[Sweet] Revenge

By bunamiiil

3.9K 546 139

Dipertemukan oleh malam, dipisahkan oleh Senja. April, 21 Untuk kamu, teman kecil ku.. More

01 | Saat Ini
02 | Dia, Raskal..
03 | Kenangan Masa Muda
04 | Awal Semua Perubahan
05 | Lima Orang
06 | Sweet and Revenge
07 | should've been us
08 | Easy On Me
09 | Overthinking
10 | Lucky Star
11 | Wicked Games
12 | Hurt
13 | Love in the dark
14 | If you can see me cryin
15 | Finger Crossed
16 | Enchanted
17 | Lantas
19 | Wont go home without you
20 | She will beloved
21 | Power Of ...
22 | Sky Full Of Stars
23 | Langit Abu-Abu
24 | Secret Love Song
25 | Cant Lose
26 | Jar of Heart
27 | Call Out My Name
28 | Losing Us
29 | High School in ...
30 | All i want
31 | I hate you, I love you
32 | Meant to be
33 | Di Balik Layar
34 | Pusaka
35 | Tersamar Hujan
36 | Use to be
37 | Day & Night
38 | Bohongi Hati
39 | Love me like you do
40 | without you
41 | Us
42 | Tentang Hidup dan Tinggal Sendirian
43 | Askara

18 | Lay me down

71 12 4
By bunamiiil

Sinar mentari dari tirai yang terbuka. Pelahan mata sendu sedikit bengkak itu terbuka dan langsung mengenai terang cahaya yang berlalu dari jendela.

Orchid meringis kecil. Menatap pergelangan tangan yang ditutupi perban. Tangannya pelan menyentuh luka di sudut bibir dan mata. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan diri yang kembali sedikit sesak.

Beberapa saat setelah tenang, gadis itu barulah bangkit. Jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas. Pasti aktivitas sudah berlangsung sejak tadi di rumah ini. Kamar yang di tempati Orchid berada di dekat taman belakang. Semalam ia di temani oleh Bunda.

"Selamat pagi, geulis." Sapa Rasyana ketika melihat gadis cantik itu hadir.

"Pagi, Bunda."

Rasyana meminta Orchid untuk duduk di meja pastry dan menuangkan segelas air mineral serta susu pada dua gelas yang berbeda. Sepagi ini, ia sudah sibuk dengan apron di tubuh rampingnya itu.

"Nyaman tidurnya? AC nya dingin, gak? Kayaknya sih engga, ya?"

"Gak terlalu, bunda."

"Abah mencak-mencak karena AC nya belum dibaikin, eh, anak gadisnya keburu nginep," Rasyana menyengir kecil dan menaruh sepiring roti tawar di hadapan Orchid. "Dea mau selai kacang atau cokelat, nak?"

"Cokelat aja, boleh Bunda?"

"Boleh atuuh. Bunda olesin, ya."

Orchidea mengangguk. Membiarkan Rasyana mengoleskan selai pada rotinya. Toh, tanpa meminta izin pun sudah lebih dulu wanita itu memanjakan Orchid pagi ini.

"Abah... mana Bunda?"

"Ke pasar pagi, beli jajan. Tadi Abah bangunin Neng Dea, kok."

"Eh?? Dea gak dengar."

Rasyana tertawa kecil dan mengangguk. Ia mengelap tangannya pada Apron dan mengetuk kecil meja beberapa kali. "Assalamualaikum, Neng Dea sudah bangun, nteu? Ikut Abah ke pasar pagi yok Neng," ujarnya berbisik pelan mengikuti yang dilakukan Haikal tadi pagi.

Dea tertawa karena tiruan bisikan Rasyana. "Pantes aja Dea gak dengar. Kenapa gak ketuk lebih keras?"

"Abah takut kebangun katanya. Padahal emang niat bangunin," kekeh Rasyana lagi.

"Terus Raskal?"

"Raskal lagi jogging. Paling bentaran lagi juga pada pulang. Nanti biar sarapan bareng, ya? Bunda masak nasi goreng chicken katsu, kesukaan Dea kan?" Rasyana mengedip sekali dan berbalik menuju penggorengannya. "Eh, nah tuh! Orang nya dateng."

"Assalamualaikum!!"

"Waalaikumsallam." Orchid berbalik senang ketika mendengar suara ceria Haikal.

Wajah pria itu lebih bahagia berkali lipat ketika melihat Orchid di pastry. Ia mengangkat kantung plastik berisikan banyak jajanan pasar.

"Widiih, cantiknya Abah sudah bangun." Haikal membalas uluran tangan Orchid untuk salim. Ia mengusap sayang puncak kepala gadis muda itu. "Tadi Abah mau ajak Dea ke pasar. Tapi Dea belum bangun."

Orchid mengangguk manja. "Bunda sudah bilang. Maaf ya, Abah. Dea gak bisa ikutan."

"Gapapa, nanti-nanti masih bisa." Haikal dengan semangat mengeluarkan jajanan pasar yang ia beli. "Abah beli banyak puding. Dea suka, kan?"

"Sukaa!"

"Hehe, yaudah sok entar mam nya abis sarapan nasi, ya? Biar enggak sakit perut."

Si gadis mengangguk patuh, menghabiskan satu roti yang tadi dibuatkan Rasyana. "Oiya, Oleh-oleh Dea dari Jepang mana Abah?"

"Inget banget, sih," tawa Haikal dan dibalas cengiran Orchid. "Ada di kamar Bunda. Entar Abah ambilkan."

"Abah beliin Dea apa?"

"Gak banyak. Abah cape ah jalan-jalan. Tapiii Abah belikan yang barang-barang kartun kesukaan Dea."

"Yang mana?"

"Rapunjabi."

"Hah?" Orchid menolehkan kepalanya pada sosok tinggi gagah itu. Alisnya bahkan menyatu dengan kening mengerut. "Apa Rapunjabi?"

"Eh? Yang rambutnya panjang itu. Yang tinggal di menara. Piara kadal."

Orchid seketika tertawa kecil, begitu juga dengan Rasyana. "Itu mah Rapunzel, Abah!"

Menyadari kesalahannya, Haikal ikut tertawa. Ia sejak tadi sudah duduk di samping Orchid sembari mengarah pada gadis muda itu. "Yah... itu weh. Meni sama kitu."

"Gak banyak katanya, Dey. Cuman satu koper besar aja," tawa Rasyana menunjuk Haikal dengan bibirnya. "Kalah-kalah Bunda sama Teh Risa. Tengah malem video-call Bunda cuma mau tanyain Dea dibeliin apa."

"Serius, Bunda?"

Rasyana mengangguk dan tersenyum senang. "Kopernya aja gambar Rapunjabi."

"Rapunzel." Koreksi Abah, menyomot Roti goreng dari plastik.

"Ih, dia sendiri yang nyebut Rapunjabi duluan," ejek Raysana.

"Kalo gitu, Dea mau mandi dulu. Tunggu Dea yaaaa!" Orchid menyuap potongan terakhir rotinya dan segera bangkit.

"Sok. Pake air hangat, ya." Suruh Abah.

Orchid mengangguk siap dan segera menuju kamarnya. Meninggalkan Rasyana dan Haikal. Hingga gadis itu menghilang dibalik pintu kamarnya, barulah tatapan Haikal teralih pada yang lain.

Pandangan sendu itu menarik perhatian Rasyana yang sudah selesai dengan masakannya.

"Kunaon, Bah?" Tanya Rasyana lembut, mengusap lengan suaminya.

Haikal menggeleng dan balas memegang tangan Rasyana. Sebelah lainnya mengusap dua sudut matanya.

"Kok bisa anak secantik itu dijahatin? Sakit hati sekali hati liatnya."

"Kalau memang gak bisa merawat lagi, sok atuh, sini Abah yang merawat. Senang Abah. Anak cantik, anak baik begitu."

"Rasanya, kalau enggak menghargai aja, sudah Abah bawa Dea, Bun, ke sini. Abah yang rawat, Abah yang sekolah keun, Abah yang ngejaga."

Rasyana dapat merasakan rasa sakit yang dirasakan Haikal. Ia juga sangat mencintai Orchidea seperti anaknya sendiri. Haikal lebih lagi. Dari awal mengenal gadis ceria itu, Haikal lebih dulu menjatuhkan hati. Memperlakukannya seperti Risa.

Haikal paham, Orchidea mengalami Daddy Issue. Gadis itu kekurangan kasih sayang dan perhatian dari ayahnya, tidak, bahkan kedua orangtua Dea seolah membuang gadis itu. Namun enggan melepaskannya bebas.

Setiap kali Raskal membawanya di malam hari, pastilah keduanya mendapati luka pada wajah atau tubuh gadis itu. Awalnya Raskal menutupi, hingga Rasyana sendiri yang melihatnya. Pernah sekali Haikal mengajaknya berbicara tentang hal itu. Namun Orchid tampak enggan, dan hingga kini, mereka tak pernah membahasnya lagi. Hanya mengobati, menenangkan dan memberikan pelukan hangat mereka. Seperti malam tadi, Rasyana hanya bisa menahan tangis dan mengusap puncak kepala Orchid. Mengatakan bahwa ia adalah gadis yang kuat.

Sudah sejak dulu, sejak mereka masih sekolah menengah pertama Orchid menjadi bahan pelampiasan amarah orangtuanya, entah karena hal apa. Gadis itu hanya bisa menahannya. Keluarga Raskal pun baru mengetahui itu sejak mereka SMK. Itu sebabnya, Haikal sangat menjaga gadis itu. Menyuruh Raskal berusaha sekuat mungkin melindungi gadis rapuh tersebut.

Yang disyukuri Haikal dan Rasyana adalah hubungan keluarga mereka yang cukup baik dengan Orangtua Orchid. Itu sebabnya mereka tak pernah ingin ikut campur dalam masalah tersebut. Agar, setiap kali diperlukan, mereka bisa membawa Orchid ke rumah mereka. Lusi tidak masalah, berpikir jika sejak dulu pun Rasyana senang mengajak Orchid menginap atau sekedar jalan-jalan.

***

"Dea jangan tiduran sambil baca buku gitu. Nanti tangannya makin sakit!"

Raskal menatap pantulan bayangan Orchidea yang sedang tiduran diranjangnya melalui layar PC lebar itu. Orchid yang sedang membaca buku sembari telungkup itu berdecak kecil, dan membawa tubuhnya untuk duduk.

"Kamu ngapain, Kal?"

"Inikan weekend, jadinya aku ngedit foto yang bakal disetor ke Bang Aldy."

"Banyak?"

Raskal merenggangkan badannya. "Enggak terlalu, semalam udah dikerjain sebagian." Orchidea hanya mangut-mangut mendengarnya.

"Raskal, ponsel kamu nyala," Orchid menoleh kala sebuah panggilan terlihat pada layar ponsel Raskal.

"Siapa?"

Gadis itu meraih ponsel Raskal didekatnya. "Elona Aurorae," keningnya mengerut. "Siapa?"

Sebelum Orchid menyebutkan pertanyaan kedua itu, Raskal sudah bangkit dan mendekati Orchid. Mengambil ponselnya dan menatap nama tersebut dengan senyum kecil. Ia mengacak rambut Orchid pelan, dan kemudian memegang kening gadis itu.

"Demamnya sudah turun. Nanti ke rumah sakit sama Abah, ya?"

Orchid ikut memegang keningnya saat Raskal menjauhkan tangan. "Enggak demam, tuh."

"Iya, semalam kamu demamnya. Aku sampe beliin Bye-bye fever tengah malam. Mana ujan lagi."

"Terus kamu ujan-ujanan?" Orchid mendongakkan kepala pada Raskal yang memainkan ponsel. Sepertinya ia menolak panggilan tersebut.

"Enggak, aku naik mobil." Orchid mendengus karena jawabannya. Raskal memasukan ponselnya dalam saku celana dan membungkukkan tubuh agar sejajar dengan gadis itu. Ia menunjuk kening Orchid dengan telunjuknya. "Aku paling gak suka ngerawat orang sakit. Jadi, kamu lebih baik cepet sembuh, neng."

Orchid mendorong Raskal mundur dan menarik tubuhnya sendiri. Lantas gadis manis itu memeluk bantal dan tubuhnya sendiri.

"Aku gak sakit, tuh. Ngapain ke rumah sakit."

Raskal menarik tubuhnya untuk berdiri tegak lagi. Ia mengambil salah satu tangan Orchid dan menunjuk perban yang menutupi pergelangan.

"Kalau gak di obatin, Ligamen tangan kamu bisa robek."

Orchid menarik tangannya, dan menyembunyikan di balik bantal. "Gak ah, abis-abisin uang Abah aja."

"Kalau begitu pake uang aku."

"Aku gak mau. Buat apa diobatin, kalau nantinya bakal terluka lagi, sih?"

"Dea..."

Orchid menolak tangan Raskal yang mencoba untuk menggapainya.

"Kali ini kamu gak bisa lindungin aku, Raskal. Rumah aku beda sama rumah kamu. Mereka sendiri yang sakitin aku," gadis itu tersenyum manis. "Sekuat apapun kamu coba jadi rumahku, sejatinya aku pasti kembali ke sana."

"Kalo gak bisa jadi rumah, bukan berarti aku gak bisa jagain kamu, kan?"

Raskal mengusap rambut Dea dan tersenyum kecil. Ponselnya kembali berdering, nama yang sama kembali terlihat.

Elona Elmira's calling...

"Aku angkat telpon dulu. Kamu jangan pake baju aku terus, Dey. Bubun udah beliin baju banyak banget di kamar kamu sendiri." Anak lelaki itu menggeleng kecil sembari berlalu. "Dikira anak berbi kali, demen banget dandanin orang."

***

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 269K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1M 96.7K 53
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.9M 308K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
416K 22.3K 72
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...