I Love My President Though He...

By MadeInEarthh

103K 5.5K 899

SELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA... More

Sinopsis
Prolog
He Is Psycho 1 : Aku Ini Sosiopat
She Is Psycho 2 : Suatu Hari Di Pagi Hari
He Is Psycho 3 : Hati Nurani
She Is Psycho 4 : Alberto
He Is Psycho 5 : Apa ... katamu?
She Is Psycho 6 : Samuel Hanya Milikku
He Is Psycho 7 : Sebenarnya, Siapa?
She Is Psycho 8 : Ayah Samuel
He Is Psycho 9 : Senapan
She Is Psycho 10 : Galaxy Wilkinson Philips
He Is Psycho 11 : Keluarga Besar Wilkinson
She Is Psycho 12 : Diskon 1 Gratis 1
He Is Psycho 13 : Membunuhnya
She Is Psycho 14 : Permen Kapas
She Is Psycho 15 : Bunuh Saja
He Is Psycho 16 : Nafelly Gila
She Is Psycho 17 : Selamat Tinggal ....
He Is Psycho 18 : Nafelly Berbohong
He Is Psycho 20 : Dia Tidak Membencimu
ALVA ADA DI DREAME DAN INNOVEL!!
She Is Psycho 21 : Ada Yang Ditutupi
He Is Psycho 22 : Cinta Itu ....
She Is Psycho 23 : Kau Bukan Paman Alberto
He Is Psycho 24 : David
She Is Psycho 25 : Jangan Pergi
He Is Psycho 26 : Paman
She Is Psycho 27 : Dia Pasti Kembali
He Is Psycho 28 : Keluarga Wilkinson
She Is Psycho 29 : Aku Merindukanmu
He Is Psycho 30 : Tidak Boleh Mati
She Is Psycho 31 : Itu Hanya Selimut
He Is Psycho 32 : Keluarga Sultan
Giveaway

She Is Psycho 19 : Sadarilah Posisimu

373 35 2
By MadeInEarthh

Nafelly mengerjapkan matanya yang terasa berat. Lampu kamar masih menyala terang, dan Nafelly tersadar jika dia masih berada di dalam hotel. Nafelly menatap ke arah sofa, di mana di sana ada seorang pria yang sedang tertidur sambil duduk. Nafelly segera terduduk di tempatnya. "Albe—hmph!"

"Jangan berisik. Dia baru saja tertidur," bisik orang yang membekap mulutnya, yang tidak lain adalah Samuel.

Nafelly segera menoleh ke belakang dan melepaskan tangan Samuel dari mulutnya. "Kapan dia datang?" tanyanya, ikut berbisik.

Samuel bersidekap dada dan mengangkat kedua bahunya. "Sesaat setelah aku masuk ke dalam kamar mandi, apa kau sebenarnya pura-pura tidur? Kenapa cepat sekali pulas?"

Nafelly hanya menggosok matanya dengan jari. "Aku menunggunya, tapi entah kenapa aku merasa sangat lelah dan tertidur."

"Sungguh? Tidak berpura-pura?"

Nafelly hanya berdecak kesal. Dia menatap Alberto sekilas dan kembali menatap Samuel. "Kenapa dia tidur di sofa? Dan kenapa kau berdiri di sini dan tidak tidur?"

Samuel mendelik. "Aku hanya memastikan jika kau melakukan sesuatu yang buruk pada Alberto. Dan aku tidak tidur di sini. Aku tidur di sebelah."

"Kalau begitu, pindahkan Alberto ke sini," kata Nafelly, menepuk sisi kosong di sebelahnya. "Alberto tidak akan nyaman tidur seperti itu."

Samuel memelototi Nafelly. "Aku lebih suka membawanya ke tempat tidurku daripada membiarkannya denganmu!"

Nafelly cemberut dan berdecih kesal. "Lalu kenapa kau tidak melakukannya?! Kau membiarkan dia tidur di sofa!" bentaknya sambil berbisik.

Samuel mendorong kening Nafelly dengan kesal. "Memangnya siapa yang membuatnya kerepotan dan harus merawatmu semalaman?! Kau bahkan tidak melepaskan tangan Alberto sampai dokter datang."

Nafelly mengedipkan matanya berkali-kali. "Aku? Benarkah?" tanyanya heran. "Kenapa aku tidak ingat?"

Mendengar kata ingat dari bibir mungil Nafelly, membuat Samuel teringat apa yang pernah terlintas dari pikirannya. Dia ingat saat bertanya pada dokter yang menangani Nafelly. Samuel bertanya tentang apakah Nafelly berpura-pura atau tidak saat bilang hilang ingatan. Namun, secepat datangnya pertanyaan itu, secepat itu pula pertanyaannya dibantah oleh dokter. Trauma seseorang tidak mempengaruhi hilangnya ingatan. Itu seperti halnya tentang orang amnesia yang tidak mengingat apapun tapi masih ingat cara memegang sendok dan berbicara.

Malah, tidak jarang jika trauma itu bisa membuat pasien yang kehilangan ingatannya, menjadi ingat akan kehidupannya sebelum amnesia. Walaupun masih belum terpikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan ingatan Nafelly.

Samuel menelan ludahnya saat mulai berbicara. "Apa kau ingat sesuatu saat kau mendapatkan serangan panik?"

Nafelly mengedipkan matanya berkali-kali. "Ingat apa?"

"Hm ... mungkin, berupa imajinasi atau halusinasi. Sesuatu semacam itu."

Kali ini, Nafelly mengangkat sebelah alisnya dan menganggukkan kepalanya berkali-kali. "Ya. Bagaimana kau bisa tahu tentang itu?"

Samuel segera menatap Nafelly dengan pandangan serius. Dia segera duduk di tepian kasur dan menatapnya lurus-lurus. "Sungguh? Halusinasi seperti apa?"

Nafelly menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Aku tidak ingat."

"Kau tidak ingat?! Tapi kau bilang kau melihat sesuatu dalam halusinasimu!"

"Ya, tapi aku tidak ingat," balas Nafelly dengan ngotot. Dia mengernyitkan alisnya, mencoba berpikir bagaimana cara menjelaskannya. "Itu seperti ... mimpi? Kupikir semacam itu. Hanya datang dan pergi, lalu aku tidak ingat lagi setelah bangun."

Samuel menghela napasnya. Benar-benar merasa agak kesal dan konyol dengan keadaan Nafelly. "Kau seharusnya mengingatnya."

"Kenapa aku harus mengingatnya? Itu seperti mimpi buruk yang membuatku menangis saat terbangun."

"Itu mungkin berguna untuk mendapatkan identitasmu yang sebenarnya."

"Kenapa kau membutuhkan itu?"

"Apa? Tentu saja aku membutuhkannya untuk membuatmu pergi dari hidup kami."

"Kenapa aku harus pergi?"

Samuel mengernyitkan alisnya dengan tidak suka saat mendengar pertanyaan Nafelly. "Kau pikir kau siapa? Kau itu orang aneh yang menggunakan nama orang sialan di hidupku. Asal usulmu tidak jelas, dan hanya mengingatku saja seolah kau diprogram untuk itu. Dan lagi, kau pikir kau akan terus tinggal dengan Alberto selamanya?" Samuel tersenyum miring. "Nafelly, kau terlalu memandang tinggi dirimu sendiri. Alberto ada untukmu hanya karena kau berhubungan dengan kehidupanku. Setelah identitasmu terbongkar, Alberto akan melepaskanmu semudah membuang sampah."

Nafelly diam. Kata-kata Samuel sukses membuatnya merasakan nyeri di dada kirinya. Fakta bahwa dirinya mungkin tidak terhubung dengan kehidupan Samuel dan Alberto, membuat Nafelly tersadar akan posisinya yang datang tiba-tiba di antara mereka. Nafelly bukan anggota keluarga Alberto, juga bukan anggota keluarga atau pun pacar Samuel. Jika identitasnya terbongkar, bukankah Nafelly hanya akan dilepaskan begitu saja? Karena tentunya, semuanya sudah jelas dan keberadaan Nafelly bukanlah kepentingan mereka lagi.

"Kenapa kau menangis? Tidak terima ucapanku?"

Pertanyaan Samuel membuat Nafelly tersadar dan segera menyentuh matanya sendiri. Rasa lembab di sana dan juga rasa geli di sekitar pipinya, membuat Nafelly tersadar bahwa dirinya baru saja menangis karena ucapan Samuel.

Samuel tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya pada Nafelly. "Cepatlah mengingat dirimu sendiri dan enyahlah dari hidup kami."

PLAK!!

Nafelly menampar keras wajah Samuel, membuat wajah Samuel terlempar ke samping. "Kau bajingan!" isak Nafelly.

Samuel membuka mulutnya, merasakan kaku di rahangnya. "Kau baru saja menamparku?"

PLAK!!

Nafelly menatap tajam pada Samuel. "Memangnya kenapa, KALAU AKU BUKAN SIAPA-SIAPANYA ALBERTO?!" Nafelly tiba-tiba berteriak histeris, menjambak rambut Samuel dengan kekuatan penuh.

"AAHH!! ORANG GILA!! KENAPA KAU MENJAMBAKKU?!"

"KAU DULUAN YANG MEMBUATKU MARAH!! AAHH!!" teriak Nafelly kuat-kuat begitu pun dengan jambakannya yang menguat hingga Samuel menggelepar di atas tubuh Nafelly.

"LEPASKAN AKU!!"

Alberto tersentak saat mendengar teriakan-teriakan nyaring itu. Dia terbangun dan mendapati Nafelly dan Samuel sedang bertengkar di atas kasur. Alberto berdiri seketika. "Ada apa ini?!"

"KENAPA MASIH BERTANYA?! TOLONG AKU SEBELUM KEPALAKU BOTAK!!"

"KAU BAJINGAN SIALAN!!"

Alberto segera naik ke atas kasur dan mencoba melepaskan tangan Nafelly. "Nafelly! Lepaskan tanganmu!" serunya, kali ini memeluk Samuel dari belakang agar menjauh dari Nafelly.

"TIDAK!! AKU AKAN MEMBUNUHNYA!! HUA!!!" Namun Nafelly malah semakin menjadi dan karena Samuel yang mundur meninggalkan ruang yang luas, dia mulai menendang-nendang wajah Samuel.

"AKH!! WAJAHKU!!"

"GRAH!!" Nafelly semakin sengit menendangi wajah Samuel.

Alberto menggigit bibirnya dengan bingung dan melepaskan tangannya dari tubuh Samuel. Dia tidak tahu bagaimana bisa mereka bertengkar seperti ini. Biasanya mereka memang sering berdebat, namun tidak pernah hingga sampai saling memukul dan menendang.

"AAAAAAAAAHHHHHHH!!" Kali ini, teriakan sakit datang dari Nafelly. Kakinya digigit kuat oleh Samuel dan berusaha melepaskannya. "BERANINYA KAU MENGGIGITKU?!"

"APA? APA YANG TERJADI?!" pintu tiba-tiba terbuka lebar saat Galaxy masuk ke dalam kamar hotel.

Alberto tersentak. "Tuan Wilkinson!! Tolong pegangi Nafelly dan saya akan memegangi Tuan Sam—"

"TIDAK!! KAU PEGANGI AKU SAJA!!" teriak Nafelly, masih menjambak kuat rambut Samuel.

Dan Samuel melepaskan gigitannya hanya untuk membalas. "HAHAHA ALBERTO MEMILIHKU!"

"Huh?" Galaxy heran sendiri. "Ada apa, sebenarnya?! Dan kenapa kau malah menginstruksikanku daripada memisahkan mereka?"

Alberto berdecak dan mengabaikan pertanyaan Galaxy padanya. Dia segera memposisikan dirinya memeluk Nafelly dari belakang dan mencoba melepaskan tangan Nafelly.

"AKU AKAN MENCAKAR WAJAHNYA SEDIKIT!!"

"JANGAN!!" teriak Alberto, segera menggenggam tangan Nafelly yang mulai mengarah ke wajah Samuel. "Wajahnya adalah aset! Merusaknya, adalah dosa!"

Nafelly akhirnya melepaskan tangannya dari Samuel. Napasnya masih tersendat kasar karena emosi. Namun, Samuel masih menggigit satu kaki Nafelly.

"Lepaskan, Bajingan!!" Nafelly menggeram kesal dan menendang mata Samuel.

"AKH!" Samuel mengaduh dan segera turun dari atas kasur. Dia segera menunjuk Nafelly. "Pengemis gila ini!! Berani-beraninya kau menjambakku?!"

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Alberto pada Samuel. Nafelly masih berada di pelukannya. Tangannya dipenjara oleh tangan Alberto agar tidak menyerang Samuel lagi.

"Aku hanya berbicara fakta tentangnya, dan dia mengamuk tidak jelas!!"

"FAKTA TAI ANJING!!" Amuk Nafelly, mencoba menendang Samuel.

"Tenanglah!" Alberto mengeratkan pegangannya dan kembali menatap Samuel. "Kenapa kau ada di sini? Kamarmu bukan di sini."

Samuel mengusap-usap matanya yang sakit. "Kau membiarkan pintunya terbuka, aku merasa heran dan masuk ke dalam. Aku tidak ada niatan berbicara dengannya, tapi dia tiba-tiba terbangun saat aku datang."

Alberto memang sengaja membiarkan pintunya sedikit terbuka. Dia sebenarnya tidak bisa berada satu kamar dengan perempuan. Rasa takut membuat Alberto harus melakukan itu. Walaupun Alberto yakin bahwa Nafelly tidak akan melakukan apa-apa, namun tubuhnya tetap bereaksi ketakutan.

Melihat Nafelly yang tidak kunjung tenang, Alberto menghela napas panjang. "Kita bicara di luar. Dan Nafelly, beristirahatlah. Kau masih demam," katanya saat merasakan suhu tubuh Nafelly dalam pelukannya.

"Jangan pergi dengannya!" seru Nafelly, segera memeluk kedua tangan Alberto yang mengelilinginya. "Jangan pergi dengannya, Alberto!!"

"Apa?" tanya Alberto sambil mengedipkan matanya dengan heran.

"Apa kau tidak mendengarku?! Jangan pergi!"

"Hey, bukankah kau terlalu berlebihan?" kali ini, Galaxy ikut dalam percakapan. "Kau bahkan membuat Alberto harus merawatmu semalaman, dan sekarang mengekangnya seperti ini."

"Memangnya kenapa?!" Nafelly balas berteriak, kali ini kembali menangis dengan wajah marah. "Alberto tidak keberatan!! Kenapa malah kau yang mempermasalahkan?!"

"Hah! Aku tidak percaya ini!" Galaxy mendelik dengan kesal. "Apa kau tidak merasa bersalah padanya?! Dia harus menurutimu untuk segera ke sini, merawatmu dan kau masih ingin Alberto melakukan omong kosong untuk tidak pergi berbicara dengan bosnya? Kau pikir kau siapa?!"

Tubuh Nafelly yang tadinya sudah gemetar, kali ini tambah gemetar saat mendengar ucapan Galaxy yang sama dengan ucapan Samuel.

Alberto menghela napas saat merasakan tubuh gemetar Nafelly. "Aku akan kembali, jadi beristirahatlah," katanya pada Nafelly. Tangannya yang berada di pelukan Nafelly, kali ini menepuk pelan tangan Nafelly. "Percayalah. Kau mendengar mereka, bukan? Aku selalu menurutimu, jadi aku pasti kembali."

Nafelly menundukkan kepalanya dalam-dalam, mengeraskan rahangnya dan menyerah saat mendengar ucapan Alberto.

Alberto tersenyum tipis dan mengusap pelan rambut Nafelly. "Kami hanya berbicara sebentar. Yang harus kau lakukan hanyalah beristirahat. Apa kau mengerti?"

Nafelly menganggukkan kepalanya perlahan. Dia masih menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Alberto keluar terlebih dahulu, diikuti Galaxy dan sebelum menutup pintu, Samuel mulai berbicara kembali. "Sadarilah posisimu."

Suara pintu kamar tertutup itu terdengar menggema di dalam ruangan yang kosong itu. Nafelly terdiam lama di tempatnya. Dan sedetik kemudian, suara tangisannya menggema di kamar kosong itu.

Entah kenapa, Nafelly merasa sendirian.

Dan entah kenapa, Nafelly merasa memang selalu sendirian.

Continue Reading

You'll Also Like

612K 74.6K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.3M 19.4K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.1M 16.1K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
305K 1.7K 17
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...