Kuanta (End)

By WinLo05

49.6K 9.6K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... More

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 2 - Hyperspace
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 7 - Over Power
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 11- Labor OV
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 16- Sinar Gamma
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 24 -Kekekalan Energi
Chapter 26- Vektor
Chapter 27- Jenis Energi
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 43- Gerak Melingkar
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 46 - Pertemuan
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 25 - Kinematika

537 173 65
By WinLo05

Sagi merasa frustasi, ketika seisi kota Bern mulai melakukan perjalanan ke alam mimpi. Fisika sudah balik ke kamarnya sendiri. Tetapi, Sagi. Dia masih merasa gelisah oleh kehadiran wanita itu di dalam benaknya.

Pria itu hanya berbaring dengan lengan menutup mata. Ia membuka jendela kamar, membiarkan cahaya bulan separoh menerangi ruangan.

"Sial." Sagi mengumpat kesal.

Dia mengangkat pergelangan tangannya. Terlihat, sebuah jam tangan yang memiliki tiga waktu berbeda. Sekonyong-konyong, muncul sebuah ponsel di telapak tangan Sagi yang ia keluarkan dari penyimpanan energi mana.

Sang Kaisar hanya menatap benda tersebut dengan hambar. Ia iseng membuka layar dan menuju sebuah akun instagram seseorang yang bertuliskan Ms. Twilight.

Senyun di wajah Sagi terbit secara samar lalu kian berkembang membaca feed postingan pemilik akun tersebut. Lalu, sorot mata Sagi terbelalak saat melihat postingan instastory Ms. Twilight yang dimasukkan dalam sorotan.

Jemarin Sagi bergulir dari tiap postingan. Ia benar-benar tercengang menatap sebuah postingan yang memiliki sebuah tautan menuju link sebuah apk bernama wattpad.

KUANTA, benar. Itulah yang Sagi baca. Ia membaca 3- 5 bab yang ada di dalamnya, cerita tersebut baru terhitung baru dipublikasikan. Kadang-kadang, pria ini tersenyum sendiri, kadang pula menyergit heran dan tidak suka.

"Ck, wanita ini benar-benar menuliskanku."

Sagi ingin menuliskan beberapa komentar untuk menyanggah beberapa aspek yang tertulis dalam bab yang telah dipublikasikan. Namun, ia buru-buru menghapus ketikannya.

.
.
.

Sang fajar belum menunjukkan tanda kehadirannya. Tetapi suara gedoran dari luar pintu kamar, memaksa Fisika untuk segera bangun.

Dia merenggangkan badan dengan malas. Suara Izar benar-benar berisik dan sangat mengganggu. Mereka harus segera berkemas dan meninggalkan kota Bern tepat saat baskara perlahan naik.

Suasana diluar masih gelap. Tetapi aktifitas di lobi penginapan cukup sibuk. Rebecca telah menyediakan sebuah sarapan kepada ketiga tamunya. Tidak lupa, ia memberikan Fisika bekal makan siang dan beberapa perbekalan lain untuk perjalanan menuju ibukota.

"Apa ini gak papa, Izar?" tanya Fisika yang cemas harus memasukkan semua logisitik ke dalam tas selempang miliknya. "Bagaimana jika semua makanan ini merusak barang-barangku yang tersimpan di dalam tas?"

"Gak masalah," ketus Izar dengan malas. "Semua benda di dalam tas tersebut bisa dimuat dan tidak akan saling berbenturan."

"Ouh, begitu?"

Fisika percaya dan mulai memasukkan semua persediaan. Sagi telah keluar dari lobi sesaat setelah menyelesaikan sarapannya. Izar sendiri, masih berkutat dengan ponsel di tangannya.

"Emm ... namamu Rebecca, 'kan?" Fisika berbisik pelan. "Apa semua ini ... yang meminta adalah pria yang di luar sana?"

"Tentu saja. Suami, Nyonya yang meminta semuanya. Dia benar-benar penuh rencana dan perhatian, ya?" Rebecca tersenyum malu.

Rasanya, Fisika harus meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

"Emm, Becca. Gini, gue ... maksudnya saya dan dia." Fisika meralat cepat cara biasanya yang khas anak ibukota.  "Kami tidak seperti yang kau bayangkan. Maksudku sesuatu itu tidak benar."

Alis Rebecca bertaut bingung.

"Maksud Nyonya? Maaf, tapi rasanya aku kurang paham."

Fisika menghela napas. Dia menggaruk-garuk pipi kanannya yang tidak gatal. Izar diam-diam memperhatikannya. Pria itu sangat paham, kesalahpahaman yang sedang terjadi. Tetapi dia tidak ingin ikut campur, sebelum apa yang ia inginkan bisa tercapai.

"Ayo! Sedikit lagi matahari akan terbenam." Sagi tahu-tahu saja telah berdiri di ambang pintu penginapan guna memanggil Fisika dan Izar.

Keduanya merespon dengan segera berbenah dan memperhatikan sekali lagi, apakah ada barang yang ketinggalan atau tidak.

Dari sudut pandang Fisika, seharusnya Izar yang mengurus perjalanan. Tetapi nyatanya yang sedang terlihat super sibuk pagi ini adalah sang Kaisar itu sendiri.

Fisika menunggu, sampai Izar benar-benar keluar dari lobi penginapan. Lalu berpaling memandang Rebecca.

"Kami harus pergi." Fisika berpamitan. "Terima kasih banyak untuk segalanya. Oh, ya. Apa aku boleh tahu? Sihir jenis apa yang kau gunakan tadi malam?"

.
.
.

Sagi dan Izar menatap heran pada Fisika yang keluar dengan wajah semringah melebihi sinar matahari yang belum terbit.

Bagi Sagi, rasanya di dalam penginapan tidak ada seekor naga pun dan bagi Izar, kepala Fisika barangkali terbentur di papan pintu penginapan saat ia berjalan keluar.

"Lo bisa menunggangi kuda?"

Senyum Fisika lenyap saat Sagi melontarkan pertanyaan tersebut. Ada tiga ekor kuda hitam dengan tinggi kemungkinan sekitar 145 cm bersurai lebat sedang menunggu untuk dipacu.

"Naik kuda?" tanya Fisika dengan tertengun. "Gue gak bisa naik kuda, Baginda."

Izar memutar bola mata malas dari atas pelana. Ia sudah duduk mantap di atas kuda yang telah dipesan oleh Sagi. Jenis kuda jantan yang terlihat kuat dan berani. Fisika seperti merasa tiga ekor kuda dihadapannya sedang tersenyum menertawakannya.

"Lo gak bisa naik kuda?" ulang Sagi tak percaya. "Hmm, baiklah. Lo ikut gue dan tunggu di sini."

Sagi berjalan menghampiri Rebecca yang sedang berdiri di depan pintu. Ia tampak sedang mendiskusikan sesuatu. Lagipula, raut wajah Rebecca terlihat serius saat menyimak.

"Baginda?" lirih Fisika.

Wanita itu mengekor di belakang Sagi dan tanpa aba-aba. Sagi sudah membantu Fisika untuk duduk di atas pelana. Jubah lusuh yang Fisika kenakan sedikit berkibar diterpa angin. Setelahnya, giliran Sagi yang naik di atas pelana dan duduk tepat di belakang sang penulis.

"Ayo!" Sagi berseru sambil menarik pelana.

Izar segera memimpin perjalanan. Seekor kuda yang tidak bisa dikendarai oleh Fisika pun segera diambil alih oleh Rebecca.

.
.
.

Fisika tidak bisa berkosentrasi melihat pemandangan kota. Wajahnya memerah saking berdebarnya ia merasakan deru napas Sagi dari atas pucuk kepalanya.

Untunglah, jubah lusuh yang ia kenakan memiliki tudung kepala. Jadi, Fisika buru-buru menggunakannya untuk menyembunyikan wajahnya sendiri.

"Fisika," seru Sagi saat mereka melewati jalanan pasar yang mulai ramai oleh pedagang yang keluar dari rumah masing-masing guna berbenah.

"Nama lengkap lo siapa?"

Fisika agak tersentak mendengar pertanyaan barusan. Kenapa pula, ada pertanyaan random seperti ini.

"Arshavina Heera Fisika. Mengapa Banginda menanyakannya?"

Mata cokelat Fisika mulai menangkap bayangan gerbang kota yang sedang dijaga oleh prajurit yang sedang lembur dari semalaman dengan wajah suntuk.

Izar telah tiba di sana dan memberikan sebuah laporan. Para penjaga itu berpaling saat melihat kedatangan Fisika dan Sagi. Kemudian mengizinkan mereka untuk meninggalkan kota.

"Syukurlah," seru Fisika dengan lega. "Gue pikir, orang-orang itu bakal bertanya yang macam-macam."

"Kalau ada uang, semuanya jadi lancar." Sagi menimpali dan kening Fisika langsung mengerut.

"Kenapa Baginda tiba-tiba bertanya soal nama lengkap gue?" tanya Fisika ulang.

"Setidaknya gue perlu tahu nama manusia yang mengikat hidupnya dengan mana gue."

Mengikat hidup? Batin Fisika. Rasanya itu terlalu berlebihan. Fisika tersenyum miris memandang hamparan bukit berkabut dengan pepohonan yang mulai lebat. Matahari masih merangkak naik di ufuk timur.

"Saat nanti kita berada di dalam posisi terlibat suatu pertikaian." Sagi kembali membuka suara. "Lo perlu paham posisi lo untuk melindungi gue dan Izar. Paham?"

Fisika ingin menanyakan hal lebih lanjut dari pernyataan Sagi beberapa detik lalu. Tetapi, tampaknya pria ini telah mengalihkan pembicaraan. Laju kuda mulai mengalami penurunan saat memasuki area berkabut yang kian tebal.

"Paham Baginda. Gue pasti bisa melindungi semua orang," sahut Fisika dengan mantap.

"Bagus. Lo perlu menguasai taktik serangan dengan hukum vektor. Jika lo menguasai itu, lo bisa berpikir cepat saat melihat situasi pertarungan. Pegang yang erat!!!"

Sagi tiba-tiba berseru kencang saat kuda melompati akar pohon yang  menyembul dari tanah. Fisika yang tidak menduga hal tersebut, merasa jantungnya seperti mau copot.

"Dalam taktik perang. Baik itu taktik dalam dunia militer atau rencana pertarungan. Siapapun yang terlibat harus menguasai hukun fisika dasar mengenai Kinematika."

Fisika tahu-tahu saja berpaling ke belakang dan mendongak menatap wajah Sagi yang berjarak beberapa centi dari wajahnya.

"Hukum fisika dasar bisa digunakan dalam melihat pertarungan?" tanya Fisika dengan raut wajah seperti anak kecil yang mendapatkan informasi yang agak sulit dimengerti.

"Yeah, yang gue maksud adalah Persamaan gerak. Cara ini bisa lo gunakan ketika ingin mendekati naga."

Ujung bibir Sagi tertarik tipis. Mata Fisika dan Sang Kaisar kembali bertemu. Tampaknya, mudah bagi Sagi mengiring Fisika menggunakan naga.

Dimana, hal ini sama seperti Fisika menggiring Sagi untuk belajar ilmu fisika dasar. Keduanya sama-sama memiliki poin seimbang atau singkatnya seri.

"Kinematika merupakan cabang ilmu fisika yang memusatkan perhatian pada masalah gerak benda tanpa memperhatikan penyebab gerak benda tersebut."

Dari mata, sorot mata Fisika bergerak turun memandang bibir ranum Sagi yang bergerak menjelaskan teorinya.

"Persoalan fisika sangat kompleks sehingga dalam usaha menyelesaikan persoalan fisika. Dapat dilakukan berbagai pendekatan, baik menggunakan perumusan secara vektoris maupun secara saklar. Untuk itu, dalam meningkatkan penyelesaian misi. Lo perlu menguasai tentang persamaan gerak yang melibatkan vektor."

Sagi menutup penjelasan ilmiahnya dengan menyentil kening Fisika yang sedari tadi melamun memandang bibirnya terus-menerus.

"Kalau lo suka. Setidaknya jangan memperlihatkannya dengan terlalu jelas."

Fisika hanya bisa meringgis. Wajahnya telah berubah seperti kepiting merah yang sedang direbus. Di pendengaran wanita berambut hitam tersebut, kalimat Sagi terdengar sedikit ambigu.

Kendati demikian, mata cokelat Fisika semakin terbelalak. Ia melihat tipe senyum pemeran utama dalam manhwa-manhwa yang biasa ia baca dikala gabut.

Itu, adalah jenis senyum sang pemeran utama yang puas mengerjai sang pemeran utama wanita dan benar. Sagi menunjukkan senyum tersebut secara nyata pada sang penulis yang suka berhalu ini.

"Baginda benar-benar wujud nyata, cowok fiksi idaman sejuta umat."

__/_/___/_____
Tbc 

Libur update untuk beberapa hari ke depan. Penghuni sini mau persiapan lebaran... Ada daging yang mau disembelih. Yang pasti bukan daging naga😅.

Ada ketupat dan buras yang mau dimasak... See ya! Sampai jumpa setelah lebaran usai...

Minai Aidzin Wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir Dan Batin.

Selamat Hari Raya Idul Fitri. Teruntuk kaum muslim semuanya...

Continue Reading

You'll Also Like

75.1K 4.7K 40
Coba bayangkan kalau di Indonesia ada sekolah sihir seperti Hogwarts? Yap, di sini Lo akan menemukan SMA Diwangka sebagai SMA Sihir... Gimana? Tertar...
2.8K 1.6K 8
Agartha, sebuah dunia penuh keajaiban yang berada di dalam perut bumi. Suatu ketika, Sukma Nayaka, seorang penulis artikel lepas tiba-tiba terpanggil...
2.4M 210K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
5.6K 865 40
â›”Satu Universe Dengan The Heroes Bhayangkara dan Senayan Expressâ›” Aestival Edisi : Batak Myth Aes yang bermimpi menjadi penunggang naga nusantara. Be...