Peek-a-boo [Selesai]

By Ryntimtam

15.9K 3.4K 1.2K

Rara hanya ingin mencoba semua rumah kosong yang ada di daerah rumahnya, tapi bukan hal menyenangkan yang mer... More

πŸ“žFI-01πŸ“ž
πŸ“žFI-02πŸ“ž
πŸ“žFI-03πŸ“ž
πŸ“žFI-05πŸ“ž
πŸ“žFI-06πŸ“ž
πŸ“žFI-07πŸ“ž
πŸ“žFI-08πŸ“ž
πŸ“žFI-09πŸ“ž
πŸ“žFI-10πŸ“ž
πŸ“žFI-11πŸ“ž
πŸ“žFI-12πŸ“ž
πŸ“žFI-13πŸ“ž
πŸ“žFI-14πŸ“ž
πŸ“žFI-SelesaiπŸ“ž

πŸ“žFI-04πŸ“ž

1.2K 252 131
By Ryntimtam

Jangan lupa vote dan komen yaaaa.

><


Setelah kemarin di gegerkan dengan adanya Rara yang lain. Hari ini mereka kembali berdiskusi di meja belakang.

Bahkan kini Qio ikut berdiskusi sebab dia sudah menjadi teman Rara, berarti apapun yang Rara lakukan maka Qio akan ikut.

"Aku kemarin lewat di gang dekat rumahku, disana ada rumah kosong." celetuk Rara kalem, tumbenan ni anak kalem.

Mereka memandang serius Rara, menelisik wajah gadis itu kemudian beralih pada kakinya, menapak atau tidak.

"Ini benar Rara anaknya om Xavi kan?" tanya Benedict sedikit takut.

Parno dia tuh.

"Heh! Iya ini aku, tenang saja" sedikitnya Rara sebal karena dicurigai seperti itu.

Kemudian mereka menghela napas lega setelah yakin jika gadis itu adalah Rara.

"Jadi dimana rumah itu?" Tanya Qio semangat, si cebol satu ini memang selalu bersemangat.

Rara berpikir sebentar "Ada di ujung jalan Gang. Chalkzone" info Rara.

"Apa itu rumah yang kita lewati semalam?" tanya Mahen setelah mengingat bahwa kemarin mereka melewati sebuah rumah kosong.

"Iya benar, aku melihat banyaaak sekali makhluk disana" sambung Rara.

Salah satunya Kuyang-Batin Rara.

Mereka mengangguk "Oke kita akan kesana, bawa kameramu ya Qio" titah Benedict pada Qio.

Dan Qio hanya mengangguk riang sebagai jawaban.

"Kita pergi ber delapan kan?" Jaiden hanya memastikan.

Rara mengangguk "PUTRA KAU IKUT YA NANTI MALAM!" seru Rara pada Putra yang duduk di bangkunya.

"Iya Putri" jawab Putra seraya mengangguk.

Putra gak bisa nolak permintaan sahabatnya itu, dia lemah untuk hanya menolak permintaan Rara.

"Bagus, Putra akan ikut"

"Oke jadi kita akan berkumpul di depan rumah itu jam 10 malam ya, jangan ada yang ngaret" sindir Mahen yang tertuju pada Benedict sebenarnya.

Benedict sadar itu "Iya, tak perlu menatapku seperti itu" gerutunya kesal.

"Rendi lo ikut kan?" tanya Qio memastikan tetangga nya ni untuk ikut.

Rendi sebenarnya ingin menggeleng dengan tegas, tapi melihat Qio yang sekarang mulai mendekati Rara, Rendi harus siaga, soalnya yang suka sama Rara banyak, Rendi takutnya nanti Qio dihajar kan.

Mau tak mau Rendi hanya bisa menganggukan kepalanya pasrah.

"Yes, Rendi ikut!" pekik Qio senang.

Tak lama Pak Adam masuk ke dalam kelas.

"Kalian masih membuka acara talkshow?" cetus Adam yang akhirnya membuat mereka bubar.

"Iya, acara Rumpang No Secret" sewot Mahen.

Mahen ini sewot sekali, mirip dengan Papi Jaechan yang sewotnya tak karuan.

"Ada-ada saja kalian."

Sebelum mereka kembali ke meja masing-masing, Mahen menahan tangan Rara dan menatapnya dalam.

"Kau jangan melakukan hal aneh nanti malam, paham? Nanti aku adukan kau pada Om Xavi."

"Ish, iya-iyaaaa, lagian aku akan melakukan hal apa sih."

"Kau itu terlalu ekstrem, kapan kau jera, berhenti mencari hantu-hantu atau sejenisnya." Mahen hanya tak mau sepupu kesayangannya ini terluka.

Rara mengangguk, dia tau ketakutan dari sepupu tersayangnya ini.

Mereka sama-sama anak tunggal, jadi sudah sewajarnya saling menjaga.

....

"Kamu mau kemana?" pertanyaan dari Papinya terdengar.

Mahen menatap bola mata Papi nya saat ini, ah itu Lilac, Papi Elez.

"Mau nemenin Rara ke rumah hantu." celetuk Mahen santai, dia sudah membawa senter dan bawang putih, jaga-jaga saja.

Papi Elez mengangguk. "Hati-hati ya nak, jangan buat Mami khawatir nantinya." pesan Elez.

"Iya Papiiiii, Mahen pergi dulu ya, Assalamualaikum."

"Waalaikum sallam."

"Dia sudah besar ya." celetuk Reno.

"Tentu saja, dia sudah 17 tahun." sahut Naja.

"Bayi nya Zeze udah gede..Zeze kapan gede nya coba." rengut Aze di dalam sana.

"Lo gak bakal bisa gede astagfirullah." Jaechan lelah dengan tingkah Aze yang semakin menjadi, tapi ya sudahlah.

.....

Dan disini lah mereka sekarang, sudah masuk ke dalam rumah gelap dan suram.

Bahkan ketika mereka masuk tadi sudah disambut dengan suara tawa anak kecil.

"Siapa sih yang biarin bocil main malem-malem gini" gumam Jaiden sebal seraya mengarahkan kameranya ke seisi rumah

Jaiden juga bawa kamera sendiri loh, baru dia beli sore tadi, kamera khusus untuk berburu hantu.

"Wow..disini hawanya sesak sekali ya, sudah itu panas" celetuk Qio seraya memegang erat tangan Rara.

Posisi Qio selalu ada disebelah Rara, Putra kan jadinya cemburu tak terkira, enak saja si cebol kurang ajar itu deket-deket sama Rara-nya.

"Tentu saja banyak..disini ada ratusan arwah mengelilingi kita" bisik Rara yang tidak mereka dengar.

"Kita akan kemana dulu?"

"Kita berpencar saja." celetuk Rara dan tentu saja mereka menolak keras.

"Gue sama lo kalau mencar!" pekik Qio tak mau tau.

"Heh enak aja!" bantah Putra.

Oke Rara yang diperebutkan hanya diam. "Qio sama Rendi aja ya, Rara sama Putra, ayo Put." Rara langsung menggeret Putra menjauh dari sana.

Qio sendiri merasa tak suka, dia meremat ujung sweaternya kuat, dia tak suka melihat Rara memilih Putra.

"Menyebalkan." guman Qio dingin, untung tak ada yang dengar.

Sementara yang lain agak tidak terima tapi ya sudahlah.

"Rara kau keparat!" umpat Mahen kesal, dia pergi bersama Naren.

"JAIDEN HATI-HATI LOH, DI DEPAN KAMERAMU SEDARI TADI MENYOROT KEARAH KUNTILANAK, KALIAN SALING PANDANG SAAT INI HAHAHAHHA" teriak Rara diakhir tawa gilanya.

Jaiden terdiam, wajahnya memucat, sontak saja dia langsung mematikan kameranya dan menutup matanya

"Sial..sial..daritadi aku tatap-tatapan bareng setan" lirih Jaiden gemetaran.


Rendi pergi dengan Qio karena dia tak mungkin membiarkan bocil cebol ini sendirian, mereka berjalan menuju ke sebuah kamar yang kumuh.

"Seram..Jai lebih baik kita keluar saja..huhu disini sangat seram" racau Benedict seraya mendorong bahu Jaiden dari belakang.

Mereka ada di bagian belakang rumah, kumuh dan kotor tentu saja.

Jaiden berdecak sebal, namun dia setuju "Iya..ayo kita keluar" padahal baru juga menelusur sedikit.

Dan keduanya mulai berjalan menjauh, tapi terhenti karena ada sesuatu yang menggelinding ke arah kaki mereka. Mereka berdua terdiam dengan wajah memucat.

Dan setelah benda itu berhenti menggelinding di kaki mereka.

"Kikiki..Manusiaaa.."

Sebuah kepala dengan wajah yang hancur, penuh nanah dan belatung. Bola mata yang menggantung keluar dan darah yang memenuhi sebagian wajah itu.

"KYAAAAAAAAAA BAJIIINGAAAAAN!!" jerit Benedict kuat kemudian menendang kepala itu.

"Woalah anjayy kepala Gw bukan bolaaaaa"

"Ben buruan lari!" seru Jaiden kemudian menyeret paksa Benedict yang sudah lemas dan hampir pingsan.

Mereka berlari dengan cepat menuju pintu rumah tadi, dan mereka melihat Mahen dan Naren sudah berdiri di luar rumah.

"Walah mereka uda diluar" gumam Jaiden yang hendak berteriak memanggil Mahen.

Tapi larian keduanya berhenti saat melihat kaki mereka berdua gak napak.

"Bangke! sial! Itu setan!!" makinya kemudian tidak jadi keluar rumah.

Kita abaikan kedua orang yang kini berlarian tak tentu arah.

Kita beralih ke Rendi dan Qio yang sedang berjalan dengan tenang menuju sebuah ruangan gelap.

"Qio, ayo kembali saja, disini sangat menyeramkan" gumam Rendi pelan.

Qio tidak perduli dan terus berjalan memasuki ruangan itu. Dia penasaran tapi juga takut, tapi dia lebih emosi karena mengingat jika Rara bersama Putra saat ini.

"BOOOOO"

Keduanya terdiam membeku saat ada kepala menggantung yang muncul di depan wajah mereka. Menggerakan kepala secara patah-patah dan saling pandang.

"Ren..gue sebenarnya suka malingin mangga di halaman rumah lo.." lirih Qio hampir menangis, seram, baru kali ini Qio melihat hantu seseram dam sedekat itu.

"BACOT QIO AYO LARI!!" teriak Rendi takut kemudian berbalik dan berlari seraya menarik Qio. Mereka berdua berlari dengan jantung yang rasanya sedang sprint.


Kita beralih pada Mahen dan Naren yang sedang berada di luar pagar rumah.

Mereka berdua sudah keluar sedari tadi karena tidak sanggup melanjutkan ekspedisi mereka.

Tadinya mereka melihat Jaiden dan Benedict ada di halaman rumah, tetapi mereka gak napak alhasil keduanya pucat pasi dan mengabaikan itu.

"Hey itu Ben dan Jaiden, senterkan kaki mereka apakah menapak atau tidak" suruh Mahen pada Naren, saat melihat Ben yang berlari dari dalam rumah.

Naren langsung menyenter kaki mereka "Mereka napak" cetusnya lega.

Tapi..yang ada Jaiden berbalik seraya menarik Benedict dengan wajah ketakutannya.

"Heh, kenapa mereka masuk lagi?" tanya Mahen heran

"Entah" jawab Naren yang sudah pucat saat merasakan aura dingin di belakang tubuhnya.

Kita beralih pada Rara dan Putra yang kini berjalan menuruni tangga, mereka sudah menyusuri lantai 2 dan tidak ada yang aneh.

Hanya kuntilanak, genderuo, Pocong, dan tuyul-tuyulan.

"Tak ada yang seram ya Put.." gumam Rara di sebelah Putra.

Putra hanya diam, dan membuat Rara mau tak mau heran "Putra?"

Rara menolehkan wajahnya kearah Putra yang ada disebelahnya, kenapa Putra diam saja sih.

Dan wajahnya memucat seketika.

"Sial, aku ini indihome tapi kenapa aku tidak sadar kalau sahabatku yang ini adalah setan, HUAAAAAAA PAPIIIIII TOLONGIN RARAAAAAAAAAA" jerit Rara tidak karuan.

Dia berlari dengan cepat menuruni tangga, kenapa Rara lari?

Itu karena Putra yang ada di sebelah dia tuh matanya bolong, ada darah yang keluar dari sana.

Karena berlari terlalu cepat,dia sampai menginjak kaki yang satunya lalu jatuh menggelinding dari tangga. Dan tergeletak lemah di lantai 1.

Brugh!

"Aw..badanku.." lirihnya.

Matanya memandang atas yang mana banyak sekali hantu berterbangan di atasnya, menertawakannya yang jatuh.

Rara tidak perduli, dengan sisa tenaga dia bangun dan berlari keluar rumah dengan kepalanya yang mengeluarkan darah dan kepalanya pusing.

Dia berhasil keluar dan melihat teman-temannya berlari menghampiri seraya meneriakan namanya.

Dan ada Putra yang berlari dengan cepat menangkap tubuhnya yang lemas.

Wajah Putra pucat dan nampak sangat khawatir.

"Putri! Putri!"

Hanya itu yang Rara dengar sebelum kegelapan menyerangnya.

.
.
.

Rara terluka lumayan banyak dan harus libur 2 hari. Dia sedikit trauma dan enggan berdekatan dengan Putra.

"Rara, apa sakit?" tanya Qio sedih, dia tak suka temannya terluka.

Rara terkekeh pelan lalu mengelus rambut Qio. "Enggak terlalu sakit kok."

"Rara jangan sakit ya..Qio sedih.." oh bocil ini sudah mengganti panggilannya, bukan Lo gue lagi.

"Iya Qio manis."

Untuk Putra sendiri, dia selalu datang ke rumah Rara saat pulang sekolah.

Seperti saat ini dia datang bersama yang lainnya.

"Apa kau mau ke rumah hantu lagi?" ejek Mahen sembari mengelus rambut Rara.

"Tidak.." cicit Rara dengan raut wajahnya yang merengut.

"Kasian Putra, dia murung karena kau tidak mau berdekatan dengannya" celetuk Jaiden yang merasa iba.

Rara menghela napas pendek "Tapi aku masih trauma.." ujarnya lesu.

"Setidaknya temui dia sebentar." sahut Rendi

Rara menghela lagi, kemudian mengangguk "Baik..panggilkan Putra.." ucapnya pelan.

Dengan semangat Jaiden keluar hendak memanggil sohibnya itu, dan tak lama Putra masuk dengan semangat dan langsung mendekat ke sebelah ranjang Rara.

"Putri.." lirihnya sedih.

"Kemari Putra, peluk aku" ujar Rara pelan.

Putra langsung memeluk Putri erat, dia sangat merindukan pelukan ini

"Maafkan aku" bisik Rara.

"Tak apa..bukan salah Putri" cicit Putra seraya mendusel dibahu sahabatnya itu.

Walau begitu, Rara sebenarnya tengah berusaha sekuat tenaga menahan rasa takutnya.

Apalagi kini Putra bermata bolong itu tengah berdiri di depan pintu dengan senyum lebarnya yang menyeramkan.

Sial. batin Rara

📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞📞Bersambung📞






















Continue Reading

You'll Also Like

788 246 8
Sienna Daliya Erum, gadis cantik yang berasal dari Jogjakarta dengan profesinya sebagai psikolog. Yang entah bagaimana ceritanya, ia harus terperangk...
290K 20.1K 35
Disatukan dengan murid-murid ambisius bukanlah keinginan seorang Keyla Zeara. Entah keberuntungan apa yang membuat dia mendapatkan beasiswa hingga bi...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

8.5M 586K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
40.1K 4.5K 27
takemicchi si anak bungsu yang sial , setiap hari selalu di pukul oleh saudaranya sendiri... dan apakah mereka mau menyayangi takemicchi walau hanya...