Dendam Arwah Bapak

By DewiJambi8

557K 35.1K 1.7K

Setelah 40 hari kematian Bapak, rumah More

Part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
part 34
part 35
part 36
part 37
part 38
part 39
part 40
part 41
part 42
part 43
part 44
part 45
part 46
part 47
part 48
part 49
part 50
part 51
part 52
part 53
part 54
part 55
part 56
Part 57
part 58
part 59
part 60
part 61
part 62
part 63
part 64
part 65
part 66
part 67
part 68
part 69
season 2
part 71
part 72
Part 73
part 74
part 75
part 76
part 77
part 78
part 79
part 80

part 15

9.7K 659 15
By DewiJambi8

Bismillah

                Pocong  Itu Bapakku

#part 15

#R.D.Lestari.

"Kamu bicara sama siapa?"

"Mbak... itu ... Bapak pergi, Mbak. Padahal tadi ngajak Danang main," Danang menunjuk rumpunan pohon bambu yang jaraknya cukup jauh dari mereka.

Bulu kuduk Indah seketika meremang. Matanya mengedar kesegala arah. Tak ada seorangpun di sana kecuali mereka.

"Danang ... Bapak sudah ...,"

"Sudah apa, Mbak?"

"Meninggal, Nang ...,"

"Meninggal? ga, Mbak, yang meninggal itu bukan Bapak, Bapak masih hidup!"

"Danang?"

"Mbak... Bapak sering nemenin Danang main. Kadang kasih duit,"

"Kalau malam juga sering ketok-ketok kamar Danang," ujar bocah itu dengan polos.

Indah bergidik. Kepalanya menengadah, takut-takut jika ada sesuatu diatas mereka. Yang ternyata ... hanya ada daun-daun bambu yang bergerak karena angin.

Ia pun menoleh ke belakang, kalau-kalau ada yang mengintai mereka. Namun, tak ada seorangpun disana kecuali mereka berdua.

Indah menarik napas lega, meski ia masih belum bisa menerima ucapan adiknya.

"Nang, Bapak sudah meninggal. Kan kamu sendiri lihat jasad Bapak saat turun dari mobil Ambulance," Indah mengelus bahu Danang, mencoba memberi pengertian dengan suara yang lemah lembut, tapi Danang malah menepis tangan itu.

"Bapak masih hidup, Mbak. Kata Bapak, yang tempo hari itu bukan Bapak. Cuma orang mirip aja!"

Danang berdiri dan mengepal tangannya.

"Danang males sama Mbak. Ga percaya di bilangi!" Ia menghentak kakinya dan meninggalkan Indah yang masih termangu di bawah pohon bambu. Ia menatap lesu adiknya yang marah.

Indah lalu bangkit. Tengkuknya kembali meremang. Dan, ...

Serrrrr!

Sesuatu seperti melintas di belakangnya. Tanpa banyak kata Indah berlari mengejar adiknya. Ia yakin ada yang tidak beres dengan tempat itu. Apa benar Danang bertemu sosok bapaknya? atau malah jin yang menyerupainya?

***

Sepeninggal Tejo, Dirga dan Dono, warga semakin takut untuk keluar malam.

Beberapa orang pernah tak sengaja melihat sosok putih yang tubuh dan kepalanya diikat duduk bersama di Pos Ronda seperti orang yang berjaga malam.

Kampung itu menjadi kampung pocong karena warga sering melihat penampakan pocong yang terus menerus.

Namun, kabar itu tak sampai di telinga Jodi, anak laki-laki Sudiro yang baru pulang dari Kota.

Mengendarai motor Ninja kesayangannya pemuda berperawakan manis itu pulang dengan hati yang riang.

Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan keluarganya.

Namun, saat memasuki gapura, perasaannya mulai tak enak. Ia seperti diikuti dan banyak mata yang memperhatikan gerak-geriknya.

Susah payah Jodi melajukan motornya. Apalagi suasana amat sepi padahal waktu masih jam sembilan malam.

Tak ada satupun orang di luar rumah. Sangat aneh, karena selama ini yang ia tau, kampungnya itu selalu ramai bahkan hingga menjelang dini hari, karena banyak Bapak-Bapak yang begadang di Pos Ronda dan bermain gaplek.

Udara pun cerah. Tidak hujan, jadi sepertinya tak ada alasan untuk berdiam di dalam rumah.

Melihat kampung yang sepi, Jodi kembali bergidik ngeri. Namun, rasa takutnya itu terobati saat melihat beberapa orang sedang duduk di Pos Ronda.

Tin-tin!

Jodi membunyikan klakson dan mengangguk pelan, tapi ia heran, bapak-bapak itu seperti tak mendengar. Tatapannya kosong dan tak ada suara.

Pemuda manis itu tetap melajukan kendaraannya. Jarak sekitar lima puluh meter, Jodi menoleh dan ...

Mereka hilang!

Jodi menggeleng dan kembali tubuhnya bergidik.

"Jangan pikirin macam-macam, Jodi!" ia berbicara pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba ...

Di bawah pohon bambu yang tak jauh dari motornya, seseorang melambai. Ada rasa ragu di hati Jodi, tapi jiwa manusianya berbicara. Ia kasihan melihat seseorang itu yang nampaknya sendirian di tempat sepi. Pasti ia butuh tumpangan.

Ckitt!

Jodi menghentikan motornya tepat di samping seseorang yang ternyata Bapak-bapak paruh baya.

"Bapak sendirian?" tanyanya. Bapak itu mengangguk pelan.

"Nak, tolong antarkan Bapak pulang. Rumah Bapak di kampung sebelah. Kaki Bapak sakit, susah berjalan," Bapak yang punya kulit legam itu menatap penuh harap.

Jodi terdiam sejenak dan memperhatikan tubuh Bapak yang kondisinya cukup memprihatinkan. Kurus, dan lusuh.

Pemuda baik hati itu mengangguk pelan. "Mari, Pak. Silahkan naik. Saya akan mengantar Bapak sampai ke rumah,"

Bapak itu mengangguk. Ia lalu naik. Awalnya Jodi tak menaruh keanehan, tapi, semakin jauh ia mengendarai motornya, semakin terasa berat beban di belakangnya.

Rasanya tak mungkin Si Bapak punya berat tubuh yang setara dengan dua sak semen, mengingat Bapak itu punya tubuh cungkring seperti tengkorak hidup.

"Pa-Pak ... apa masih jauh?" tanya Jodi.

"Sebentar lagi, tapi Bapak mau memberi pesan untuk Bapakmu,"

Jodi termangu. Sebuah pesan?untuk Bapak?

"Bapak kenal dengan orang tua saya?" tanya Jodi heran.

"Saya tidak kenal, tapi Bapakmu sudah buat keluarga kehilangan saya. Bapak kamu mau lepas begitu saja tanpa mempertanggung jawabkan perbuatannya," suara Bapak itu berubah serak dan parau.

"Kalau bapakmu dan warga lain ga mau tanggung jawab, saya akan terus balas dendam sampai arwah saya tenang!"

"A-arwah?"

Tubuh Jodi bergetar. Perlahan matanya mengarah pada spion dan saat itu juga kelopak matanya melebar.

Seraut wajah dengan ikat kepala putih itu menyeringai padanya. Salah satu matanya bolong dan satunya lagi, bola matanya menggantung dengan darah dan belatung yang berkerumun, berjatuhan diantara wajahnya yang menghitam dan sebagian keroak, mempertontonkan tengkorak di bagian pipi dan hidung.

Bayangkan! sosok itu tertawa terbahak dengan suara parau dan melengking dengan kain kafan lusuh yang penuh tanah dan bau anyir darah bercampur bangkai yang sangat menyengat.

Pandangan Jodi seketika memburam. Rasa takut hingga ke ubun-ubun membuatnya hilang keseimbangan, motornya oleng, dan ....

Bruakkk!

Gussrakkk!

Matanya berkunang-kunang. Dunia rasanya berputar. Sakit di bagian kepala dan beberapa bagian tubuhnya membuatnya sulit bergerak. Terakhir yang ia lihat adalah benda  seperti selendang yang melesat terbang entah ke mana dengan tawa yang mengerikan, sebelum akhirnya kegelapan menyelimutinya.

***

Bruakkk!

Gusrakkkk!

"Ibuk! bunyi apa itu, Buk!"

Indah yang saat itu sedang menemani adiknya Danang, belajar, seketika bangkit dan berlari menuju ibunya yang saat itu baru saja selesai menyusui Mulyani, Si Bungsu.

"Ya, Ibu juga dengar, Nak. Sepertinya ada benda yang menabrak dan terjatuh,"

"Bu, kita lihat, yuk, Buk. Sepertinya ga jauh dari rumah kita," ajak Indah.

"Mulyani siapa yang jagain, In?" Ibu bingung.

"Danang aja, Buk," tiba-tiba Danang hadir di antara mereka.

"Kamu ga takut, Nang?"

"Danang dah gede, Bu. Ibu pergi sama Mbak, mana tau ada yang butuh pertolongan di luar," ucap Danang yakin.

Indah dan Ibu mengangguk. Ibu meraih senter di dalam laci lemari dan menggandeng Indah keluar rumah.

Mereka berjalan beriringan, dan menyusuri sekitar dengan senter.

"Buk, kok sepi? mana orang-orang?"

Ibu mendengus. "Orang-orang termakan isu pocong,"

"Pocong?"

"Indah! lihat itu!"

***

Continue Reading

You'll Also Like

819K 112K 43
[SLOW UPDATE] Hal pertama yang Ray temukan ketika membuka mata kala itu, adalah kenyataan bahwa ia masih hidup. Dengan tubuh yang jelas-jelas bukan m...
1M 102K 32
#brothership #homo #gay JANGAN SALAH PLEASE !! BACA TAGAR !! JANGAN BERISIK DI KOMENTAR ! PASSATO yang berarti masa lalu Di saat kepercayaan di dala...
2.3M 200K 47
Note : belum di revisi ! Cerita di tulis saat tahun 2017, jadi tolong di maklumi karena jaman itu tulisan saya masih jamet. Terima kasih ___________...
84.4K 6.3K 17
Di ceritakan seorang pemuda yang bernama lio kabur dari rumah di karenakan adik tirinya yg menfitnahnya sedang ada di bar dan mencium seseorang di sa...