TOXIC - YEJISU X RYUJIN [COMP...

By Midziis

1.7K 102 16

Yeji, Lia dan seseorang dari masa lalu lia bernama Ryujin More

Ch. 2
Ch. 3
Ch. 4
Ch. 5
Ch. 6
Ch. 7
Ch. 8
Ch. 9
Ch. 10
Ch. 11
Ch. 12
Ch. 13 END
Ch. 14 (BONUS)
Ch. 15 (BONUS 2)

Ch.1

347 7 0
By Midziis

Hwang yeji
.

Choi Lia
.

"Tunggu yeji, aku bisa jelaskan...." kutarik tangan yeji kuat. Menahannya untuk tidak pergi. Mencoba memeluknya dari belakang namun kemudian tangannya yang lain mendorongku hingga terjungkal kebelakang. Tak mengijinkan aku menyentuhnya padahal sebelum kejadian itu terjadi yeji sangat suka saat tanganku menyentuh tubuhnya.

"Lepaskan aku !" Teriaknya dengan emosi yang meluap-luap. Namun aku tak menyerah. Kali ini menggapai kakinya. Tak ingin berakhir seperti ini karena aku masih sangat mencintainya.

"Aku bilang lepaskan aku !" Yeji kembali berteriak. Menggerak-gerakan kakinya agar tanganku terlepas dari kakinya, tapi lagi-lagi aku tak mau menyerah dengan menahannya. Membuat tubuhnya roboh kedepan karena kakinya tak juga terlepas dari tanganku.

"Yeji aku mohon...." lirihku dengan suara terisak. Merangkak naik kebelakang tubuh yeji kemudian memeluk tubuhnya yang kini kembali berontak minta dilepaskan. "Maaf.....maafkan aku....."

"Kenapa? Kenapa kau lakukan ini padaku lia?!" Teriak yeji bersamaan dengan suara tangisnya. Ia mulai melemahkan rontaan tubuhnya, tersedu menumpahkan rasa sedih dan kecewanya atas apa yang sudah kuperbuat padanya.

"Aku mohon maafkan aku....." lirihku. Ikut menangis bersamanya.

Aku tau aku bersalah. Hal yang sangat kusesali bahkan setelah 5 tahun berlalu. Aku masih sangat berdosa karena mengkhianati yeji yang sangat mencintaiku. Cinta yang tak kutau masih ada pada dirinya atau tidak karena 5 tahun ini hubungan kami memburuk. Dia memutuskan hubungan kami sepihak dan berkali-kali berjalan dengan wanita lain selain aku. Sedangkan aku, aku hanya dapat menyaksikan yeji menggandeng wanita itu dengan membawa penyesalan dihidupku. Tak menemukan jalan keluar karena rasa bersalahku terasa sangat membelenggu. Menahanku entah sampai kapan.

"Yeji..." aku bangkit ketika menyadari yeji masuk kedalam apartemen. Apartemen kami, atau lebih tepatnya apartemen yang kubeli 7 tahun lalu atas nama dirinya.

"Aku sudah menunggumu sejak tadi, aku membawakan dinner untuk kita makan bersama.." kataku dengan menunjukkan senyum terbaikku. Menyambutnya datang. Namun sosok dibelakang tubuhnya membuatku mundur selangkah. wanita dengan pakaian super mini yang terlihat mabuk.

"Kemarilah honey...." ucap yeji pada wanita itu. Menarik tangan wanita berambut pajang sepinggang, Mengajak wanita itu masuk kedalam kamar tidur dan mengabaikan aku. Dia bahkan tak merespon perkataanku dan pergi begitu saja membawa wanita lain kedalam kamar kami.

Kupejamkan mataku sepersekian detik untuk menyabarkan diriku sendiri. Menenangkan jantungku yang terpacu karena melihat mereka berdua. Tanganku bahkan bergetar sekarang.

Jujur rasanya ingin sekali aku berteriak. Memaki wanita itu, memaki yeji namun hal itu tidak terjadi dan hanya menyisakan rasa sakit. Melihat seseorang yang aku cintai menggandeng wanita lain, atau mungkin mereka sedang bersenang-senang didalam sana. Sungguh aku tak ingin memikirkannya. tapi aku juga tak dapat melakukan apapun karena rasa bersalahku melebihi rasa sakitku. Hanya dapat menunggu dan menunggu sampai akhirnya yeji sadar aku masih disini untuknya kemudian kembali padaku.

.

#flashback
Yeji dan aku 16 tahun

Library
.


"Lia...." yeji melambaikan tangannya. Mendekatiku yang sedari tadi menunggunya diruang perpustakaan. Ini sudah pukul 6 sore dan tidak ada satupun orang berkeliaran disini kecuali kami.

"Maaf membuatmu menunggu lama..." ucap yeji. Duduk diseberang tempatku duduk.

"Tak masalah, aku sibuk dengan bukuku.." jawabku ringan.

"Buku apa yang sedang kau baca?" Tanya yeji terlihat penasaran dan sedikit mengintip kearah buku yang kubaca.

"Tentang bisnis...." aku tersenyum.

"Kau benar-benar membosankan lia, kenapa diusiamu yang masih muda kau justru membaca buku semacam itu?" Yeji melipat kedua tangannya didepan dada. Terlihat tak tertarik dengan buku yang kupegang.

"Aku anak satu-satunya ayahku, jika bukan aku yang meneruskan perusahaan kelak siapa lagi yang akan melakukannya?"

"Tapi tidak diumur ini kan?" Protes yeji tak mau kalah.

"Aku harus belajar sedini mungkin.." kataku membela diri.

Yeji terlihat memajukan bibirnya kemudian menarik nafasnya dalam-dalam. "Baiklah nona muda aku mengerti...." ucapnya dengan ekspresi wajah yang sangat lucu. Mengakhiri percakapan kami dan kami sibuk dalam dunia kami masing-masing. Aku dengan bukuku sedangkan yeji dengan rambutnya. Mungkin dia bosan hingga berkali-kali mengacak rambutnya lalu merapikannya lagi. Melepas cap yang ia pakai kemudian memakainya lagi seperti semula.

"......bagaimana dengan turnamenmu hari ini? Timmu berhasil memenangkannya?" Tanyaku disela membaca. Tak ingin membuatnya bosan.

"Aku akan memenangkannya tahun depan.." jawabnya santai. Dia bahkan tak melihat kearahku dan masih sibuk dengan rambutnya.

"Apakah artinya tim mu kalah?" Tanyaku lagi.

"Ini bukan salahku, aku sudah berusaha keras menjaga bola tetap ditangan timku. tapi timku justru melakukan banyak kesalahan..."yeji membanting capnya keatas meja. Tiba-tiba terlihat kesal.

Aku terdiam beberapa saat kelihat reaksinya yang tak terduga. "......Jangan salahkan orang lain, jika tim basketmu kalah artinya kau juga kalah..."

"Kenapa kau menyalahkan aku? aku sudah berlatih sangat keras. Kita bahkan jarang bertemu karena latihan itu..." kini pandangan yeji terarah padaku dengan dahi yang berkerut. Wajahnya benar-benar kesal sekarang.

"Kau kesal?" Tanyaku.

"....tentu saja, aku benci ketika aku tak dapat bertemu denganmu" jawabnya.

Mendengarnya mengatakan itu aku hanya tersenyum kecil. "Tapi hari ini kita bertemu kan?" Aku mencoba menghiburnya.

"Ya tapi kau sibuk dengan buku bisnismu..." yeji melirik pada buku yang masih setia kupegang.

"Baiklah aku akan melupakan semua buku ini, lalu apa yang akan kita lakukan sekarang..." kututup buku ditanganku kemudian menumpuknya bersama buku lain. Mengarahkan pandanganku sepenuhnya pada wanita berambut lurus sepinggang didepanku tak ingin membuatnya semakin kesal karena menganggapku mengabaikannya.

"Apakah kau tak merindukan aku? Kita tak bertemu hampir 1 bulan karena jadwal latihanku dan kau terlihat sangat tidak peduli seperti ini..." yeji tertunduk. Memainkan kuku jarinya yang pendek.

"Aku bukannya tidak peduli, hanya saja aku mencoba mengerti posisimu..."

".....setidaknya kau memelukku ketika datang tadi. Padahal aku sudah membayangkannya, kau tersenyum dan memelukku karena merindukan aku..." ucapnya dengan wajah sedikit memerah.

Melihat itu aku kembali tersenyum. Mulai mengerti dengan pikiran wanita didepanku ini. Aku bangkit kemudian berjalan mendekati yeji. Berdiri tepat disampingnya. Menatap yeji yang kini menengadahkan wajahnya melihat kearahku.

Bukankah dia sangat menggemaskan dengan wajahnya yang memerah?

"Apakah kau sangat menyukaiku?" Tanyaku. Kini mendudukan tubuhku dipangkuannya. Merangkul lehernya dengan kedua tanganku sembari menatap wajahnya yang kini berubah merah padam.

Mungkin dia gugup karena selama setengah tahun kami menjalin hubungan kami hanya bergandengan tangan dan sekali berpelukan.

"T-tentu....tentu saja aku...." suaranya tertahan saat bibirku mulai menempel pada bibirnya tanpa aba-aba. Matanya terlihat terbuka lebar seperti tak mempercayai apa yang baru saja kulakukan padanya, namun tak lama kemudian kedua matanya mulai terpejam. Membiarkan bibirku menempel bibirnya yang lembut.

Aku lupa kapan kami bertemu. Tapi saat itu yeji datang dan mengatakan dia menyukaiku pada pandangan pertama. Saat itu wajahnya sangat merah, aku tau dia berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya dan tanpa berpikir panjang aku mengiyakannya.

.

.

Lee jeno
.

"Aku menyukaimu..." kuarahkan pandanganku dari buku ditanganku pada seorang lelaki bernama jeno yang kini secara terang-terangan menyatakan cintanya padaku didepan kelas. Dia tersenyum namun wajahnya tak semerah yang yeji tunjukan dulu saat mengatakan menyukaiku. Mungkin jeno sudah terbiasa mengatakan cintanya pada orang lain hingga dia sangat santai berada didekatku.

Kumiringkan sedikit kepalaku, memperhatikan orang orang dibelakang tubuh jeno. melihat sebagian orang didalam kelasku yang terlihat bersorak karena mendengar pernyataan yang jeno ucapkan padaku. Sebagian lagi terlihat terkejut karena lee jeno adalah lelaki popular disekolah ini.

"Choi Lia mau kah kau menjadi kekasihku?" Tanyanya. memberikan karangan bunga mawar putih yang cukup banyak kepadaku. Aku tidak merespon. Hanya melihatnya datar. Jujur aku ingin menolaknya mentah-mentah didepan semua orang tapi aku juga kasihan padanya karena aku tau dia akan sangat malu jika gadis sepertiku menolaknya didepan umum. Karena itu sebagai orang yang baik kuambil buket bunga mawarnya. yang entah kenapa disambut dengan teriakan orang-orang dikelas. Juga pelukan dari jeno yang tanpa mengatakan apapun langsung merengkuh tubuhku kedalam pelukannya.

Aku bahkan tidak mengatakan sepatah katapun tapi kenapa mereka terlihat sangat senang?

"Terima kasih..." ucap jeno berbisik ditelingaku. Menyalah artikan kebaikanku padanya.

"Tak perlu berterima kasih..... aku melakukan ini bukan karena aku menyukaimu, aku hanya tak ingin kau malu karena aku menolakmu didepan kelas..." balasku. Ikut berbisik ditelinganya. Tak ingin dia salah paham terhadapku.

"Apa maksudmu?" Jeno memundurkan sedikit tubuhnya. Tak sepenuhnya melepas pelukan dan hanya menatapku dengan jarak kami yang sangat dekat.

"Maaf tapi aku sudah memiliki orang lain yang ku sukai..." kataku menjawab kebingungannya.

Kali ini jeno terdiam. hanya beberapa saat sebelum akhirnya orang-orang dibelakang sana menarik jeno hingga pelukannya terlepas dariku.

"Yaaa, berhentilah berpelukan. ayo kekantin sekolah kita harus merayakan hari jadi kalian..." ucap seorang pria teman kelasku. Mulai mengerumuni kami sembari sesekali memberikan selamat dan menjabat tanganku. Seorang wanita bahkan mengambil bucket bungaku dan mencium baunya sambil tersenyum kemudian entah mengatakan apa. Dan dibalik kerumunan itu. Diujung mataku. Kulihat sosok yeji disana. Menatapku dengan tatapan sedih. Entah sejak kapan dia berdiri disana, tapi yang jelas ini tidak bagus. Aku tau yeji akan berpikir lain. Aku tau dia akan salah paham dan menyalahkan aku yang bermaksud baik. Seharusnya sebelum mengambil bunga dari jeno aku harus berpikir panjang dan tidak melakukan kesalahan.

"Ye....yej..." tanganku terulur. Berusaha keluar dari kerumunan disekitarku menuju yeji yang masih berdiri disana. Masih memandangi aku dengan tatapan yang jujur membuat hatiku sakit. Namun seseorang justru berdiri didepanku kemudian mengatakan. "Hey lia yang lain sudah menuju kantin, ayo kita harus menyusul mereka untuk merayakannya..." katanya dengan senyum lebar. menarikku. Memaksaku untuk ikut bersama dengannya meskipun aku tak ingin pergi. Aku ingin disini. Bersama yeji. Aku ingin menjelaskan segalanya sebelum yeji semakin salah paham.

Namun aku tak dapat berkutik. Ketika teman wanitaku yang lain ikut menarikku. Memisahkan aku dengan yeji. Aku hanya dapat menatap yeji dengan pandanganku yang nanar.

#flashbackend

.

Apartment
.

"Sampai kapan kau akan berada disini?"

Kubuka mataku berlahan. Mengerjapkan mataku beberapa kali. menemukan sosok yeji yang berdiri didepanku sembari menghisap rokok ditangannya. Wajahnya terlihat sangat dingin.

"Maaf aku tertidur..." kataku kemudian bangkit dari sofa yang tak sengaja kutiduri.

"Apakah kau tak bosan datang kemari setiap hari?" Yejj terlihat sangat sinis. Kembali menghisap rokok ditangannya kemudian melipat kedua tangannya didepan dada.

"Aku hanya ingin makan malam bersamamu..." jawabku sedikit tertunduk.

"Aku tak memiliki waktu untukmu, aku sibuk" yeji mematikan rokok ditangannya kedalam asbak yang sudah tersedia dimeja.

"....kalau begitu aku akan menunggu" kataku menatapnya yang kini terlihat sedang mengambil kunci mobil tak jauh dariku berdiri sekarang.

"Sampai kapan? Bukankah sudah kukatakan untuk jangan menggangguku lagi? Kita sudah selesai lia ! kau harusnya dapat menerima keputusanku! " dahi yeji berkerut. Kali ini menatapku penuh amarah.

Aku terdiam. Rasanya ingin menangis namun aku tau air mataku tak dapat menolongku terlepas dari rasa sedih. Yang harus aku lakukan hanya menguatkan diriku sendiri. Akan kubuktikan padanya jika aku benar-benar mencintainya.

"...aku akan memanaskan makanannya" jawabku. Tak menganggap perkataannya. Berjalan kearea dapur. Mengeluarkan makanan yang sore tadi sengaja kubuatkan.

"Hentikan !" Yeji berteriak. Menahan gerak tanganku yang akan mengambil mangkuk untuk memanaskan sup ayam herbal buatanku.

"...aku sudah bersusah payah memasaknya untukmu" kataku dengan suara bergetar menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk mata.

"Aku bilang hentikan! Apakah kau tuli?!" Lagi-lagi yeji berteriak.

"....yeji aku mencintaimu" kubalikan tubuhku yang sebelumnya memunggungginya. Kembali menatap yeji dengan air mataku yang tak sengaja menitik.

"Cinta?.........Kau bilang cinta?" Yeji tersenyum sinis mendengar perkataanku. mendekatiku yang berdiri beberapa langkah darinya. Memutari tubuhku dengan ekspresinya yang sangat bertolak belakang dengan dirinya yang dulu. "Jika kau mencintaiku kau tidak akan pernah tidur dengan lelaki itu lia!!!" Untuk kesekian kalinya yeji berteriak. Membanting semua makanan yang kubawa kelantai dan entah kenapa kedua telingaku berdeging sekarang. Air mataku mulai mengalir lebih deras tanpa kuminta.

"Aku membencimu !! Aku membencimu lia ! Jadi jangan pernah datang lagi dihadapanku !" Teriaknya lagi sebelum akhirnya pergi. Meninggalkan kekacauan ini, meninggalkan aku yang kini terisak seorang diri.

.

#flashback

Rooftop
.

"Apa yang terjadi?" Yeji tertunduk. Tak melihat kearahku dan hanya menundukkan kepalanya. Wajahnya terlihat sembab dan aku tau sebelum datang yeji pasti menangis karena kejadian tadi.

"Kau menangis?" Kutempelkan tanganku dipipinya namun dengan segera yeji mendorong tanganku. Seperti tak mengijinkan aku menyentuhnya. "Kau melihat semuanya saat dikelas?" Tanyaku sangat merasa bersalah.

"Aku tau hubungan kita tidak seperti hubungan yang normal karena kita sama-sama seorang wanita. tapi apakah setelah menerima ungkapan sukaku yang wanita. kau juga harus menerima ungkapan suka seorang pria?" Katanya berbalik menanyaiku. Menatap atap atap rumah penduduk yang dapat kami liat dari rooftop sekolah.

"Bukan seperti itu yeji, aku tak bermaksud menerima jeno. Ini hanya kesalah pahaman..." aku mencoba menjelaskan.

"Lia aku.....aku mengerti.....ini pertama kalinya aku sangat menyukai seseorang didalam hidupku dan ini pertama kalinya juga aku menjalin hubungan dengan seorang wanita sepertimu. Jika kau menyukai memang lelaki itu aku akan mengikhlaskanmu. Aku baik-baik saja jangan pedulikan aku..." yeji menolehkan wajahnya padaku kemudian tersenyum. Senyum yang terlihat sekali ia paksakan karena aku dapat melihat genangan air dipelupuk matanya.

"Hey kenapa kau mengatakan itu? Aku tidak menyukainya, aku bersumpah aku hanya menyukaimu. Aku hanya tidak mau dia malu karena aku menolaknya didepan umum.... itu saja" kataku lagi. Memperjelas kejadian sebenarnya kepadanya meskipun aku tak yakin ini dapat membantu karena aku lemah dalam menjelaskan.

"Malu? Alasanmu benar-benar tak dapat kuterima. Kenapa kau tak ingin dia malu karena menolaknya?" Yeji terlihat kebingungan.

"Aku mohon percayalah padaku, aku hanya menyukaimu yeji.." kuraih tangan yeji, mengecup punggung tangannya kemudian meletakan telapak tangannya tepat didetak jantungku.

"....entahlah lia, aku masih tak dapat menerimanya....." yeji menarik tangannya dan kembali tertunduk.

Melihat yeji yang tak percaya membuatku berpikir keras. Aku memang sulit untuk menjelaskan kejadian sebenarnya tapi aku akan buktikan kepadanya jika aku tidak berbohong.

"..ikut denganku" aku beranjak. Menarik tangan yeji, menyuruhnya mengikutiku.

Awalnya yeji terlihat ragu. Namun akhirnya dia hanya mengikutiku yang kini mulai menuruni tangga 3 lantai. Memutari gedung untuk sampai kebelakang sekolah.

Saat ini pelajaran memang sedang berlangsung namun aku memutuskan untuk menemui yeji dan menjelaskan segalanya tapi sepertinya yeji tak juga bisa mengerti dan memaksaku untuk membawanya ketempat rahasia.

"Kita akan kemana?" Tanya yeji setelah sebelumnya hanya diam mengikuti.

Aku tidak menjawab dan semakin mempercepat laju kaki. Masih menarik tangan yeji yang aku genggam sangat erat. Mendekati sebuah mobil tua yang terparkir bertahun-tahun tanpa tersentuh orang lain.

"Hey kau mau kemana?" Yeji menatapku saat dengan tiba-tiba aku melepaskan pegangan tanganku dan memilih membuka bagasi dari mobil tua itu.

"Lia tunggu, kenapa kau membuka mobil itu?" Yeji mengikutiku dari belakang. Memajukan kepalanya melihat isi dari mobil yang ternyata berlubang dibagian dalamnya.

"Masuklah...." jawabku mempersilahkan yeji masuk setelah menyalakan lampu berkedip didalamnya.

Yeji terlihat enggan namun akhirnya ia menurutiku, merangkak masuk kedalam mobil itu. Disusul aku yang kemudian menutup bagasi belakang mobil.

"Tempat rahasiamu?" Yeji membuka percakapan setelah melihat buku-buku dan beberapa hiasan bunga yang terdapat didalam mobil. Melihat dengan seksama bagian dalam mobil yang sudah tidak lagi memiliki kursi dan kuganti dengan karpet juga beberapa lampu berkelip yang dapat kunyalakan dengan battery. Dibagian kacanya sengaja kututupi dengan semacam plastik dimana orang luar tidak bisa melihat kedalam sedangkan orang yang berada didalam dapat melihat keluar dengan jelas.

"Aku hanya sesekali datang untuk membaca saat aku tak ingin mengikuti pelajaran..." jawabku. Yang kemudian direspon dengan anggukan kepala amber. Dia terlihat tenggelam dalam pikirannya. Membuka dan menutup buku-buku yang sudah kubaca kemudian menyandarkan tubuhnya kesebuah bantal besar yang memang sengaja kutaruh, untukku bersantai disaat membaca.

"Kau masih marah?" Tanyaku setelah 5 menit hanya berdiam diri.

Yeji menoleh. Menatapku."....aku hanya belum dapat menerima alasanmu. Aku tak mengerti kenapa kau sampai mau melakukan itu. Tak ingin membuat jeno malu? Ayolah, sekarang setiap orang akan menganggap kalian pasangan..." yeji menghela nafasnya.

"Kalau begitu aku akan membuka bajuku sekarang...." aku melepas coat sekolah yang kupakai. membuka kancing seragamku satu persatu untuk membuktikan jika aku tidak membohonginya. Aku tau mungkin ini gila tapi aku benar-benar menyukai yeji. Jika hanya ucapan tak mempan untuk membuatnya percaya aku bisa melakukan ini untuk membuatnya percaya seratus persen kepadaku.

Yeji yang melihatku yang tiba-tiba membuka bajunya tersentak. Dengan reflek menahan tanganku yang hampir melepas semua kancing seragam hingga menampakkan bra berwarna hitam yang kupakai dibalik seragam. "Wowowow.....apa yang kau lakukan?!" Ucap yeji setengah berteriak. Matanya terlihat melotot sekarang ditambah wajahnya yang seketika memerah melihatku begini.

"Bukankah sudah kukatakan jika aku akan membuktikannya padamu?"

"T-tapi.....tapi bukan begini" jawab yeji kemudian memeluk tubuhku dengan kedua matanya yang terpejam. Mungkin dia malu, aku bahkan dapat merasakan suhu badannya yang panas dan detak jantungnya yang terpacu cepat. "Maaf...seharusnya aku mempercayaimu" lirih yeji.

"......Apakah kau tak ingin melihatnya?" Kataku menggodanya. Namun dengan cepat ia menggelengkan kepala.

"Aku tak ingin melihat apapun dari tubuhmu, aku tak ingin merusakmu karena aku yakin aku akan kehilangan control ketika melihatnya..." yeji melepaskan pelukannya. Mengancing kembali kancing seragamku dengan kedua mata masih tertutup rapat.

Aku terkekeh melihatnya yang seperti ini. Bukankah dia langka? Jika orang lain akan dengan senang hati ketika ada wanita yang menawarkan hal seperti ini pada mereka. Tapi yeji justru menutup mata dan melewatkanya.

"Kau benar-benar tak ingin melihatnya?" Tanyaku lagi ketika akhirnya kedua matanya terbuka.

"Yaaa....kau membuatku malu..." yeji menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangan.

"I love you...." lirihku. Memperhatikannya yang kini menurunkan kedua tangan dan menatapku.

"...i love you too" ucapnya sembari menunjukkan senyumnya.

#flashbackend

.
Author POV

Lia membuka pintu apartemen dimana yeji tinggal setelah menekan 8 digit nomor untuk membuka sandi. Masuk secara berlahan dengan membawa 1 plastik barang yang nantinya akan ia masak untuknya dan yeji sebagai breakfast.

Ini hari yang lain setelah sebelumnya yeji berteriak dan membuang semua makanan yang ia masak. Tapi lia tak menyerah. Ini sudah 5 tahun dan lia harap dengan tekadnya yang kuat yeji akan menyadari jika masih ada rasa cinta untuknya dan dapat memaafkan lia.

Lia melepaskan sepatu haknya. Berjalan kearah dapur untuk meletakan barang bawaan yang ia bawa kemudian berjalan kedalam lorong pendek dimana kamar yeji berada.

"Yeji....." lia mengetuk pintu kamar yeji yang tertutup. Menempelkan telinganya dipermukaan pintu kemudian membuka knop pintu. Mendorong pintu itu hingga lia dengan jelas dapat melihat ruang tidur yeji.

Mata lia seketik membulat. Dirinya tersentak begitu melihat pemandangan didepannya. Tubuh seorang wanita hanya terbalut pakaian dalam yang terlelap disamping yeji yang juga tengah terlelap.

Lia menutup kedua matanya, membalikan badannya tak ingin melihat pemandangan didepannya yang serasa mengiris hatinya. Namun dia tak bisa membiarkan ini begitu saja. Lia mengumpulkan keberaniannya kemudian kembali berbalik berjalan mendekati wanita yang kemarin ia lihat yeji bawa kedalam kamar. Lia mengambil baju wanita yang tergeletak dimeja kemudian membangunkan wanita itu.

"Kau punya waktu 2 menit sebelum aku menelepon security untuk mengusirmu..." ucap lia ketika wanita itu terjaga. kemudian melemparkan baju wanita itu keatas tubuhnya.

"Hey kau siapa?" Mata wanita itu menyipit. Menatap lia yang kini terlihat melipat kedua tangannya didepan dada.

"Aku pemilik apartemen ini. Silahkan pergi dari sini sebelum aku benar-benar menelepon security !" Kali ini suara lia terdengar meninggi sembari menunjuk pintu keluar kamar.

".....bukankah kau lia? wanita yang selalu yeji ceritakan? Kau masih mengejarnya sampai sekarang? Ah kau benar-benar memalukan sekali..." wanita itu tersenyum sinis. Dengan gontai bangkit dari tidurnya dan memakai gaun minim miliknya. mengambil rokok yang terlihat tergeletak diatas meja disisi ranjang yeji kemudian kembali menatap lia.

"Kau memiliki wajah yang cantik kenapa kau terus mengejar seseorang yang sudah tidak mau denganmu huh? Kau bisa cari wanita lain jika kau mau.." ucap wanita itu sembari menyalakan lighter diujung rokoknya. "Yeji tidak akan kembali padamu, dia selalu bilang dia membencimu..." wanita itu menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Tutup mulutmu dan keluar dari sini !" Kali ini lia terdengar berteriak.

"Aku akan keluar, kau tak perlu berteriak.." wanita itu beranjak dari ranjang. Mengambil tas dan juga high heelsnya kemudian berjalan melewati lia. Keluar dari dalam kamar yeji. Dari apartemen itu.

Rahang lia terlihat mengeras sekarang. Menautkan keningnya melihat kejadian ini terulang lagi. Ini memang bukan sekali dua kali ia memergoki yeji tidur dengan wanita itu tapi meskipun begitu hatinya tetap sakit. Jantungnya akan terpacu hingga membuat darahnya mendidih.

"Yeji...." lia mengguncang tubuh yeji. membangunkan yeji yang masih tak juga membuka mata. "Yeji bangunlah...." lirih lia dengan air mata yang dengan lancang mengalir. Lia tau sekuat apapun ia menahan air matanya, tak akan bisa mengobati rasa sakitnya dan justru semakin menggunung diatas kepalanya.

.
.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5K 65 18
Dear Minji, I hate you, but I keep coming back because I still love you. written by fxckuchim
787K 29.2K 97
𝐀 π’πŒπ€π‹π‹ 𝐅𝐀𝐂𝐓: you are going to die. does this worry you? βͺ tua s1 ⎯⎯⎯ 4 ❫ Β© π™΅π™Έπš…π™΄π™·πš‡πšπ™Άπšπ™΄π™΄πš…π™΄πš‚...
288K 13.8K 93
Riven Dixon, the youngest of the Dixon brothers, the half brother of Merle and Daryl dixon was a troubled young teen with lots of anger in his body...
30.7K 931 20
𝙨π™ͺπ™‘π™‘π™Ÿπ™žπ™£ π™€π™£π™šπ™¨π™π™€π™©π™¨ 𝙛𝙀𝙧 𝙨π™ͺπ™‘π™‘π™Ÿπ™žπ™£ π™¨π™π™žπ™₯π™₯π™šπ™§π™¨! Highest rankings: #1 - sullyoon #1 - jinni #1 - sulljin #1 - nmixx