ARJEAN || I Am (not) Villain...

By NihaOsh

237K 30.6K 54.5K

[17+] "Lebih suka cowok seumuran atau yang lebih tua?" -Arjean. "Siapa aja, asal bukan lo." -Shannon. ⚠️WARNI... More

00 || Arjean
01 || Bau Keong
02 || Poci
03 || Boba
04 || Pembunuh?
05 || Pap
06 || Mabuk
07 || Sate
08 || Sasaran selanjutnya
09 || Pengkhianatan
10 || Pilih Kasih
12 || Bukan orang baik?
13 || Donor
14 || Cara licik
15 || Mabuk (2)
16 || G-anas?
17 || Ferry dan Shannon
18 || Arjean dan Shannon
19 || Percaya?
20 || Mati?
21 || Kesalahan
22 || Dilanjut?
23 || Membunuh?
24 || Racun
25 || Pergi
26 || Sakit
27 || Aku butuh jantungnya
28 || Ketakutan yang tak berujung
29 || Masih ada harapan?
30 || Dia orang baik [SELESAI]

11 || Terluka

5.7K 931 1.8K
By NihaOsh


Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga, makasih ❤️❤️

**

Pemuda RT 09/RW 03

Haikal: Kan tadi gue abis dari indoapril, anjng bang Jean pamerin Shan depan gue!

Julian: Hah?

Ayang: Julid mulu, heran.

Haikal: Jean cium Shan depan gue!

Julian: ANJIRRR! GAK ADA ADAB!

Haikal: YA KAN? Zina mulu!

Killian: Tapi kal, lo kalau udah pacaran sama Shan mana inget dosa?

Haikal: Emang lo gak inget dosa?

Killian: Khilaf mulu, sayang banget kalau Shan dianggurin.

Jean: Shan bukan lonte ya Kill, makin ke sini ketikan lo makin gak ngotak.

Killian: Maen lo kurang jauh.

Ayang: Si paling jauh 😏

Junior: Kalau di Jkt atau di mana pun, baru 17 tahun aja udah pada anuan, mungkin menurut Killian itu udah biasa.

Lucas: Sepupu gue juga gitu, clubbing tiap malming ternyata udah jebol, mana dianya bangga lagi.

Jean: Terus, lo maunya Shan juga kayak gitu?

Lucas: Gak gitu bang, gue cuma bilang doang, emosian amat.

Killian: Jiwa bapak-bapak mah emang susah.

Junior: Kill, tiati.

Jean: Mulai sekarang lo semua jangan mikir yang aneh-aneh tentang Shan, gak usah godain Shan, apalagi pake kata-kata kotor! Terutama lo Kill!

Killian: Gak yakin lo alim-alim aja pacaran sama Shan, gak usah munafik.

Theo: Udahlah, pemikiran lo udah bagus, Je. Anak sekolah masih pada labil, emang pikirannya kotor-kotor. Jagain aja Shannya.

Dion: Malah berantem, kalau berani jangan di grup doang, di lapangan noh! Gue wasitnya.

Jovan: Tar gue kasih piso satu-satu.

Mark: Hahahhaa.

Yorka: Jangan cuma gara-gara Shan lo semua gak akur ya..

Ayang: Tenang, kita mah santai. Gak tau deh kalau Killian, Julian, Haikal, sama bang Jean.

Junior: 3 lawan 1.

Nando: Yang menang bang Jean.

Junior: Aw takut!

Mark: Nando trauma pernah ditonjok bang Jean kayaknya.

Lucas: Seketika Haikal, bang Jul, sama Killian ngilang.

Killian: Gak jelas, bagong.

Lucas: Dih, dasar ayam!

Theo: Kill, jangan ngambek.

Killian: Gue bukan bocah yang ambekan.

Theo: 👍🏻👍🏻

Jean: 🖕🏻🖕🏻

Killian: Diem lo Jeanjing!

Jean: Galak amat.

Haikal: 😏😏

**

Satu bulan, dua bulan, bahkan hingga tiga bulan berlalu, Jean menghabiskan banyak waktunya untuk Shan, dan hal itu membuat Shan semakin menempel padanya.

Kini Shan tanpa malu menunjukan kasih sayangnya untuk Jean, bahkan ia selalu bersikap manja pada Jean, mengingat baru kali ini ia menemukan seseorang yang benar-benar menjaganya dengan baik, bahkan orang tua atau pun Yorka tak pernah memperlakukannya sebaik Jean.

Jean sadar, Shan kekurangan kasih sayang, hingga Shan terlihat senang dan nyaman ketika ia memperlakukan Shan seperti tuan putri yang tak boleh terluka.

Ngomong-ngomong, selama 3 bulan ini Ferry dan Eric selalu mengganggu Jean, mereka menyuruh preman untuk mencuri di kafe Jean, menghancurkan bangunan beberapa kafe milik Jean hingga Jean mengalami kerugian besar, namun Jean tak pernah membalasnya.

Ferry dan Eric tetap menginginkan Jean untuk keluar dari keluarga Learyant, namun hingga detik ini Nenek mereka masih mempertahankan Jean, padahal Yuno sudah setuju untuk mengeluarkan Jean dari keluarga Learyant perihal pemerkosaan Shua.

Sejak Shua diperkosa, Jean semakin dibenci oleh keluarga Learyant, bahkan ia sering dihubungi oleh mereka hanya untuk dimaki dan disumpahi, namun ia tak peduli, menganggapnya angin lalu walau rasanya begitu sakit.

Tentang perselingkuhan David dan Arin, Jean tidak tahu harus melakukan apa, keduanya benar-benar keras kepala, bahkan kini Arin tengah mengandung anak David, usia kandungannya sudah satu bulan.

Jean tidak menunjukan kemarahannya pada Arin, ia mendiami Arin tak peduli Arin mau melakukan apa, ia sudah muak.

"Jean, kok bengong sih?" Tegur Shan yang baru saja kembali dari toilet, sementara Jean menunggu di kursi sebuah Mall.

"Habis ini mau ke mana lagi?" Bukannya menjawab, Jean malah balik bertanya.

"Gak tau," sahut Shan seraya duduk di samping Jean dan memeluk lengan Jean.

"Jean, Nathan nelpon aku, dia mau ketemu, kamu mau anterin aku ke rumah sakit gak?" Tanya Shan dengan tatapan sendu, Jean pun menganggukan kepalanya.

"Mau. Harus sekarang banget?"

"Nanti dulu, istirahat dulu di sini."

Jean meraih tangan Shan dan menggengamnya, "kamu kepikiran buat mutusin aku gak?"

Pertanyaan Jean membuat Shan terdiam sejenak, tangannya meremat tangan Jean yang berada di genggamannya.

"Enggak, belum boleh putus!" Sahut Shan.

"Kenapa?"

"Gak usah dibahas, kita udah sepakat kalau aku yang harus mutusin kamu."

"Aku gak pernah berpikir buat pisah sama kamu, Shan." Jean bergumam, membuat Shan menatapnya dan tersenyum kecil.

"Kalau begitu jangan bahas soal putus, Nathan udah tau tentang hubungan kita. Aku emang jahat sama Nathan, tapi-."

"Gimana bisa kamu mencintai dua orang?" Jean menyela ucapan Shan.

"23 orang pun aku bisa, jangan bahas lagi, aku gak mau berantem."

Jean menghela nafasnya, lama-lama ia kesal menjadi yang kedua untuk Shan, namun semua salah dirinya, bahkan dirinya yang memulai lebih dulu, pada akhirnya ia merasakan sakit karena kesalahannya sendiri.

Jean meraih ponselnya dari atas meja, kemudian ia mematikan ponselnya dan mengantunginya, mengabaikan panggilan dari Qian.

Ini sudah 7 hari Qian menghubunginya, namun hanya sekali ia menjawab panggilan itu.

Sekitar satu jam kemudian, Jean dan Shan tiba di rumah sakit, Jean seperti biasa menunggu di kursi tunggu, sementara Shan menemui Nathan.

Shan memasuki kamar rawat Nathan, ia dibuat gugup ketika melihat ada ibunya Nathan di sana, mengingat selama ia berpacaran dengan Nathan, ia belum pernah bertemu dengan ibunya Nathan.

"Shan..." panggil Nathan yang terlihat senang melihat kehadiran Shan, membuat ibunya menoleh dan ikut tersenyum pada Shan.

Senyuman yang agak canggung.

Nathan mengubah posisinya menjadi duduk, "ini udah satu minggu, Shan. Kamu baik-baik aja kan?"

"Aku baik, Na. Maaf baru bisa jengukin kamu lagi, aku sibuk."

Nathan mengangguk kecil, "gak apa-apa, aku gak minta kamu buat jengukin aku setiap hari kok."

Shan pun bertemu tatap dengan ibunya Nathan, membuat ia merasa gugup.

"Hm Shan, kamu belum pernah ketemu mama aku?" Tanya Nathan dengan suara pelan, shan pun menggelengkan kepalanya, membuat Nathan melirik ibunya sejenak.

"Ini mama Qian, mama aku." Nathan memperkenalkan sang ibu pada Shan, Shan pun bersalaman dengan Qian.

"Nathan banyak cerita tentang kamu, Shan." Qian berucap sambil tersenyum.

"A-ah ya tante.."

"Makasih ya udah bantu tante jagain Nathan, tante gak bisa dateng setiap hari, soalnya Nathan selalu nolak, tante juga agak sibuk, kata Nathan kamu sering nemenin dia."

"Aku gak terlalu sering, Nathan juga ngelarang aku buat dateng setiap hari," sahut Shan.

"Itu karena aku cape liat kalian nangis, makanya kurangin ke sininya," ucap Nathan, membuat Shan dan Qian menghela nafasnya.

Setelah itu, Qian berpamitan pada Nathan dan Shan untuk pulang, katanya ia akan kembali kemari lusa, dan keduanya mengangguk kecil.

Qian pun keluar dari kamar rawat Nathan, ia hendak melawati ruang tunggu, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat seseorang yang ia kenal tengah duduk di sana.

"Jean," lirih Qian, ia merengut sendu melihat Jean yang duduk dengan kepala tertunduk cukup dalam, ia pun menghampiri Jean.

Qian mengusap surai Jean, hingga Jean mengangkat kepalanya dan menatapnya.

Jean nampak begitu terkejut, "mama ketemu Shan?"

Qian menganggukkan kepalanya.

"Jangan sampai Shan tahu soal hubungan aku sama Nathan."

"Ya, mama ngerti."

"Kalau gitu mama pergi, nanti Shan liat kita!" Usir Jean seraya melirik ke arah pintu kamar rawat Nathan.

Qian menghela nafasnya, "kata dokter Brian, kamu belum check up."

"Aku sehat."

"Tolong jaga kesehatan, Jean. Walau kamu ngerasa sehat, bakal lebih baik kalau kamu check up, cukup Nathan yang sakit, mama gak mau kamu sakit."

Jean mendengus kecil, "ya ya, terserah. Cepet pergi Ma, nanti Shan liat!"

"Tapi janji sama mama, abis ini kamu check up ya, nanti dokter Brian kasih kamu vitamin."

"Iya.."

"Jangan lupa makan malam, jangan makan makanan yang gak sehat. Kalau kamu bahagianya sama Shan, kamu boleh lebih banyak luangin waktu buat Shan."

"Iya, aku udah lakuin itu."

Qian tersenyum, kemudian mengusap surai Jean sejenak, "Shua udah baik-baik aja, kamu gak perlu khawatir, abaikan semua omongan tante dan ok kamu ya?"

Jean mengangguk, Qian pun melangkah pergi, kepergiannya tak lepas dari pandangan Jean.

Jean menghela nafas lirih. Ya, ia dan Nathan adalah saudara satu ayah namun beda ibu, sepertinya Nathan tidak tahu soal masalah yang menimpa Shua, sebab Nathan tak pernah membahas tentang Shua padanya.

**

Jean menunggu di ruang tunggu selama 4 jam, bahkan hingga ia merasa bosan dan pegal, namun ia tak bisa meninggalkan Shan begitu saja.

Shan pun keluar dari kamar rawat Nathan, "Jean, aku mau beli minuman dulu, kamu temenin Nathan ya?"

"Biar aku aja, mau minum apa?" Jean beranjak dari kursinya.

"Aku aja.."

"Yaudah Ayok aku anter."

"Ish gak usah, kamu duduk aja, nanti aku beliin juga," ujar Shan, kemudian ia mengecup bibir Jean dan pergi dengan langkah cepat.

Jean melihat Shan yang menerima telepon dari seseorang.

Jean pun memasuki kamar Nathan, terlihat Nathan yang tengah mengetikkan sesuatu di ponselnya dalam posisi duduk.

"Kenapa gak anter Shan?" Tanya Nathan, sebab ia tahu ke mana Shan akan pergi.

"Dia nolak. Tumben nyokap lo di sini."

Nathan menghela nafasnya, "lo udah siap?"

Jean mengerutkan dahinya, "buat?"

"Donorin jantung lo buat gue, dokter bilang kondisi gue memburuk," sahut Nathan yang membuat Jean tersenyum licik.

"Kayaknya gue gak bisa."

"Kita udah sepakat, lo mau ingkar?"

"Ini hidup gue, terserah gue mau ingkar atau enggak, kehadiran Shan di hidup gue ngerubah semuanya."

Nathan tersenyum kecil, "jangan main-main, ada perjanjian hitam di atas putih."

Jean mendengus kecil, ia pun lebih mendekat pada Nathan, "gimana kalau Shan tau?"

"Jangan."

"Lo tau? Donor jantung dari orang yang masih hidup itu gak boleh, gimana kalau surat perjanjian itu bocor? Gue nandatangin semua itu karena paksaan, dan ini bakal jadi masalah besar," desis Jean.

Senyuman Nathan pun luntur, tergantikan dengan tatapan yang tajam, "itu bukan paksaan, lo dengan suka rela nyetujuin perjanjian itu, bahkan lo yang bilang kalau lo lebih milih buat mati ketimbang hidup sama nyokap lo yang jalang."

"Lo juga minta syarat sama gue, lo pengen pacarin Shan sebelum lo mati, dan gue ijinin lo buat ngabisin waktu lo sama Shan, lo gak boleh ingkar, Jean." Lanjut Nathan, suaranya terdengar agak gemetar.

"Awalnya gue nyerah buat hidup, tapi gue gak rela ngasih kehidupan gue buat orang licik kayak lo, tapi nyokap lo ngerayu gue buat ngasih jantung gue ke lo, bahkan dia ngasih segalanya buat gue sebelum gue bener-bener mati, dia gak punya hati," balas Jean yang membuat Nathan semakin kesal.

"Emang udah seharusnya lo kasih kehidupan lo ke gue, Jean. Selama ini lo hidup enak karena bokap gue, lo dikasih rumah, lo dikasih kafe buat usaha, uang bulanan tetep jalan, lo disekolahin sampe sejauh ini, padahal keluarga Learyant yang lain gak pernah nganggap lo ada! Lo harus tau diri, jalan satu-satunya buat bales kebaikan keluarga gue, lo cuma perlu donorin jantung lo buat gue!" Ujar Nathan dengan nada membentak.

"Itu udah tanggung jawab bokap lo, dia bokap gue juga, gue gak perlu balas Budi buat semua harta yang gue dapet," balas Jean.

"Dan gue berhak nolak, sejak awal gue nolak buat donorin jantung gue ke lo, tapi nyokap lo ngerayu gue terus, sampe akhirnya gue bener-bener nandatanganin surat itu, tapi asal lo tau, gue gak akan pernah ngasih kehidupan gue buat lo, gue berhak nolak atas diri gue sendiri!" Balas Jean lagi menegaskan.

Nathan terdiam sejenak dengan nafas memburu, matanya berkaca-kaca dengan kulit wajah yang memucat, kedua tangannya gemetar kecil hingga kuku-kuku jarinya membiru.

"Gue ngerelain Shan buat lo, Jean. Gue cuma ngerelain Shan buat sementara aja! L-lo gak boleh ingkar, cuma lo satu-satunya orang yang bisa donorin jantung buat gue, cuma lo yang bisa bikin gue hidup lebih panjang!" Nathan mulai panik.

Kini Jean yang terdiam, ia juga bersalah karena sejak awal ia terpaksa menyetujui donor itu, hingga memberi harapan untuk Nathan, dan kini Nathan terlihat panik saat ia ingkar dengan janjinya.

"Jean, gue harus apa? Gue harus apa biar lo gak ingkar janji? Lo butuh waktu? Gue bakal kasih, paling lama dua bulan, lo bisa ngabisin waktu lo selama dua bulan sama Shan, gue gak bakal ganggu kalian, tapi setelah itu tolong donorin jantung lo buat gue," pinta Nathan dengan suara gemetar hebat.

Jean menghela nafasnya, "sorry, gue bakal dapetin Shan seutuhnya, lo mati aja."

"ARJEAN!" Bentak Nathan, kondisinya semakin memburuk karena kepanikannya.

"Lo hidup sehat karena uang keluarga gue, kalau gak ada mereka mungkin lo udah mati kelaparan, tolong pikirin baik-baik ucapan lo, kita udah sepakat. Gue mohon sama lo, jangan berubah pikiran, dua bulan, dua bulan bukan waktu yang lama, gue bakal nunggu, nunggu lo donorin jantung buat gue," racau Nathan, ia terlalu takut untuk mati dan meninggal orang-orang di sekitarnya.

Jean menggeleng kecil, "bilang nyokap lo, perjanjiannya batal."

Setelah menagatakan itu Jean membalikan tubuhnya hendak pergi.

"Gue gak mungkin ambil jantung Shua!" Teriak Nathan yang membuat Jean menoleh dan menatapnya dengan tajam.

"Lo bener-bener gila, Nathan," desis Jean.

"Gue pengen hidup lebih lama! Kalau emang lo gak berniat donorin jantung lo buat gue, seharusnya dari awal jangan bikin gue nunggu dan berharap sama lo!"

"Tanyain nyokap lo, kenapa harus maksa gue? Karena sesuatu yang dipaksa itu gak bakal berjalan dengan lancar."

"Kalau begitu gue bakal ambil jantung Shua, mama bakal setuju, karena mama cuma sayang gue," racau Nathan dengan bola mata yang bergerak gelisah, kulitnya yang sudah pucat semakin pucat saja.

Jean kembali menghampiri Nathan dan mencengkram kerah baju Nathan, "lo udah ditakdirin buat penyakitan, buat apa ngorbanin orang sehat buat orang sekarat kayak lo? Terima nasib lo yang bakal mati di usia muda."

"Jangan egois, perbaikin hidup lo sebelum lo benar-benar mati, bukan nyusahin orang lain kayak gini!" Bentak Jean lagi.

Cklek

"Jean, kamu apa-apaan?" Tanya Shan yang terkejut melihat posisi Jean saat ini.

"Pilihannya cuma dua, lo atau Shua yang donor-."

Bugh!

Jean menonjok rahang Nathan dengan keras setelah Nathan berbisik seperti itu.

Sontak Shan menarik Jean hingga Jean menjauh dari Nathan yang terlihat mengerang kesakitan.

"LO GILA, JEAN!" Teriak Shan tepat di depan wajah Jean, sementara Jean terus menatap Nathan dengan tatapan tajam.

Shan pun mendekat pada Nathan, "Na, Na... Nathan, kamu gak apa-apa kan?"

Nathan tak menyahut, ia menatap Jean dengan mata yang sayu, dadanya naik turun dengan cepat, tubuhnya gemetar kecil dengan bibir yang membiru.

"N-Na.. Nathan!" Pekik Shan saat tubuh Nathan melemas dan tak sadarkan diri, sontak Shan menekan tombol automatis berulang kali, dan tak lama beberapa suster pun datang dan memintanya untuk keluar.

Jean dan Shan pun keluar dari kamar rawat Nathan, Shan menatap Jean dengan tatapan tajam.

"Pergi, pergi dari sini, gue gak terima lo perlakuin Nathan sekasar itu," usir Shan seraya mendorong dada Jean dengan kasar.

Sementara Jean hanya diam dengan tatapan dinginnya, membuat emosi Shan semakin memuncak.

"Gue bilang pergi!" Bentak Shan dengan nafas memburu dan mata yang memerah.

"Kamu gak tau masalahnya kayak gimana, Shan."

"Gue gak peduli, kalau sampe Nathan terluka lebih dari ini, gue bakal benci sama lo, Jean," desis Shan yang membuat Jean bungkam seketika.

Tanpa Shan tahu, Jean juga terluka, Jean dipaksa untuk mati demi keselamatan seseorang.

.
.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

GIVEAWAY NOVEL BEBAS PILIH
Karya NihaOsh

27 April - 29 April 2022

Temen-temen, aku ngadain Giveaway lagi nih buat 2 orang pemenang. Untuk pemenang bebas mau pilih novel apa aja dari daftar di bawah ini.

1. My Step Brother.
2. One Shot.
3. Perfect Demon.
4. Zero.

Rulles:
1. Follow instagram Niha.Osh
2. Follow Wattpad NihaOsh
3. Follow tiktok Hazelnutosh
4. Vote semua chapter cerita Arjean || I Am (not) Villain.
5. Komen di sini nama kamu, kota kamu, Novel yang kamu mau, dan alasan kenapa kamu pengen punya novel tersebut. (Jangan Spam)
6. Selesai, pengumuman tanggal 29 April pukul 14:00. Diumumkan lewat instastory di akun instagram aku ya.

Semoga beruntung! 😍

Untuk ongkos kirim ditanggung aku semua ya..

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

65.6K 8K 20
[17+] Jerryant adalah seorang model pendatang baru yang debut dibawah naungan NA Entertainment, ia menjalin hubungan dengan seorang cucu dari pemilik...
8.6K 322 59
[ COMPLETED ] "Rael, aku mau martabak telor." "Udah jam sebelas malem, Ay. Toko udah pada tutup, anjir. Tidur sana. Makan mulu nanti gendut." "Ngambe...
364K 4.2K 5
Hi ! Mau infoin sebagian part cerita ini aku pindahin ke Dreame. Kalian bisa baca disana tapi cast nya aku ganti nama lokal Pen nama di Dreame : Bunn...
1M 31.4K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...