Forever, 831(SELESAI)

By astereinan

51.5K 3.3K 485

𝐁𝐞𝐫𝐮𝐛𝐚𝐡 𝐣𝐮𝐝𝐮𝐥. 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐰𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 "𝐍𝐚𝐠𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚", 𝐝𝐢𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 "𝐅𝐨𝐫�... More

prolog
1 (Awal yang baru)
2 (Nagendra Alvaro)
3 (Insiden)
4 (instagram)
5 (Dia siapa?)
6 (Quality Time)
7 (Bersama Arka)
8 (Dia kenapa?)
9 (Gendra dan Tea)
10 (Ekskul PMR)
11 (Dikeroyok)
12 (Gendra Sialan)
13 (PDKT)
14 (Labrak)
15 (Gendra dan Sam)
16 (Ruang BK)
17 (Rooftop)
18 (Salah tingkah)
19 (Bolos)
20 (Gor futsal)
21 ( upacara)
22 ( gagal PDKT)
23 ( Lomba nyanyi?)
24 ( Salwa dan Gendra?)
25 (gagal latihan)
26 (Galau)
27 ( Rumah Gendra)
28 (Rahasia Gendra?)
29 (Seleksi)
30 (Rumah Salwa)
31 (SMA Nusantara)
32 (Jalan-jalan)
33 (Rumah sakit)
34 (Permintaan maaf)
35 (Ungkapan perasaan?
36 (Gendra marah?)
37 (Cemburu?)
38 (Spesial Day)
39 (Backstreet?)
40 (Kebongkar?)
41 (Ada apa?)
42 (Gendra tahu?)
43 ( Orang asing )
44 ( terciduk)
45 (Ungkapan mengejutkan)
46 (Semester 2)
47 ( Salwa tahu?)
49 (Sebuah pertemuan)
50 ( Nora mulai beraksi)
51 ( Unit kesehatan sekolah)
52 (Pesta)
53 (Salwa menjauh)
54 (Rumit)
55 (Rahasia Delva)
56 ( Keputusan Salwa)
57 (Kejadian buruk)
58 (Sebuah bukti)
59 (Masa pemulihan)
60 ( Kembali sekolah)
61 (Semua tentang Nora)
62 (Sebuah penyesalan)
63 (Selamat ulang tahun Salwa)
Ending

48 (Murid baru)

353 30 3
By astereinan

Gendra kini sedang berada didepan cermin panjang yang terpajang didinding kamarnya. Cowok itu sedang membenarkan dasi yang berada dikerah baju seragamnya. Selang beberapa menit, akhirnya dasi itu menempel dengan rapi dan sempurna.

Gendra meraih tas yang tergantung dibelakang pintu. Cowok itu menyampirkan tasnya dipundak sebelah kirinya. Gendra turun kelantai bawah untuk menemui Alin dan juga Fero yang berada diruang meja makan. Samar-samar, Gendra mendengar suara perempuan yang sangat tidak asing ditelinganya. Buru-buru Gendra segera turun dan berjalan keruang meja makan.

Serempak, Alin, Fero dan juga Nora, menoleh kearah Gendra. Nora berdiri dari duduknya, dan menghampiri Gendra yang masih diam mematung didekat kulkas. “Selamat pagi, Gen.” Nora menyapa dengan senyum sumringah.

Gendra menatap penampilan Nora dengan seksama. Nora memakai seragam yang sama persis dengan dirinya. Cewek itu berarti memang sudah resmi menjadi murid SMA Cakrawala.

“Ngapain pada diam disitu? Ayo sini, kita sarapan dulu.” Alin mengajak keduanya untuk duduk bersama dimeja makan.

Gendra melengos dan langsung duduk tepat didepan Alin dan Fero. Nora menghela nafas panjang. Gadis itu membalikkan badannya, dan ikut bergabung bersama Gendra, Alin dan Fero. Gadis itu duduk disamping Gendra. Sesekali Nora juga mencari kesempatan dalam kesempitan kepada Gendra.

Bi Sasi menuangkan air kedalam gelas kaca. Bi Sasi menyodorkan empat gelas kaca kehadapan Gendra, Alin, Fero dan juga Nora. Mereka mulai melahap sarapan pagi mereka. Rasanya, telinga Gendra sangat pengang sekali ketika mendengar celotehan antara Alin dan juga Nora. Gendra dan Fero hanya diam saja, mereka tidak ikut campur.

Nora mengambil tisu yang sudah disediakan oleh Bi Sasi. Gadis itu mengelap setiap sudut bibirnya dengan lembut. Nora menoleh ke arah Gendra. “Gue nebeng sama lo ya Gen,” kata Nora.

Uhuk

Gendra buru-buru mengambil satu gelas air putih yang berada tak jauh darinya. Gendra terkejut karena gadis itu meminta untuk nebeng, alias berangkat bareng ke SMA Cakrawala. Baru saja dirinya berbaikan dengan Salwa kemarin malam. Masa, sekarang harus berantem lagi hanya karena Nora berangkat bersama dirinya!

“Kamu bawa mobil aja.” kata Alin seraya menatap keduanya.

“Males kalau bawa mobil. Takutnya macet nanti, Ma.” ucap Gendra. Dia mencari alasan agar Alin tidak terus memaksanya untuk berangkat bareng Nora ke sekolah.

“Gue nggak papa kok, pake motor juga.” Nora tersenyum kearahnya. Sebenarnya Nora paling tidak suka naik motor. Selain takut kepanasan, Nora juga takut rambutnya yang sudah rapi menjadi berantakan. Tapi, kali ini ia mengalah. Demi berangkat bersama Gendra, Nora rela naik motor.

“Lo sih mau Nor, tapi... Gue yang nggak mau!” tandas Gendra dalam hati. Dirinya sangat jengkel dengan sifat Nora yang selalu manja kepadanya. Padahal Gendra sudah menekankan bahwa dirinya sudah mempunyai seorang kekasih. Tapi Nora ya Nora. Dia akan tetap bersikap seakan-seakan Gendra itu masih jomblo.

“Gue kan nggak tau jalan SMA Cakrawala.” Nora mengerucutkan bibirnya. Dia membuat wajahnya dengan tampang so’sedih.

“Di maps ada. Zaman udah canggih, dan seorang Nora belum mengerti itu?” Gendra tersenyum mengejek.

“Udah lah sayang, kamu bareng aja sama Nora berangkatnya. Nanti kalau dia nyasar gimana?” tanya Alin. Nora tersenyum penuh kemenangan. Gendra pasti tidak akan menolak jika Alin sudah bertindak.

“Biarkan Gendra yang memutuskan. Kita jangan paksa dia terus Ma,” Fero berbisik ditelinga istrinya. Alin menatap Fero sejenak. Tetapi, Alin tak menghiraukan ucapan Fero barusan.

Gendra menghela nafas dalam-dalam. Jika bukan perempuan, pasti Gendra sudah mencakar wajah Nora dengan kuku tajamnya. Ia sangat, sangat, sangat sebal dengan sifat Nora yang selalu bergantung kepada ibunya. Gendra berdiri dari duduknya. “Lo tunggu disini. Gue mau ke kamar mandi dulu.” Nora mengangguk semangat. Gendra berjalan kearah kamar mandi rumahnya.

Fero menatap punggung putranya yang perlahan menghilang dibalik dinding. Pria itu meraih ponselnya yang tersimpan diatas meja makan. Fero membuka room chat nya. Mengirim pesan untuk sang putra.

Disisi lain, Gendra menutup pintu kamar mandinya. Ketika hendak berjalan menuju ruang meja makan, satu pesan masuk kedalam ponselnya. Dengan sigap, Gendra membukanya. Gendra mengercitkan alisnya, kala Fero mengirimnya sebuah pesan singkat.

Gendra tersenyum ketika membaca pesan itu. Untung saja, tasnya tidak ia tinggalkan diruang meja makan. Fero sama seperti dirinya. Mereka menentang perjodohan ini. Gendra juga berpikir, ada keanehan mengapa Nora tiba-tiba pulang ke Indonesia. Dan lebihnya lagi, mengapa Nora tiba-tiba ingin pindah sekolah ke SMA yang Gendra tempati. Ada sebuah keganjalan.

Gendra berjalan kearah pintu belakang dengan mengendap-ngendap. Gendra membuka pintu itu, dan menutupnya dengan perlahan-lahan. Untung disini tidak ada Bi Sasi. Jika ada, pasti Bi Sasi akan melarangnya dan melaporkannya kepada Alin.

Gendra mengeluarkan motornya dari dalam garasi rumah. Cowok itu menaiki motornya dan langsung melajukan motornya dari pelataran rumahnya. Nora yang masih berada didalam pun dengan cepat berlari keluar. Ah sial, Nora ditinggalkan cowok itu! Gendra sudah berangkat duluan. Berarti tadi dia dibohongi oleh Gendra!

**

Salwa menyerahkan helm kepada Naza. Gadis itu membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Naza menerimanya, dan langsung mengaitkan tali helm itu ke-jok belakang. Mata Salwa menatap kearah botol minum berwarna merah muda. Botol itu tergantung di stang motor Naza. Naza mengikuti arah pandang adik—nya itu.

“Kenapa?” tanya Naza.

Salwa merebut botol itu. Naza hendak merampas kembali botol itu, tapi Salwa malah menjauhkan botol itu dari jangkauannya. “Lo ngapain bawa botol minum kayak gini? Mana warnanya pink lagi.” Salwa tertawa. Tangannya memutar-mutar botol itu.

“Balikin sini! Itu punya gue njir!” Naza berdecak.

Salwa kembali menjauhkan botol itu dari Naza. “Buat gue!” Salwa langsung berlari masuk kedalam gerbang SMA Cakrawala. Naza hendak mengejar gadis itu, tapi dia baru ingat bahwa hari ini ia harus cepat-cepat pergi ke kampusnya. Pagi-pagi, Salwa sudah membuat dirinya kesal. Baiklah, dia akan membalasnya nanti.

**

Gendra memarkirkan motornya di parkiran SMA Cakrawala. Gendra membuka helmnya dan menyimpannya dikaca spion motornya. Cowok itu menyugar rambutnya kebelakang. Dengan santai, Gendra berjalan menuju kelasnya berada. Gendra tersenyum simpul ketika matanya menangkap seorang gadis berambut sebahu sedang berjalan sendirian ditengah koridor. Gendra berlari kecil kearahnya. Cowok itu merangkul bahu Salwa, dan itu membuat si empu terkejut bukan main.

“Ish! Bikin kaget aja tau nggak! Kirain siapa!” omel Salwa. Gendra terkekeh mendengar omelan gadis itu.

“Sengaja. Aku suka aja gitu lihat kamu kaget.” Mereka berjalan beriringan dengan tangan Gendra yang terus menempel dipundak Salwa.

“Semalam kenapa pulang malam-malam?” tanya Gendra.

“Habis kerja kelompok.” jawab Salwa dengan faktanya.

“Kenapa nggak bilang? Aku kan bisa jemput kamu Sal. Lain kali, jangan jalan sendirian lagi. Aku khawatir.” kata Gendra. Cowok itu berhenti ditengah lorong. Gendra berdiri tegak dihadapan Salwa. Mata mereka saling memandang satu sama lain.

“Aku nggak mungkin minta tolong sama kamu, disaat hubungan kita sedang tidak baik-baik aja.”

“Lain kali, bilang sama aku kalau kamu mau keluar, mau siang atapun malam. Biar aku anter.”

Salwa  mengacungkan jempol sebelah kanannya. “Siap!”

Ketika mereka hendak melanjutkan perjalanannya, teriakan seorang gadis mengagetkan mereka. Gendra dan Salwa membalikkan badannya untuk melihat siapa yang telah memanggil Gendra. Gadis berambut sebahu serta make up yang menghiasi wajahnya itu berlari menghampiri mereka.

“Lo kenapa ninggalin gue sih?!” Nora memukul-mukul lengan atas Gendra. Gendra menghindar, cowok itu berjalan dan pindah posisi menjadi disebelah kiri Salwa.

Salwa tidak kaget dengan kedatangan Nora, gadis yang dijodohkan ibu Gendra dengan Gendra. Semalam, dirumah Salwa, Gendra memberitahu bahwa Nora akan pindah ke SMA yang mereka tempati saat ini.

“Lo bisa diam nggak Nor?” Gendra berucap dengan geram. Cowok penakut itu berdiri dibelakang tubuh Salwa. Berlindung, agar Nora tidak menyentuh-nyentuh dirinya didepan sang kekasih.

Nora menatap Salwa dengan begitu intens. Nora menatapnya dengan begitu lekat. “Lo pacarnya si Gendra?” tanya Nora memastikan.

“Kenapa emangnya?” tanya balik Salwa. Salwa yakin, Nora sudah tahu dengan semuanya. Hanya saja, gadis itu pura-pura bertanya saja.

“Lo udah tau siapa gue?” tanya Nora.

“Tau.” jawab Salwa singkat.

“Kalau tau, kenapa lo masih dekat-dekat terus sama calon tunangan gue?”

“Baru calon kan? Belum resmi. Sedangkan gue, bukan calon pacar Gendra, tapi gue dah resmi. Berbeda dengan lo.” balas Salwa tajam.

“Sal. Udah ya, kamu jangan ladenin dia.” Gendra berbisik ditelinga Salwa. Nora yang terus melihat kedekatan merekapun hanya bisa menampilkan wajah kesalnya saja.

Gendra mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru lorong. Matanya menangkap seorang laki-laki berambut lurus yang sedang berdiam diri didepan mading sekolah. Gendra memanggil laki-laki itu, dan menyuruhnya untuk mendekat kearahnya. Laki-laki itupun mendekati Gendra, Salwa dan juga Nora.

“Kenapa Gen?” tanya Rendy, setelah dirinya berada didepan Gendra.

“Gue mau minta tolong sama lo Ren. Lo anterin nih cewek ke ruang guru ya. Dia anak baru disini.” Gendra meminta tolong kepada Rendy, untuk bisa mengantarkan Nora ke ruang guru. “Gue lagi ada urusan sama Salwa. Lo tolong anterin dia ya.” tambah Gendra.

“Apaan sih! Gak! Gue nggak mau!” tolak Nora. Dia hanya ingin diantar oleh Gendra. Hanya Gendra.

“Udah deh Nor. Gue ada urusan sama Salwa. Lo sama si Rendy aja!” kata Gendra. “Gue duluan ya,” Gendra berpamitan kepada Rendy, Rendy pun menggangguk saja. Gendra menarik pergelangan tangan Salwa, membawa gadis itu untuk masuk kedalam kelas bersama.

“Ayo.” ajak Rendy.

Nora memajukan bibirnya kedepan. Gadis itu juga menghentak-hentakkan kakinya dilantai koridor. Mata tajamnya terus memperhatikan punggung tegap Gendra dan juga Salwa. Nora berdecih, lalu dia berucap sesuatu, dan itu didengar oleh Rendy.

**

Jam istirahat pertama, lapangan basket diisi oleh anak-anak basket SMA Cakrawala. Banyak siswa-siswi yang menonton mereka dipinggir lapangan. Sesekali mereka meneriaki nama-nama mereka dengan kencang dan penuh semangat. Gendra, Delva dan Iyan mengusap peluh keringat yang membasahi leher mereka. Mereka duduk dikursi panjang bawah pohon. Angin berembus dengan sejuk menerpa kulit mereka yang penuh dengan keringat.

Nora datang sambil membawa satu botol minuman. Gadis itu duduk disamping Gendra. Iyan, Delva dan Gendra spontan memandang gadis itu.

“Ngapain lo kesini?” tanya Iyan sinis.

“Suka-suka gue dong!” balas Nora. Nora menghela nafas gusar. “Ah! Kenapa gue nggak sekelas sama kalian sih? Gue pindah kan pengen sekelas sama kalian bertiga!” Nora sebenarnya ingin nego tentang kelas yang diberikan oleh kepala sekolah. Tapi, itu tidak bisa. Katanya, dikelas XII mipa4 murid-muridnya sudah penuh, dan tidak bisa menampung siswi lagi. Alhasil, Tea sekarang menempati kelas yang sama dengan Sam. XII ips1.

Alhamdulillah! Syukur deh kalau lo nggak masuk ke kelas kita.” Iyan menengadahkan kepalanya dengan tangan yang membentuk rasa syukur.

“Kenapa lo pindah kesini?” tanya Delva serius. Delva sangat penasaran. Tidak mungkin jika Nora pindah kesini tanpa sebuah alasan yang kuat. Setengah tahun lagi, padahal mereka akan lolos. Tapi kenapa, Nora tiba-tiba ingin pindah coba?

“Gue–gue pengen aja.” Sial, Nora sekarang malah berucap dengan terbata-bata. Jangan sampai, mereka curiga, kalau dirinya memang tidak sembarang pindah kesini, ia mempunyai satu misi yang harus ia selesaikan disini.

“Padahal setengah tahun lagi lo lulus.” Gendra berujar tanpa melirik kearah Nora.

“Gue pindah kesini juga, nggak berdampak negatif sama kalian kan? Kenapa kalian nggak suka kalau gue pindah kesini?”

“Ya jelas lah! Dengan kepindahan lo kesini, hidup kita jadi nggak tenang tau nggak?!” komentar Iyan.

Nora mengeratkan gigi ratanya. Nora dan Iyan memang tidak pernah akur sejak mereka SMP. Bukan Nora yang membenci, tapi Iyan yang membenci dirinya. Padahal Nora tidak pernah menganggu Iyan, tapi kenapa, cowok berambut ikal itu terus menyindir dan berucap pedas terus kepada dirinya?

Delva berdiri. Cowok itu membawa handuk miliknya serta botol minum miliknya. “Gue ganti baju duluan.” Delva malas sekali jika terus mendengar celotehan antara Iyan dan Nora yang tidak pernah ada habis-habisnya.

Nora menyodorkan botol minuman yang ia genggam kehadapan Gendra. “Nih buat lo. Lo nggak bawa minum kan?” tanya Nora sambil celingukan sana-sini.

“Nggak usah.” Gendra menolak pemberian Nora. “Gue bisa beli sendiri, nanti.” Mata tajam Gendra menangkap Salwa yang sedang berjalan menuju kearahnya. Langkah Salwa terhenti ketika matanya memandang Gendra bersama Nora sedang duduk santai dibawah pohon pinggir lapangan.

Gendra dengan cepat berlari kearah Salwa. Gendra tidak memperdulikan keberadaan Nora disana. Mata Gendra menatap kearah botol minuman berwarna merah muda yang Salwa bawa. “Buat siapa?” tanya Gendra, jarinya menunjuk kearah botol itu.

Salwa mengangkat botol itu. “Buat kamu, tapi kayaknya kamu udah dikasih sama Nora.” kata Salwa lesu.

Gendra menggeleng kecil. “Nggak kok. Justru, aku nungguin kamu sayang.” Gendra berujar dengan nada menggoda.

Salwa tersenyum salah tingkah mendengarnya. Gadis itu menyodorkan botol minum itu ke sang pacar. Gendra dengan senang hati menerimanya. Gendra duduk dipinggir lapangan, sambil menselonjorkan kedua kakinya. Salwa ikut duduk disamping cowok itu. Gendra meneguk air itu sampai habis. Salwa menatap leher Gendra yang tampak naik turun. Lalu, tatapan Salwa naik keatas, kearah wajah tampan Gendra.

“Terkadang aku mikir, apa aku bisa bersama-sama terus sama kamu Gen? Kamu selalu meyakinkan aku, kalau kita akan terus bersama. Tapi aku, merasa nggak yakin akan hal itu.” batin Salwa.

**

Nayra tidak sengaja melewati loker kelas XII mipa4. Loker milik Delva, berjajar rapi dengan loker milik Gendra dan juga Iyan. Gadis dengan rambut yang diikat menjadi satu itupun menghampiri loker milik Delva. Loker Delva tampak sepi, berbeda dengan loker Gendra dan Iyan yang sangat ramai oleh tulisan-tulisan tangan mereka sendiri.

Nayra memukul loker milik Delva, hingga menghasilkan suara bising diruangan ini. “Heh! Kenapa pemilik loker ini, susah banget untuk dideketin?!” Nayra berbicara seorang diri.

“Bilangin sama dia, gue suka sama pemilik loker ini! Bilangin sama dia, kalau jadi orang jangan terlalu cuek! Bilangin sama dia, kalau jadi orang jangan kayak orang bisu!” Nayra mengomel. Nayra berbicara, seakan-akan loker itu akan mendengarnya dan membalas perkataannya.

“Lo tau nggak Va? Gue tuh suka sama lo! Gue suka! Gue suka! Gue suka sama lo!” pekik Nayra. Disini tidak ada siapa-siapa, hanya dirinya seorang.  “Sikap lo itu bikin gue bingung! Kadang-kadang, lo itu baik sama gue. Tapi, kadang-kadang juga, lo berbuat cuek seakan-akan lo sama gue itu nggak saling kenal!” Nayra mengeluarkan segala unek-unek didalam hatinya.

“Sikap dingin lo itu, selalu membuat gue ingin terus ada disamping lo. Gue selalu ingin berusaha menjadi matahari, agar bisa menghangatkan lo Va!”

“Jangan suka sama gue,” ucap seseorang dengan nada rendah dan juga berat.

Nayra mematung ditempat. Dia tidak berani untuk menoleh kebelakang. Arghh sial! Jangan sampai Delva mendengarnya. Bisa malu tujuh turunan, tujuh tanjakan, tujuh belokan nih!

“Kenapa diam?” tanya Delva ketika gadis itu hanya diam mematung. Delva menghampiri Nayra, dan mendekat kearah Nayra.

Nayra dengan berani, membalikkan badannya. Tapi, kepalanya ia biarkan menunduk. “Lo dengar semua?” tanya Nayra hati-hati.

“Mungkin.” ujar Delva. “Kenapa lo suka sama gue? Apa karena gue—“

“Gue tulus kok sama lo. Gue emang bener-bener jatuh hati sama lo Va. Tapi, dari dulu gue nggak berani ngomong aja. Gue takut lo bakal ngejauh dari gue.” lirih Nayra.

“Gue udah coba bilang sama lo ya, Nay. Jangan suka sama gue, kalau lo nggak mau sakit hati.” kata Delva dengan nada penuh penekanan disetiap katanya.

Nayra mengangkat kepalanya untuk menatap Delva yang lebih tinggi darinya. Tinggi Nayra hanya sebahu cowok batu itu. “Kenapa? Kenapa lo larang—“

“Pokoknya gue udah peringatin lo.”

“Terus kenapa lo suka berperilaku baik sama gue? Itu artinya, lo juga suka sama gue kan? Iya kan Va?” tanya Nayra menuntut.

“Berbuat baik, bukan berarti suka.” Setelah mengatakan itu Delva menggeser tubuh Nayra, karena gadis itu menghalangi pintu loker miliknya. Delva membukanya, dan mengambil seragam bersihnya. Cowok itu berjalan menuju toilet, beniat untuk berganti pakaian.

***

Y

ANG DUKUNG NAYRA DAN DELVA?

GUYS, SEMANGATIN AKU DUNGGG <3
 

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
3.3M 268K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
382K 21.2K 71
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.2M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...