Peek-a-boo [Selesai]

By Ryntimtam

15.5K 3.3K 1.2K

Rara hanya ingin mencoba semua rumah kosong yang ada di daerah rumahnya, tapi bukan hal menyenangkan yang mer... More

πŸ“žFI-01πŸ“ž
πŸ“žFI-02πŸ“ž
πŸ“žFI-03πŸ“ž
πŸ“žFI-04πŸ“ž
πŸ“žFI-05πŸ“ž
πŸ“žFI-07πŸ“ž
πŸ“žFI-08πŸ“ž
πŸ“žFI-09πŸ“ž
πŸ“žFI-10πŸ“ž
πŸ“žFI-11πŸ“ž
πŸ“žFI-12πŸ“ž
πŸ“žFI-13πŸ“ž
πŸ“žFI-14πŸ“ž
πŸ“žFI-SelesaiπŸ“ž

πŸ“žFI-06πŸ“ž

823 213 93
By Ryntimtam

Jangan lupa vote dan komen di setiap paragraf yaaa, makasih komenannya, aku jadi makin semangat buat up uhuy.

><

4 hari setelahnya tak ada yang berubah.

Sama sekali tak ada yang berubah, dan itu membuat mental Putra semakin terombang-ambing tak karuan.

Pada nyatanya Rara terus menjauhi Putra, tetapi Putra hantu itu masih mengikutinya kemanapun dia pergi.

Dan dia selalu berada di sebelah Putra, oleh karena itu Rara menjauh dari Putra, serem bro.

Rara sebenarnya tidak tega saat melihat tatapan berkaca-kaca Putra saat dia menjauh dan enggan berdekatan.

Tapi..RARA TAKUT!! TERLALU SERAM!!

Dia memang anak Indie..Indigo maksudnya tetapi kalau dia melihat hantu serupa sahabatnya seperti itu..Rara takut..

Seperti saat ini, jam istirahat sudah berbunyi dan Rara sedang duduk di bangkunya tak lupa memakai headphone merah hitamnya.

Dia sedang menyatat tugas yang belum dia selesaikan.

Teman-temannya menatapnya kemudian beralih pada Putra.

"Dia tidak dengar, ayo kita keluar dan biarkan Putra berbicara berdua dengannya" ajak Jaiden pada teman-temannya.

"Benar, PUT KEMARI!" seru Mahen pada Putra yang sedang duduk termenung..

Putra menolehkan kepalanya kearah teman-temannya, berdiri kemudian berjalan mendekati mereka.

"Ada apa?" tanya nya pelan.

"Kami akan keluar, kau duduk di sebelah Rara dan bicarakan masalah kalian sekarang" ujar Mahen meyakini Putra.

Qio mendelik, dia hendak protes namun Rendi membekap mulutnya dan langsung menggeretnya keluar.

Putra sendiri menatap kearah Rara yang sedang sibuk menulis seraya sesekali menyenandungkan lirik lagu.

"Oke" Putra yakin pasti berhasil membujuk Rara.

"Bagus, SEMUANYA KELUAR DARI DALAM KELAS!!" teriak Mahen kuat.

Semua teman sekelas mereka mengangguk kemudian berjalan keluar dari dalam kelas, Naren mengunci pintu kelas dari luar dan mereka akan menonton dari luar.

Putra berjalan mendekati Rara dan duduk di kursi kosong di sebelahnya.

Dia tidak membuat suara agar Rara tidak menyadari keberadaannya.

Putra perlahan menggenggam tangan kiri Rara, dan merematnya pelan.

Rara berhenti menulis dan menolehkan kepalanya ke kiri.

Dan yang dilihatnya adalah Putra dan Putra hantu itu.

Wajah Rara memucat seketika, dia langsung melepas genggaman Putra dan berdiri tergesa.

Dengan segera melepas headphonenya.

Menatap horor kearah Putra dan Putra hantu yang ada di depannya, dengan tubuh yang bergetar dia mundur dan menjauh.

"Putri...kenapa menjauh dariku.." lirih Putra amat sedih.

Rara tidak mengatakan apapun, dia terlalu takut dengan Putra hantu yang terus menunjukan senyum mengerikannya.

Perhatian Rara terpecah, antara ingin mendengar ucapan dan tangisan Putra atau mengabaikan Putra hantu yang malah semakin tersenyum seram.

Bibir Putra melengkung kebawah disusul dengan air mata yang turun membasahi pipinya.

"Putri..hiks..jangan menjauhiku..katakan apa kesalahanku?" isak Putra sedih.

Wajahnya susah basah dengan air mata, hidungnya memerah dan bibirnya bergetar..aduh dia rindu sahabatnya.

"Put..ri...a..ku..men..cintaimu..ha..ha.."Bisik Putra hantu itu.

Membuat Rara merinding seketika.

"Putri..kumohon tolong jangan menjauhiku lagi" mohon Putra seraya mendekat ke arah Rara.

"Sepertinya kali ini Rara sangat takut.." celetuk Jaiden saat melihat tubuh mungil Rara yang bergetar itu.

Rendi dan beberapa lainnya diam, dia merasa ada yang tidak beres.

"Bukankah, Putri jatuh dari tangga karena hantu yang menyerupai Putra? Mungkin dia menjauhi Putra karena hantu-SIAL BUKA PINTUNYA!!"

Mahen berteriak saat sadar apa yang menjadi penyebab Rara menjauhi sahabatnya. Mereka semua bergerak ke arah pintu dan mencoba membuka pintu kelas.

Tapi GILANYA PINTU ITU GAK KEBUKA!!

"SIAL!! RARA!! TUNGGU KAMI!!" jerit Qio panik.

Mereka berusaha mendobrak pintu kelas, tapi pintunya sangat keras seakan banyak yang menahan itu dari dalam kelas.

Mereka memukul kaca jendela tapi percuma.

Putra dan Rara tidak mendengar apapun.

"Putri, kumohon jangan menjauhiku.." mohon Putra yang semakin mendekat.

Rara tidak bisa lari..kakinya dingin dan seakan membeku tidak bisa digerakan.

"Put..ri..Ikut..lah..ber..sama..ku.." Bisik Putra hantu.

"AKU TIDAK MAU!! MENJAUHLAH DARIKU!!" jerit Rara ketakutan.

Putra berhenti melangkah, dia shock dan tidak percaya, jantungnya mencelos mendengar teriakan teman kecilnya itu.

Apa, Putra semenyeramkan itu?

Dan di mata Rara sekarang adalah jiwa Putra yang tengah melemah dan hantu itu mulai merasukinya.

Masuk dan menguasai tubuh Putra.

Pandangan Putra langsung kosong, seringai mengerikan terbentuk di wajahnya saat ini. Dia berlari ke arah Rara dan mencengkram lehernya kuat.

"Hahaha, Putri kau tau? Aku mencintaimu, kau harus ikut denganku oke, Hahaha" Putra semakin mencekik leher Rara dengan kuat.

Dan mengangkat tubuh ramping Rara dengan mudahnya, kakinya sampai tak menapak dan mengayun karena stok oksigen mulai hilang.

Teman-temannya berteriak histeris dari arah luar kelas, mereka panik bahkan sangat panik.

"PUTRA ASU!! BAJINGAN KOE SAMPEAN!! LEPASIN PUTRI!! KAU BISA MEMBUNUHNYA!!" jerit Benedict yang langsung ngeluarin bahasa jawa nya.

"PUTRA!! KAU SUDAH GILA YA!!" seru Jaiden panik.

"Dia dirasuki, dan hantu itu terobsesi pada Putri." bisik Rendi.

Qio mencoba memecahkan kaca jendela menggunakan kayu yang dia temuka ditaman sekolah, tapi tak bisa, dengan batu juga tak mau pecah.

"Bertahan lah Ra.." lirihnya kalut.

Disisi lain, Putra melempar tubuh Rara ke arah meja dan kursi, sampai membuat tubuh itu terbentur dengan kuat dan kemudian tergeletak lemah.

Rara berusaha untuk bangkit, tapi kalah cepat dengan Putra yang sudah di depannya dan menendang bagian dadanya dan membuat tubuhnya sampai membentur dinding.

"Uhuk!" Rara terbatuk sampai mengeluarkan darah.

"Tubuh ini sangat kuat..aaa..sayang jiwanya lemah.." kagum Putra.

Senyum gila terus terbentuk diwajah tampannya.

"K-keluar dari tubuh Put-ra" bisik Rara yang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Tidak, sampai aku membuat Putri untuk ikut bersamaku..Hahaha" Putra mengambil sebuah kursi kayu kelas dan mulai memukulkannya ke tubuh lemah Rara.

Brak! Brak! Brak! Brak! Duagh!

Dan kembali menendang tubuh Rara yang sudah sangat lemah. Pandangan matanya memburam dan dia dapat merasakan darah mengalir dari kepalanya.

BRAK!

Pintu berhasil terbuka dan mereka berlari bersamaan keara mereka berdua, dan mereka langsung menahan Putra dan mengunci pergerakan tubuhnya.

"LEPASKAN!! HAHAHAHA MANUSIA-MANUSIA BODOH!! HAHAHAH"

Adam datang dan langsung memukul tengkuk Putra dengan kuat. Sontak membuat tubuh itu langsung melemas dan jatuh.

Sedangkan Naren dan Qio menghampiri Rara yang sudah hilang kesadaran dengan luka dan darah di tubuhnya.

"Rara..hiks..Rara." tangis Mahen pecah, apa yang harus dia katakan pada Tante Inura, anaknya terluka parah seperti ini.

Rendi mendekati tubuh Rara. Dia mengecek deru napas Rara dan langsung panik.

"Gawat kita harus membawanya ke rumah sakit!!" serunya dan langsung menggendong Rara bridal dan berlari keluar kelas diikuti Qio, Mahen, Jaiden dan Benedict.

Disisi Putra yang ternyata masih setengah sadar, dia melihat tubuh sahabatnya yang dibawa laki-laki lain.

"Putri.." lirihnya pilu kemudian pingsan.

.
.
.

Rendi duduk di sebelah ranjang Rara dengan tangan yang tak lepas mengenggam lengan Rara.

"Huh, aku takut juga, darahnya banyak sekali." gumam Rendi yang memang dia sendirian di ruangan Rara.

Temannya yang lain tengah sibuk memanggil orang tua Rara untuk datang ke rumah sakit.

Rendi masih mengingat tubuh lemah Rara digendongannya, dan itu adalah hal yang tak akan Rendi lupakan.

Rara masih belum sadar dan kata dokter lukanya cukup serius.

Dan tulang punggungnya retak, tangan kanannya patah dan kepalanya mengalami geger otak.

Putra sendiri sekarang mengurung dirinya di kamar setelah dia sadar dari pingsannya dan Mahen langsung menceritakan semuanya.

Putra merasa ingin memotong tangannya, karena..mau bagaimanapun tangannya lah yang membuat sahabat baiknya seperti itu.

"Putri..hiks...maafin Putra.." isaknya pilu

Kamarnya gelap, dia tidak menyalakan lampu kamarnya.

Entahlah..dia nyaman dengan kegelapan yang ada.

"Kerja..bagus..hihi"

Putra menutup kedua telinganya, suara itu kembali mendatanginya dan mengusiknya.

Dengan tubuh yang meringkuk bagai bayi, Putra mengutuk suara itu. Dia benci.

📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞Bersambung📞
























Continue Reading

You'll Also Like

16.9K 4.3K 16
Pemerintah mulai melakukan eksperimen pada warga Indonesia, mereka menculik anak-anak remaja dengan dalih mendapat beasiswa di luar kota, nyata nya...
4.3K 275 38
Hanya sebuah fantasy dan imajinasi. gadis berusia hampir 17 tahun itu seorang omega langka.Bagaimana jika ia masuk sekolah para beta dan alpha?bagaim...
33.1K 2.5K 30
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
427K 80.1K 34
Setelah insiden di Kost 25 terselesaikan, kini Rumi dan para bucinnya pindah ke rumah yang juga dijadikan kost an. Dan seorang gadis menye masuk ke...