Haii
Happy reading cantik<3
---||---
"Lo gila?"
"Apa yang lo lakuin ini bahaya, Keysha."
"Gue gak suka liat lo nangis. Gue benci."
Keysha menggeliat gelisah dalam tidurnya. Wajah pucat nya dipenuhi oleh keringat yang menetes dari dahinya.
"Ze..." lirihnya dengan cepat membuka kedua matanya.
"Key? Lo udah sadar? Lo baik-baik aja, kan? Apa yang lo rasain? Kasih tau gue!" serobot Rakael menggebu-gebu. Laki-laki yang sering bersikap kaku itu kini terlihat khawatir terhadap adiknya.
Tak menghiraukan pertanyaan Rakael, Keysha memperhatikan ruangan yang serba putih itu. Keysha memejamkan matanya sejenak, sepintas ingatan kejadian beberapa jam yang lalu menyandarkannya.
"Gak mungkin itu Zean. Zean udah gak ada." lirih Keysha sangat pelan.
Seingatnya sebelum mobil berwarna hitam itu nyaris menabraknya. Ada siluet seseorang yang berlari kearahnya, memeluk tubuhnya dengan sangat kuat. Keysha merasakan tubuhnya terhempas ke pinggiran jalan bersama orang tersebut. Sebelum pengelihatannya berubah gelap, Keysha hanya mendengar suara tabrakan keras yang menembus ke telinganya.
"Kael gue─"
plak
"BUNDA?!" pekik Rakael mendelik kearah Safina yang tiba-tiba menampar pipi Keysha.
"Bunda kecewa sama Amora!" sentak Safina penuh kemarahan dan kekecewaan yang ia layangkan kepada Keysha.
"Bunda kenapa? Key punya salah?" dengan wajah penuh ketakutan Keysha menatap Safina.
"Anak siapa?" tanya Safina menatap Keysha tajam. Membuat suasana di dalam ruangan itu senyap tanpa suara.
"Bunda..." Keysha mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud ucapan Safina.
"Kamu hamil anak siapa Amora? Jawab Bunda!"
deg
Lontaran cukup tegas itu, membuat orang-orang yang berada disana terkejut. Terlebih Rakael. Anak sulung Safina dan Agam itu tak kalah terkejut, namun setelahnya Rakael terkekeh kecil menepis segala ucapan Safina terhadap Keysha.
"Bunda ngomong apaan sih? Asal Bunda tau, Keysha itu hampir di tabrak mobil tadi. Bukan hamil kaya ucapan ngawur Bunda." sela Rakael membantah perkataan Safina.
"Rakael kamu tidak perlu belain adik kamu!" peringat Safina mengangkat jari telunjuknya kehadapan Rakael.
"Bunda kenapa sih? Perasaan tadi Bunda gak gini! Bunda juga gak pernah semarah ini sama Keysha. Kalo aja Kael tau, Bunda bakal marah bahkan nampar Keysha tadi, Kael gak bakal ngasih tau sama Bunda Keysha kecelakaan." desis Rakael berusaha meredam emosinya. Rakael tidak sebodoh itu kalau sampai kelepasan meluapkan emosinya kepada Bunda nya.
Safina mengambil selembar kertas putih dari amplop kemudian melemparkannya kehadapan Keysha yang sejak tadi sudah meneteskan air matanya. Gadis itu diam-diam terisak, ketakutannya yang selama ini menghantuinya perlahan-lahan datang memenuhi pikirannya.
Sambil terisak, Keysha mencengkeram kuat sisi surat yang sedang ia baca. Positif, sontak saja Keysha menatap Safina penuh air mata. Kepalanya menggeleng keras.
"Bunda... Bunda Keysha bisa jelasin! Keysha..." bahkan hanya untuk berucap, Keysha tak lagi mampu.
Apalagi ini ya Tuhan? Akhirnya ketakutan terbesar Keysha setelah kejadian itu terjadi. Tapi kenapa harus Safina yang pertama mengetahui hal ini. Jikalau pun ia benar-benar hamil dirinya yang lebih dulu tahu. Bukan Bunda nya.
"Kenapa Amora? Kenapa harus seperti gini? Apa salah Bunda sama kamu? Bunda tidak pernah ajarin kamu seperti ini. Bunda kecewa sama kamu." pecah sudah tangisan Safina. Wanita paruh baya itu menunduk. Safina merasa gagal menjadi Ibu yang baik buat anak gadisnya. Bayang-bayang masa lalunya itu datang lagi. Masa lalu yang sempat menerpa dirinya itu kini terjadi kepada Keysha.
"Maafin Keysha Bunda..." isak Keysha menggapai tangan Safina namun sayang, Safina dengan cepat menghindar.
"Siapa Ayah dari bayi dalam kandungan kamu? Jawab Bunda!" bentak Safina menggema keras dalam ruangan inap Keysha.
Terdiam lama di keadaan yang semakin mencekam. Rakael merebut kasar kertas di tangan Keysha. Cowok itu membaca surat pernyataan atas kehamilan adiknya. Urat-urat lehernya menegang, emosi dan amarah yang sedari tadi ia tahan-tahan kini siap di luapkan. Pandangannya menatap lurus kearah Keysha yang menunduk menangis.
"Arghhh Brengsek!" Rakael meninju keras dinding di samping brankar Keysha. Membuat air matanya mengalir deras. Gadis itu tak berani mengangkat wajahnya.
Baru kemarin dunianya di hancurkan atas kematian sahabatnya namun hari ini dunianya kembali di hancurkan lagi sehancur-hancurnya dengan fakta kehamilannya. Bahkan hanya untuk membela dirinya sendiri, Keysha tak lagi bisa.
Mungkin kepasrahan adalah titik yang saat ini sedang Keysha sanggup kan untuk dirinya melewati semua kenyataan pahit ini.
*****
Di luar ruangan. Terdapat seseorang yang berdiri mematung didepan pintu ruangan Keysha, tangannya mengepal kuat disisi tubuhnya. Sedari tadi ia memilih mendengar semuanya dari luar. Dari Keysha di tampar, bahkan tentang fakta kehamilan gadis itu.
"Lo gak masuk? Apa luka lo sakit lagi?" tanya Zelfan memperhatikan Gavin yang masih berdiri diluar. Laki-laki itu kembali dari apotik menebus obat Gavin.
"Fan, gue." bisik Gavin.
"Masuk! Jangan jadi pengecut. Lo harus tanggung jawab." balas Zelfan dengan suara datarnya. Kenapa Zelfan berucap seperti itu? Karena Zelfan orang pertama diantara inti Xabarca yang mengetahui masalah Gavin saat ini. Laki-laki itu tak sengaja mendengar pembicaraan Gavin dan Rissa di parkiran.
"Lo?" kedua alis Gavin menekuk menoleh kearah Zelfan.
"Bego sih." cibir Zelfan berniat membuka pintu namun Gavin menahannya.
"Udah ayo masuk. Abis ini luka lo bakal nambah. Jangan repotin gue!"
"JAWAB KEYSHA! DIA ANAK SIAPA? BIAR GUE YANG SURUH COWOK BRENGSEK ITU TANGGUNG JAWAB!"
"Gue." sontak orang-orang yang ada di ruangan itu menoleh cepat.
"Gue Ayah dari bayi itu." ucap Gavin sedikit tegas, karena jujur Gavin ngeri melihat Rakael yang lagi diselimuti oleh kabut amarah yang meluap-luap.
"Anjing lo!"
bugh
"Abang!"
"Rakael!"
Rakael menerjang wajah Gavin dengan pukulannya yang sangat kuat. Pukulan pertamanya berhasil merobek ujung bibir sahabatnya. Setelahnya Rakael menendang perut Gavin membuat belakang Gavin menabrak dinding.
Gavin? Bahkan untuk menghindar saja ia tak melakukannya. Apalagi membalas apa yang Rakael lakukan kepadanya.
"Kael udah woy! Gavin sahabat lo njir." pekik Gidar berupaya menarik Rakael dari atas tubuh Gavin.
"Biarin! Gavin pantes dapatin itu. Lehernya juga gak bakalan patah." ujar Zelfan dengan santainya duduk di single sofa yang tersedia.
"Bajingan! Gue udah ngingetin lo buat gak nyentuh adik gue sedikitpun, brengsek." geram Rakael membabi buta menghajar wajah Gavin yang mulai tak berdaya. Rakael melupakan Gavin sudah menyelamatkan Keysha yang hampir di tabrak.
"Abang udah!" jerit Safina tak di dengarkan oleh anaknya.
"Hiksss...hiksss..." tangisan Keysha kian mengeras. Disampingnya ada Chika dan Alika yang tulus menenangkannya. Meski mereka tak menduga dan tak percaya fakta ini, tapi bagaimanapun Keysha adalah sahabat mereka. Dan mereka siap mendengar penjelasan yang keluar dari mulut Keysha.
"Pukul! Pukul gue sepuas lo, Kel. Tapi jangan marahin dia. Dia gak salah, gue yang salah." ujar Gavin disela-sela nafasnya yang mulai tak beraturan akibat pukulan Rakael yang tak main-main.
Luka yang Gavin terima dari menolong Keysha sampai luka pukulan dari Rakael tak seberapa dengan luka di hatinya ketika melihat Safina menampar dan Rakael yang membentak Keysha seperti tadi.
Belum lagi dengan ancaman Rissa beberapa hari yang lalu. Sungguh, Gavin tak tega melihat Keysha melemah seperti ini. Ini salahnya, dan memang sudah sepantasnya Gavin menerima amukan Rakael dan juga bertanggung jawab?
"Bahkan kalo gue mau, gue pengen lo mati ditangan gue, anjing." gertak Rakael membiarkan Ragil dan Gidar menariknya dari atas tubuh Gavin.
"Uhukkk...uhukkk..." Darah segar keluar dari mulut Gavin. Tubuhnya terasa mau remuk. Gavin berusaha bangkit, namun tubuhnya benar-benar tak berdaya sekarang ini. Disela-sela sisa kesadarannya, Gavin menyempatkan menatap Keysha sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri.
-to be continued-
See u next part semuanyaaaa! Sehat terus ya kalian 😇🌸