Love Shoot! | Sungsun โœ”

Galing kay piscesabluee_

133K 13.1K 1.5K

[COMPLETED] "Fuck a princess, I'm a King." Kenneth Raymond, adalah seorang cucu laki-laki dari pemilik perusa... Higit pa

-PROLOG
-Meet The Characters
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
INFORMATION

Fourteen

3.8K 400 32
Galing kay piscesabluee_

Halooo, kalo kalian lupa sm alur atau character nya kalian bisa baca ulang yaaa😇

Inilah yang namanya hidup. Berbaring di bawah terik matahari, dengan hembusan angin laut yang menyejukkan, dan suara deburan ombak yang menenangkan. Belum lagi goyangan Candice yang memabukkan. Tidak ada yang Harry butuhkan lagi selain ini. Bahkan seorang wanita atau submisive sekalipun, ia suka dengan hidupnya yang melajang. Tidak ada yang mengatur ini dan itu yang menanyakan kabarnya siang dan malam.

Harry membuka kacamata hitam yang membungkus matanya dari terik matahari siang. Saat ini ia ada di tengah perairan Amerika, setelah seminggu kejadian Dillbert berlalu, Harry kembali pada kehidupan yang normal.

Sebenarnya ia sedikit menunggu balasan dari Steve karena berhasil mengusil kekasih pria itu, tapi sepertinya Steve tidak sayang-sayang amat dengan si Kenneth itu. Buktinya meski bunga pemberiannya ditolak, Steve tidak juga menghampirinya untuk memberi pelajaran. Padahal Harry sudah menantikannya dengan hati berdebar.

Ia paling suka membuat Steve marah. Hmmmmmm.... Sepertinya ada suara helikopter. Kening Harry berkerut, ia beranjak duduk dari kursi pantainya dan mencari keberadaan benda terbang itu.

Itu bukan helikopter. Itu pesawat tempur yang sedang berlatih, dan apa itu...? Mata Harry menyipit untuk melihat sesuatu yang meluncur cepat kearahnya.

Brengsek. Itu rudal.

Harry langsung lari terbirit-birit dan masuk ke dalam air bersamaan dengan bunyi menggemparkan yang memekakan telinga. Steve bukannya tidak ingin menghajar Harry, pria itu menunggu Harry berada jauh dari daratan untuk benar-benar melaksanakan aksinya.

"Bajingan kau Smith." umpat Harry setelah muncul dari permukaan air. Ia bisa melihat yacht nya yang terlalap api serta tiga orang abknya berusaha memadamkan api tersebut.

"Candice... Sayangku... " Harry berenang lincah menghampiri kekasihnya yang terbakar.

"Berterima kasihlah Eduardo, aku hanya mengirim bom kecil untuk mu, sehingga tidak merusak sebagaian kapal mu. Setelah ini kau berani mendekati Kenneth lagi kupastikan seluruh yacht mu akan hangus yak tersisa." gumam Steve di balik kursi pilot ia membawa pesawat tempur itu kembali ke markas Evesky sambil melakukan sedikit akrobatik. Bahkan bom kecil yang baru ia kirim pada Harry adalah hasil rakitannya, yang tujuannya memang tidak untuk menghancurkan semua target. Ia sengaja menunggu hari ini, karena selain Harry sudah berada bebas di lautan, bomnya juga baru ia sempurnakan kemarin sore.

Sudah seminggu ini juga Steve tidak bertemu dengan Ray, lelaki itu langsung pergi ke LA setelah keluar dari Rumah sakit. Dengan dalih akan memikirkan perjodohan itu lebih matang, Steve akhirnya membiarkan Felix membawa kekasihnya pulang ke LA. Sesuai janjinya juga Steve tidak akan mengganggu Ray sebelum lelaki itu sendiri yang menghubungi nya. Dan sejak hari Ray pergi, Steve sudah seperti orang yang tidak bernyawa. Bekerja tanpa henti bahkan sampai jauh malam, makan tidak teratur, dan raut wajahnya jauh lebih masam.

Karena itulah nanti malam ia menyetujui ajakan Sam untuk mengunjungi Vin yang sepertinya sedang patah hati. Bryan menolak mentah-mentah pendekatan pria itu, dan meminta Vin untuk tidak muncul dihadapannya lagi. Gosip tentang rujuk mereka sudah tenggelam digantikan dengan gosip baru antara Bryan dan Adam Harrison, mereka akan berduet membawakan lagu ciptaan Adam dan membuat gosip bahwa mereka sedang menjalin hubungan semakin santer terdengar.

Karena urusannya dengan Harry sudah selesai, maka Steve bisa menikmati weekend ini dengan tenang. Mungkin besok minggu ia akan mengunjungi Ray, persetan dengan larangannya lelaki itu agar tidak menemuinya. Steve sudah sangat merindukannya.

"Aku tidak akan rujuk padamu atau kembali padamu lagi, jadi segera enyah dari hadapanku dan jangan pernah muncul lagi."

Vin masih ingat apa yang Bryan ucapkan seminggu lalu, disaat mereka hanya terkurung berdua saja di dalam rumah lelaki itu membicarakan ulah mamahnya saat wawancara.

Hari itu Vin pulang hampir tengah malam setelah Bryan menyuruh beberapa petugas keamanan mengusir para wartawan. Dan malam itu juga Vin terbang ke Vegas, mencoba mengabaikan berita tentang Bryan atau pun melihat layar televisi saat sosok Bryan muncul.

Vin merasa gelisah. Sebenarnya ia juga tidak ada keinginan untuk rujuk kembali, ia hanya merasa tidak ingin berjauhan dengan lelaki itu. Apalagi saat Bryan dikabarkan dekat dengan ini dan itu, rasanya jantung Vin terasa panas. Kata mamanya dia cemburu? Benarkah demikian?

"Lalu apa maumu?"

Sial. Vin tidak bisa menjawab pertanyaan mamanya yang itu. Ia sendiri juga tidak tahu maunya sekarang apa. Tidak ada niat untuk rujuk tapi tidak mau berjauhan dari Bryan. Brengsek. Vin bisa benar-benar gila bila memikirkan hal ini.

"Heh Vincent..."

"APA?" sentak Vin membuat Sam kaget.

"Kau lagi datang bulan ya? Sensitif sekali." pria itu masuk ke dalam ruang kerja Vin diikuti oleh Steve.

Kening Vin berkerut bingung, ia merasa deja vu.

"Mau apa kalian kemari?"

Vin memperhatikan Steve yang mengambil soft drink atau Sam yang langsung mengambil majalah Playboy keluaran terbaru miliknya.

"Menjenguk mu." jawab Sam.

"Aku tidak... " Vin langsung terdiam. Rasanya ia pernah dalam situasi seperti ini.

"Apa kau punya wanita?"

"Aku tidak punya wanita." balas Vin sedikit berteriak.

"Yaampun kamu benar-benar sedang datang bulan."

Steve duduk didepan Sam dan menyilangkan kakinya sambil membuka ponsel dimana foto Ray ia pasang menjadi wallpaper. Inilah kegiatannya akhir-akhir ini, membuka lockscreen ponselnya hanya untuk melihat gambar Ray yang ia ambil diam-diam.

"Kalian berisik sekali. Kenapa kalian tidak enyah saja sih?"

"Kurang ajar. Kami disini untuk menghibur mu tapi seperti ini balasanmu?"

"Aku melihat mantan suami mu dibawah tadi." kata Steve dengan pelan namun mendengar mantan suami nya disebut membuat Vin menoleh.

"Benarkah?"

"Hmm dia tidak sendiri. Dia bersama laki-laki yang sering ada di majalah itu Wilkinson atau Parkinson namanya."

"Harrison."

"Ah itu dia, benar. Harrison."

Wajah Vin berubah masam mendengar hal itu.

"Jangan-jangan mereka menyewa satu kamar lagi." gumam Sam membuat Vin tambah murka.

Laki-laki berwibawa itu mulai menghubungi anak buahnya, "Cari nama Bryan Nerithone atau Adam Harrison, mereka menginap di kamar mana. Lalu hubungi aku secepatnya."

Vin langsung membanting gagang teleponnya dengan keras hingga Sam melonjak kaget.

"Anak itu. Lihat saja nanti." desis Vin penuh amarah.

Bryan menatap hotel di depannya dengan gelisah. Hari ini dia ada syuting video klip di Las Vegas bersama Adam, karena dirasa sehari belum cukup untuk mengambil gambar, mereka memutuskan untuk menginap. Bryan tidak menyangka bahwa anggota timnya memesan kamar di Vincenzo Hotel, hotel kepunyaan Vin.

"Kenapa?" tanya Adam begitu melihat hanya diam dan tidak mengikuti para kru yang sudah memasuki lobi hotel.

"Tidak apa-apa. Siapa yang sudah memesan kamar disini?" tanya Bryan berjalan di samping Adam.

Adam hanya mengangkat bahu, "Oh iya. Ku dengar mantan suami mu punya casino di Vegas, dimana tempat nya?"

Bryan tidak menjawab dan mengomel dalam hati, 'Yang kau injak ini kan tempat kepunyaan dia.'

Bryan memang tidak begitu menyukai Adam, ia merasa duda tanpa anak itu sering melirik nya dengan tatapan aneh. Ia mau bekerjasama dengannya karena permintaan produser saja, lagipula Adam sedang berada di puncak karirnya saat ini.

Mereka memasuki lift dan menuju lantai 22, Bryan sedikit kaget mendapati kamarnya berada di sebelah Bryan. Padahal dia sudah berpesan pada Will untuk menjauhkan Adam darinya.

"Dimana kamar Will?" tanya Bryan, dari sekian banyak kru yang ia kenal, hanya ia dan Adam saja yang berada di lantai ini.

"Mereka semua memesan kamar di lantai 21. Karena tidak cukup, kita yang akhirnya dipisah."

"Apa?"

"Sudahlah. Lebih baik cepat mandi, kita bertemu di lobi dua jam lagi menuju lokasi syuting selanjutnya. Mau kutemani ke dalam kamar?"

Bryan menolak tawaran Adam, lelaki itu memasuki kamarnya dan membanting pintu didepan wajah Adam yang menyeringai.

Bryan langsung menghubungi nomor Will, "Apa-apaan ini Will? Kenapa aku dan Adam kamarnya harus bersebelahan?"

"Bryan sepertinya kamu harus hati-hati dengan pria itu. Dia yang menyuruh kru nya mengatur pembagian kamar, mungkin dia berniat buruk padamu. Kamu bawa pistol mainan dari Ray?"

"Iya. Bubuk cabai dan stun gun juga selalu kubawa. Pertanyaan nya kenapa harus dihotel Vincenzo sih?"

Will terkekeh, "Mungkin kau dan Vin memang sudah ditakdirkan untuk bersama Bryan."

"Jangan sembarangan ya kalau bicara Will."

"Sudah ya, aku masih harus membalas beberapa pesan Email."

Bryan pun mematikan panggilan dan meletakkan ponsel diatas ranjang, koper dan peralatan kebutuhannya sudah tersedia didalam kamar itu. Merasa lelah dan lengket akibat keringat, Bryan memutuskan untuk berendam, Vin ternyata tidak pernah setengah-setengah dalam memberikan kenyamanan untuk para tamu hotelnya.

Cukup lama Bryan berada di dalam kamar mandi, begitu keluar ia dikejutkan oleh kedatangan Adam. Bryan jelas kebingungan, seingatnya ia sudah mengunci kamar tidurnya tadi, tapi bagaimana laki-laki ini bisa masuk?"

Seolah menjawab pertanyaan Bryan yang tidak terucap, Adam menunjuk pintu penghubung kamar yang tadi luput dari pandangan Bryan.

"Kau tidak keberatan kan kita merayakan keberhasilan kita cuma berdua?" Adam yang juga terbungkus bathrobe menawarkan segelas sampanye pada Bryan. Laki-laki itu tersenyum amat sangat manis hingga membuat Bryan ketakutan.

"Kurasa aku akan memesan kamar lain."

Baru saja Bryan berbalik, Adam sudah memeluknya dari belakang.

"Jangan buru-buru Bryan.."

"Lepas Adam!!!"

"Sebagai orang yang juga pernah bercerai, aku sangat mengerti kebutuhan mu. Tidak perlu malu, kita bisa menjalani hubungan ini diam-diam."

"Apa maksudmu?" Bryan mencoba lepas dari kungkungan Adam. "Lepaskan aku."

"Ayolah Bry. Kau suka gaya apa?"

Bryan menjerit saat tangan Adam menyelinap masuk ke dalam bathrobe nya.

Sayangnya sikutan, teriakan, dan rontaan Bryan tidak ada pengaruhnya bagi Adam. Bryan mencoba mendekati tasnya yang tergeletak diatas ranjang. Dalam tas itu ada stun gun dan bubuk cabai, senjata andalannya dalam situasi darurat, tapi seperti nya Adam tidak semudah itu dikelabui. Pria itu malah mengangkat Bryan dan membawanya kekamar sebelah. Jelas saja Bryan langsung menjerit sekuat tenaga.

"Bajingan!!! Lepaskan aku!"

Adam melempar tubuh Bryan keatas tempat tidurnya dan menarik bathrobe itu lepas, ia bersiul mendapati kemolekan tubuh Bryan yang hanya berbalut hotpants.

"Ayo Bryan sayang. Tidak perlu munafik. Kamu juga ingin ini kan."

Bryan kembali menjerit saat Adam membuka bathrobe nya sendiri dan menampilkan tubuh telanjang pria itu. Bryan lari menuju pintu, tapi Adam menariknya dengan paksa hingga kembali jatuh ke ranjang. Dengan sekuat tenaga Bryan meraih lampu tidur dan menghantam kan benda itu ke kepala Adam.

"Brengsek" raung Adam.

Bryan tidak peduli apakah Adam berdarah atau tidak, ia langsung lari menuju pintu dan bertabrakan dengan tubuh Vin.

"Bryan?!?!" pria itu kebingungan melihat tubuh mantan suaminya yang setengah telanjang.

"Vin tolong. Dia mau memperkosa ku."

"Kemari kau jalang."

Adam membeku melihat pintu kamarnya sudah terbuka dan menampilkan sosok Vincent yang penuh amarah.

"BEDEBAH."

Steve yang datang bersama Vin melepas jasnya dan memakaikannya pada tubuh Bryan.

"Dimana Willard?" tanya Steve dengan tenang. Ia tidak memperdulikan Vin yang sudah menghajar Adam habis-habisan.

"Di lantai.... Bawah..." jawab Bryan dengan gemetar.

Sam yang menyusul Vin mencoba memisahkan perkelahian itu, sedang Steve menelpon petugas keamanan untuk membereskan masalah ini. Ia juga meminta pegawai Vin untuk mencari Will dan juga memberitahu kejadian yang sebenarnya.

Dalam sekejap, lantai 22 sudah ramai dengan orang, baik petugas hotel ataupun anggota kru syuting. Willard memeluk Bryan yang terus menangis, Adam dibawa ke rumah sakit karena tubuhnya yang penuh luka, sedang Vin langsung menghampiri mantan suaminya itu dan memeluknya. Berita tentang pemerkosaan yang dilakukan Adam langsung tersebar sore itu juga.

"Tapi dia baik-baik sajakan?" tanya Ray, dia langsung menelpon Willard saat melihat berita itu muncul dalam ponselnya. Ray memang jarang menonton televisi, berita-berita yang ia dengar selalu ia dapat dari ponselnya.

"Iya. Sekarang dia sedang berada di suit Vin. Kurasa mereka butuh satu sama lain saat ini."

"Syukurlah."

"Ngomong-ngomong ada Steve juga disini."

"Memangnya aku tanya?"

Will tertawa mendengar itu, "Tidak. Aku hanya memberitahu."

"Sudahlah... Hubungi aku kalau Bryan sudah baikan."

Willard menjawab iya dan mematikan ponselnya. Ia harus mengurus beberapa hal, termasuk konferensi pers. Biar semua tahu betapa bejatnya seorang Adam Harrison.

Waktu hampir menunjukkan pukul sepuluh malam saat ponsel Ray berbunyi, lelaki itu masih berkutat di depan macbook nya untuk menyelesaikan beberapa bab novelnya yang hampir tidak pernah ia sejtuh.

"Ada apa Xel?" tanya Ray begitu tahu siapa yang menelpon.

"Aku baru saja membaca sebuah berkas. Ada seseorang yang menyewa jasa pembunuhan bayaran dari tempatku. "

"Hmmm lalu?" tanya Ray tanpa minat, ia masih sibuk mengedit beberapa kalimat yang baru saja ia buat.

"Kau tidak ingin tahu siapa target pembunuhan kali ini?"

"Memangnya aku pernah ingin tahu siapa-siapa saja yang akan kalian bunuh?"

"Tidak. Tapi kali ini kau pasti tertarik."

"Ray menghela nafas lelah, "Siapa?" akhirnya ia bertanya.

Cukup lama Ray tidak mendengar jawaban Axel, hingga Ray yakin bahwa lelaki itu sedang mengerjai nya. Tapi saat Axel menyebutkan sebuah nama, tubuh Ray langsung membeku.

"Steve Jeremy Smith."


Visualisasi Adam Harrison

Jangan dihujat ya guys Bangchan akunya😳 ini cuma visualisasi sj😄.


























Anyways, Selamat menunaikan ibadah Puasa bagi yang umat Muslim🙏😇.

Semoga Puasa nya dilancarkan oleh Allah SWT, dan amal ibadah nya di Terima oleh Allah SWT Aamiin.

And klo mau baca story ini disarankan jangan pas puasanya, pas udah buka puasa aja ya😭 soalnya agak mature🥲

Terima kasih juga yang sudah mau nunggu cerita ini hampir 2 bulan lamanyaa, i'm so sorry baby😢

Thankyou, and bye~ see you next chapter.. 🖤

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

1.4K 757 13
Cerita tentang 3 saudara kehilangan peran seorang ayah dan ibu dalam kehidupan,gimana kelanjutannya ayok baca "bang kalau papa masih di sini,kita pas...
567 65 4
"My love for u is infinite Jean" Warn! BXB Jangan salpak Lokal PSH: top JKS: bot
14.4K 2.3K 17
menjadi sosok yang sempurna adalah ke wajiban untuk orang seperti sunghoon. Menurutnya ketidak sempurnaan itu tidak nyata, dan dia tidak menyukainya...