Life As Of All The What Ifs

By wldstrs

264 3 0

Hidup penuh dengan tantangan. Kau tidak pernah tahu bagaimana hidup mu akan berlangsung, kadang kau bisa ada... More

Part I
⚜️
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19

18

3 0 0
By wldstrs

Aku tidak akan pernah minum sebanyak itu lagi!

Ugh, kepala ku serasa mau pecah, dan tubuh ku terasa seperti aku baru saja melakukan pertarungan dalam ring. Oh tuhan, aku bahkan tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di kamar ini. Semalam jelas aku minum terlalu banyak, hal terakhir yang aku ingat adalah Ellie pingsan setelah minum terlalu banyak. Sungguh aku tidak pernah berpikir aku akan pernah mengalami apa yang disebut sebagai blackout drunk karena aku selalu memonitor seberapa banyak alkohol yang aku konsumsi. Tinggal di bawah atap yang sama dengan Erik mengajari ku itu, aku tidak bisa membiarkan diri ku tanpa kepala jernih. Setiap kali aku pergi ke pesta manapun, aku harus memastikan diri ku sudah kembali sadar sebelum kembali melangkahkan kaki ku kembali ke rumah. Tidak seperti itu melindungi ku sepenuhnya, dia masih tetap menemukan cara untuk menghukum ku. Erik kacau seperti itu. Ugh! Tubuh ku benar-benar terasa nyeri!

"Selamat pagi," gumam ku pada siapapun gadis di dapur

"Jangan khawatir, kita semua terlihat kacau," ucapnya menegak habis sesuatu yang sepertinya jus, "Lily di luar bersama Titans, Alice bersamanya," lalu ia tertawa singkat, "seperti kau, ia masih tidak bisa membedakan antara aku dan Lily."

"Kalian berdua terlihat sangat mirip," balas ku meremas kepala ku pelan

"Ambil segelas jus itu," Ellie menunjuk blender dengan dagunya, "hangover cure."

"Thanks," aku bergerak malas menuju blender dan menuangkan hati-hati isinya ke gelas

"Setelah kau menghabiskan jus mu, bantu kami membersihkan kekacauan semalam, okay?" Ucap Ellie, yang aku balas dengan anggukan

Aku harap jus ini tidak seburuk aromanya, aku juga berharap jus ini sungguh bekerja, karena kalau tidak, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Saat aku bergabung di halaman belakangnya, aku melihat segalanya sudah terlihat bersih. Tidak ada gelas, botol, ataupun sampah berserakan dari semalam. Jadi ku duga mereka sudah menyelesaikan tugas bersih-bersih

"Akhirnya kau bangun!" Lily mengulurkan tangannya pada ku, memanggil ku, "aku takut aku harus membawa mu ke rumah sakit."

"Aku baik-baik saja," balas ku tersenyum sebelum menduduki tempat kosong di sisinya

"Kau mau berenang?" Tanya Lily tiba-tiba

"Uh, entahlah," balas ku tak yakin, "kepala ku sakit dan tubuh ku terasa nyeri."

"Air hangat dapat merilekskan otot," Lily menyeringai

"Ya, Jaz, mari kita berenam di air hangat!" Ucap Nate menimbrung

"Aku tidak membawa pakaian ganti," ucap ku kembali berjalan

"Oh ayolah, kau ada di rumah ku!" Balas Lily berdiri dari kursinya, "aku akan meminjamkan mu, ayo, biar ku tunjukan!"

Aku terseret menuju kamar Lily. Harus ku katakan, kamarnya tidak seperti yang aku bayangkan. Kamar ini terkesan sangat... girly. Kedua saudara kembar ini tidak sedikit pun terkesan girly, jadi ini sebuah kejutan.

"Silahkan pilih!" Ucap Lily santai

"Kau memiliki lemari khusus untuk pakaian renang?" Tanya ku berkedip tak percaya

"Ellie dan aku berbagi pakaian renang," balasnya mengangkat bahu, "kita tidak begitu berbeda, kau tahu? Kita memiliki gaya yang sama, dan aku yakin kau sudah menyadari satu-satunya perbedaan yang ada hanya lingkaran pertemanan kita."

"Sangat sulit membedakan kalian berdua," erang ku jujur

"Jangan khawatir, kadang orang tua kami juga tidak bisa membedakan Ellie dan aku," Lily tertawa, "itu guna gelang kami," lanjutnya menggoyangkan pergelangan tangannya di udara

"Wow," gumam ku terpesona, "pasti menyenangkan bermain mengerjai mereka."

"Oh, you have no idea!" Lily tertawa seru, "ayo, pilih satu."

"Kau punya sesuatu yang sopan?" Tanya ku menyentuh deretan bikini dihadapan ku

"Tidak berani menunjukkan kulit?" Lily tersenyum sebelum bergerak mencari

Tentu saja, kalian tahu alasan sebenarnya mengapa, tapi aku tidak yakin memberi tahu Lily tentang itu adalah hal yang bagus. Aku tidak ingin ia mengasihani ku. Apa yang terjadi telah terjadi, dan aku sudah menghadapinya dengan cara ku, itu sudah berlalu, tidak perlu kembali digali.

"Bagaimana ini?" Lily mengeluarkan sebuah one piece, "cukup sopan?"

"Ini sempurna," aku mengangguk

"Sudah lama kita tidak memakai itu," ucap Lily sebelum mengambil bikini secara asal dari lemari, "kau boleh ambil kalau kau mau."

"Ambil seperti untuk ku selamanya?" Tanya ku bingung

"Ya, seperti sebuah hadiah?" Balas Lily menyeringai, "God, kau sungguh jarang diberikan apapun oleh siapapun, huh?"

Aku tidak memberikannya jawaban apapun, melihat itu, Lily tidak menggali lebih lanjut dan menunjukan di mana aku bisa berganti sejak aku sangat sopan. Saat aku selesai, aku melihat Lily sudah siap untuk kembali bergabung dengan para tamu. Dia mengulurkan sebuah luaran untuk ku pakai di atas baju renang ku bersama dengan handuk.

Saat kita kembali bergabung dengan yang lain, kita melihat Ace dan Cain sudah berada dalam kolam bersama Ellie dan Alice. Kita juga melihat Olivia berada di salah satu kursi sedang memakai sunscreen, sementara Nate tidak terlihat di manapun, yang ku duga kemungkinan sedang berganti pakaian.

Melihat kehadiran Lily dan diri ku, Olivia segera berdiri dari kursinya, "apa yang kalian lakukan disini?!" Pekiknya

"Dude, ini rumah ku, kau sang tamu," balas Lily bersedekap

"Kenapa tidak kau dan teman sampah mu itu pergi keluar?" Ucap Olivia sok, "aku yakin trashy akan sangat senang jika kau mentraktirnya."

Alih-alih merespon Olivia, Lily menoleh ke arah kolam, "Ellie," panggil Lily, "aku tahu dia sahabat mu, tapi aku tinggal di sini."

Ellie yang terpanggil, menatap ke arah Lily lalu aku kemudian Olivia, "biarkan mereka, Liv," ucap Ellie singkat

"Perjanjian hanya semalam!" Olivia komplain, menjejakkan kakinya kesal

"Dan kau tidak ada di sekolah," balas Ellie dan aku berani bersumpah aku merinding mendengarnya, "ini rumah kami."

"Terima kasih," balas Lily pada kakaknya sambil menatap Olivia, "kau dipersilakan untuk pergi."

"Ugh!" Dengan itu, Olivia berderap kembali ke kursinya

Lily membawa ku ke sisi lain kolam, lalu melepaskan luaran yang ia pakai dan melompat ke dalam kolam, menciptakan cipratan air yang berlimpah. Saat ia kembali muncul, aku melihatnya tertawa lepas, dia terlihat sangat bahagia

"Ayo bergabung, Jaz!" Panggilnya, "airnya nikmat!"

"Incoming!" Sahut sebuah suara dari belakang ku yang kemudian diikuti dengan cipratan air lainnya

Kita menemukan Nate.

"Aku tidak akan melompat," ucap ku sambil melepaskan luaran ku

"Selama kau akhirnya masuk ke air," balas Lily mundur dari posisinya

Lily benar, airnya memang terasa nikmat. Hangat tapi tidak terlalu hangat untuk menghilangkan rasa segar, temperatur yang tepat. Saat seluruh tubuh ku tercelup dalam airnya, kehangatannya serasa melemaskan otot-otot ku dan kepala ku terasa lebih longgar, rasanya seperti ada sihir yang baru saja mengangkat kutukan ku.

"Now, now, Jaz, sepertinya kau dan pacar mu memiliki kesamaan," ucap Nate merangkul bahu ku, "kalian berdua sama-sama menyembunyikan sesuatu dibalik seragam mu!"

"Aku ambil itu sebagai pujian," balas ku sambil menggeliat dari rangkulannya

"Kau tidak suka disentuh, huh?" Tanya Nate menatap ku penasaran, "ku kira itu hanya dengan Simon."

"Jadi bisa kau tidak melakukan?" Ucap ku dengan senyum

"Tak masalah," balasnya santai, "aku bukan jenis yang memaksakan diri pada seorang gadis."

Setelah bersantai beberapa menit di kolam, Lily memanggil salah satu staff di rumahnya dan memintanya untuk membuatkan kita minuman dan snack. Setelah selesai dengan pesanannya, Lily kemudian menyuruh sang staff untuk bertanya apakah yang lain juga menginginkan sesuatu sekalian dengan kami. Tentu saja Titans sebagai remaja yang selalu lapar, meminta sang staff untuk membuatkan mereka makanan, bukan hanya snack. Setelah sang staff pergi, Olivia memilih waktu itu untuk bergabung di kolam. Harus ku akui, bikininya tidak meninggalkan apapun pada imaginasi. Memang ia memiliki tubuh yang luar biasa, jenis yang indah dan bukan seperti gadis-gadis kurang gizi, dia jelas merawatnya dengan baik, tapi melihatnya begitu terekspos membuat ku tidak nyaman berada di kolam yang sama dengannya.

"Dia jelas sedang pamer," gumam Lily pelan

"Tubuhnya bagus," balas ku mengangkat bahu, "kenapa tidak?"

"Milik mu lebih bagus," ucap Lily sekilas

"Terima kasih," aku menabrakkan bahu ku padanya pelan

"Lihat dia!" Lily bergeser mendekati ku, "dia menggosok tubuhnya di tubuh Ace seperti kucing ingin kawin!"

Itu sungguh membuat tawa ku pecah, "perumpamaan yang bagus," bisik ku setelah tenang, "biarkan saja, Lil, kecuali kau cemburu?"

"Maksud ku... Aku masih normal, dan Ace adalah laki-laki seksi," ia menyeringai konyol, "plus, dalam air, aku cukup yakin kau bisa melihat ukurannya."

"Oh tuhan! Ada apa dengan kau dan ukuran?!" Desis ku mencengkeram tangannya ringan

"Ah, aku mengerti," Lily mengangguk-anggukan kepalanya, "kau seorang perawan."

"Lalu?" Balas ku bingung

"Ukuran sangat penting, baby!" Balasnya yakin, "biar ku jelaskan," ia berputar menghadap ku, "pikirkan penis mereka sebagai sebuah instrumen untuk memuaskan mu," aku mengangguk, "kau akan lebih puas kalau instrumen itu memenuhi vagina mu, yang nantinya akan mengenai titik nikmat mu, dan saat itu terjadi, kau akan mencapai orgasme yang lebih memuaskan!" Ia menahan bahu ku, "percayalah, saat kau mengalaminya, kau tidak akan sama lagi."

"Kau sudah mencapai titik itu?" Tanya ku jahil

"Karena itu aku menyukai mereka yang lebih tua," Lily mengedipkan sebelah matanya, "sudah terbentuk sepenuhnya dan lebih terlatih."

"Tapi kau masih akan menerima jika mereka menawarkan?" Tanya ku menunjuk Titans dengan dagu ku

"Ace dan Cain, ya, tapi tidak Nate."

"Kenapa tidak Nate?"

"Dia sudah mencoba terlalu banyak," Lily mengangkat bahunya

"Artinya dia lebih terlatih, bukan?" Aku menatapnya bingung

"Atau memiliki kepercayaan diri yang sesat," Lily menyeringai, "bagaimana dengan mu?"

"Ku kira kita sudah menyimpulkan aku perawan," balas ku polos, "aku tidak tahu apapun."

Aku tidak malu, karena itu yang sebenarnya. Tidak semua gadis harus kehilangan keperawanan mereka di usia remaja, beberapa justru menanti untuk saat yang spesial. Maksud ku, aku akui, aku masih tidak yakin dengan bagian "saat spesial" itu, karena sejujurnya, pada malam-malam ku dengan Ace sebelumnya, aku tergoda untuk melakukan lebih, tapi ia tidak menginginkannya, dan aku tidak tepatnya bisa memaksanya. Lalu ada juga fakta kalau dia adalah penyiksa ku, kalau aku memberikan saat pertama ku padanya, dia akan menggunakan itu melawan ku.

Kembali ke dunia nyata, entah kenapa, Lily tertawa, "maaf aku teralih," ucap ku, "kau mengatakan apa?"

Senyum Lily merekah diwajahnya, "aku mengatakan, tidak, Jaz," ia menggeleng, "Titans? Apakah kau akan mau kalau mereka menawarkan?"

"Oh," aku mengerutkan wajah ku, "um, aku bersama Pope," balas ku menggeleng

"Jadi kau memberi tahu ku kalau kau memiliki nol ketertarikan pada dewa-dewa remaja di sana?" Goda Lily sambil merangkul ku

"Well, aku tidak bilang begitu," balas ku tertawa pelan, "aku hanya... memilih untuk tidak?"

"Yeah, seperti ketertarikan macam itu bisa dikontrol," Lily memutar matanya, "terutama saat kau tinggal dengan salah satunya."

"Tidak selama aku bersama Pope," ucap ku yakin, "Pope juga seksi, kau tahu?"

"Oh, yeah, aku tahu, aku sudah melihat videonya," Lily mengangguk, "tapi dibandingkan dengan yang di sana, dia kalah."

"Hey, itu pacar ku yang aku hina!" Aku memukul bahunya ringan

"Aku hanya berbicara yang sejujurnya," Lily mengangkat tangannya menyerah

Staff kembali bersama snack dan minuman kami. Snacknya sangat tidak sehat, rasanya sangat luar biasa untuk kepala pening mabuk ku, dan minumannya, sangat menyegarkan! Ingatkan aku untuk berterimakasih pada staff dapur Lily nanti.

"Okay, mari bicarakan seks," ucap Lily setelah sang staff pergi

"Lily, apakah kita sungguh harus membicarakannya?" Tanya ku menyipitkan mata

"Well, kau masih perawan, belum memiliki pengalaman, tapi kau bersama Pope, dan ia terlihat sangat serius tentang mu, jadi ku duga seks akan terjadi tidak akan lama lagi," jelas Lily yakin, "kecuali kalau kau tipe yang menunggu sampai pernikahan?"

"Ku rasa tidak," aku menggeleng

"Okay, kalau begitu mari kita bicarakan!" Ia menepuk tangannya semangat, "foreplay..."

"Kita bisa melewatkan itu," ucap ku cepat, "aku sudah... Tahu tentang itu."

"Handjob, blowjob, spitting, swallow, cunnalingus, fingering, stimulation—"

"Oh tuhan, tolong berhenti!" Aku menutup mulutnya dengan tangan ku, "kau terdengar seperti kamus porno berjalan!" Desis ku panik

Si jalang tertawa melihat kepanikan ku, sebelum menarik tangan ku dari mulutnya, "seks tidak hanya sekedar seks, kau tahu?"

"Jelas sekali," aku mengangguk, "kau harus menyiapkan tempatnya terlebih dahulu, kau mengerti maksud ku?"

"Ya, kau harus membuat vagina mu basah," ucapnya menyeringai

"Okay, kita sudah tamat!" Putus ku bergerak menjauhinya, "aku tidak butuh pengajaran seks dari mu."

"Okay, okay, tidak ada lagi pembicaraan itu!" Lily tertawa, tapi tiba-tiba ia berhenti, "tapi berjanji lah kau akan bercerita saat kau melakukannya dengan Pope, aku tidak butuh detail, hanya garis besarnya saja."

"Ya," aku mengangguk, "apapun untuk menghentikan mu dari topik sebelumnya."

Kita menonton Titans melawan Chilli dalam pertandingan voli air. Tentu saja, Titans sebagai kumpulan atlit sekolah, mendapatkan poin lebih banyak dan berakhir menang. Dalam satu pertandingan, Lily dan aku terseret untuk bermain bersama mereka, tapi agar adil, kita tidak bisa berada di tim yang sama, jadi kita suit, yang kalah akan berada pada tim Chilli, dan Lily kalah, jadi itu berarti aku bermain dengan tim Titans. Harus ku katakan, mereka tidak seburuk yang aku kira.

"Kau pulang dengan ku?"

Aku sedikit tercengang saat Ace tiba-tiba melemparkan pertanyaan itu. Apakah ini sebuah jebakan? "Kau menawarkan?"

"Itu pertanyaan ya atau tidak." Balasnya datar

"Ya," aku mengangguk, "itu akan hemat biaya—" dibandingkan harus menyewa uber. Aku tidak bisa menyelesaikan kalimat ku karena ia sudah berjalan pergi, seperti selalu, ia tidak memberikan informasi tambahan. Terserah.

Mengetahui kebiasaan lain Ace yang tiba-tiba muncul dengan asumsi aku adalah cenayang yang bisa tahu pergerakan tanpa diberitahu sebelumnya, aku dengan segera membilas diri dan kembali berpakaian. Tapi secepatnya diri ku bergerak, tetap saja pada akhirnya aku masih kalah cepat. Aku masih hanya dengan pakaian dalam ku saat ia tanpa mengetuk masuk ke dalam kamar yang ku tempati sebelumnya. Dia bahkan tidak mengalihkan pandangannya saat melihat ku masih belum pantas untuk siapapun lihat

"Aku masih belum siap," ucap ku sarkastik

"Aku tidak buta," balasnya cuek

"Apa kau sungguh akan menonton ku berpakaian?" Aku bersedekap menatapnya

Alih-alih berjalan keluar, ia justru menutup rapat pintu di belakangnya, aku bahkan mendengarnya menguncinya. Terserah, tidak seperti ia belum pernah melihat ku sebelumnya, ini bukan hal yang baru. Walaupun biasanya ia menonton ku menanggalkan pakaian, bukan sebaliknya. Sungguh kita memiliki hubungan saling membenci yang aneh.

Continue Reading

You'll Also Like

384K 15.2K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.1M 16.1K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
6.4M 328K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
353K 18.8K 49
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...