I Love My President Though He...

Por MadeInEarthh

103K 5.5K 899

SELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA... Más

Sinopsis
Prolog
He Is Psycho 1 : Aku Ini Sosiopat
She Is Psycho 2 : Suatu Hari Di Pagi Hari
He Is Psycho 3 : Hati Nurani
She Is Psycho 4 : Alberto
He Is Psycho 5 : Apa ... katamu?
She Is Psycho 6 : Samuel Hanya Milikku
He Is Psycho 7 : Sebenarnya, Siapa?
She Is Psycho 8 : Ayah Samuel
He Is Psycho 9 : Senapan
She Is Psycho 10 : Galaxy Wilkinson Philips
He Is Psycho 11 : Keluarga Besar Wilkinson
She Is Psycho 12 : Diskon 1 Gratis 1
He Is Psycho 13 : Membunuhnya
She Is Psycho 14 : Permen Kapas
He Is Psycho 16 : Nafelly Gila
She Is Psycho 17 : Selamat Tinggal ....
He Is Psycho 18 : Nafelly Berbohong
She Is Psycho 19 : Sadarilah Posisimu
He Is Psycho 20 : Dia Tidak Membencimu
ALVA ADA DI DREAME DAN INNOVEL!!
She Is Psycho 21 : Ada Yang Ditutupi
He Is Psycho 22 : Cinta Itu ....
She Is Psycho 23 : Kau Bukan Paman Alberto
He Is Psycho 24 : David
She Is Psycho 25 : Jangan Pergi
He Is Psycho 26 : Paman
She Is Psycho 27 : Dia Pasti Kembali
He Is Psycho 28 : Keluarga Wilkinson
She Is Psycho 29 : Aku Merindukanmu
He Is Psycho 30 : Tidak Boleh Mati
She Is Psycho 31 : Itu Hanya Selimut
He Is Psycho 32 : Keluarga Sultan
Giveaway

She Is Psycho 15 : Bunuh Saja

901 109 11
Por MadeInEarthh

Mereka bertiga lanjut melakukan kegiatan di sekitar taman bermain. Samuel dan Nafelly memiliki selera yang sama dalam bermain wahana, berbeda dengan Alberto. Jadi, sementara mereka berdua melakukan wahana-wahana ekstrim, Alberto menunggu di bawah. Mereka masuk bertiga ketika menaiki wahana yang tidak terlalu mengancam keselamatan mental Alberto. Seperti kincir angin, main mobil-mobilan, virtual reality dan memasuki akuarium kecil dalam wahana itu.

Dan sementara Nafelly dengan Samuel melakukan kontak dengan binatang-binatang di sana, Alberto menjauh dengan wajah panik dan tidak berani mendekat. Akhirnya, dia hanya memfoto kebersamaan-kebersamaan mereka berdua sambil tersenyum dari kejauhan.

"Alberto! Apa itu? Kenapa banyak yang mengantri di sana?" tanya Nafelly yang melihat banyaknya orang mengantri untuk memasuki sebuah tempat yang hanya seukuran pintu saja.

Alberto melihat arah yang ditunjuk Nafelly. "Oh, itu—"

"Itu adalah photo booth, bodoh!" Samuel mendahului. "Masa yang seperti itu saja tidak tahu?"

"Aku bertanya pada Alberto, bajingan. Bukan padamu!"

"Ap-apa?! Bajingan, kau bilang?! Heh, pengemis kecil, atas dasar apa kau mengataiku bajingan?! Selain itu, apakah benar kau mencintaiku, huh?! Tidak ada orang yang memperlakukan orang yang dicintainya seperti ini!!"

"Kau yang memulai terlebih dahulu!! Memangnya ada orang yang mengatai bodoh pada orang yang dicintainya?"

"Aku tidak pernah bilang aku mencintaimu!"

"Itu sama saja kau mencintaiku!"

"Apa?! Dari mana datangnya teori itu?!"

"T-teori?! Apa itu teori?! Apa kau baru saja mengataiku?!"

"Ha! Ya! Aku baru saja mengataimu! Apa?! Kau tidak terima?!"

"Bajingan!!"

"Pengemis!!"

"Bajingan!!"

Sementara mereka kembali berdebat, Alberto mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sedang memegang jaket milik Samuel dan Nafelly karena mereka berdua kegerahan. Sementara Alberto masih menggunakan jaket dan kegerahan pula karena dua jaket tambahan yang dipegangnya. Dan mendengar teriakan dari kedua sisinya membuat Alberto merasa muak seketika.

"Aku akan pulang. Aku akan pulang sekarang dan meninggalkan kalian berdua."

"JANGAN!!" gumaman kecil Alberto segera direspons oleh keduanya yang segera menghentikan perdebatan dan menoleh pada Alberto.

Nafelly segera menggandeng tangan Alberto. "A-aku ingin ke sana! Aku ingin photo booth! Jangan pulang dulu!"

Samuel segera menyetujui dan menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Ya! Ya! Ya! Kita tidak akan bertengkar lagi! Kita tidak akan melakukannya lagi!"

Padahal, yang digumamkan Alberto adalah omong kosong yang sebenarnya tidak sengaja dia utarakan. Namun Alberto segera memanfaatkannya dengan baik. "Jika sekali lagi kalian berdebat, aku akan pulang sendiri dan memanggilkan supir untuk menjemput kalian."

"Kita tidak akan berdebat lagi!"

"Ya! Kita akan akur! Alberto, sejak kapan kau jadi tidak berperasaan seperti ini? Ini karena pengemis kecil—"

"Bos," peringat Alberto saat mendelik padanya.

Samuel segera tutup mulut. "Ma-maksudku, perubahanmu bagus. Sangat bagus."

Pada akhirnya, suasananya kembali damai dan mereka segera menghampiri photo booth untuk berfoto. Selain itu, mereka membeli banyak souvernir di sana. Nafelly membeli boneka paling besar di sana. Tentu saja, Alberto yang membayarkannya. Dan Samuel tidak bisa adu kekuatan karena yang dibeli Nafelly adalah boneka yang tidak mungkin dibeli Samuel juga. Walaupun begitu, Samuel tetap mendapatkan beberapa souvernir di sana.

"Apa itu?" tanya Nafelly, lagi-lagi melihat orang-orang berkumpul dan penasaran. "Aku mendengar suara dari sana. Apa ada badut atau karnaval?"

"Kau ingin ke sana?" Alberto balas bertanya saat Nafelly menyerahkan botol minum padanya. "Atau ingin makan dulu?"

"Aku ingin makan dulu!" Samuel malah menjadi orang yang menjawabnya dan ikut memberikan botol minumnya pada Alberto.

"Tapi aku penasaran ingin melihat itu." Karena Alberto sudah memperingatkan agar tidak berdebat lagi, Nafelly mengganti strateginya menjadi manipulasi. Dia menatap sedih pada Alberto.

Dan karena Samuel merupakan orang sejenis Nafelly juga, jadi yang dilakukan Samuel adalah ikut menatap sedih pada Alberto. "Tapi aku lapar. Kita belum makan sedari tadi."

"Aku belum pernah melihat pertunjukan," kata Nafelly dengan cemberut.

"Tapi kita bisa ke sini lagi setelah makan."

Sebenarnya, lebih masuk akal untuk mengikuti rencana Samuel. Setelah makan, mereka menonton pertunjukan. Namun, waktu sudah menunjukan pukul 4 sore dan tempat ini akan tutup di jam 5 sore. Jika ini adalah pertunjukan terakhir, Nafelly tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya.

Jadi, Alberto akhirnya memutuskan. "Baiklah, kalian tunggu aku di sini. Aku akan membeli junk food di sana, sementara kalian menonton pertunjukan."

"Apa?!" Samuel dan Nafelly sama-sama terkejut. Mereka tidak mengharapkan Alberto untuk pergi sendiri dan melemparkan mereka berdua di pertunjukan itu.

"K-kalau begitu, aku saja yang pergi!" seru Samuel.

Alberto menggelengkan kepalanya. Bagaimana pun, Samuel adalah bosnya. "Jangan berdebat dan jangan bertengkar lagi," katanya sambil memberikan masing-masing jaket Samuel dan Nafelly. "Karena aku akan membawa makanan, kalian harus memegang barang-barang kalian masing-masing. Menurutlah, dan tunggu aku kembali sambil menonton pertunjukan."

Tanpa bisa dicegah, Alberto berbalik dan pergi ke tempat makan. Setelah punggung Alberto menjauh, seolah Samuel dan Nafelly memiliki pemikiran yang sama, mereka saling menatap dengan mata melotot.

"Ini karenamu!"

"Karena kau!"

"Pertunjukan bisa dilihat kapan saja! Kenapa aku harus terjebak dengan pertunjukan bodoh ini?!"

"Kau sendiri kenapa berpura-pura lapar?! Kita baru saja memakan hot dog di jalan tadi!"

"Kau pikir hot dog cukup untuk pria besar sepertiku?! Alberto bahkan belum makan sedari tadi! Jadi jelas kita harus makan!"

Nafelly tersentak mendengar ucapan Samuel. "Tapi—" dia menghentikan ucapannya. Karena terlalu menyenangkan, Nafelly sampai lupa jika Alberto bahkan belum makan sedari tadi dan hanya mengikuti ke mana pun mereka pergi. Yang Alberto makan hanyalah saat sarapan tadi dan sekarang sudah sore hari.

Mengetahui bahwa Alberto mungkin kelaparan karenanya, Nafelly pun melamun.

Melihat Nafelly yang terdiam, mau tidak mau, Samuel segera memperhatikan dan mendapati bahwa Nafelly cemberut sedih dan melamun di tempatnya. Samuel yang merasa salah dalam berbicara pun hanya dapat menghela napas panjang. "Baiklah. Karena Alberto sudah memerintahkan untuk kita melihat pertunjukan, kita tunggu saja Alberto di sini. Dan jangan berwajah seperti itu! Alberto akan memarahaiku jika kau terlihat seperti itu di depannya."

Namun Nafelly tetap cemberut dan menatap arah yang dilalui Alberto tadi.

Samuel mendengus melihat reaksi itu. Dia tidak percaya dia bisa melihat Nafelly sangat diam karena kepeduliannya pada Alberto. "Baiklah ... ayo lihat pertunjukan yang sangat kau inginkan itu," kata Samuel sambil memegang tangan Nafelly dan mencoba menerobos kerumunan. "Kenapa banyak sekali orang? Tidak seperti biasanya."

Akhirnya, Samuel berhasil menerobos kerumunan dan berada di barisan paling depan. Yang dilihat Samuel hanyalah band biasa yang sedang mempersiapkan penampilan.

"Apakah benar Galaxy akan muncul?"

Bisik-bisik itu membuat Samuel segera menatap datar pada band tersebut. "Ah, begitu rupanya."

Dari semua tempat, kenapa adiknya harus muncul di sini? Dan lagi, melihat banyak orang berkerumun hanya untuk menunggu Galaxy, membuat Samuel merasa kesal sendiri.

"Apa itu?" tanya Nafelly, menunjuk drum yang sedang disetting oleh anggota band.

Samuel mendelik mendengar pertanyaan Nafelly. "Jangan banyak bertanya. Kau cari tahu saja sendiri."

Nafelly kembali cemberut. "Jika ada Alberto, dia akan memberitahuku."

Samuel tersentak. Dia menatap kesal pada Nafelly dan terpaksa menjawab. "Itu namanya drum."

"Alberto akan menjelaskannya secara rinci padaku."

"Digunakan untuk memainkan nada. Kau harus menabuh drum itu dengan alat agar bisa mendapatkan suara. Drum memiliki alat sendiri berupa stik drum."

"Lalu kenapa dia menaruh kabel di sana?"

"Agar drumnya terdengar kencang melalui speaker."

Kali ini, Nafelly menganggukkan kepalanya dengan mulut yang terbuka berbentuk O. "Baiklah, aku mengerti."

Samuel menghela napas panjang. Dia sekarang bisa merasakan penderitaan Alberto walaupun sejenak.

"Terima kasih kepada semua yang sudah menunggu," seorang vokalis tiba-tiba berbicara saat semua temannya sudah berada di posisi. "Sebelum kita bertemu pemeran utama hari ini, kalian akan menikmati nyanyian dari band kami selama 10 menit sementara aktor utama bersiap-siap. Jadi, tanpa menunggu waktu lama, mari kita mulai acaranya sekarang!"

Para penonton bertepuk tangan dengan meriah walaupun mereka tidak mengetahui band tersebut.

Nada lagu dari gitar yang digunakan vokalis mulai terdengar. "Lagu ini berjudul A Little Braver dari New Empire. Lagu ini dipersembahkan kepada kalian semua yang hadir di sini untuk lebih berani menjalani hidup sesulit apapun."

Pidato singkat vokalis yang diiringi nada gitar, membuat penonton sekali lagi bertepuk tangan dengan meriah.

Vokalis itu menutup matanya saat berhenti memainkan gitar. "With December comes the glimmer on her face ...."

"Wow ..." Nafelly berdecak kagum saat mendengar suara vokalis tersebut. "Selain tampan, dia juga memiliki suara yang bagus."

"And I get a bit nervous
I get a bit nervous now ...."

Samuel yang mendengar decakan kagum Nafelly pun, menoleh sambil mengerutkan alisnya. Dan yang didapatinya adalah mata berbinar Nafelly yang menatap ke arah vokalis.

"In the twelve months on I won't make friends with change
When everyone's perfect can we start over again ...."

Samuel berdeham dan mendekatkan tubuhnya pada Nafelly, namun Nafelly tetap menatap vokalis tersebut dengan kagum.

"The playgrounds they get rusty and your
Heart beats another ten thousand times before
I got the chance to say I miss you ...."

Orang-orang mulai berteriak dan bertepuk tangan mendengar suara halus tersebut. Begitu pun Nafelly yang tersenyum lebar dan melompat-lompat di tempatnya, membuat Samuel harus memelototi Nafelly yang terlalu antusias bahkan enggan untuk menatap orang yang dicintainya.

"When it gets hard
I get a little stronger now I get a little braver now ...."

Melihat Nafelly tidak memiliki tanda-tanda mengalihkan pandangannya dan malah makin terkagum, Samuel kembali berdeham dan menggeserkan tubuhnya lebih dekat pada Nafelly. Lebih tepatnya, dia bahkan berdiri di depan Nafelly.

"And when it gets dark I get a little brighter now
I get a little wiser now before I give my heart away ...."

Nafelly mengedip dan mencoba menggeserkan tubuhnya, namun setiap kali dirinya bergeser, Samuel ikut menggeserkan tubuhnya. "Hey! Apa yang kau lakukan?! Aku tidak bisa melihatnya!"

Samuel hanya menoleh dengan acuh. "Aku juga tidak bisa melihatnya."

"Apa yang kau katakan?! Kita berada di barisan paling depan!"

"Berisik!"

"Kau yang minggir!"

"Well we met each other at the house of runaways
I remember it perfectly we were running on honesty
We moved together like a silver lock and key
But now that your lock has changed
I know I can't fit that way—"

Suara dengungan dan teriakan penonton, memenuhi telinga Nafelly. Nafelly yang merasa kesal pun segera menggeserkan tubuh Samuel dengan tangannya. "Lihat apa yang kau lakukan! Mereka sudah berhenti dan tidak melihat penampilan mereka sepenuhnya!!"

Sementara Nafelly ribut dengan sikap menyebalkan Samuel, penonton ribut dengan speaker yang tidak lagi tersambung dan semua kegiatan band terhenti.

"Untuk apa kau melihat penampilan mereka? Apa kau mencintai mereka?" Samuel malah balik bertanya dengan ekspresi songong di wajahnya.

Nafelly mengerutkan alisnya dengan heran. "Apa yang kau katakan? Kenapa aku mencintai mereka? Aku hanya—"

"AH!" Suara teriakan kaget penonton membuat Nafelly berkedip dan segera melihat ke depan, tidak lagi meladeni Samuel. Dan pada saat itu juga, dia melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Seorang anak terlihat mencoba berdiri namun terus terjatuh dan kabel-kabel yang terhubung ke speaker lepas semua. Anak yang kesulitan berdiri itu pun, ditarik kasar oleh sebuah tangan hingga harus berdiri dengan paksa.

Orang yang terlihat seperti ayahnya itu mulai memarahi anak kecil itu. Melihat anak kecil itu tetap diam, dia mendorong pelipis anaknya kuat-kuat hingga kepala anak kecil itu oleng ke samping.

Samuel yang melihat itu pun hanya menggelengkan kepalanya. "Kenapa dia harus memarahinya di depan umum?"

PLAK!

"AH!" Penonton lagi-lagi berteriak, begitu pun dengan Samuel yang tersentak terkejut saat sang ayah menampar kuat-kuat anaknya hingga terjatuh dan menangis.

"Sialan! Orang tua macam apa—?!" Samuel akan bergerak untuk memarahi ayah kasar tersebut. Namun, sebuah tangan segera menyentuhnya, membuat Samuel harus menghentikan langkahnya.

Samuel berbalik, dan yang dilihat di belakangnya lebih membuatnya terkejut.

Nafelly yang biasanya terlihat menyebalkan dan riang, kali ini gemetaran kuat dan menatap ke arah adegan ayah-anak tersebut dengan mata melotot lebar. "Jangan ...."

Samuel pikir, Nafelly mencoba untuk mencegahnya ikut campur. "Ayah gila itu harus—"

"Jangan pukul aku ...."

Samuel tersentak. Dia mengerutkan alisnya dalam-dalam ketika mendengar ucapan Nafelly. Bukan jangan pukul dia, tapi jangan pukul aku. Samuel mengedipkan matanya dan menatap serius pada wajah ketakutan Nafelly. "Apa ... maksudmu?"

Napas Nafelly tersendat, sedangkan matanya tetap terpaku pada adegan ayah dan anak itu. Dan Samuel lagi-lagi tersentak saat setetes air mata menuruni pipi Nafelly. "Jangan pukul aku ... sakit ... sakit!!"

Air mata Nafelly turun semakin deras. Kakinya jatuh berlutut dan genggaman tangannya di tangan Samuel mengerat. "Sakit!! Berhenti!! Kumohon berhenti!! Sakit!!"

Tubuh Nafelly gemetar kuat, tangannya yang bebas menyentuh kepalanya seolah melindungi diri dari serangan. "Sakit!! Sakit!! Sakit!! Sakit!! SAKIT!! AAAKKKHHH!! KENAPA TIDAK KAU BUNUH SAJA AKU?! KENAPA?! BUNUH SAJA AKU!! AAAKKKHHH!!"

Tangisan Nafelly semakin histeris, sementara Samuel tetap berdiri di sana. Tidak ikut berlutut atau pun mencoba menenangkan Nafelly.

Dia hanya berdiri. Berdiri dengan pandangan menusuk yang terarah pada Nafelly.

Pandangan yang menyiratkan keterkejutan dan juga amarah yang tidak dia ketahui diarahkan pada siapa.

Jangan lupa vote dan komen

Seguir leyendo

También te gustarán

2.4M 19.7K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.1M 16.5K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.2M 61K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
283K 20.1K 31
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...