ARJEAN || I Am (not) Villain...

By NihaOsh

237K 30.6K 54.5K

[17+] "Lebih suka cowok seumuran atau yang lebih tua?" -Arjean. "Siapa aja, asal bukan lo." -Shannon. ⚠️WARNI... More

00 || Arjean
01 || Bau Keong
02 || Poci
03 || Boba
04 || Pembunuh?
05 || Pap
06 || Mabuk
07 || Sate
08 || Sasaran selanjutnya
09 || Pengkhianatan
10 || Pilih Kasih
11 || Terluka
12 || Bukan orang baik?
13 || Donor
14 || Cara licik
15 || Mabuk (2)
16 || G-anas?
17 || Ferry dan Shannon
19 || Percaya?
20 || Mati?
21 || Kesalahan
22 || Dilanjut?
23 || Membunuh?
24 || Racun
25 || Pergi
26 || Sakit
27 || Aku butuh jantungnya
28 || Ketakutan yang tak berujung
29 || Masih ada harapan?
30 || Dia orang baik [SELESAI]

18 || Arjean dan Shannon

6.2K 865 1.8K
By NihaOsh

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga, makasih 😍

.
.
.

Cklek

Pintu kamar Yoan terbuka, memperlihatkan Shan yang terlihat hendak pergi dari sana, namun langkah Shan terhenti dengan tatapan terkejut saat melihat Jean yang tengah bercumbu dengan perempuan lain.

Jean terlihat begitu bernafsu, bahkan tangan Jean bergerak di dada perempuan itu.

Shan bertemu tatap dengan Jean sejenak, namun tidak ada respon lebih dari Jean untuknya.

Jean dan gadis itu pun melangkah memasuki kamar di pojok kanan tanpa melepaskan tautan mereka, membuat Shan meremat tas di genggamannya.

Shan ingin mendekat pada pintu kamar yang baru saja tertutup itu, namun ia berusaha untuk menahan diri.

Tak dipungkiri dadanya terasa sesak ketika melihat Jean bercumbu dengan perempuan lain, membuat mata Shan nampak berkaca-kaca dengan nafas agak memburu dan gemetar.

Shan pun melangkahkan kakinya menuruni tangga, ia mengerutkan dahinya ketika melihat seorang laki-laki yang ia kenal, laki-laki yang dulu pernah menghampirinya dan Jean di outlet boba.

Laki-laki itu adalah Ferry, Ferry tersenyum pada Shan, namun Shan terus berjalan dan mengabaikannya.

Saat berpapasan di tangga terakhir, Ferry menyentuh pipi Shan dengan telapak tangannya, kemudian ia mendekatkan bibirnya ke telinga Shan.

"Jangan sedih, malam ini gue bisa gantiin Jean buat lo," bisik Ferry, kemudian ia menarik tangan Shan hingga memasuki kamar yang berada di bawah tangga.

Shan terus berontak dan berteriak, namun tenaga Ferry jauh lebih besar darinya.

Sementara itu di lantai dua, Jean terus mencumbu Harin dengan gerakan bibir dan tangan yang kasar serta terburu-buru, membuat Harin semakin bergairah, ia suka dengan pria seperti Jean.

"Nghh Jean," lenguh Harin tepat di telinga Jean saat bibir Jean mengecupi perpotongan lehernyanya.

"Jeanhh.."

"J-Jean Sshh.."

Jean menjauhkan kepalanya dari perpotongan leher Harin, menatap Harin dengan mata yang sayu, Harin pun tersenyum sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Jean.

Tanpa diduga, Jean melepaskan paksa kedua tangan Harin, kemudian ia beranjak dari kasur, membuat Harin terkejut dan bingung.

"Jean, mau ke mana?" Tanya Harin, Jean tak menyahut, ia berjalan dengan langkah agak cepat keluar dari kamar tersebut.

Jean menuruni tangga sambil memegang kepalanya yang terasa sakit, ia menahan libidonya kuat-kuat, setidaknya ia masih memiliki kesadaran untuk tidak melakukan Sex dengan siapapun.

Langkah Jean terhenti ketika mendengar suara teriakan samar-samar, suara seorang perempuan yang minta dilepaskan, suara itu mirip dengan suara Shan.

Jean pun mengikuti sumber suara, ia hanya perlu memastikan suara siapa itu, ia harap bukan suara Shan.

Jean membuka pintu ruangan di bawah tangga, membuat Ferry yang tengah mencumbu Shan secara paksa menoleh padanya, seketika tatapan Jean berubah menjadi tajam.

Jean menyerang Ferry hingga Ferry terjatuh ke lantai, menjauh dari Shan yang terlihat ketakutan, Shan pun merapikan gaunnya yang berantakan, sementara Jean memukuli wajah Ferry berulang kali.

Jean pun mencengkram kerah baju Ferry dengan kuat, "jangan ganggu Shannon, jangan ganggu orang-orang terdekat gue, cepat atau lambat gue bakal keluar dari keluarga Learyant," desisnya yang membuat Ferry tersenyum remeh.

"Tanpa bawa apapun?" Tanya Ferry.

"Ya," sahut Jean sekenanya, kemudian ia beranjak dari posisinya dan menarik tangan Shan untuk pergi dari sana.

Shan terus menundukan kepalanya, ia terlalu terkejut dengan apa yang terjadi hingga ia hanya bisa diam dengan tatapan kosong.

Jean membawa Shan ke dalam mobilnya, dan terdiam di sana untuk beberapa menit.

Jean mengerang lirih sambil menyandarkan kepalanya di jok mobil, matanya terpejam dengan nafas memburu, Jean sangat butuh pelampiasan hingga rasanya begitu kesal, namun ia sangat berusaha untuk menahannya.

Shan menoleh, ia memperhatikan Jean yang terlihat tak baik-baik saja, bahkan tangan Jean nampak gemetar dan wajah Jean pucat.

"Jean," panggil Shan, Jean pun menoleh untuk menatapnya.

"Maaf, Seengaknya aku gak begitu telat, kamu baik-baik aja?" Tanya Jean yang merasa bersalah karena ia tak sengaja membiarkan Shan dicumbu oleh Ferry.

"Aku baik-baik aja, kamu kenapa?" Shan menatap Jean dengan tatapan cemas.

"Pesan taxi online sekarang, atau minta jemput Yorka," titah Jean yang membuat Shan mengerutkan dahinya.

"Kamu sakit?"

"Lakuin yang aku pinta, Shan!" Jean agak membentak, membut Shan terperanjat di tempatnya.

"Tapi kamu kenapa? Aku gak mungkin ninggalin kamu sendiri dalam keadaan gak baik-baik aja!" Balas Shan yang membuat Jean terdiam sejenak, ada sedikit rasa senang ketika Shan mencemaskannya, Jean pun menghela nafasnya.

"Aku takut nyakitin kamu, Shan."

"Kenapa kayak gitu?"

Jean bingung harus menjawab apa, tak mungkin ia bilang bahwa ia sedang terangsang berat.

"Jean? Kita ke rumah sakit aja, keringet kamu banyak banget," ujar Shan yang terlihat semakin cemas, bahkan ia menyentuh lengan Jean, namun dengan cepat Jean menepisnya.

"Ferry kasih aku obat perangsang, makanya aku terpaksa lakuin hal itu ke Harin, tapi sampe sekarang belum reda juga. Sekarang kamu pesen taxi online, aku bakal tungguin kamu di sini sampai kamu benar-benar pulang naik taxi."

Shan nampak terkejut mendengar ucapan Jean, "bisa nyetir gak?" Tanyanya saat melihat kedua tangan Jean yang gemetar.

"Gak tau, aku gak bisa fokus."

Shan pun keluar dari mobil Jean, kemudian beralih membuka pintu di samping tubuh Jean, membuat Jean bingung.

"Apa?"

"Pindah, biar aku yang nyetir," pinta Shan.

"Gak, kamu harus pulang sama yang lain, jangan sama aku."

"Aku bakal antar kamu pulang, setelah itu aku pulang ke rumah, aku takut kamu kenapa-kenapa, Jean!" Ujar Shan yang memaksa.

"Nanti tambah kenapa-kenapa kalau kamu yang nyetir."

Shan berdecak sebal, "aku bisa nyetir!"

"Sejak kapan?"

"Udah belajar 7 kali!"

"Punya SIM?'

"Enggak."

"Yaudah sana pesen taxi, aku gak mau dianter kamu, yang ada sampe ke rumah sakit naik ambulance," ujar Jean yang membuat Shan bertambah kesal.

"Aku bisa nyetir, sekarang kamu keluar." Shan menarik tangan Jean, Jean pun terpaksa keluar dari mobil, dan kini Shan mengambil alih kursi kemudi.

Jean pun duduk di samping Shan, memakai sabuk pengamannya dan mengatur suhu AC hingga yang paling dingin, setidaknya rasa dingin mengurangi gairah sexualnya.

"Berdo'a ya, semoga selamat sampai tujuan," ujar Shan seraya melajukan mobilnya menjauh dari area rumah Yoan.

"Shan, mending kita naik taxi online bareng-bareng aja, mobilnya ditinggal," saran Jean yang agak telat.

"Enggak, aku bisa bawa mobil," sahut Shan dengan suara pelan, tangan Shan terlihat tegang dengan mata menatap lurus ke depan, membuat Jean takut.

"Pelan-pelan aja, tapi jangan ditengah."

"Iya."

Jean pun memejamkan matanya seraya berusaha mengatur nafasnya, ia baru tahu bahwa reaksi obat perangsang akan separah ini, bahkan jantungnya berdebar keras tanpa henti, ia takut mati konyol hanya karena obat tersebut.

"Mhh.." lenguh Jean tanpa ia sadari, kemudian ia menghela nafas panjang.

"Apa perlu ke rumah sakit, Jean? Siapa tau dokter bisa bantu kamu," tanya Shan yang masih cemas dengan keadaan Jean.

"Iya bisa bantu, kalau dokternya mau ngelakuin Sex sama aku," sahut Jean sekenanya.

"Jadi cuma Sex yang bisa bikin kamu membaik?"

"Gak tau."

Shan dan Jean kembali terdiam, Jean menaruh ponselnya di atas dasbor, kemudian Shan meraihnya dan melihat maps di sana.

"Gak ada jalan alternatif? Ini jauh," tanya Shan.

"Gak ada, cepetan."

"Tadi katanya minta pelan-pelan," ujar Shan yang terlihat kesal, membuat Jean merasa serba salah.

Shan pun mengetikan sesuatu di ponselnya tanpa menghilangkan fokus dari jalanan, ia mencari tahu cara meredakan gairah orang yang mengonsumsi obat perangsang.

"Katanya suruh olahraga biar keringetan, biar gak horny lagi," ujar Shan dengan suara pelan.

"Terus aku harus olahraga di sini?" Tanya Jean, Shan pun menaruh ponselnya dan berdecak sebal.

"Marah-marah terus."

"Maaf, jangan ngomong lagi, suara kamu bikin aku gila," ujar Jean, sontak Shan pun bungkam, tak dipungkiri Shan takut melihat Jean dalam kondisi terangsang.

"Jean, kamu bisa mastrubasi di belakang, aku gak bakal liat."

"Diem, Shan!"

"Iya iya.."

Sekitar 1 jam kemudian, Jean dan Shan sampai di apartment milik Jean, Jean pun segera memasuki toilet dan berendam di air dingin, sementara Shan memendarkan pandangannya di unit milik Jean yang terlihat mewah dan luas, namun berantakan.

"Kalau gue beresin, Jean bakal luluh gak ya?" Tanya Shan pada dirinya sendiri, pasalnya di rumah sendiri pun ia tak pernah membereskan rumah.

Shan pun menghela nafasnya, ia membereskan yang sekiranya bisa ia lakukan, namun ternyata malah keterusan hingga benar-benar bersih dan rapih, hal itu membuatnya bangga pada dirinya sendiri.

Shan pun mengirim pesan pada Yorka.

YORKA

Shannon
Yorka, bisa jemput gue di apart Jean?

Yorka
Gila, udah jam 2, Shan! Nginep aja.

Shannon
Emang boleh?

Yorka
Boleh, nanti gue bilang ke mama kalau lo nginep di rumah Yoan.

Shannon
Okeng!!

Yorka
Najis kesenengan!

Shannon
Biasa aja sih.

Yorka
Jangan mau kalau digrepe-grepe, nanti tetek lo makin gede, udah banyak bra kekecilan yang gelantungan di balkon, malu.

Shannon
Idih bacot!
Gue bukan lonte.

Yorka
Oh kirain.

Shannon
Yaampun jahat banget.

Yorka
🥴🥴

Shannon
🖕🏻🖕🏻

Yorka
👁🙏🏻👁

**

Jam sudah menunjukan pukul 6 pagi, Shan terbangun dari tidurnya, ia pun mengubah posisinya menjadi duduk di atas sofa, mengingat semalam ia tidur di sofa karena Jean tak kunjung keluar dari kamar.

Tak lama kemudian, Jean keluar dari kamar dengan raut wajah yang terlihat segar, nampaknya Jean baru saja selesai mandi dan ia terlihat baik-baik saja.

"Kamu tidur di sofa?" Tanya Jean dengan tatapan bingung, dan Shan menganggukan kepalanya.

"Ada kamar di sana, kenapa gak masuk?"

"Aku gak tau, semalem ngantuk banget," sahut Shan yang membuat Jean menghela nafasnya, Jean merasa bersalah pada Shan karena tak sempat untuk melihat Shan.

"Yaudah sana mandi, nanti aku siapin bajunya."

"Aku gak ada ituan," ujar Shan yang membuat Jean paham.

"Ada ada, mau makan di rumah apa di luar?"

"Di luar, mau jalan-jalan pagi," sahut Shan, dan Jean mengangguk kecil.

Jean menyiapkan handuk dan sikat gigi baru untuk Shan, kemudian Shan pun membersihkan diri di toilet kamar Jean.

Bel pintu berbunyi, Jean pun segera membuka pintu utama dan bertemu tatap dengan Harin yang terlihat cemas.

"Jean, maafin aku."

Jean menghela nafasnya, "gak apa-apa, lagian itu salah Ferry."

"Tapi gak seharusnya aku ngeladenin kamu kayak semalem, aku bener-bener ngerasa bersalah sama kamu."

"Gak apa-apa, aku baik-baik aja. Kamu pulang sama siapa?"

"Nginep di rumah Seira, dan dianter pulang sama Seira barusan," sahut Harin seraya tersenyum kecil.

Jean menganggukan kepalanya, "aku gak marah."

"Kamu udah sarapan?"

"Belum."

"Ayok sarapan bareng," ajak Harin.

Jean mengusap tengkuknya sejenak, "ada temen cewek aku di sini."

"O-oh iya, maaf." Harin pun pergi memasuki unitnya, membuat Jean mendengus kecil.

Setelah 30 menit, Shan selesai membersihkan diri, ia keluar seraya memegangi celana milik Jean yang kedodoran.

"Jean!"

Jean yang tengah bersantai di ruang tengah menoleh, ia tertawa pelan melihat celana yang Shan kenakan kebesaran di bagian pinggang.

"Mau celana Jersey aja, atau celana yang ada karetnya gitu biar gak longgar," ujar Shan serta menghampiri Jean dan berdiri di hadapan Jean.

"Ada celana training, tapi gede-gede semua, cuma ini yang lumayan kecil. Sebentar." Jean mengambil tali dari laci, kemudian kembali duduk di sofa.

"Angkat baju kamu," titah Jean, Shan pun sedikit mengangkat bajunya, memperhatikan Jean yang memasang tali di celana pada bagian pinggangnya, kemudian menggulung celananya dan menyimpulkan talinya.

"Kenceng gak?"

"Udah pas, tapi bawahnya panjang banget."

"Gunting aja ya?"

"Emang boleh?"

"Boleh," sahut Jean seraya mengambil gunting di meja, kemudian menggunting celana yang dikenakan Shan pada bagian bawah, hingga celana bahan itu tak lagi kepanjangan.

"Nahkan, malah jadi keren," ujar Jean yang puas melihat hasilnya, ditambah baju oversize yang Shan kenakan membuat Shan terlihat bagus menggunakan setelan itu.

"Dari mana kamu dapet dalemannya?" Tanya Shan.

"Ada, udah disediain."

"Hah? Buat siapa?"

"Buat siapa aja."

"Tapi ukurannya pas di aku, sengaja ya buat aku?"

Jean tersenyum dipaksakan, "gak usah dibahas, Ayok sarapan."

Shan menganggukan kepalanya, kini keduanya berjalan keluar dari gedung apartment.

"Jean, mau yang dipinggir jalan aja," ucap Shan seraya melirik tangan Jean yang tiba-tiba menggenggam tangannya.

"Deket situ ada Mall, di sana aja."

"Mau makan ketoprak."

"Oh, Yaudah Ayok. Ketoprak Pakde Taeil katanya enak banget," sahut Jean seraya menarik tangan Shan ke sisi lain.

"Tapi kan kamu gak bisa makan kacang-kacangan, Yaudah ke resto lain aja," ujar Shan.

"Gak apa-apa, nanti ada yang jual bubur di samping ketoprak."

"Okeng!"

Jean menoleh sambil tersenyum kecil, entah kenapa sejak semalam perilaku Shan terlihat menggemaskan, berbeda dari Shan yang biasanya.

Dan pagi itu, Jean serta Shan sarapan bersama sambil mengobrolkan hal ringan, seolah tak ada yang terjadi diantara mereka sebelum hari kemarin.

**

Savior 69

Aldo:

Aldo: Gue lupa minta kontaknya! Ada yang punya kontak Shannon?

Raka: Gak punya, gue sempet ngobrol sama dia, katanya sekolah di SMA Plus PN, samperin aja hahhaa.

Leon: Temen adeknya Seira kan?

Raka: Nah iya! Mintain aja kontaknya ke Seira, siapa tau dikasih, kalau udah dapet bagi ke gue hehe.

Leon: Masih kebayang bodynya, kalau dia jadi cewek gue, gak akan gue anggurin.

Raka: Digempur terus ya? Kalau hamil ditinggal. Hahaha.

Leon: Enggak dong, masa cewek modelan Shannon dicampakin?

Aldo: Haha bacot.

Farez: Gue pengen deketin Shannon, mau gue samperin ke sekolahnya.

Raka: anjing!

Aldo: Ngantri bego, gue duluan.

Leon: Kenapa harus gantian? Mau digilir?

Jean:

Jean: Shannon Chiyane Petra, cewek gue. Jaga ketikan lo semua, anjng!

Aldo: Hah?

Leon: GAK MUNGKIN!

Raka: Apaan sih Je? Gak mungkin, lo aja semalem mesra-mesraan sama si Harin, gak nyapa Shan.

Farez: Jangan curang lo Je, gue tau lo mau nyalip.

Jean:

Jean: Gak usah ngincer cewek gue.

Aldo: Fck!

Raka: Gila! Kok bisa?

Farez: KOK BISA KENAL SHAN?

Jean: Dia tetangga gue di komplek, terus pacaran, gak lama renggang, dan sekarang deket lagi.

Leon: Jean bngst! Gue iri.

Aldo: kalau udah renggang kabari gue ya? Gak apa-apa bekas lo juga.

Jean: Jaga ketikan lo bngst.

Aldo: Gue tau lo gak mungkin pacaran biasa aja, mana tahan liat cewek secantik dan sesexy Shan?

Jean: Otak lo aja gang cabul!

Leon: sikat ajalah, gue greget pengen macarin Shan, siapa tau nanti dikasih nenen.

Jean: diem lo babi!

Leon: Becanda nyet!

Jean menaruh ponselnya di atas meja dengan kasar, ia kesal membaca obrolan teman-temannya tentang Shan di grup chat.

Jean tidak rela Shan dijadikan bahan pembicaraan yang kotor.

Jean pun pergi ke dapur dan membuatkan jus untuk dirinya dan Shannon, sementara Shan tengah menonton televisi di ruang tengah.

Shan sebenarnya terpikirkan soal perempuan bernama Harin, tadi saat selesai sarapan ia berpapasan dengan perempuan itu, kata Jean Harin tinggal di samping unitnya.

Tak dipungkiri Shan merasa cemburu, ia tidak mau pulang dari apartment milik Jean karena takut Jean melakukan hal lebih dengan perempuan bernama Harin itu.

Kini Shan tengah melamun di ruang tengah, matanya memandang televisi, namun otaknyanya mencemaskan Jean, cemas Jean benar-benar berpaling darinya dan beralih pada Harin.

Lagi-lagi ia berpikir egois.

Shan ingin menbahas soal Harin dengan Jean, namun ia takut Jean kembali bertanya soal siapa yang ia pilih antara Nathan dan Jean, ia tak bisa menjawabnya, dan ia sedang tidak ingin bertengkar dengan Jean.

Shan menoleh ketika mendengar sesuatu dari dapur, ia pun menghampiri Jean yang ternyata tengah membuat jus alpukat di sana.

"Aku mau pake susu coklat," ujar Shan karena Jean hanya mengeluarkan susu putih.

Setelah selesai,Jean pun mengambil susu kental manis rasa coklat dari lemari, kemudian menuangkan susunya di atas gelas yang sudah terisi dengan jus alpukat.

"Nanti sore aku antar pulang," ujar Jean.

"Malem aja."

"Kenapa?"

"Kita udah lama gak ketemu, masa aku harus cepet-cepet pulang?" Tanya Shan dengan raut wajah sebal, membuat Jean tersenyum kecil.

"Lain kali kita bisa ketemu lagi."

"Kapan? Emang kamu ijinin aku buat nemuin kamu lagi?" Tanya Shan dengan tatapan penuh harap.

"Nanti, gak tau kapan. Jangan datang tiba-tiba ya? Aku jarang di apart," ujar Jean yang berbohong pada Shan, padahal ia selalu pulang ke apartmentnya.

"Terus, kamu pulang ke mana?"

"Ke rumah sepupu."

Shan terdiam sejenak dengan raut wajah sendu, "Yaudah."

Jean tahu Shan sedih, pertahanan dirinya juga sudah runtuh untuk tidak menyapa Shan, justru kini ia malah meladeni Shan seolah tak ada yang terjadi sebelumnya.

Shan tetaplah obat bagi Jean dikala ia benar-benar tengah terpuruk, bahkan rasanya begitu bahagia hingga ia dapat melupakan semua masalah yang menimpanya.

Jean menghela nafas lirih, ia mengangkat tubuh Shan dan mendudukannya di atas meja sebatas pinggang, membuat Shan terlihat terkejut.

Sepertinya Jean akan memperlakukan Shan dengan baik hari ini, tanpa menyinggung soal apapun yang dapat membuat emosinya naik.

Jean menangkup kedua pipi Shan, kemudian mengecupi seluruh wajah Shan, membuat Shan terlihat senang.

"Mau di sini," pinta Shan yang mulai berani, ia menunjuk bibirnya.

Jean pun mengecup bibir Shan cukup lama, saat Jean hendak menjauh, Shan malah menahan tengkuk Jean dan melumat bibir Jean.

Shan mulai berani, dan Jean dengan senang hati meladeni ciumannya.

Shan mengalungkan kedua tangannya di leher Jean, dan Jean memeluk pinggang Shan.

Suara decakan liur terdengar di dapur, lama-lama ciuman itu mulai melihatkan lidah, membuat Shan melenguh lirih di sela ciumannya.

"Cukup, aku gak mau horny lagi," bisik Jean setelah melepaskan ciumannya, kemudian Shan memeluk Jean dan menaruh dagunya di bahu Jean.

"Kak Jean, horny itu apa? Shan enggak ngerti," tanya Shan dengan suara yang terdengar seperti anak kecil, membuat Jean terdiam sejenak.

"Kak Jean," panggil Shan lagi, kemudian Jean melepaskn pelukan Shan dan menatap Shan sambil tersenyum penuh arti.

"Jangan mancing, Shannon."

Shan memiringkan kepalanya dengan tatapan bingung, bibirnya agak mengerucut hingga membuat Jean gemas.

"Mancing apa, kak Jean?"

"Shan.."

Shan pun tertawa, kemudian ia kembali memeluk Jean, kini kedua kakinya melingkar di pinggang Jean.

"Mau pulang malem, ya?" Pinta Shan, Jean pun menghela nafasnya.

"Iya iya."

**

Harin berulang kali menghela nafas kasar, rencananya semalam gagal karena Jean berusaha untuk menahan libidonya, ia pun berusaha sabar agar Jean tidak membencinya.

Harin meraih ponselnya dan menghubungi Ferry, tak lama Ferry menjawab panggilannya.

"Hm?"

"Ternyata Jean sesusah itu buat diajak tidur," gumam Harin seraya memainkan kuku jari tangannya.

"Udah gue bilang, dia sebenarnya cowok brengsek, tapi lagi berusaha buat jadi cowok baik," sahut Ferry seraya tertawa mengejek.

"Jadi gimana? Seengaknya gue pengen nyoba tidur sama dia sekali atau Hm lebih.."

"Gue cuma mau lo rekam kegiatan Sex lo sama Jean, usahain muka lo gak keliatan, biar Jean dikeluarin dari kampus."

"Tapi sayang loh kalau cowok seganteng Jean dijahatin gitu, mending buat gue aja, dia bener-bener tipe gue," ujar Harin seraya merengut sendu yang dibuat-buat.

"Pikir aja sendiri gimana caranya Jean masih respect sama lo setelah lo berdua ngesex. Gue cuma butuh videonya aja, bayaran lo gede kok."

Harin mendengus sebal, "gimana caranya Jean bisa respect sama gue kalau gue ketauan rekam dia pas lagi sex?"

"Gue gak peduli, Harin. Jadi lo nerima kerjaan ini atau enggak? Kalau lo gak sanggup, biar gue suruh cewek lain."

"Jangan! Gue gak rela! Dan asal lo tau, ada cewek di apartnya Jean, katanya temen ceweknya."

"Pasti Shannon, ceweknya."

"Kata Jean udah putus."

"Ya berarti mantannya, Jean suka banget sama cewek itu, semalem gue kena bogem mentah gara-gara ketauan cabulin mantannya."

"Shit! Gimana kalau Jean lakuin hal lebih sama mantannya itu? Gue gak rela!" Harin mengerang kesal.

"Gak bakal sih kayaknya, dia bukan tipe cowok yang bisa nyakitin cewek, apalagi cewek yang dia sayang, makanya gue bilang dosis obat perangsangnya tambahin, lo malah cuma setengah!"

"Ya Kasian Jean, lagian gue gak tau kalau Jean bisa nahan sekuat itu."

Ferry mendengus sebal di sebrang sana, "jadi lo tetep ambil kerjaan ini gak?"

"Iya! Tunggu aja kabarnya."

Tanpa menyahut, Ferry memutuskan panggilannya, Harin pun mengerang kesal sambil memandang langit-langit kamarnya, sebab kini posisinya terbaring di atas kasur dengan hanya mengenakan bathrobe.

"Oh sial, gue butuh Jean."

Tiba-tiba Harin tertertawa, tatapannya terlihat begitu licik, "Jean harus hamilin gue, dengan begitu dia enggak akan bisa lepas dari gue."

.
.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.2M 250K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.3M 104K 36
AREA 🔞🔞 HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA Aturan dasar bagi Agres adalah; tidak berbagi segala sesuatu apapun tentang Shasa serta bersifat mutlak. [ SER...
1.4K 201 27
Judul awal: Twelve Years Of Waiting Kata 'menunggu' itu sangat dibenci oleh semua orang, iya kan? Tapi tidak bagi Argha yang dengan setia menunggu sa...
20.8K 4K 17
harry jadi tukang iga bakar. gimana tuh jadinya? Highest rank #8 in styles - Jun 2018 #8 in directioners - Nov 2018 #13 in styles - Nov 2018 #19 in 1...