Gara-Gara First Kiss! [TAMAT]

By annanda_rai26

372K 18.6K 678

"Kenapa lo nunduk? Kemarin aja lo tiba-tiba cium gue, padahal kenal juga kagak!" Semuanya berawal dari perte... More

-2, -1, 0, 1, 2 = <3
PART 01
PART 02
PART 03
PART 04
PART 05
PART 06
PART 07
PART 08
PART 09
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26 (END)
EXTRA 1 : CAST
EXTRA 2 : Q & A
Promosi : MY FICTIONAL HUSBAND

PART 21

9.2K 574 33
By annanda_rai26

"Maafin aku, Al. Maaf..."

Dengan perlahan, Bianca mendekatkan dirinya ke pinggiran rooftop. Dia ingin melihat jenazah Alden untuk terakhir kalinya.

Kening Bianca mengernyit heran, ketika melihat tidak ada siapa pun di bawah sana. Bukankah harusnya di sana ramai oleh orang-orang? Tapi kalau Alden di bawa ke rumah sakit, harusnya dia mendengar sirine ambulans. Entah telinganya yang bermasalah atau bagaimana, dia merasa tak mendengar suara apapun.

Bianca berdiri. "Lah kok kosong?" Bingungnya.

Cklek

Suara pintu rooftop yang terbuka membuat Bianca berbalik.

"Mencariku, hm?"

Deg

Pria yang baru saja terjatuh beberapa saat lalu, kini berdiri dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya. Bianca bingung, apakah ini nyata atau hanya ilusi semata. Pria itu berjalan mendekati Bianca.

Tiba-tiba kepala Bianca terasa berat. Bianca pun tak sadarkan diri dan membuat pria itu membelalakkan matanya.

"ASTAGA, BIANCA!"

🌚

Flashback (Waktu sesudah Clarissa Smith ngechat Alden / Part 19)

Clarissa menatap arlojinya. Sudah pukul 10 lebih 2, tapi Alden masih tak menunjukkan batang hidungnya.

Clarissa meringis. Jika Alden tidak datang, maka malam nanti ia akan resmi dijodohkan dengannya. Tapi Clarissa sangat mencintai kekasihnya. Walaupun Rain telah menunjukkan wajah tampan Alden melalui foto, tapi tetap saja hatinya mencintai sang kekasih.

Pintu restoran terbuka. Seorang pria dengan setelan jas memasuki area restoran bersama sekretarisnya, Jake.

Clarissa mengangkat tangannya. Memberikan kode pada Alden agar segera duduk. Alden menurut.

Alden duduk di hadapan Clarissa, sedangkan Jake duduk di samping Alden.

"To the point saja, nona. Ada hal penting apa yang ingin anda bicarakan? Bukankah nanti malam kita akan bertemu?" Tanya Alden langsung pada intinya.

Clarissa memutar bola mata malas. "Saya tidak ingin bertele-tele, cepat batalin perjodohan ini!" Tegas Clarissa.

Kening Alden mengernyit. "Why?"

"Karena saya tidak mencintai anda, Tuan Alexander. Saya sudah memiliki kekasih!"

"Kekasih?"

Clarissa mengangguk tegas.

"Ap-"

Tiba-tiba seseorang duduk di samping Clarissa. "Sayang, maaf. Aku tadi terlalu lama di kamar mandi."

Clarissa mengangguk. "Gapapa, sayang." Tangan wanita itu mengusap kepala kekasihnya.

Alden memandangi keduanya dengan mata berkaca-kaca. Bukan karena merasa cemburu, tapi karena ia mengingat kenangan bersama Bianca. Biasanya ia dielus kepalanya oleh Bianca, tak lama kemudian dia turu. Tapi sekarang tak ada lagi usapan lembut Bianca.

Jake mengetahui perasaan Alden. Dia menepuk pundak Alden untuk memberikan kekuatan.

Pria yang merupakan kekasih Bianca menatap wajah Alden dengan lekat. Ini kan-

Brak

Kekasih Clarissa menggebrak meja lumayan kuat, membuat semua pasang mata menatap kearahnya.

Kekasih Clarissa menunjuk wajah Alden dengan wajah emosi.

"Apa yang anda lakukan sampai membuat adik saya menangis, hah?!"

Alden menatap kekasih Clarissa dengan bingung. Begitu juga dengan Jake dan Clarissa. "Hey, Sean. Calm down," Ucap Clarissa menenangkan kekasihnya.

Tubuh Alden mematung. "Anda Ocean Ferelix Jefferson? Kakak dari Bianca?

"Ya. Dari mana anda tahu?"

"A-apa Bianca baik-baik saja? Dia tidak telat makan kan?" Tanya Alden membuat Clarissa kebingungan.

"Bagaimana kamu bisa tau Bianca, Alden?" Heran Clarissa. Clarissa sudah mengetahui nama-nama keluarga inti Jefferson karena Sean yang memberitahunya.

"Dia kekasih say-"

"Udah putus." Potong Sean.

Sean tidak tahu cerita tentang Bianca dan Alden. Dia sering melihat Bianca murung sambil memegang foto seorang pria. Dan pria itu adalah Alden. Bianca hanya bilang kalau Alden adalah mantan kekasihnya. Sean pun menyimpulkan kalau Alden lah yang meninggalkan Bianca.

"Apa Bia sehat?" Tanya Alden.

Sean memutar bola mata malas. "Dia agak tidak enak badan."

Sontak saja Alden membelalakkan matanya. Dia langsung berdiri, tapi tangannya di tahan oleh Jake.

"Mau kemana, tuan?"

"Bia sedang sakit, Jake. Minggir!" Alden menepis tangan Jake dengan kasar, hingga tangan pria itu mengenai meja. Clarissa meringis membayangkan betapa sakitnya tangan Jake.

Sebelum Alden pergi, kerah jas nya malah ditarik oleh Sean. "Duduk!" Titah Sean.

Alden menepis tangan Sean. "Minggir!"

"Saya tidak mengizinkan kamu bertemu adik saya, sebelum kamu menjawab pertanyaan saya." Tegas Sean.

Alden kembali duduk dengan tenang. Matanya tertuju pada Sean.

"Pertanyaan apa?"

"Apa yang kamu lakukan sampai adik saya menangis?"

"Tidak tahu."

"Apa kamu yang memutuskan hubungan?"

"Bukan saya, tapi Bia yang meminta putus tanpa alasan." Alden menghela napas. "Akan saya ceritakan semuanya, sejak awal kita bertemu."

Alden mulai menceritakan semuanya pada Sean. Dimulai dari pertemuan tak terduga nya dengan Bianca, menjadi dosen Bianca, berpacaran dengan Bianca hingga akhirnya putus dengan Bianca.

Sean mendengar penjelasan itu dengan seksama, begitu juga dengan Clarissa. Kadang dia senyum-senyum sendiri ketika hatinya ikutan baper dengan cerita Alden.

Wajah Sean yang semula dingin pada Alden, menjadi raut wajah penuh penyesalan.

"Maaf, Alden. Saya terlalu cepat menyimpulkan."

Alden tersenyum. "Tidak apa-apa, kak."

"Jangan panggil saya kak, panggil Sean saja."

"Oke Sean."

"Jadi apa kamu benar-benar mencintai adik saya?"

Alden mengangguk tegas.

"Lalu kenapa tidak di perjuangkan?" Tanya Sean, membuat Alden menunduk lesu.

"Saya sudah coba, tapi Bia menyuruh saya untuk menjauhinya."

"Pasti ada alasan." Potong Clarissa. Alden, Sean dan Jake menatap Clarissa dengan bingung.

"Maksudnya?"

"Serahkan semuanya pada saya. Saya ingin menyatukan kembali Bianca dan Alden agar perjodohan ini segera dibatalkan!"

Clarissa memberi kode ketiganya untuk mendekat. Senyuman miring tercetak di bibirnya. Sean memandangi bibir Clarissa. Kalau saja Sean tidak tahu tempat, mungkin Sean akan membungkam bibir Clarissa menggunakan bibirnya.

"Ayo kita buat rencana." Bisik Clarissa.

Flashback End

🌚

Bianca membuka matanya perlahan. Bianca merasa bingung karena sekarang ia berada di sebuah kamar. Bukankah tadi dia berada di rooftop? Dan Al-

"AL! AL DIMANA?!" Bianca ingin bangun, tapi tiba-tiba seseorang menariknya hingga kembali berbaring. Orang itu membawa Bianca dalam dekapannya.

"Aku disini." Ucap Alden. Mencium kening gadis yang selama ini ia rindukan.

Bianca menangis dalam pelukan Alden. Bahkan ia mencengkram baju bagian belakang Alden. "Maaf, Al. Jangan pergi..." Lirih Bianca.

Alden menggeleng. "Kita ke ruang tengah sekarang ya? Ada yang ingin mereka bicarakan."

"Mereka siapa?"

"Nanti juga kamu tau. Aku gendong boleh ya?" Izin Alden. Bianca mengangguk kikuk. Kemudian tubuhnya digendong ala koala oleh Alden. Bianca mengalungkan tangannya ke leher Alden.

Bianca mencium pipi Alden dengan cepat. "I love you, Al." Alden tersenyum mendengar kalimat itu.

Mereka pun tiba di ruang tengah. Sudah ada Clarissa, Sean, Jake dan Claudia yang duduk sambil menunduk di sofa. Semuanya merasa bersalah, terutama Clarissa. Karena semua ini berasal dari idenya. Dia merencanakan hal ini tanpa menghiraukan kesehatan Bianca yang sedang menurun. Harusnya dia merencanakan hal lain saja. Tapi apalah daya yang terlintas di otaknya hanya hal ini.

Sedangkan Claudia hanya diam di antara orang-orang membisu. Dia merasa bingung kenapa dirinya harus terlibat dalam masalah ini. Padahal dia hanya disuruh Sean untuk menanyakan alasan Bianca putus dari Alden, lalu merekamnya. Dia tidak tahu ternyata hal itu adalah bagian dari rencana mereka.

Alden duduk, dengan Bianca yang berada di pangkuannya. Bianca duduk menyamping di pangkuan Alden. Gadis itu sibuk menggesek-gesekkan hidungnya di leher Alden, tanpa menyadari seseorang menatapnya dengan nyalang.

"Adek, cinta tak selamanya indah adek." Ucap Sean.

Sontak saja, Bianca menjauhkan wajahnya dari leher Alden. Mencari sumber suara dan...

Damn

Sean menatapnya dengan sorot mata seolah kecewa. "Wah parah. Kamu menduakan abang, Bia. Abang kira kamu cuma manja ke abang, eh ternyata ada pria lain selain abang. Jahat kamu!"

Bianca memutar bola mata malas. "Abang juga duain Bianca!"

"Loh?"

"Itu cewek yang di samping abang tuh pacarnya abang kan?" Sean mengalihkan pandangannya pada Clarissa yang tengah menatapnya juga. Kemudian kembali menatap Bianca yang sedang memicingkan matanya.

"Hehe, iya dek. Ini pacar abang. Restuin ya?" Tanya Alden. Bianca mengibaskan rambutnya sampai mengenai wajah Alden. Tapi gadis itu tak menyadarinya.

"Gimana nanti." Jawab Bianca sok cuek.

Bianca mengalihkan pandangannya pada Alden. "Gak jadi mati, Al?" Tanyanya dengan polos.

"Kamu mau aku mati, hm?"

Bianca menggeleng cepat. "Ya engga dong! Kita kan belum nikah hehe..."

Alden mengeratkan rangkulannya di pinggang Bianca. "Sekarang aja ngomongin nikah, kemaren kenapa minta putus coba?" Tanya Alden, tanpa menghiraukan tatapan tajam dari semua orang di ruangan tersebut. Anggap aja dunia milik berdua ya Den.

"O-oh itu... Itu-"

"Aku udah tau. Gara-gara ancaman wanita itu kan?"

"Darimana kamu tau?" Kaget Bianca.

"Kan kamu sendiri yang bilang."

"Loh? Kapan?"

"Percakapan kamu sama Claudia tadi. Aku tahu semuanya."

"Kok?"

"Claudia yang rekam."

Tubuh Claudia mematung ketika dirinya ternotice oleh Alden. Claudia mulai ketar-ketir saat melihat tatapan tajam dari Bianca.

"Abang yang suruh Claudia, dia gak tau apa-apa." Ucap Sean membuat Claudia menghela napas lega.

"Jadi?" Tanya Bianca yang mulai bingung dengan situasi ini. Clarissa yang mengerti pun langsung menjelaskan rencana mereka dari awal. Mulai dari Sean yang menyuruh Claudia menanyakan alasan Bianca putus dengan Alden dan merekamnya, lalu Jake yang datang dan bilang kalau Alden berniat bunuh diri karena frustasi.

Bianca mulai mengerti.

"Terus Alden kok bisa selamat? Tadi kan dia jatoh beneran."

Alden tertawa kecil. "Sebenarnya di bawah sana, ada Sean dan Jake yang udah nyiapin kasur. Jadi waktu aku jatuh, gak langsung ke tanah. Lagian rumah Jake ini gak tinggi-tinggi amat, Bia. Kalau pun jatuh gak akan langsung meninggal, mentok-mentok patah tulang." Jawab Alden dengan santainya.

Bianca memukul lengan Alden. "Terus alasan kamu bikin rencana kayak gini apaan, hah?! Mau buat aku jantungan gitu?!"

Alden mengerucutkan bibirnya. "Bukan aku yang buat, tuh pacar abang kamu yang ngerencanain semuanya." Alden menunjuk Clarissa.

Clarissa mengusap pelipisnya. "Gini, Bianca. Sebenarnya saya bikin rencana kayak gini biar kalian bisa balikan agar perjodohan saya dan Alden gagal."

"Jadi perempuan yang mau dijodohin sama Al tuh kakak?"

Clarissa mengangguk. "Iya. Tapi saya lebih sayang sama abang kamu hehe...."

Bianca terkekeh. "Terus saya harus ngapain nih?"

"Ayo ikut ke salon dengan saya!"

🌚

To be continue....

Continue Reading

You'll Also Like

201K 9.6K 67
#AKAN SEGERA TERBIT (SEBAGIAN CHAPTER DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN) Terkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin...
105K 7.6K 42
[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu...
120K 4.9K 40
Kecelakaan 7 bulan lalu membuat gadis cantik itu terbaring di kasur dengan mata tertutup sepanjang hari juga bunyi monitor sesekali menjadi alunan m...
26.6K 1.6K 25
Bagi seorang Milan, Naufal adalah teman yang sangat possesive padanya. Semua tentang Milan diatur oleh Naufal. Tidak ada satupun cowo yang berani men...