Kuanta (End)

By WinLo05

49.6K 9.6K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... More

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 2 - Hyperspace
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 7 - Over Power
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 11- Labor OV
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 16- Sinar Gamma
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 25 - Kinematika
Chapter 26- Vektor
Chapter 27- Jenis Energi
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 43- Gerak Melingkar
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 46 - Pertemuan
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 24 -Kekekalan Energi

503 161 48
By WinLo05

Mata cokelat Fisika terbelalak lebar. Ia tidak menduga bahwa Sagi akan bisa melakukan hal seperti itu. Bagaimana pun ceritanya, Izar itu adalah rekan terbaik, seorang sahabat, abdi setia atau apalah namanya.

Fisika seolah turut merasakan kemarahan Sagi mengalir dalam pembuluh darahnya seperti aliran lava yang memanas dari gunung berapi. Ia berdiri di hadapan Izar beberapa detik dengan tatapan intimidasi.

Bahkan, tanpa berniat menolong Izar atau sekedar memastikan keadaannya. Pria itu membalikkan badan dan berjalan ke arah Fisika yang masih pucat pasi atas peristiwa di hadapannya.

"Oh, Dewa!" Rebecca memekik histeris saat berlari dari bawah begitu mendengar keributan yang terdengar. Bertepatan dengan tangan Sagi yang membatu Fisika untuk berdiri.

"Lo gak papa? Ada yang patah?"

Fisika kebingungan harus bersikap apa. Lagi, Sagi mencoba menyembuhkan luka dan rasa nyeri dari tubuh Fisika menggunakan media mana sang pengguna.

"Baginda." Fisika berujar lirih. Lalu berpaling pada Izar yang sedang tertatih memasuki kamar kembali. Rebecca yang berada di belakangnya tampak kebingungan serta cemas dengan kedua tangan mengengam di depan dada selayaknya sikap ketika seseorang hendak berdoa.

"Jangan katakan apapun pada Izar," titah Sagi dengan bisikan yang hanya bisa didengar oleh Fisika. "Sekali lo mengatakan apa yang kita berdua lakukan. Detik itu juga lo akan gue deportasi ke dunia asalmu."

Mata Sagi dan Fisika saling bertemu. Wanita itu menelan saliva susah payah setelah menyaksikan sorot dingin yang dipancarkan oleh sang Kaisar.

"Anda semua baik-baik saja?"

Rebecca masih berdiri di ambang pintu. Dia jauh terlihat khawatir menatap para tamunya dibandingkan kekacauan yang telah Sagi buat.

"Kami baik-baik saja." Izar menginterupsi dan memberi isyarat untuk Rebecca meninggalkan mereka.

Wanita itu menurut. Lalu dalam satu jentikkan jarinya. Pintu dan dinding yang semula retak dan hancur, kembali dalam wujud semula. Nyaris tidak beberkas.

"Panggil aku. Jika kalian butuh sesuatu."

Rebecca pun berpamitan pergi. Meninggalkan tiga manusia beda paralel yang saling diam satu sama lain.

"Mengapa?" Itulah pertanyaan yang akhirnya dilontarkan oleh Izar. "Mengapa Bigbos tiba-tiba seperti ini? Hubungan apa yang Bigbos jalin bersama Fisika sehingga Bigbos melakukan hal seperti tadi pada gue?"

Sagi tahu, Izar itu sama keras kepalanya dengan dirinya. Pria yang cukup populer dalam dunia literasi tersebut, tidak akan tinggal diam dengan rasa ingin tahunya. Izar akan melakukan apapun hingga keinginan tahunya bisa terpenuhi. Dia tipikal orang yang sangat begitu ambisius.

Ada pancaran sinar berwarna-warni yang menguar keluar dari tubuh Izar seperti uap air yang sedang dipanaskan. Perlahan-lahan, luka yang diberi Sagi mulai menutup di sekujur tubuhnya.

"Lo gak perlu tahu." Sagi berkata tanpa sedikit pun menoleh. Setelah ia memastikan bahwa kondisi Fisika baik-baik saja. Izar pun akhirnya melihat wajah si Kaisar yang telah berpaling membantu Fisika berdiri. "Kita akan lanjut diskusi."

Fisika memilih diam. Suasana terasa canggung dan ia merasa suhu ruangan di dalam kamar Sagi menjadi tidak karuan. Rasanya ada energi panas dan energi dingin yang saling beradu satu sama lain.

"Fisika memiliki tipikal jenis sihir sebagai Penyihir pelindung. Jenis yang sangat dibutuhkan oleh pasukan Ksatria," ujar Izar dengan kepala menunduk. Tampaknya, pria ini merasa sakit hati atas insiden yang telah terjadi.

Sihir pelindung, biasanya bekerja di militer kerajaan sebagai garda paling objektik. Mereka dapat memuculkan sebuah tameng sihir yang dapat melindungi dirinya dan orang lain dari serangan sihir manapun.

Kemampuannya bisa berkembang pesat hingga tahap paling lanjut, jika penyihir tersebut bisa melingkupi seluruh kerajaan atau negara dengan sihirnya. Penyihir pelindung, juga berguna melindungi prajurit yang sedang bertempur dari serangan sihir tidak terduga.

Fisika hanya bisa menghela napas. Dia tidak tahu, harus merasa senang ataupun sedih. Jenis sihir ini tidak terlalu buruk dari pengguna telekinesis.

"Sementara Izar membuka jalan sebagai seorang Tanker yang memimpin kelompok. Gue sebagai seorang Fighter akan bergerak melakukan serangan sekaligus melindungi Izar, sedangkan Fisika akan terus berada di belakang untuk membangun kubah perlindungan. Pola ini akan kita gunakan mulai besok dan gue secara pribadi akan mengajarkan semua itu."

Sagi menutup penjelasannya dengan Izar mengakhiri pertemuan tersebut sambil menggulung perkamen yang memuat peta kerajaan Gallanga.

"Selamat malam."

Hanya itu kata yang Izar ucapkan untuk kedua rekannya. Bagi Izar, saat ini ia hanya ingin segera tidur dan menenangkan pikiran. Fisika hanya bisa memandang muram bayangan sang sahabat yang menghilang dibalik pintu.

"Berbagi mana dengan orang lain adalah hal ilegal dalam dunia sihir."

Mata cokelat Fisika mendadak terbuka lebar, begitu mendengar informasi yang disampaikan oleh Sagi.

"Ap- Apa?! Baginda serius?"

Sagi menggangguk sambil menatap dalam ke arah mata Fisika dengan fokus yang membuat wanita tersebut merasa tidak nyaman.

"Berbagi mana, sama dengan berbagi nyawa. Singkatnya, jika lo terluka. Gue juga akan merasakan hal yang sama. Begitupun, jika lo terbunuh. Gue juga akan merasakannya. Hubungan dan emosi kedua bela pihak saling terikat. Inilah yang menyebabkan berbagi mana adalah teknik sihir yang ilegal."

Fisika kehilangan kata-kata untuk berbicara. Sorot matanya terus terbuka lebar tanpa mengedip sekalipun.

"Fisika," seru Sagi dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan mata Sagi seolah menusuk, namun bukan tipikal yang membuat seseorang merasa seperti ditusuk belati. Cara pandang Sagi pada Fisika, seperti sesuatu yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Ini lebih ke momen emosinal yang hanya bisa dirasakan oleh jantung dan hati.

"Maaf. Tapi jaga diri lo sebaik mungkin."

Fisika menggeleng, air matanya mengalir seperti aliran sungai kecil. Sagi malah terbelalak melihat Fisika justru menangis.

Sagi merengkuh kain tunik bagian dada dengan kuat. Ia menunduk, kesedihan Fisika mengalir begitu dalam, di dalam tubuhnya.

"Apa ini bisa dibatalkan?" lirih Fisika dengan punggung tangan mengusap air matanya sendiri.

"Tidak." Sagi menyahut parau. "Maaf, karena keegoisan gue dan sikap tidak jujur seorang bangsawan. Gue malah menjebakmu dalam polemik ini."

Fisika menggeleng pelan. Tangisnya mereda.

"Baginda gak salah. Sejak awal, gue yang menuntut untuk tetap diperkerjakan. Jadi ini salah gue. Jika saat itu, gue menurut dan pulang ke rumah. Baginda tahu apa jawabannya."

Sagi berkedip memandang wajah Fisika. Entahlah, Fisika selalu membuat perasaan Sagi seperti nano-nano dan tidak jelas. Wanita ini aneh dan sulit ditebak. Tetapi itu justru membuat Sagi kagum dan merasa nyaman jika berada di sisinya.

Anggap saja Sagi memang egois, karena tidak menjelaskan kebenaran yang ada. Tetapi sekarang, dia justru merasa bahagia bisa berbagi mana bersama wanita di hadapannya.

"Fisika," lirih Sagi dengan raut wajah cukup cerah dari sebelumnya. "Mana atau sihir. Memiliki kedudukan atau prinsip seperti hukum kekekalan energi. Apa lo tahu alasannya?"

"Tidak Baginda," jawab Fisika. Mendadak, ia seperti menyadari sesuatu di dalam kepalanya.

"Mungkin lo pernah mendengar bunyi hukum kekekalan energi di dunia lo yang berbunyi 'Energi Tidak Dapat Diciptakan Dan Dimusnakan.' Energi hanya berubah dari suatu bentuk ke bentuk energi lain dan energi juga sangat bermanfaat pada saat terjadi perubahan bentuk, karena pada saat itu ada usaha yang dilakukan."

Fisika tampaknya mulai memahami pola pikir Sagi. Tampaknya, sihir adalah ilmu fisika yang dijelaskan oleh sains.

"Gue masih gak paham, Baginda." Fisika mengakui.

"Sihir tidak dapat diciptakan," jelas Sagi kembali. "Tetapi itu merupakan berkat dari Dewa kepada manusia."

Sepertinya logis, energi tidak dapat diciptakan, sedangkan sihir tidak dapat diciptakan pula. Fisika membatin.

"Dan energi tidak dapat dimusnakan. Sebenrnya mana juga tidak dapat dimusnakan. Tingkat paling tinggi pun, mana hanya bisa dikunci dan ditutup. Memusnakan, berarti membuat objek tersebut binasa selamanya."

Walau setengah paham, Fisika berusaha menyimak dengan baik.

"Jadi?" tanya Fisika.

"Energi juga sangat bermanfaat pada saat terjadi perubahan bentuk," ujar Sagi. "Ketika mana kita bergabung menjadi satu, mereka pun berubah bentuk. Lo menjadi cukup kuat untuk belajar sihir. Semakin kuat seorang penyihir. Bahkan seekor naga bisa terpancing."

Saat mendengar kata naga. Fisika seperti tersentak oleh medan gravitasi. Dia berpaling menatap Sagi dengan bola mata berbinar-binar.

"Naga, Baginda?" seru Fisika kelewat antusias. Sepertinya perkara berbagi mana sudah tidak menjadi masalah bagi wanita penulis dunia oren tersebut.

"Ehm, ya. Naga," ulang Sagi yang juga ikut tersentak melihat mendung yang semula menaungi wajah Fisika telah terganti oleh sinar matahari yang bersinar cerah.

"Gue baik-baik saja, Baginda." Fisika tahu-tahu sudah mendekati Sagi. Kemudian, meraih kedua tangan sang Kaisar dan menggenggamnya kuat. Sorot matanya yang berbinar tidak lepas dari tatapan Sagi.

"Jika itu konsekuensi bisa lebih dekat dengan naga. Hamba tidak menyesal. Baginda, terima kasiiihhh!!!"

Wajah Sagi seperti disihir menjadi kepiting rebus dalam sedetik ketika Fisika memeluk tubuhnya dengan sangat kuat. Saking kegirangannya Fisika dengan naga, ia lupa telah memeluk tubuh seorang Kaisar yang sebenarnya. Tidak boleh disentuh oleh siapapun secara sembarangan.

__/_/_/___/___
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 211K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
97.6K 7.1K 50
Karena Wattpad adalah platform berbagi cerita secara gratis, siapa pun bisa menjadi penulis meski tanpa bakat atau jiwa seorang penulis. Namun, fakta...
477 265 26
Semuanya berawal dari pemilihan kelompok untuk melaksanakan ujian praktek bertahan hidup. Pak Palmo, selaku wali kelas di kelas 4 B, memilih Tom, Rac...
988 183 9
Menyimpan rahasia selama bertahun-tahun memang menyakitkan, tetapi akhirnya rahasia yang dipendam sendirian bisa ia curahkan agar sekian rasa menggan...