih memburu. Ia yakin kalau penyakitnya kini semakin parah, kepalanya pun mulai berat sekarang.

Dejun mencoba bangkit dengan berpegangan pada ujung meja belajar.

Namun tak berhasil, ia kembali jatuh hingga menimbulkan suara yang keras. Membuat Yangyang yang tengah berada di dapur buru-buru menghampiri sang kakak didalam kamar.

Ceklek!

"DEJUN HYUNG!!"

Dan ketika ia buka pintu kamar, Yangyang hanya mendapati kakaknya tergeletak lemas dilantai kamar yang dingin.

..

Terkaan Dejun memanglah benar, kanker darah yang diidapnya sudah mencapai level akhir.

Tak ada lagi harapan untuk membuat nya selamat. Dokter pun memperkirakan waktu Dejun untuk hidup didunia pun hanya satu bulan lagi.

Tubuh Yangyang meluruh tanpa sadar. Penjelasan dokter barusan cukup membuatnya tertampar telak. Kakaknya yang selama ini terlihat baik-baik saja malah menderita penyakit seganas leukimia?

Adik macam apa dia yang tak tahu apapun mengenai kakaknya sendiri. Nyonya Park pun hanya bisa menangis dalam pelukan suaminya.

Kondisi anaknya yang buruk saja ia tak tahu. Dejun sangat pandai menyembunyikan penyakitnya dari orang-orang yang ia sayang.

"Yangyang.."

Yang dipanggil segera menoleh, matanya sudah basah oleh air mata.

Yangyang terlihat kacau sekarang. Disana ada Renjun berdiri dengan tatapan sendu yang dilayangkan padanya. Jujur pemuda China itu iba sekali melihat keadaan Yangyang saat ini.

Benar-benar kacau.

Lelaki domba itu berdiri, segera menyerang Renjun dengan pelukan dan menangis dipundak yang lebih tua.

"Renjun-ah, Dejun hyung.."

"Aku tahu, sejak awal aku sudah curiga. Sejak malam dimana dia pulang terlambat, akulah yang mengantarkannya pulang."

"Hiks, kau tahu sesuatu kan? Tentang keadaannya? KATAKAN!!"

"Akan ku beritahukan sekarang, tapi--

Lelaki itu melihat ke arah kedua orang tua Dejun dan Yangyang, lantas kembali menatap sang sahabat.

--orang tua mu akan bertambah hancur nanti. Ikut aku ke taman rumah sakit,"

🥀

Dalam dua Minggu terakhir, kondisi Dejun yang awalnya dinyatakan koma oleh dokter malah semakin menurun. Detak jantungnya kian melemah seolah tak kuat lagi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Dua Minggu itu juga mata Dejun tertutup tanpa ada niatan untuk terbuka.

Keluarga Park dan Renjun masih setia menunggu. Bahkan ketika dokter mengatakan untuk melepaskan Dejun saja, Yangyang langsung marah.

Emosinya sedang tak stabil, apalagi ketika dokter mengatakan kalau mereka sudah menyerah. Jelas sekali lelaki domba itu tidak terima, tak ada seorang adik yang mau kehilangan kakaknya.

Peran Renjun berada disana pun guna memenangkan Yangyang.

Tak jarang pula Mark dan teman Dejun lainnya datang untuk menjenguk. Selama dua Minggu itu, mereka tahu segalanya tentang apa yang telah terjadi pada Dejun.

Tak percaya? Jelas saja, walaupun mereka sudah curiga tapi mereka tak ada niatan untuk bertanya lebih jauh lagi pada yang bersangkutan.

"Apa tidak ada cara lain untuk penyembuhan Dejun, Renjun-ie?" Tanya Mark setelah melepaskan pandangannya dari kaca tembus pandang itu.

Dengan yakin Renjun menggeleng, "Dua Minggu sudah berlalu. Kita hanya bisa menunggu keluarga Park melepaskan Dejun ge dan mengikhlaskannya."

"Serius tidak ada cara lain?" Tanya Lucas masih tak yakin.

"Ini kanker ge, tidak semudah itu disembuhkan. Lagipula keluarga Park mengetahuinya disaat kankernya sudah mencapai stadium akhir, tak ada harapan lagi untuk itu."

"Ah, aku masih tidak percaya ini." Lirih Hendery pelan.

..

Malam harinya, Dejun kejang-kejang.

Membuat panik semua orang yang ada disana.

Nyonya Park ingin sekali menenangkan putra sulungnya itu saja dilarang untuk masuk. Mereka semua hanya bisa menyaksikan dari luar ruangan tanpa bisa masuk kedalam.

Renjun melirik ke arah Yangyang. Lelaki itu tetap diam sejak tadi, bahkan ia tak menangis tapi Renjun bisa tangkap kalau sahabatnya itu menahan lelehan air matanya.

Jujur ia tak tahu harus apalagi untuk membuat Yangyang kuat. Ikhlas menerima kenyataan dari takdir tuhan atas apa yang terjadi pada kakak nya.

Sekitar 15 menit kemudian, dokter keluar dari ruangan. Pria berjas putih itu melepas masker, raut wajahnya terlihat tak meyakinkan sama sekali.

"Dok?" Panggil Tuan Park tak sabaran.

"Maaf, pasien bernama Park De Jun memilih untuk pergi."

Tak tahu harus bereaksi seperti apa, yang jelas semua yang ada disana hanya bisa terdiam dan menangis. Yangyang bahkan sampai masuk ke dalam untuk mengembalikan sang kakak lagi ke dalam raganya.

Sangat brutal.

Tapi pada akhirnya, ia tak bisa berbuat apapun. Yangyang pun luruh ke lantai yang dingin, menangis dan meraung keras disana. Dan Renjun hanya bisa menepuk-nepuk pundak sang sahabat dengan tatapan tak percaya bercampur sendu ke arah Dejun yang sudah terbujur.

'bahkan kau pergi sebelum berpamitan dan menemui yang lain dulu, ge'

T A M A T

🥀

Okay, CUT!!

Hehe, halo lagi Ivory☃️
Kali ini aku datang sama book baru dari salah satu member WayV

Ini bukan sepenuhnya ide aku sih dan cuman ada satu chapter aja. Dari awal sampai ending termuat disatu chapter

Karena dari awal emang begitu rencananya sebab ini book hasil re-make dari akun Woo_Ren

Enjoy buat kalian semua dan buat Woo_Ren makasih udah kasih ijin nge re-make cerita kamu

See you💐

Continue Reading

You'll Also Like

612K 42.5K 54
╻butterflies inside your stomach is great and all, but what about the bad kind of butterflies?╹ ❀ xiaohenyang ❀ chogiwanese ━┅ ✎ this is...
2.7M 111K 62
➳ Mafia/Gang au ➳ "You're too innocent Areum, I'd ruin you."
3.3M 147K 68
▪️Mafia/Gang au ▪️Soulmate au ▪️"Only fools fall for you."
141K 4.9K 32
[ S T O R Y L I N E ] : A one night stand that caused another one to be born. 4 years has pass, she's a barista and he's an idol. Fate has decided f...