Thsunder Seorang Gus!

By hello_future7

1.7K 287 731

Old Judul : BAD GIRL AND MASYAALLAH GUS New Judul : Tsundere Seorang Gus! (Akan direvisi setelah tamat) √ πŸ“... More

Prologue
1. Bullying
2. Pemilik Senyum Indah
3. Astaghfirullah or Masyaallah?
4. Kalah Target
5. Luka?

6. Panggilan

170 10 5
By hello_future7

Motor sport berwarna merah baru saja terparkir sempurna di sebuah rumah megah berwarna cream. Gadis cantik yang baru saja turun dari atas motor kini sedang memegang jantungnya yang berdebar sangat cepat dari sebelumnya. 

Dengan cepat, ia merapikan rambut dan juga seragamnya yang sedikit berantakan. Melirik kearah mobil yang terparkir sempurna di sampingnya, membuatnya kian tersenyum kembali. Pasalnya, perkataan sang ayah yang katanya ingin menjual mobil kesayangannya tidak benar adanya.

Wajahnya yang tersenyum kini kembali berubah diam akibat teringat telepon dari sang ayah yang mendadak menyuruhnya cepat-cepat pulang. 

Memberanikan diri, segera ia melangkahkan kaki menuju ambang pintu. Dengan bibir sedari tadi komat-kamit meminta perlindungan oleh sang maha kuasa. Diinterogasi, hanya itulah yang Adzkiyah takuti sekarang.

Clek, suara pintu ditarik kedepan. Melirik ke sekitar ternyata rumahnya tak ada siapapun saat ini. Merasa legah, segera ia melangkahkan kaki menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.

"Ke kamar papa, sekarang!!" ucap seseorang yang sudah seratus persen hampir membuat gadis cantik itu terjungkal saking terkejut dengan suara yang sangat familiar. 

Merasa pikirannya bisa ditebak, Adzkiya hanya membuang nafasnya kasar. Dengan cepat ia langsung berlari kecil ke kamar yang memanggilnya barusan.

"P-papa kenapa manggil Kiya?" katanya gugup.

"Dari mana?" 

"Dari seko—" belum sempat ia melanjutkan perkataannya, sang Ayah sudah lebih dulu memotongnya.

"Kamu apakan Juan, Adzkiyah!? Jelaskan pada papa sekarang!!" geram Aslan, saat ini dirinya benar-benar marah sama anak gadisnya yang super-duper keras kepala.

"J-juan? Kiya tidak apa-apain dia kok pa." alibi Adzkiyah.

Mencoba tak membentak sang anak, Aslan lagi-lagi hanya membuang nafas gusar "Jangan coba-coba berbohong Adzkiyah!! Papa tahu semua," nada berbicara pria itu lebih pelan, lebih tepatnya mengintimidasi Adzkiyah.

"Tidak kok pa," jawab Adzkiyah, namun bukan itulah yang diinginkan Aslan sekarang.

"Jangan coba coba membohongi papa!" tekan Aslan pada setiap kalimat.

"Iya iya iya, Kiya pukul anak itu. Kenapa? Papa marah? Tanyakan saja sama anak lemah itu!" geram Adzkiyah.

"Pelankan suara kamu Adzkiyah!" yang bersuara kali ini adalah Rika, mamah dari Adzkiyah.

Gadis dengan marga Zameer itu seketika diam menahan amarah yang sudah menggebu-gebu dalam dirinya. Dengan cepat ia mengeluarkan satu permen rasa coklat kesukaannya supaya dirinya bisa lebih santai nantinya.

"Baca!" ucap sang ayah dan memberikan Adzkiya sebuah amplop berwarna putih yang sudah tertulis lengkap namanya.

Tanpa pikir panjang, segera ia membuka amplop tersebut. Mulai membaca dari awal yang sudah membuat matanya hampir lolos keluar "Surat skorsing?"

Suasana rumah seketika berubah menjadi hening, ketiga keluarga itu masing-masing berkecamuk dengan pikiran mereka. Saat ini, Rika dan juga Aslan benar benar speechless dengan kelakuan sang anak—Adzkiyah.

Adzkiyah mendapatkan surat skorsing selama dua minggu atas kasus perundungan yang ia perbuat bersama teman temannya.  

Gadis itu membaca sekilas lantas menaruh kertas putih itu di atas meja kembali. Awalnya memang ia terkejut, namun melihat hanya dua minggu ia malah senang karena bisa bersantai dan juga bisa menghabiskan waktunya bersama sang kekasih—Farrel.

Adzkiyah terkekeh lantas berucap "Dua minggu saja ya? Baguslah," katanya santai.

Kedua orang tua setengah baya itu pun saling pandang-memandang. Pasalnya mereka berdua tak percaya atas jawaban anak gadis mereka yang kelewat santai.

"Dosa apa lagi ini Ya Allah, sampai sampai hamba mendapatkan anak gadis yang minim akan akhlak," batin Rika, sembari memijat pangkal hidungnya.

Memang benar, diskors bukan hal yang aneh lagi bagi gadis dengan nama tag Lulu Hilyah Adzkiyah, ini bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Ia juga sudah tahu akan adanya surat dari sekolah. Toh, hanya dua minggu tidak lebih, itu membuatnya bisa rebahan santai dikamarnya.

Aslan maju beberapa langkah, ia benar benar dibuat pusing oleh anak bungsunya, terlebih Adzkiyah mendapatkan surat skorsing, tapi kali ini lebih lama dari sebelumnya.

"Apalagi ini Adzkiyah, kamu selalu saja buat Papa dan Mama malu! Dan lagi lagi karena kasus perundungan dan penganiayaan?" tanya sang ayah meredam amarah.

"Ya begitulah, padahal kayu yang aku gunakan untuk memukul kepalanya tidak tajam, hanya saja ada beberapa paku karatan. Dianya aja yang lemah sampai pingsan eh masuk rumah sakit deh," enteng Adzkiya.

Seketika kedua orangtua setengah baya itu menutup mulut tidak percaya.

"Astaghfirullah nak, kamu mamah dan papa kirim ke sekolah untuk menuntut ilmu, bukan pukul orang sampai pingsan Adzkiya!" ucap sang ibu sedikit emosi.

"Gitu doang elah," ucap Adzkiya sambil ngemil permen kesukaannya. 

"Masih berani menjawab kamu! Buang permen itu, tidak sopan!" tegur sang ayah.

"Kiya capek, mau ke kamar dulu." ucapnya dan berjalan menuju lantai atas tempat kamarnya berada. 

Belum sempat menaiki anak tangga, suara sang ayah membuatnya berhenti sejenak.

"Adzkiya, berhenti!!" cegah sang ayah.

Adzkiya pun membalikan badannya setengah.

"Iya Pa, apalagi?" tanya Adzkiya sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Siap-siap, papa antar kamu ke pesantren sekarang!" ucap sang ayah dan meninggalkan Adzkiya yang sudah melotot tak percaya.

"Hah? Pesantren?" jeda Adzkiya.

"Tidak Pah, Kiya gak mau!" Adzkiyah pun mengejar sang ayah yang sudah masuk ke dalam kamar.

"Papa! Pokoknya Kiya ga mau ke Pesantren. Pesantren itu penjara bagi Kiya!" ucapnya sambil menggedor-gedor pintu kamar sang Ayah.

Namun nihil, gadis itu tak mendapatkan satu sahutan dari Ayahnya. Benar-benar sang Ayah marah besar padanya, pikir Adzkiyah.

***

"Ma, bujuk papa ya. Kiya gak mau ke pesantren," rengek Adzkiyah di lengan Rika.

Rika yang sedang menyusun baju-baju sang anak hanya menggelengkan kepala tanda tak setuju. 

"Ma, Kiya janji deh. Kiya tidak akan lagi berbuat jahat sama temen-temen, tapi jangan masukin Kiya ke pesantren ya?" ucap Adzkiyah memohon.

Wanita setengah baya itu pun menghentikan kegiatannya menyusun pakaian Adzkiyah ke dalam koper, lantas menggenggam tangan anak bungsunya. "Sayang dengar mama. Kiya kalau di pesantren, Kiya bisa jadi anak yang lebih nurut lagi, juga disana Kiya bisa banyak belajar tentang agama," jeda Rika

"Jangan pikir mama dan papa tidak sayang sama Kiya. Melainkan mama dan papa ingin melihat Kiya jadi anak yang sholehah, pintar, juga penurut," 

"Tapi Ma, di pesantren itu ketat nanti kalau aku mau kabur susah dong," katanya dengan jujur.

Yang perlu kalian ketahui, bahwa Kiya dan juga Adzkiya layaknya dua orang, Adzkiya yang dikenal bad girl, suka cari masalah, suka bikin onar di luar. Ternyata jauh beda dengan Kiya, Kiya yang dirumah anaknya super polos sepolos pantat bayi kalau sudah berbicara dengan Mama.

"Eh, jangan ada pikiran Kiya untuk kabur ya? Gak boleh lho, nanti papa dipanggil lagi dan bikin malu keluarga kita. Kiya mau?" jelas Rika 

"Anak siapa coba yang ingin kedua orang tuanya malu?" lirih Adzkiyah.

"Ma, ayolah. Kiya gak mau ke pesantren disana pasti pakai hijab bikin gerah ih," tuturnya sembari meletakkan tangan didepan dada seolah-olah memohon.

"Tidak, pokoknya Kiya harus ke pesantren." akhir Rika dan awal mula bagi seorang gadis bernama Lulu Hilyah Adzkiyah.

***

Aksanya menatap nabastala yang kini telah berubah sempurna menjadi warna jingga, indah dipandang mata ditambah sejuknya angin yang langsung menusuk ke kulit.

Adzkiyah, gadis cantik dengan surai rambut sebahu ini sedang duduk di balkon kamarnya, dengan secangkir coklat panas menemani dirinya yang sedang kesal sekarang. 

Untung saja sang ayah mau memberikan ia waktu sejenak untuk sendirian.

"Oke, gak papa kalau papa mama masukin aku ke pesantren, toh. Nanti kabur" gumamnya.

Adzkiyah berdecak sebal tatkala handphone yang tak jauh dari tempatnya berdiri itu seketika berbunyi. Ia tak suka karena waktu sendirinya terganggu walaupun hanya suara dari benda pipih itu.

Gadis itu pun segera melangkah masuk, tak lupa ia menutup pintu rooftop dan menuju benda tersebut yang sedari tadi berbunyi. 

Membuka aplikasi berwarna hijau dan menampakkan room chat pertama yang ia pin dengan nama "Babe <3 " membuat dirinya tersenyum simpul.

|Kalau chattan, aku pakai fake chat ya :)|

~B.G.A.M.G~

Setelah mengirimkan pesan terakhir pada Farrel, Adzkiya memutuskan untuk turun ke bawah menunggu kedatangan sang kekasih yang sehari full tak pernah ia lihat itu.

Di ruang tengah ada Aslan dan juga Rika, kedua orang tua setengah baya itu tengah duduk sembari menonton televisi dan menunggu turunnya Adzkiyah.

"Sudah?" tanya Aslan ketika Adzkiyah duduk di sebelahnya.

Adzkiyah melirik sekilas pada Aslan, lantas mengidikan bahu dengan tatapan fokus ke depan pintu.

Tak lama, terdengar suara bell dipencet dari luar dan sudah dipastikan itu adalah Farrel, sang kekasih.

"ITU PASTI FARREL?!" Adzkiyah sumringah sehingga membuat Aslan dan Rika menggelengkan kepala.

"Temui dia untuk yang terakhir kali." kata Aslan, lantas Adzkiyah berlari kecil untuk menemui Farrel.

***

"Martabak keju pesanan nona Kiya telah tiba, segera di makan," Farrel berucap sembari mengacak surai kecoklatan Adzkiyah dengan gemes.

Adzkiyah tersenyum, kemudian mereka berdua duduk di kursi yang memang tersedia di halaman depan rumah Adzkiyah.

"ENAK BANGET, AKU SUKA HEHEHE" Adzkiyah berucap dan lagi-lagi Farrel terkekeh.

"Makan dulu sayang, tuh 'kan belepotan gini," jari telunjuk lelaki itu mendarat di ujung bibir gadisnya, membersihkan sisa keju disana. 

Adzkiyah yang mendapatkan perlakuan seperti itu, seketika tersentuh tak tega jikalau ia dan Farrel bakal jarang bertemu nantinya.

Selesai makan martabak pemberian Farrel, Adzkiyah langsung merendahkan tubuhnya, bersandar pada bahu koko Farrel. Dengan tulus, Farrel mengelus rambut gadisnya sesekali ia berucap "Tidak papa, semua akan baik baik saja"

"Tapi, El. Kita bakal jarang bertemu, kamu tahu kan? Aku tuh susah jauh dari kamu," ucap Adzkiyah.

Farrel terkekeh kemudian berucap "Gapapa sayang, malah bagus kalau kamu di pesantren, tau tidak? Disana sangat menyenangkan lho," ujar Farrel menenangkan.

"Masa sih? Bukannya disana bagaikan penjara? Yaaa…penjara suci sih hehee"

Lagi lagi Farrel gemas dengan Adzkiyah, gimana tidak. Gadis itu sejak tadi memajukan bibir ke depan ketika berbicara.

"Memang benar, tapi kalau sudah seminggu lebih kamu bakal betah lho, bahkan aku bisa menjamin kamu tidak mau lagi keluar dari sana," ucap Farrel dan itu sedikit membuat Adzkiyah menjadi tenang.

"Kamu kok tahu sih, by? Apa kamu pernah di pesantren ya?" tanya Adzkiyah dan langsung mendapatkan anggukan tanda 'iya' dari Farrel.

"Pernah sayang, dua hari setelahnya aku kabur." batin Farrel. Tak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya pada Adzkiyah. 

Farrel berdiri dari duduknya, begitu pula dengan Adzkiyah. Farrel melirik jam hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, disana sudah menunjukkan pukul 22.31 malam.

"Aku pulang dulu, ya? Titip salam sama Papa dan Mama," ujar Farrel sembari mengecup singkat kening Adzkiyah.

"El… Aku sayang kamu," ucap Adzkiyah dan itu membuat Farrel tersenyum hagat.

"Aku juga sayang kamu, Adzkiyah. Aku pulang dulu ya? Besok kamu pergi 'kan? Stay healthy sayang, jangan bandel ih ga baik tau, juga disana makan yang banyak, okay baby girl?" Farrel berucap layaknya seorang Ayah yang mengasih wejangan kepada putri kecilnya.

Adzkiyah mengangguk dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca, tak lama dari itu Farrel pun menghilang dan jauh dari pandangan Adzkiyah.

Malam ini adalah malam yang terasa sangat panjang, seakan-akan semesta mengasih ruang kepada dua makhluk yang melepas rindu sehari, walaupun nantinya keduanya berpisah karena pendidikan masing-masing.

~B.G.A.M.G~

Hai, hai!! Sekian purnama akhirnya ff ini publish chapter baru hehehe. Maaf, karena belakangan terakhir aku sibuk terus dan lupa kalau ff ini masih on going ಥ_ಥ

Jika kalian suka dengan ff ini, jangan lupa klik 🌟 dan komen. Okay? See u di chapter berikutnya :)

Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 267K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.6M 271K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
380K 21.1K 71
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
961K 93.2K 51
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...