[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - n...

By Nnajjaemy

197K 17.8K 812

Tolong ingatkan kepada Jaemin, bahwa Jeno adalah saudara nya. tidak baik menjalin hubungan yg lebih dari seke... More

01 . malam dan kelam nya
02. malam dan kelam nya
03. malam dan kelam nya
04. malam dan kelamnya
05. malam dan kelamnya
06. malam dan kelamnya
07. malam dan kelamnya
08. malam dan kelamnya
09. malam dan kelamnya
10. malam dan kelamnya
11. malam dan kelamnya
12. malam dan kelamnya
13. malam dan kelamnya
14. malam dan kelamnya
15. malam dan kelamnya
17. malam dan kelamnya
18. malam dan kelamnya
19. malam dan kelamnya
20. malam dan kelamnya
21. malam dan kelamnya
22. malam dan kelamnya
23. malam dan kelamnya
24. Malam dan kelamnya
25. malam dan kelamnya
26. malam dan kelam nya
27. malam dan kelamnya.
28. malam dan kelamnya
29. malam dan kelamnya
cover wp?
30. malam dan kelamnya.
END.

16. malam dan kelam nya

6.1K 576 34
By Nnajjaemy

Aku terbangun dalam sebuah pelukan hangat yang laki-laki ini ciptakan. Menoleh ke arah jendela, cahaya matahari tembus menyambut pagi ku. Ku pandangi wajah terlelap nya dengan kagum.

"Jeno, apa tidur mu nyenyak?" ujarku lembut sembari merapikan rambut legam nya. Mengecup singkat kening Jeno.

Ia menggeliat kecil, mengeratkan pelukannya pada pinggang ku. Aku terkekeh, sedangkan Jeno dengan sengaja mengusakkan wajahnya pada leherku. "Jeno geliii" kataku seperti merengek. Ahh, sejak kapan terdengar seperti itu ya?

Apa aku menggelikan?

"Humm wangii" kata Jeno. Aku terdiam. Padahal Bubu sering mengataiku bau saat aku bangun tidur. Aku tersenyum.

"Aku belum mandi loh"

"Tetep wangi" katanya dengan suara serak. Aku tertegun.

JENO TAMPAN!!

DIA MILIKKU!!

Jaemin pov end.

Jaemin berlari menghampiri Bubu yang tengah memasak. Dia sangat senang kalau pagi ini dia bisa bertemu dengan Bubu nya. "Bubu bubu, masak apa? Nana bantu?"

Taeyong terkekeh sambil mencubit hidung bangir anak nya, gemas. "Tidak perlu sayang. Bubu sudah siapkan sarapan, panggil kakak mu untuk bersiap ya?"

Jaemin mengangguk sangat antusias. Lalu berlari lagi menuju kamar Jeno. Mengetuknya satu kali, lalu menerobos masuk.

Jaemin membola ketika melihat Jeno yang telanjang. Hanya memakai boxer pendek. Baru saja dia ingin berteriak, Jeno sudah menyudutkan tubuhnya pada punggung pintu.

"H-ha" ia masih membelalakkan matanya. Astaga, ini tidak baik bagi kesehatan jantung nya. Tubuh Jeno . . OKE JAEMIN IRI.

"Sssttt, nanti yang lain dengar" ujar Jeno. Melepas bekapan tangan nya pada mulut Jaemin.

Menarik napas panjang, dengan hati-hati pemuda manis itu melirik pahatan pada tubuh Jeno. Jeno yang menyadari kemana arah mata Jaemin memandangnya hanya bisa terkekeh lalu menarik pinggang Jaemin untuk di rengkuhnya.

Mendudukkan Jaemin di pangkuannya. "Hm? Mau pegang?" tanyanya. Jaemin menatapnya gusar. Dia ingin. Tapi. Malu juga.

"Boleh?" semburat merah memancar dari pipi cimol nya. Jeno memekik gemas dalam hati lalu mengarahkan tangan Jaemin agar menyentuh perut atletisnya.

"Gimana?"

"B-bagus, eum . ."

"Haha gemas sekali. Di panggil Bubu?"

"Iya, katanya suruh siap-siap sarapan sama berangkat sekolah"

Tenang, mereka berangkat jam sembilan karena ada perubahan jadwal. Jeno mengangguk, mengecup singkat bibir cherry milik Jaemin.

Si manis cemberut sambil mengumpat dalam hati. Kemudian mereka berdua turun ke bawah dengan keadaan sudah lengkap dengan seragam masing-masing.

Jaemin duduk di samping Jeno, begitupun dengan kedua orang tua mereka yang duduk di hadapan nya.

"Sepertinya Jeno berhasil mendekatimu ya, Nana?" Jaehyun menyeru. Dia tersenyum. Tidak heran jika Jeno mewarisi ketampanan di atas rata-rata. Jaehyun saja yang sudah berumur masih terlihat tampan di mata Jaemin.

"Begitulah" balas Jeno.

Taeyong mengelus surai rambut Jaemin. "Jaemin, kapan-kapan coba ajak Jeno ngegambar bareng. Kamu kan jago gambar"

Sedangkan anak itu menggeleng ribut. "Bubu!! Nana nggak jago" ia cemberut.

Semua orang memekik gemas. "Wah Nana bisa gambar Bu?" Jeno menoleh ke arah Jaemin sambil menyunggingkan senyumnya. "Bagaimana dengan ku?"

"A-apanya??"

"Di jadikan sebagai model gambaran mu"

MATI SANA!!

Sialan Jeno. Dia tengil. Bisa saja Jaemin jantungan dan tidak fokus kalau yang jadi model objek gambar nya adalah Jung Jeno.

"Tidak. Kau jelek" tukas Jaemin ketus.

Jaehyun terbahak. "Dengar itu, kau jelek. Bukan anakku" katanya. Reflex aku menoleh ke arah mereka.

Jeno menggeram kesal. "Bu, bisa-bisa nya kau menikahi pria kelebihan hormon seperti ayahku ini"

"yaaakk! Anak sialan!!"

-

Haechan membolos, lebih tepatnya dia tidak pergi ke sekolah. Berlarian di sepanjang koridor rumah sakit. Tangan nya bergetar hebat, napasnya memburu.

Menarik gagang pintu kamar rawat di depannya. Sekujur tubuhnya menjadi kaku. Kain putih yang menutupi tubuh ibu nya. Membuat Haechan harus kehilangan keseimbangannya.

Dia terjatuh, kepalanya pening akibat terus terusan menangis. "Ibu ..."

Sepi, tidak ada suara monitor yang selalu menganggu ketenangan nya. Tidak ada selang infus yang menjuntai di samping tubuh Ibu nya yang terbujur kaku di atas bangsal rumah sakit.

Tidak ada lagi suara serak yang hampir tersamarkan oleh angin itu. Haechan, kehilangan semuanya.

"IBU JANGAN TINGGALIN HAECHAN!!! IBU BANGUN!!" anak itu meraung sambil mengguncang tubuh Ibu nya.

Beberapa perawat datang untuk menenangkan Haechan, namun pemuda itu nampaknya sangat tertekan sehingga mengamuk seperti orang kesurupan. Dan terpaksa, dokter membirunya obat bius dosis rendah untuk menenangkan Haechan.

Pihak rumah sakit menghubungi seseorang. Lebih tepatnya, Lee Johnny.

Namun, sampai hari pemakaman tiba. Pria itu tidak kunjung datang, dan hanya membiayai semuanya di kejauhan.

Haechan bersimpuh di dekat gundukan tanah merah itu. Dia tidak akan menangis lagi, beberapa kerabat sudah pergi meninggalkan dirinya. Dan terakhir, ada Mark Lee yang datang bersama Kim Yeri.

Keparat.

Ini semua, bukan kehidupan yang Haechan impikan.

Ini bohong kan?

Mereka berdua pergi meninggalkan Haechan yang sekarang benar-benar sendirian.

"Bu" panggilnya. Berharap jasad ibu nya bisa mendengar. "Apa ini kutukan dari sahabat mu?"

Haechan terkekeh miris.

"Ibu nya Jaemin, sudah mengutuk pernikahan mu Bu. Dan Jaemin, aku juga pernah melakukan hal yang sama kepada Mark"

Menghembuskan napas nya kasar. Haechan menunduk sambil memejamkan matanya. "Ini semua gara-gara pria gila itu! Aku harus membunuhnya kan Bu? Kalau saja Ibu tidak melihat perselingkuhannya dengan gadis itu, pasti Ibu tidak akan stress. Ibu akan baik-baik saja kan??"

Haechan tertawa sambil menepuk-nepuk tumpukan tanah milik Ibu nya. "Ibu akan bangun lagi kan??? Haha. Johnny sialan harus mati kan bu??"

Ia menyeka air mata di pipinya. Lalu tersenyum lebar seperti orang gila. "Haechan bakalan bunuh Daddy hahah. Ibu suka?"

Haechan mengangguk ribut. "Ibu akan selama nya bersama Daddy, cinta ibu kan??"

"Ibu hidup lagi, lalu Haechan punya dede? Yeahh haha"

Kemudian dia menangis sejadinya. "Johnny sialan hiks"

"Aku akan mencarimu"

-

Jaemin melirik pada bangku yang sudah seminggu terakhir ini kosong.

"Lee Haechan, tidak masuk lagi?" tanya Bu Seulgi.

Beberapa orang mengangguk. Bu Seulgi mengerti, mungkin Haechan masih berduka atas kematian Ibu nya yang terlalu mendadak.

Jaemin terdiam. Entah kenapa, dia seperti memiliki hubungan khusus dengan pemuda yang memiliki warna kulit tan itu. Walaupun Haechan terlihat galak atau sinis sekalipun, Jaemin belum pernah membencinya.

Bel istirahat membuyarkan lamunan nya. Siswa maupun siswi yang berada di kelas langsung berhamburan keluar. Terkecuali Jaemin yang masih memandangi bangku milik Haechan.

Tukkk.

Jeno menyentil kening nya. Jaemin terkejut. "Sakit!!"

"Haha, abisnya melamun. Bangku siapa yang kamu perhatiin?" tanya Jeno. Duduk di samping Jaemin, pemuda manis itu terdiam lalu menoleh ke arah Jeno dengan tatapan serius.

"Haechan. Aku khawatir dengan keadaan nya. Tidak seperti biasanya Haechan membolos"

"Bukannya dia sedang berduka, Na?"

Jaemin kembali diam. "Hmm" menghela napas panjang. "Jujur, aku mencemaskan nya Jen"

"Aihh baiklah. Mau mencarinya?"

Ia mengangguk. "Kau membantuku? Padahal kau tidak menyukai Haechan"

"Cih, walaupun begitu aku tetap kesal ketika dia berbicara buruk tentang mu. Mau bagaimana pun, dia teman sekelas mu kan?" Jaemin mengangguk lagi. "Aku akan membantumu untuk mencari tau keberadaannya"

Senyum lebar tercetak di wajah manis nya. Jeno gemas. Kalau saja ini bukan area sekolah, ingin sekali dia menyambar bibir cherry yang merekah itu. "Di mulai dari data sekolah" kata Jeno.

"Huhh iya!"

Sepulang nya, mereka memutuskan untuk mencari perihal data diri milik Haechan di ruang kesiswaan.

Sebenarnya Jeno tidak serius ingin membantu Jaemin, tapi setelah membaca daftar nama Ayah Haechan. Membuat Jeno tertegun beberapa saat.

Lee Johnny?

Namanya seperti tidak asing lagi . . .

"Haechan tinggal di daerah gangnam? Hahh pasti sulit untuk mencarinya" dumel Jaemin.

Jeno meremat kertas map di tangan nya. Rahangnya mengeras dengan mata nya yang memerah tajam.

"tuan Johnny Lee. Dia wakil walikota Seoul. Tapi yang ku ketahui marga aslinya adalah Seo"

"Dari awal aku sudah memberimu pilihan Tae, Lee atau Seo?"

"S-seo"

Jeno tercekat, memandangi Jaemin yang masih sibuk membaca data diri tentang Haechan. Jeno menarik tangan Jaemin dengan cepat untuk keluar dari ruangan tersebut. Lalu mendekapnya erat.

Jaemin terkejut dengan perlakuan Jeno yang tiba-tiba. "J-jeno? Are you okay?"

Jeno menggeleng. "Aku baik Na" cicitnya pelan.

Kalian, bersaudara . . Na Jaemin.

- tbc

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 153 5
Bersama rindu dengan pelampiasan dalam bentuk tulisan, untuk yang tersayang. Watanabe Haruto. [Hajeongwoo short story]
309K 28K 11
"kenapa kau tidak ingin menceraikanku jika kau hanya menganggapku benalu dihidupmu?" Jung Taeyong yowes baca aja duluuu
462K 71.2K 15
[Angst/Hurt] Tidak ada yang berjalan lancar di dunia iniㅡseperti hubungan, atau bahkan seseorang yang sudah menjalin pernikahan dan memiliki rumah t...
206K 18K 40
On Going! pure story from the author's imagination. if my story is similar with someone else's then I apologize bxb area!!!!!! Nomin-!! homophobia bi...