ARJEAN || I Am (not) Villain...

By NihaOsh

229K 30.4K 54.5K

[17+] "Lebih suka cowok seumuran atau yang lebih tua?" -Arjean. "Siapa aja, asal bukan lo." -Shannon. ⚠️WARNI... More

00 || Arjean
01 || Bau Keong
02 || Poci
03 || Boba
04 || Pembunuh?
05 || Pap
06 || Mabuk
07 || Sate
08 || Sasaran selanjutnya
09 || Pengkhianatan
10 || Pilih Kasih
11 || Terluka
12 || Bukan orang baik?
13 || Donor
14 || Cara licik
15 || Mabuk (2)
16 || G-anas?
17 || Ferry dan Shannon
18 || Arjean dan Shannon
20 || Mati?
21 || Kesalahan
22 || Dilanjut?
23 || Membunuh?
24 || Racun
25 || Pergi
26 || Sakit
27 || Aku butuh jantungnya
28 || Ketakutan yang tak berujung
29 || Masih ada harapan?
30 || Dia orang baik [SELESAI]

19 || Percaya?

5.5K 864 1.5K
By NihaOsh

Akhirnya aku bisa update lagi..

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga, makasih. 😍😍😍

.
.
.

Malam ini Jean mengantar Shan pulang, dan kini Jean menepikan mobilnya di depan rumah Shan, namun sudah 10 menit Shan tidak kunjung keluar dari mobilnya.

"Kenapa lagi?" Tanya Jean sambil menoleh untuk memandang wajah Shan.

"Maafin aku, aku tau kehadiran aku cuma bikin kamu sakit, dan aku malah nemuin kamu lagi," ujar Shan dengan suara pelan, matanya mengarah pada jari-jarinya yang tertaut di atas paha.

"Gak apa-apa, aku suka hari ini," sahut Jean yang membuat Shan menoleh untuk menatapnya.

Senyuman Jean mengembang, "sekarang kamu masuk, jangan tidur malam-malam."

"Masih kangen."

Jean tertawa pelan, ia membantu Shan melepas sabuk pengamannya, kemudian memeluk Shan di tempat yang sempit itu.

Shan pun membalas pelukan Jean, menaruh dagunya di bahu Jean dengan raut wajah sendu.

"Maaf, aku egois," bisik Shan, Jean pun mengusap surainya dengan lembut.

"Mau aku anter sampe dalem?" Tanya Jean, namun Shan malah mengeratkan pelukannya, seolah enggan untuk berpisah.

"Shan.."

"Jean, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, tapi keadaan bikin aku susah buat milih sampe aku nyakitin kamu kayak gini, a-aku.."

"Iya gak apa-apa, jangan nangis, kita masih bisa ketemu di lain hari," bisik Jean yang menyela ucapan Shan, kemudian ia melepaskan pelukannya, menatap Shan yang terlihat begitu sendu, bahkan mata Shan nampak berkaca-kaca.

Jean tertawa pelan, "jangan nangis, Ayok aku antar sampe dalem," ia pun keluar dari mobilnya, kemudian membukakan pintu mobil untuk Shan dan menarik tangan Shan untuk keluar dari sana.

Tak lupa Jean mengambil beberapa paperbag yang berisi makanan untuk diberikan pada mamanya Shan.

"Sampe sini aja deh, kalau sampe dalem nanti kamu gak bisa pulang," ujar Shan seraya mengambil alih paperbag itu di tangan Jean.

Tiba-tiba Shan mengecup bibir Jean sebanyak 3 kali, "makasih ya," setelah itu ia benar-benar pergi memasuki rumahnya.

Jean menghela nafasnya, ia hendak memasuki mobilnya namun ia menoleh saat merasa diperhatikan oleh seseorang, terlihat Nando yang tengah berdiri di balkon kamarnya sambil melambaikan tangan padanya.

Jean membalasnya dengan lambaian tangan singkat, kemudian ia memasuki mobilnya dan melajukannya pergi dari komplek tersebut.

"Padahal kalau masih sayang jangan putus," gumam Nando.

**

Pemuda RT 09 / RW 03

Nando: Tadi ada bang Jean, nganterin Shan pulang, terus mereka mesra-mesraan, iri banget gue.

Theo: Terus Jeannya masih di rumah Shan?

Nando: Gak ada, udah pulang.

Dion: Besok kuliah kali, makanya buru-buru balik.

Julian: Katanya udah putus, gimana sih?

Ayang: Siapa tau balikan, sewot amat.

Julian: -_-

Junior: @haikal buruan gibah!

Nando: Sepi ya, Haikal gak pernah muncul di grup lagi.

Ayang: Galau gara-gara bang Jean keluar grup, terus pindah rumah.

Lucas: Plot twist, ternyata selama ini Haikal ngejek bang Jean cuma kedok doang, aslinya Haikal cinta mati sama bang Jean.

Junior: Anjir! Bisa jadi!

Haikal: Idih bacot.

Ayang: Nah kan muncul, buruan gibah.

Haikal: Giliran sering gibah diomelin, kalau gak ada dicariin.

Nando: Baperan amat kal.

Junior: Santai napa kal, apa perlu gue invite bang Jean lagi biar lo semangat kayak biasanya?

Lucas: Kayaknya iya deh, Haikal gak bisa hidup tanpa bang Jean.

Haikal: Bacot amat si Lucas, gue gak gay ya, anjng!

Lucas: 🤪🤪🤪

Haikal: Ngeselin banget anjir.

Junior: Mir

Ayang: ror.

**

Shan baru saja selesai mandi dan berpakaian, ia pun meraih ponselnya dan menghubungi Nathan, mengingat sudah 4 hari ini ia tak ada interaksi dengan Nathan.

Tak lama Nathan menjawab panggilannya.

"Iya, Shan?"

"Gimana kabar kamu Nath?"

"Lebih baik dari sebelumnya, kamu gimana?"

"Aku baik-baik aja," sahut Shan dengan suara pelan.

"Aku kira kamu marah, gak ada kabarin aku selama beberapa hari ini, kalau kamu marah sama aku bilang aja, biar aku perbaikin," ujar Nathan yang membuat Shan tersenyum kecil.

"Sebenarnya pengen ketemu, tapi kamu selalu larang aku buat dateng ke rumah utama kamu, kenapa?"

Nathan terdiam sejenak di sebrang sana, membuat Shan tersenyum kecut, sepertinya sekarang Zeta lebih spesial darinya.

"Aku tutup, aku harus tidur," ujar Shan, kemudian ia memutuskan sambungannya dan menaruh ponselnya di atas meja, selanjutnya ia mengabaikan telepon dan pesan dari Nathan.

Nathan
Shan, maafin aku.

Nathan
Besok kita ketemu ya?

Nathan
Shannon, sayang.

Shan hanya melirik ponselnya sejenak tanpa membuka semua pesannya, kemudian ia menaiki kasur dan memeluk gulingnya.

"Jean, kangen," lirih Shan, kemudian ia mengeratkan pelukannya pada guling sambil memejamkan matanya.

30 menit berlalu, namun Shan tak kunjung terlelap, ia hanya mengubah posisinya sambil memandang langit-langit kamar.

Shan mengerang kesal, ia pun kembali meraih ponselnya dan menghubungi Jean, namun Jean malah menolak panggilannya, membuat Shan terlihat sedih.

DADDY JE 💕

Shannon
gak bisa tidur.

Shannon
Bales apa aja, nanti aku tidur.

Jean
y.

Shannon
🥺🥺

Jean
Mimpiin aku ya.

Shannon
Okeng!

**

Keesokan harinya, Shan dibuat terkejut karena kehadiran Nathan yang menjemputnya di rumah, Nathan datang bersama sopir pribadinya, dan kini Shan serta Nathan dalam perjalanan ke sekolah, namun Nathan sudah tidak bersekolah karena kondisinya.

Sudah 10 menit berlalu Shan dan Nathan hanya diam, Shan tidak tahu harus bicara apa, ia masih merasa kesal pada Nathan soal Zeta.

Shan menghela nafasnya saat Nathan menggenggam tangannya dan menaru kepala di bahunya.

"Maafin aku," ujar Nathan dengan suara pelan, saat itu juga Shan terenyuh.

"Gak apa-apa," sahut Shan yang sebenarnya ia menanyakan kenapa Nathan lebih memilih dijenguk Zeta ketimbang dirinya.

Shan berharap Nathan menjelaskannya lebih dulu, namun nyatanya tidak ada.

"Na, kenapa kamu jemput aku?" Tanya Shan.

"Aku kangen sama kamu, udah lama kita gak kontakan, aku juga jarang pegang hp, banyak istirahat walau bosen."

"Ohh.."

"Kamu marah sama aku?"

"Kamu mikirnya gimana?" Tanya Shan yang membuat Nathan terdiam sejenak dengan tatapan cemas.

"Kamu marah."

"Dan kamu masih nanya?" Balas Shan lagi, Nathan pun menegakan tubuhnya, kemudian menoleh untuk menatap Shan yang terlihat dingin.

"Aku ada alasan kenapa aku gak pernah ajak kamu ke rumah utama."

"Kenapa?"

Nathan kembali terdiam, Shan dapat melihat bahwa Nathan benar-benar bingung mau menjawab apa, Shan pun melepaskan genggaman tangan Nathan.

"Kalau kamu putus sama aku gak apa-apa, bilang aja. Zeta baik kok, dia-."

"Enggak gitu, aku sama Zeta cuma temenan."

"Tapi akhir-akhir ini kamu lebih sering ngabarin Zeta ketimbang aku, Zeta selalu pamer setiap hari, seolah dia bangga udah bikin kamu jauh dari aku."

Nathan menggeleng kecil, "maafin aku, aku tau aku salah, aku janji gak akan ngulangin lagi."

"Kamu jadi bego gini sih? Bisa-bisanya bilang gak mau ngulangin lagi, sementara kamu gak bisa jelasin alasan kamu lebih milih dijenguk Zeta ketimbang aku," ujar Shan dengan tatapan sengit yang sulit dikontrol, membuat Nathan sadar bahwa Shan benar-benar marah.

"Lama-lama kamu semakin jauh dari aku," ujar Shan lagi seraya melepaskan genggaman tangan Nathan.

"Aku gak marah saat tau kamu pacaran sama Jean, aku masih setia sama kamu sampai detik ini, Shannon."

"Jadi kamu balas dendam?"

"Enggak, enggak gitu. Aku gak mau bahas soal ini lagi, jangan marah sama aku lagi, aku minta maaf, aku tau aku salah, setelah pulang sekolah aku bakal jemput kamu lagi, mama aku ngundang kamu buat makan malam bareng nanti malam," ucap Nathan yang membuat Shan mengerutkan dahinya.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Ini gak tiba-tiba, mama dan aku udah rencanain ini dari lama, tapi mama ada waktu luangnya hari ini. Mau ya Shan? Nanti aku antar pulang lagi."

"Terserah."

"Jangan marah lagi, maafin aku."

Shan hanya menghela nafasnya, setelahnya tak ada percakapan lagi, ia benar-benar kecewa pada Nathan.

**

Jam istirahat tiba, Shan tengah menikmati siomaynya di kantin sekolah, ia duduk seorang diri di pojokan, mengingat Sherly dan Yoan tengah sibuk mengerjakan tugas bahasa Inggris yang belum selesai, sementara Zeta sudah lama tak berbicara dengannya.

Shan mendengus kecil ketika Drian duduk di sampingnya, menatapnya sambil tersenyum, dan itu membuatnya muak.

"Kenapa sendirian terus?"

"Gak apa-apa."

"Kalau minta temenin sama gue aja."

"Gue pengen sendiri, lo boleh pergi."

"Malam ini lo ada waktu gak? Gue pengen jalan sama lo," tanya Drian.

"Ada acara makan malam di rumahnya Nathan, berhenti ngajak gue jalan, gue udah punya cowok," sahut Shan dengan nada malas.

"Cowok lo dua kan?"

Shan menoleh dan menatap Drian dengan tajam, "gak usah sok tau."

Drian tertawa pelan, "gue tau kok, lo main sama cowok lain di belakang Nathan, jadi lo gak perlu jual mahal sama gue."

Shan terdiam.

"Shan, gue bakal perlakuin lo dengan baik, gue bisa bikin lo lepas dari cowok penyakitan kayak Nathan-."

"Pergi, gue muak sama lo." Shan menyela ucapan Drian.

Drian mengeluarkan ponselnya, kemudian ia menunjukan beberapa foto Shan yang tengah mabuk pada house party di rumahnya, membuat Shan geram.

"Gue udah naro foto-foto ini sejak lama, pengen gue sebar tapi gue masih ngeharepin kebaikan lo buat mau bales perasaan gue," ujar Drian dengan suara pelan.

Drian kembali menatap Shan, "kalau nanti malem gak bisa, malam minggu aja, nanti gue jemput lo di rumah."

"Gue gak mau."

"Lo harus mau, atau foto-foto ini bakal gue sebar- Killian!" Drian dibuat terkejut saat ponselnya direbut oleh Killian.

Killian melihat-lihat foto-foto itu, "bisa-bisanya naro foto cabul mantan gue," gumamnya.

Drian beranjak dari kursinya dan merebut ponselnya dari tangan Killian, namun Killian berhasil mendorongnya dengan keras, hingga pinggang Drian menabrak meja dan menggesernya.

Seketika orang-orang di kantin menoleh semua untuk melihat Drian dan Killian.

"Kembaliin hp gue, bngst!" Maki Drian yang terus berusaha untuk mengambil ponselnya, namun Killian terus menjauhkannya sambil menghapus foto-foto itu.

Drian pun berhasil memegang ponselnya, hingga ia dan Killian berebut ponsel tersebut, pada akhirnya Killian memilih untuk melempar ponselnitu ke dinding hingga hancur.

Drian terlihat begitu geram, "gak jelas lo anjng!" Maki Drian seraya memukul wajah Killian.

Killian yang tak terima pun membalas pukulan Drian, hingga akhirnya keduanya saling memukul, membuat Shan dan yang lain terlihat panik.

Shan tahu keributan ini karena dirinya, ia pun beranjak dari kursinya dan berusaha melerai keduanya.

"Udah! Killian lepasin!"

"Kill, gue gak apa-apa, jangn ladenin Drian!"

"Killian!"

"Drian! Jangan pukul Killian lagi!"

Shan terus berusaha menarik tangan Killian  untuk menjauh dari Drian, namun Killian tak mau mendengar, Killian untuk memukul wajah Drian.

Tiba-tiba Drian menyerang balik namun malah mengenai pipi Shannon, hingga Shan jatuh terduduk.

"WOY WOY WOY! DRIAN ANJING!" Teriak Haikal seraya menghampiri Shan, diikuti oleh Nando, Lucas, Ayang, dan Junior.

Mereka membantu Shan berdiri, kemudian menarik Killian hingga menjauh dari Drian.

Kini Killian, Haikal, Nando, Lucas, Ayang, Junior berdiri berhadapan dengan Drian.

Sementara itu Yorka datang dan menarik Shan menjauh dari kerumunan, Yorka telrihat cemas ketika pipi Shan terlihat merah, "ke uks ya?"

"Enggak, mereka suruh bubar aja, gue gak apa-apa," ujar Shan.

"Biarin aja, biar dikeroyok," sahut Yorka kemudian ia membawa Shan pergi menjauh dari kantin.

"Ada masalah apa?" Tanya Lucas seraya menatap Drian dengan tajam, Drian yang dikerumuni oleh teman-temannya Shan merasa agak takut, namun ia berusaha terlihat tenang.

"Dia ngancam Shannon pake foto, dia mau nyebarin foto Shan kalau Shan gak mau jalan sama dia," sahut Killian dengan suara pelan.

"Bubar, gak usah kepo lo semua!" Ujar Nando yang terlihat marah, mereka yang berkerumun pun pergi menjauh, namun mata mereka masih mengarah pada Drian yang tengah dipojokan oleh beberapa anak komplek.

"Jangan macem-macem sama Shan, Shan pawangnya banyak, gengan lo aja bakal kalah kalau semua pawang Shan turun tangan," ujar Haikal dengan tatapan tajam, dan Drian hanya mendengus kecil.

**

DADDY JE 💕

Shannon
Aku ketonjok Drian.

Daddy Je
Kok bisa?

Shannon
He,eng..

Daddy Je
Kenapa?

Shannon
Gak apa-apa.

Daddy Je
Pap.

Shannont

Daddy Je
Mana?

Shannon
Liat langsung aja.

Daddy Je
Aku sibuk.

Shannon
Oh Yaudah.
Read.

**

Acara makan malam pun tiba, bukan acara yang besar, Shan hanya makan malam bersama Nathan dan Qian, mengingat Yuno sedang sibuk malam ini.

Hanya obrolan ringan yang mereka bicarakan, Shan terlihat nyaman karena Qian memperlakukannya dengan begitu baik, melebihi ibunya sendiri.

Dan Nathan terlihat begitu senang saat melihat Shan yang begitu nyaman, ia berhasil membuat mood Shan kembali membaik.

"Makanan kesukaan Shan itu makanan laut, kayak cumi, udang, gurita, kepiting, aku dulu sering makan itu sama Shan, dan dia gak pernah bosen," ujar Nathan.

"Oh ya? Kapan-kapan kita makan di restaurant Seafood," ujar Qian yang membuat Shan tertawa pelan.

"Aku makan itu cuma sama Nathan, mama jarang masak makanan kesukaan aku," sahut Shan.

"Mau tante bikinin bekal setiap pagi? Atau Delivery makanan kesukaan kamu setiap makan siang?" Tawar Qian, sontak Shan menggelengkan kepalanya.

"Gak perlu tante, aku gak mau ngerepotin tante, lagi pula depan sekolah ada kafe, di sana menunya banyak."

"Oh begitu." Qian mengangguk kecil.

"Jean, nginep yaaaa? Jean udah janji sama aku."

Seketika Shan, Nathan, dan Qian menoleh ketika mendengar suara seorang gadis yang tengah merengek, hingga terlihat Shua yang tengah memeluk lengan Jean sambil berjalan dari arah pintu utama.

"Jean, nginep ya? Mau peluk, aku kangen.." Shua terus merengek, namun Jean hanya diam.

"Jean Ish!" Shua beralih memeluk Jean dari belakang, hingga langkah Jena terhenti di sana.

"Aku banyak tugas, satu jam lagi aku pulang," sahut Jean, namun suaranya memelan di akhir kalimat saat bertemu tatap dengan Shan yang terlihat terkejut.

Jean tidak tahu Shan berada di rumah ini, jika ia tahu ia tak akan datang, dan ia yakin setelah ini Nathan akan marah padanya.

"Jean?" Tanya Shan dengan suara pelan, membuat Qian agak tergugup.

Shua yang melihat itu pun melepaskan pelukannya pada tubuh Jean.

"Kamu kenal Jean?" Tanya Shan pada Nathan, Nathan pun tersenyum kecil.

"Jean pacarnya Shua, adik aku." Nathan menyahut dengn santai, membuat Qian meremat sendok di tangannya.

"Pacar?" Tanya Shan lagi dengan tatapan tak percaya, pasalnya selama ini Nathan tidak pernah bercerita padanya.

"Iyakan Shua?" Tanya Nathan meminta agar Shua mengaku, namun Shua hanya diam seraya meremat baju Jean pada bagian pinggang.

"Shua?" Panggil Nathan lagi.

"Iya, kam Jean pacar aku," sahut Shua seraya tersenyum manis, membuat Nathan ikut tersenyum, sementara Jean terdiam mengikuti permainan Nathan.

"Kalau begitu kalian bisa cari tempat lain," saran Nathan, Shua pun menarik tangan Jean menuju lantai dua.

Shan meraih gelasnya dan meminum airnya.

"Sejak kapan Jean pacaran sama Shua?" Tanya Shan dengan suara pelan seraya menatap Nathan.

"Sejak lama, sebelum dia deketin kamu."

"Apa?" Shan melirik Qian sejenak yang hanya diam, kemudian Qian beranjak dari kursinya dan pergi memasuki toilet.

"Maksud kamu?" Tanya Shan lagi.

"Jean udah lama pacaran sama Shua, aku gak tau kenapa tiba-tiba dia deketin kamu bahkan sampe dijodohin kayak gitu."

"Kenapa kamu gak bilang sama aku?"

"Karena aku pikir kamu bisa rebut Jean dari Shua, soalnya Shua terlalu muda buat Jean, dan aku pikir kamu bisa lupain aku dan hidup bahagia sama Jean," sahut Nathan dengan suara pelan, yang membuat Shan terdiam sejenak.

Shan tersenyum dengan tatapan tak percaya, "aku gak ngerti, aneh aja."

"Aku serius, apa yang aneh?"

"Jadi sebenarnya kamu dan Jean udah saling kenal? Tapi gak bilang aku?"

"Ya, maafin aku."

Shan mengangguk kecil, kemudian ia meraih tasnya, "kayaknya aku harus pulang sekarang, udah ngantuk."

"Biar aku anter sama supir."

"Gak perlu, bilang mama kamu, aku pulang."

"Shan, Shannon! Nanti dulu, Shan!" Panggil Nathan seraya berusaha beranjak dari kursinya untuk mengejar Shan, namun ia tidak bisa, dadanya mendadak sakit karena terlalu panik.

Nathan mengerang kesal, "Jean, anjng!"

Sementara itu Shan berjalan cepat menjauh dari area rumah Nathan, kemudian ia memelankan langkahnya sambil menghela nafas lirih.

"Lama-lama Nathan nyebelin," gumam Shan, ia kesal, ia merasa aneh, sebenarnya apa yang Nathan sembunyikan darinya? Dan kenapa Jean mendekatinya ketika Jean sudah memiliki kekasih?

Tiba-tiba sebuah motor terhenti di samping Shan, membuat Shan ikut menghentikan langkahnya, ia melihat Jean yang menaikan kaca helmnya.

"Naik, aku antar pulang," pinta Jean yang ternyata mengejar Shan hingga ke mari.

"Aku bisa sendiri," sahut Shan seraya kembali melangkahkan kakinya, Jean pun melepas helmnya dan turun dari motor untuk mengejar Shan.

Jean berhasil berdiri di hadapan Shan, membuat Shan kembali menghentikan langkahnya.

"Ini jauh, aku bisa antar kamu."

"Nanti pacar kamu marah," sahut Shan dengan tatapan sengit.

"Aku gak ada pacar, kalau Nathan bilang sesuatu, kamu iya Iyain aja, umur gak ada yang tau," ujar Jean seraya melepas jaketnya, menyisakan kaos pendek berwarna hitam.

"Pake jaketnya, ini abis ujan jadi dingin banget," ujar Jean lagi seraya menganbil tas milik Shan, kemudian memberikan jaketnya pada Shan.

Shan hanya diam dengan tatapan dinginnya, ia terlihat marah karena cemburu.

Jean berdecak kecil, ia membantu Shan memakai jaketnya, kemudian kembali memalukan tas di punggung Shan.

"Aku gak bawa mobil, mobil aku di bengkel sejak tadi malem," bisik Jean, kemudian Shan menghela nafasnya.

"Kamu harus jelasin banyak hal sama aku," ucap Shan.

"Iya, nanti, sekarang pulang dulu." Jean menarik tangan Shan menuju motornya, dan kini keduanya dalam perjalanan pulang.

Shan sejak tadi hanya memegang kaos Jean dengan erat, seolah menolak untuk memeluk, Jean pun memelankan laju motornya.

"Pegangan yang bener, Shan."

"Gak, nanti pacar kamu marah."

"Aku seriusan gak punya pacar."

"Bohong, tadi aja peluk-peluk."

Jean pun meraih tangan Shan dengan satu tangannya, kemudian menaruh tangan Shan di perutnya, "aku gak punya pacar, Shannon. Peluk aku, nanti kamu jatoh."

Suara Jean yang melembut membuat Shan melemah, ia pun memeluk Jean dari belakang, membuat Jean menghela nafasnya.

Selanjutnya tak ada percakapan lagi, dan 30 menit kemudian mereka sampai di rumah Shan, namun Shan tak kunjung turun, Shan terdiam sambil terus memeluk Jean.

"Jelasin di sini sekarang," pinta Shan.

"Gak ada yang perlu di jelasin, intinya Shua bukan pacar aku."

"Terus siapa?"

"Kenapa aku harus jelasin? Kenapa kamu butuh itu sekarang?" Tanya Jean yang membuat Shan meremat bajunya.

"Sekarang kamu bukan siapa-siapa aku, harusnya kamu gak marah walau aku udah punya cewek lain."

Shan pun turun dari motor Jean, kemudian menatap Jean dengan tajam, "kata Nathan kamu pacaran sama Shua sebelum kamu deketin aku, jadi apa maksud kamu?"

Jean mendengus kecil, "aku gak gitu."

"Ya terus?"

"Kalau Nathan bilang apapun tentang aku, kamu pura-pura percaya aja, dia banyak bohong."

"Ya jelasin, kenapa Nathan harus bohong?" Shan terus memaksa Jean untuk menjelaskan semuanya.

Jean terdiam sejenak, ia berpikir apa untungnya ia menyembunyikan hubungannya dengan Nathan dari Shan? Ia melakukannya hanya karena Nathan yang meminta.

"Jean,"'penggil Shan yang terus mendesak Jean.

"Apa yang dibilang Nathan itu gak bener, aku gak bisa jelasin sekarang, aku harus pulang ke apart," ucap Jean seraya hendak memakai helmnya.

"Kalau Nathan orang jahat, aku bakal tinggalin dia dan lebih milih kamu," ujar Shan yang membuat Jean mengurungkan niatnya untuk memakai helm, sorot mata Jean terlihat agak sendu.

"Tapi kalau sebaliknya, aku bener-bener gak akan nemuin kamu lagi, gak peduli seberapa sayang aku sama kamu, Jean," ujar Shan lagi, kemudian ia memasuki rumahnya.

Jean mendengus lirih, ia pun memakai helmnya dan melajukan mobilnyau untuk pulang ke apartmentnya.

**

Jam menunjukan pukul 1 dini hari, Shan keluar dari kamarnya untuk mengambil minum, ia mengerutkan dahinya ketika melihat David yang baru saja keluar melalui pintu belakang.

Shan penasaran, ia pun ikut keluar dan mengikuti langkah David yang entah pergi kemana dengan berjalan kaki.

Shan berjalan cukup jauh di belakang David, sampai akhirnya ia dibuat bingung saat melihat David yang mengeruk pintu belakang rumah Jean, setelah pintu terbuka dari dalam David pun memasuki rumah tersebut.

Shan berlari untuk mendekat, kemudian ia memukul pintu itu berulang kali, hingga akhirnya pintu itu kembali terbuka dari dalam, memperlihatkan Arin dan David.

"Kamu ngapain di sini?" Tanya David yang terlihat begitu marah, sementara Shan nampak terkejut dengan apa yang ia lihat, otaknya memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Harusnya aku yang nanya, kenapa papa di rumah tante Arin?" Balas Shan dengan suara pelan.

Arin berdeham sejenak, "listrik di dapur mati, jadi tante minta tolong sama papa kamu."

Shan mengabaikan ucapan Arin yang sangat tidak masuk akal, ia menatap David dan meraih tangan David, "Ayok pulang, jangan di sini."

David geram, ia pun beralih menarik tangan Shan dan menjauh dari rumah Jean, kemudian menghentikan langkahnya di tengah jalan.

"Kenapa kamu ikutin papa?"

"Aku cuma penasaran kenapa papa keluar malem-malem, kenapa Lala ke rumahnya tante Arin? Jawab yang jujur," ujar Shan hang terlihat cemas.

"Kamu gak perlu ikut campur-."

"Jangan khianatin mama, jangan bikin keluarga kita ancur cuma karena papa selingkuh sama tante Arin!" Shan menyela ucapan David.

David tak mampu mengelak lagi, ia menatap Shan dengan tatapan tajam seraya mencengkram pergelangan tangan Shan dengan kuat.

"Kamu mau ngadu sama mama?" Tanya David.

"Enggak, asalkan papa gak ngulangin hal ini lagi, aku gak mau mama sama papa berantem atau bahkan bisa lebih buruk dari ini."

"Tapi kalau pala tetep selingkuh sama tante Arin, aku terpaksa harus bilang ke mama, entah gimana nasib papa setelah itu. Asal papa tau, mama bukan orang yang pemaaf," lanjut Shan seraya berusaha melepaskan cengkraman David, namun sulit.

"Tutup mulut kamu, Shannon. Kamu gak berhak ikut campur sama urusan papa!"

"Gak berhak? Kenapa?"

"Papa gak akan tinggal diam kalau sampai kamu ngadu."

"Kayaknya papa gak akan mau ninggalin tante Arin, papa bener-bener keterlaluan!" Teriak Shan seraya menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman David, kemudian ia berlari menuju rumahnya.

David pun mengejar Shan.

Sesampainya di rumah, Shan hendak membuka pintu kamar Diana, namun David lebih dulu menarik tangannya dengan keras, hingga membuat Shan terjatuh dengan keras.

David terkejut dengan aksinya sendiri, bahkan Shan terlihat kesakitan karena pelipisnya membentur ujung meja.

Cklek

"Ada apa?" Tanya Diana yang baru saja keluar dari kamar.

"Papa-."

"Shannon mau pergi sama laki-laki malam-malam begini, bahkan dia keluar lewat pintu belakang!" David menyela ucapan Shan, membuat Shan luar biasa terkejut.

"Enggak-."

"Diam! Bahkan kamu mesra-mesraan sama laki-laki itu, kamu mau jadi jalang?!" Teriak David menyela ucapan Shan lagi, sontak Shan menggelengkan kepalanya.

"Anak kurang ajar," desis Diana.

"Enggak, enggak gitu Ma! PAPA SE-ahk!"

Bugh!

Bugh!

Shan dibuat terkejut saat David tiba-tiba memukul kepalanya dengan keras sebanyak dua kali.

"Jangan memutar balikan fakta, Shannon! Jelas-jelas kamu ketahuan bercumbu dengan laki-laki yang lebih tua dari kamu di belakang sana!" Teriak David, sorot matanya terlihat begitu panik, membuat Shan bungkam dengan bibir bawah yang gemetar.

Saking takutnya David pada Diana, hingga David menuduh Shan yang tidak-tidak.

Shan menangis tanpa suara, hatinya sakit namun tak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata lagi, ia takut David kembali memukulnya.

Sementara Diana terdiam dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, matanya mengamati Shan dan David secara bergantian.

"Anak kamu benar-benar kurang ajar! Bisanya cuma bikin malu keluarga!" Ucap David seraya menatap Diana dan menunjuk Shan dengan tangannya.

Diana menghela nafasnya.

"Shannon, kalau kamu mau jadi jalang bilang aja sama mama, biar mama gak perlu sekolahin kamu buat jadi anak yang sukses," ujar Diana yang terdengar begitu menusuk.

Sementara Shan tetap terdiam, setidaknya ia harus tenang untuk saat ini, ia bisa mengatakannya pada Diana di lain hari saat David sedang tidak di rumah.

Dan Shan merasa asing dengan kedua orang tuanya sendiri, seolah ia tak pernah dipercaya sebagai seorang anak.

"Berulang kali mama gak bisa percaya sama aku, kali ini mama harus percaya-."

Bugh!

Tendangan David mengenai bahu Shan, membuat Shan kembali bungkam sambil menundukan kepalanya, sesekali mengusap air matanya yang tak bisa berhenti menetes.

.
.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

AFVARA By scftriani

Teen Fiction

4K 524 36
"Hatiku sudah hancur dan ragaku sudah melebur. Tapi jangan sampai masa depanku ikut menjadi luntur." "Diri ini sudah dirampas, dan sakitnya akan teru...
7.2K 678 32
Cast Twice Got7 Bts Blackpink Gfriend Other " Chamkkanman, apa maksud ucapanmu? " " aku menyesal.. Miane" " bisakah kita hidup dengan tenang? " " ap...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
209K 27.5K 26
Buktinya yang lemah akan kalah. Jaehyun x Rose Sebelum membaca, saya ingin menekankan kalau saya tertekan, g dong. Cerita ini berdasarkan kisah reali...