Kuanta (End)

By WinLo05

49.6K 9.6K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... More

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 2 - Hyperspace
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 7 - Over Power
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 11- Labor OV
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 16- Sinar Gamma
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 24 -Kekekalan Energi
Chapter 25 - Kinematika
Chapter 26- Vektor
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 43- Gerak Melingkar
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 46 - Pertemuan
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 27- Jenis Energi

481 153 33
By WinLo05

Perjalanan kembali dilanjutkan. Fisika berusaha mati-matian meyakinkan Sagi dan Izar bahwa ia baik-baik saja dan mereka berdua tidak perlu khawatir.

Hari kian terik dan Fisika mulai merasakan betapa sakitnya duduk di atas punggung kuda. Bokongnya mati rasa, tentu ini adalah pengalaman pertamanya berkendara dengan hewan berkaki empat.

Angan Fisika membayangkan, kuda hitam tersebut dapat memunculkan sepasang sayap yang akan membentang lebar dan terbang menembus cakrawala. Dia berharap itu adalah pegasus.

Fisika pun bergerak risih untuk mencari posisi ternyaman dan mustahil bagi Sagi untuk tidak menyadari perilaku tersebut.

"Lo baik-baik saja?" tegur Sagi di antara embusan angin. Mereka telah melewati setengah hutan dan makin dalam menelusuri jalan setapak.

"Pantat gue sakit," keluh Fisika. "Tapi jangan pikirkan. Gue baik-baik saja kok. Maju aja terus."

Sagi menarik tali kekang kuda semakin kuat. Lalu memaksa si kuda berlari cepat menyusul Izar yang berada di depan.

Izar melirik mereka sekilas lalu perlahan-lahan mengurangi kecepatan.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Izar

"Bokong Fisika sakit."

Rasa-rasanya, Izar hampir saja terjungkal dari atas pelana. Ia menarik tali kekang dengan kuat untuk menghentikan sang kuda. Bola matanya nanar menatap Fisika dengan sorot tidak percaya.

"Bigbos bilang apa?" tanya Izar memastikan. Setelah hidung yang mimisan, sekarang mereka malah berdebat tentang bokong Fisika yang kesakitan.

Fisika yang mendengar celutuk polos Sagi yang tidak kenal tempat dan bernada. Mendadak ingin menghadiahi sang Kaisar dengan bogem mentah saat itu juga.

Wajah Fisika memerah malu bagai kepiting rebus, tatkala mereka harus membahas masalah bokong. Dia hanya balik menatap gusar Izar dengan tatapan yang seolah berkata. Senggol dikit, gue bacot!

"Kita akan berkuda dengan kecepatan sedang." Sagi memberitahu, lalu mulai memimpin perjalanan menggantikan Izar.

Izar hanya memilih diam dan menurut dengan titah Sagi. Mereka tidak lagi berkuda dengan cepat. Tetapi, sepanjang perjalanan sisa siang tersebut. Izar semakin curiga bahwa bisa dipastikan Sagi dan Fisika telah menjalin suatu ikatan yang mustahil.

.
.
.

Bulan separoh berganti posisi dengan matahari. Langit cukup terang, tetapi tidak mampu menembus kegelapan hutan. Hanya cahaya api unggun yang tampak menari-nari bagai oasis di tengah kegelapan.

Mereka berkemah tidak jauh dari letak jalan setapak. Tentu saja, tanpa mandi sore dan hal tersebut membuat Fisika merasa tidak nyaman. Ia membayangkan bagaimana karakter-karakter fantasi yang ia tulis tidak mandi berhari-hari karena misi selama perjalanan.

Sekarang ia sangat menyesal membayangkan hal tersebut. Dia meratapi nyala api unggun setelah menghabiskan bekal yang diberikan Rebecca untuk persediaan.

Derik kayu yang terbakar dan suara orkestra yang di senandungkan binatang malam membuat Fisika cukup merasa terhibur. Untung saja tidak ada degung nyamuk yang terbang di dekat teliganya, Fisika sangat membenci serangga satu itu.

"Masih empat hari perjalanan."

Izar membentangkan peta perkamen di atas pangkuannya, sementara Sagi sedang berdiri di sisinya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Jika tidak ada hambatan," Sagi mulai menatap jauh ke arah kegelapan hutan. "Setidaknya, semua akan baik-baik saja."

Fisika ikut menoleh ke arah kegelapan pekat di belakang mereka. Entah apa yang sedang di terawang oleh Sagi di sana. Fisika tidak mau mencari tahu.

"Gue kepikiran bandit." Fisika menginterupsi. "Bukankah komplotan itu sering ada dalam kisah-kisah perjalanan seperti ini? Mereka biasanya akan menghadang dan merampok para pelancong yang melewati hutan."

Izar meraih beberapa ranting dan melemparkannya ke dalam api unggun. Bunga-bunga api semakin bertebaran di sekitar mereka.

"Ya, hal biasa dalam fiksi fantasi. Kalau mereka muncul, tinggal eksekusi aja. Beres, bukan?"

Izar tersenyum tipis menatap Fisika. Jenis senyum yang membuat bulu kuduk wanita tersebut merinding.

"Lo kenapa sih?" ketus Fisika yang tidak tahan dengan sikap Izar.

"Maksud lo?" balas Izar tidak terima. "Gue gak kenapa-napa tuh. Lo sensi amat jadi orang."

"Lo kalau gak suka sama gue tuh bilang. Jadi cowok tuh ya? Gentle dikit napa? Ngomong! Lo benci gue kenapa? Kalau gue ada salah sama lo. Lo bisa ngomong sama gue Zar. Gue bakal intropeksi diri jika gue dah buat salah sama lo."

Izar tidak segera membalas Argumen Fisika. Walau mata hitamnya berkilat tidak suka dan mata cokelat Fisika yang masih memancarkan binar adu mulut. Izar hanya bisa memutar bola mata malas sembari membuang pandangan ke arah hutan.

"Sudahlah. Gak usah di bahas, gue mau tidur."

Pria itu pun buru-buru menyimpan kembali peta ke dalam tas. Lalu mengeluarkan sleeping bag miliknya, memakainya dan memejamkan mata dengan segera.

Melihat tingkat Izar yang seolah melarikan diri dan tidak ingin menghadapi masalahnya sendiri. Justru semakin membuat Fisika merasa geram.

Toh, dia juga tidak mau ribut malam-malam di tengah hutan seperti orang gila. Saat ia memalingkan mata menatap Sagi....

"Tidur!" titah Sagi dalam satu nada yang tegas. Dia telah mengambil posisi Izar untuk menjaga api tetap menyala.

"Eh?"

"Gue bilang tidur. Ini perintah Fisika."

Fisika tidak berkutik, jika Sagi telah menggunakan kartu AS miliknya. Wanita itu hanya menghela napas. Kemudian menarik sleeping bag milikinya sendiri untuk digunakan.

Sekarang, ia dan Izar tampak seperti kempompong yang berada dalam keremangan cahaya api unggun milik seorang induk ulat jantan yang sedang berjaga.

"Baginda," lirih Fisika yang membaringkan diri menatap kerlap-kerlip bintang di atas langit. "Gue rasa, Izar perlu tahu apa yang terjadi antara Baginda dengan gue. Tolong jelaskan sama dia apalah gitu. Biar dia gak kayak ABG labil yang merajuk gak jelas. Gue sebagai teman lama yang udah mengenal Izar. Berharap, misi ini gak berantakan gara-gara gue. Gue mohon, Baginda."

Fisika melirik Sagi sejenak dalam bayang-bayang nyala api unggun. Sial bagi jantung Fisika. Mau dilihat dari sudut mana pun, mahakarya pahatan rahang yang membentuk wajah sang Kaisar tetap terlihat pesona.

Barangkali, Ariel Little Mermaid akan meninggalkan pangerannya saat melihat Sagi. Yeah, Sagi adalah the real cowok wattpad di dunia nyata.

"Tidur!" Sagi kembali mentitahkan kata tersebut. Fisika hanya tersentak dan bisa pasrah pada ketua genk mereka. "Emosi milik lo terhubung dengan energi sihir gue. Secara supranatural, gue mempunyai kemampuan menggunakan elemen listrik dan petir yang mengalir dalam nadi gue sendiri. Semakin emosi lo gak stabil, itu akan mempengaruhi perubahan energi gue dan asal lo tahu, sihir gue dalam ilmu fisika mencakup energi potensial, energi kinetik, energi kalor, energi cahaya, energi nuklir, energi bunyi dan sebagainya."

Alis Fisika bertaut bingung. Dia mendadak teringat dengan hukum kekekalan energi yang tempo hari diajarkan Sagi.

... Energi Tidak Dapat Diciptakan dan Tidak Dapat Dimusnakan, Tetapi Dapat Diubah Dari Satu Bentuk Ke Bentuk Energi Lain.

Tetapi Dapat Diubah Dari Satu Bentuk Ke Bentuk Energi Lain.

Tetapi Dapat Diubah Dari Satu Bentuk Ke Bentuk Energi Lain.

Fisika mendadak ngeh. Mata cokelatnya membulat sempurna.

"Mustahil!" ujar Fisika takjub. "Bagaimana mungkin Baginda bisa mengendalikan semua jenis sihir?"

"Itulah fatal kekuatan milik Bigbos." Izar mendadak menyahut. Dia memang sedari tadi hanya berpura-pura tidur. "Bigbos memiliki kemampuan sihir yang dapat mengubah energi apapun menjadi kekuatan sihirnya dan hal inilah yang Bigbos keluarkan saat menyelamatkan lo beberapa waktu lalu. Kekuatan tersebut terlalu over power dan sangat besar. Makanya, Ibu Suri sangat tidak setuju Bibgbos ikut dalam misi ini."

Fisika mendadak tidak bisa tidur. Sagi terlalu sempurna untuk jadi nyata. Dia adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Wanita itu menelan salivanya.

Kekuatan sehebat itu mengalir juga dalam pembuluh darahnya. Perasaan Fisika bercampur aduk. Senang barangkali, tetapi dia juga takut. Apabila tidak bisa mengontrol kekuatan sihir seperti itu.

"Untungnya kemampuan lo sebagai pelindung bisa cukup merendam energi tersebut," ujar Sagi sambil melemparkan beberapa ranting ke dalam api unggun yang hampir padam.

Tanpa diduga, Izar sudah menerjang kerah tunik Sagi dengan sangat kuat. Wajah Izar memerah menahan emosi serta gejolak yang selama ini ia tahan dan simpan. Sekarang, mungkin akan meledak malam itu juga.

"Bigbos kenapa melakukan hal tersebut?! Bukankah itu perjanjian sihir terlarang? Bigbos dan Fisika akan terikat sehidup-semati! Ini fatal, Bigbos! Bigbos adalah pewaris kekaisaran! Bigbos akan memancing perang antar ras di Malakai!"

Izar merasa gila. Kedua tangannya gemetar saat ia menari tangannya turun dari kerah tunik milik Sagi.

Malam itu seharusnya dingin. Tetapi suasana di sekitar nyala api terasa sangat membara. Perjalanan ini semakin runyam. Permata belum sepenuhnya terkumpul. Tetapi masalah baru telah datang menghampiri.

"Jika lo tutup mulut, semuanya akan baik-baik saja."

Izar tidak habis pikir melihat Sagi masih bersikap tenang.

"Gue gak akan ember sama Ibu Suri. Tetapi bagaimana dengan Sohye? Bigbos dan dia udah dijodohkan. Kalian akan menikah dan wanita ini!" Izar menunjuk Fisika tiba-tiba.

"Anda ingin menjadikannya selir?"

Guntur menggelegar di atas langit secara misterius. Petir telah menyambar sebuah batang pohon di dekat mereka hingga tumbang dan terbakar. Lalu angin mendadak berhembus kencang. Api unggun yang mereka nyalakan padam dalam seketika.

Air mata Fisika tumpah. Dia kecewa, pertama karena Sagi sudah ada yang memiliki. Kedua, dia tidak mau hidup sebagai seorang selir. Membayangkannya saja, tubuh Fisika gemetar hebat.

Dia bisa memprediksi, kisah hidupnya akan mirip seperti pemeran wanita dalam cerita manhwa yang sering dia baca di aplikasi KakaoPage. Fisika akan ditindas oleh calon ratu dan barangkali akan tewas dalam tangan si Antagonis. Untung-untung jika dia terbangun dengan mengulang waktu.

Izar dibuat pusing tujuh keliling. Penglihatan Fisika dan Sagi mendadak berubah menjadi biru terang. Jiwa mereka terkoneksi satu sama lain. Pria itu harus berpikir cepat, siapa yang harus ia selamatkan lebih dulu.

Fisika? Atau sang Kaisar?

__/_/_/__/___
Tbc


Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 1.4K 22
Note : Bukan novel terjemahan! Ini jernih hasil pemikiran sendiri, plagiat jangan mendekat! **** Nadindra adalah murid kelas 3 SMA Swastamita Candras...
1.1K 427 17
"Semua peri memiliki sayap dan kekuatan. Mengapa aku tidak?" - AINA KACA🦋 🌼🌼 Sameer, seorang pria yang baru saja patah hati, terjebak di alam lain...
77.8K 5.3K 29
Apa yang terjadi jika seorang ketua mafia yang di takutan di seluruh dunia itu meninngal yang sungguh aneh Karena dia sedang tidur tapi pas buka mat...
97.6K 7.1K 50
Karena Wattpad adalah platform berbagi cerita secara gratis, siapa pun bisa menjadi penulis meski tanpa bakat atau jiwa seorang penulis. Namun, fakta...