Kuanta (End)

WinLo05 द्वारा

49.6K 9.6K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... अधिक

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 2 - Hyperspace
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 7 - Over Power
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 11- Labor OV
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 24 -Kekekalan Energi
Chapter 25 - Kinematika
Chapter 26- Vektor
Chapter 27- Jenis Energi
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 43- Gerak Melingkar
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 46 - Pertemuan
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 16- Sinar Gamma

559 192 95
WinLo05 द्वारा

Izar telah dibaringkan. Untung saja tabib yang diketahui sebagai Kakek Abam mempunyai penawar untuk racun Stormi.

Izar perlu dibiarkan istirahat, sementara Sagi dan Fisika malah menunggu di luar ruangan pengobatan. Mata cokelat Fisika berkilat cerah menatap puluhan botol yang memiliki cairan berwarna-warni. Ada etiket yang tertempel di setiap botol dengan menggunakan huruf asing yang tidak dikenalnya.

"Fisika," sapa Sagi dari balik punggung Fisika. Wanita itu pun menoleh untuk melihat Sagi.

"Ya, Baginda?"

"Apa maksudmu? Bahwa aku mengeluarkan gelombang cenat-cenut? Setahuku, Spektrum gelombang elektromagnetik hanya terdiri dari Gelombang Radio, Gelombang Mikro, Sinar Inframerah, Cahaya Tampak, Sinar Ultraviolet,  Sinar X dan Sinar Gamma."

Fisika agak kebingungan. Ia sendiri menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal.

"Ah, itu. Hamba hanya bercanda Baginda. Hehehe." Fisika tampak malu-malu. Namun dia membatin dengan kesal karena Sagi tidak peka. Melihat gelagat Fisika yang terlihat sedang menipu, membuat senyum di ujung bibir sang Kaisar Malakai pun terbit.

"Fisika," panggil Sagi.

"Ya, Baginda?"

"Apa lo tahu, persamaan lo dengan Sinar Gamma?"

Fisika yang tidak tahu hanya menggeleng kecil.

"Memangnya, Sinar Gamma kenapa?"

Sambil berjalan memandangi etalase di sekitar Fisika. Sagi pun menjelaskan.

"Sinar Gamma merupakan gelombang yang memiliki frekuensi 10 pangkat 20 Hz sampai 10 pangkat 25 Hz. Sinar Gamma sendiri merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki daya tembus sangat kuat hingga dapat menembus pelat besi tipis, sedangkan lo."

Sagi mendadak menoleh ke arah Fisika. Di mana, hal tersebut membuat Fisika cukup terkejut.

"Gombalan lo memiliki daya tembus dari jantung sampai ke hati."

Fisika yang tidak menyangka bahwa Sagi tengah mengerjainya, lantas membuat seluruh wajah Fisika memerah seperti tomat matang. Jantung Fisika pun seolah paham hingga ia berdetak dengan sangat cepat dan menggebu-gebu.

"Baginda mengerjai gue, ya?"

"Tidak, gue hanya mencoba memahami pola pikir lo." Sagi mengetuk jidat Fisika dengan jari telunjuknya. "Lo membuat pelajaran fisika yang sebelumnya menjadi menyenangkan dengan konsep berbeda. Gue hanya meniru."

Jantung yang semula memompa dengan bangga. Mendadak terkulai lemas. Ia tersentak kaget dengan jawaban Sagi. Otak Fisika pikir, ah sudahlah. Fisika tidak mampu menjelaskannya. Dari rona bahagia, menjadi rona kekecewaan.

"Apa Baginda akan mengajari gue fisika dengan gaya menggombal?" tanya Fisika acuh. Ia mendelik malas pada label botol ramuan bersimbol tengkorak.

"Ya, jika itu bisa membuat lo cepat mengerti."

Sudut bibir Fisika tersenyum tipis. Tepat saat itu terjadi, Kakek Abam keluar menemui mereka.

"Pasien kemungkinan butuh istirahat selama seminggu. Racunnya sudah menyebar sampai jaringan dan sel darah merah. Kalian berdua bisa pulang sambil menunggunya baikan."

Fisika menghela napas lega. Ia lantas melirik Sagi. Tidak dibayangkan olehnya harus menghabiskan waktu selama seminggu bersama Kaisar yang tidak peka.

Jantung Fisika mengganguk setuju. Dia tidak sanggup harus menahan perasaan baper jika digombalin oleh Kaisar dengan mapel fisika. Bukannya Fisika semakin pintar, dia mungkin akan semakin meleyot saking depresinya dibuat baper tanpa rasa cinta.

"Baiklah, tolong jaga dia baik-baik. Kami akan mengunjunginya besok."

Kakek Abam mengganguk takzim pada Sagi. Lalu ia menatap lekat-lekat ke arah Fisika dan sang Kaisar bergantian.

"Kalian bukan dari Bern, 'kan?"

Fisika menggeleng tidak paham.

"Kami pengelana. Kebetulan sial karena di serang Stormi di tengah perjalanan." Sagi menjawab sambil mengeluarkan sebuah kantung kecil lalu memberikan isinya pada Kakek Abam.

"Kami hanya punya mutiara hitam ini. Apa benda ini bisa digunakan untuk transaksi?"

Kakek Abam menerimanya. Mendadak, mutiara tersebut diselimuti api biru yang keluar dari telapak tangan Kakek Abam. Fisika bahkan tercekik kaget.

"Jarang benda ini ditemukan di Bern. Tapi benda ini asli." Dia membawa mutiara Sagi ke balik konter.

Merasa urusannya di sana sudah selesai, Sagi pun beranjak pergi. Tetapi tidak dengan Fisika yang penasaran dengan ramuan yang dijual di etalase.

"Kakek Abam," panggil Fisika setengah berbisik.  "Ramuan apa yang dijual di sini?"

Setelah menyimpan mutiara hitam pemberian Sagi. Pria tua itu kembali menghampiri Fisika dengan tersenyum lebar.

"Tergantung dengan apa yang Anda butuhkan, Nona." Wajah Kakek Abam menampilkan senyum yang terlihat ramah namun mencurigakan.

"Emm, apa semuanya ramuan sihir?" tanya Fisika lagi.

"Ya, ada sihir di mana-mana. Apa Nona menginginkan ramuan cinta?" Kakek Abam bergerak ke salah satu rak yang menyimpan botol ramuan dengan sumbatan gabus. Cairannya berwarna bening. Etiketnya tertulis huruf tidak dikenal.

"Ini ramuan cinta untuk menaklukkan pria yang dicintai." Kakek Abam menyodorkan botol tersebut pada Fisika.  "Terbuat dari air mata seorang manusia pilihan, ditambah dengan dua tetes air mata Fairy, sari bunga mawar putih yang diambil saat subuh dan sedikit serbut rambuk unicorn. Tertarik nona? 1 keping emas jika Anda tertarik."

Fisika tersenyum kaku. Ia meraba tas selempang pemberian Izar. Ia tidak punya keping emas, apalagi permata seperti punya Sagi.

"Ramuan menarik," ujar Fisika canggung.

"Hey!" tegur Sagi yang melongok dari ambang pintu. "Kenapa masih di situ? Ayo jalan!"

"Ah, ya," sahut Fisika buru-buru. Dia lalu balik menatap Kakek Abam. "Akan gue beli nanti."

Lalu ia bergegas mengejar Sagi yang sudah keluar dari Hocus and Pocus. Kakek Abam tampak terganggu dengan kalimat Fisika soal gue, yang dirasa penggunaannya sangatlah asing di Bern.

.
.
.

Di luar Hocus and Pocus, hujan telah reda. Langit masih menggelap dan sisa hujan membuat banyak genangan air di bahu jalan. Suhu udara masih cukup terasa dingin untuk setiap pejalan kaki.

Sekarang, banyak terlihat orang-orang berlalu lalang. Kebanyakan dari mereka menggunakan gaun terusan dari tunik untuk perempuan. Lalu dilengkapi dengan korset super ketat yang membungkus tulang pinggang hingga dada mereka.

"Euy," keluh Fisika mendadak.

"Ada apa?" tanya Sagi penasaran.

"Gak kebayang, harus pakai korset kayak gitu." Fisika menunjuk dengan ekor matanya. Ingin rasanya ia mengeluarkan ponselnya dan memotret kehidupan yang sedang ia lihat sekarang. Tetapi dia tidak yakin, ini akan berakhir baik.

"Itu kebudayaan," jelas Sagi. "Para wanita bangsawan biasanya harus menggunakan itu sehari-hari."

"Untunglah gue bukan wanita bangsawan. Kalau gak, gue bakal tersika."

Sagi tampak tercengang menatap Fisika yang berjalan di sebelahnya. Beberapa hari mengenalnya, membuat Sagi bisa menilai bahwa sahabat Izar ini adalah wanita yang pola pikirnya sulit di mengerti.

"Baginda," panggil Fisika tanpa menoleh pada Sagi.

"Hmm," sahut sang Kaisar.

"Bagaimana rasanya berjalan di wilayah kerajaan orang lain?"

Merasa geli dengan pertanyaan Fisika. Sagi malah tertawa kecil. Fisika yang tergelak heran, berpaling menatap Sagi dengan mata membulat sempurna.

Di bawah cahaya langit sore yang samar-samar mengintip dibalik awan. Wajah Sagi yang sedang tersenyum disinari serambut lembayung. Ini membuatnya terlihat sangat maskulin dan manis di pelupuk mata cokelat Fisika.

Jantung Fisika yang terkoneksi dari mata turun ke hati. Membuat denyut jantung perlahan-lahan menaikkan intesitas ritmenya.

"Baginda," lirih Fisika dengan wajah terpana tanpa berkedip. "Baginda mau gak? Jadi cogan fiksi gue?"

___/_/___/____
Tbc

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

SAMA AKU AJA Ry द्वारा

कल्पित विज्ञान

1.3M 61.6K 35
🌹 🌹 🌹 🌹 Oya. Cerita ini aku private! So, yang mau baca, bisa follow terlebih dahulu 😄 Muachhhh...
Manusia Nol Persen Oman Dowski द्वारा

कथेतर साहित्य

250 116 4
Apa kalian pernah menyadari bahwa di antara kalian ada seseorang yang begitu kelam dan merasa dirinya aneh? Atau mungkin kalian kenal seseorang seper...
12.8K 1.3K 155
Bertani di masa kiamat: Saya mengandalkan ruang untuk menimbun jutaan barang https://www.69shuba.pro/book/48552.htm Penulis: Anggur Qijiu Kategori: R...
641K 66.2K 64
KARYA ASLI BUKAN NOVEL TERJEMAHAN CERITA INI DIBUAT UNTUK DINIKMATI BUKAN UNTUK DI PLAGIAT, HARAP DIBACA DAN JANGAN DI JIPLAK.? I was kidnapped by...