ARJEAN || I Am (not) Villain...

By NihaOsh

237K 30.6K 54.5K

[17+] "Lebih suka cowok seumuran atau yang lebih tua?" -Arjean. "Siapa aja, asal bukan lo." -Shannon. ⚠️WARNI... More

00 || Arjean
01 || Bau Keong
03 || Boba
04 || Pembunuh?
05 || Pap
06 || Mabuk
07 || Sate
08 || Sasaran selanjutnya
09 || Pengkhianatan
10 || Pilih Kasih
11 || Terluka
12 || Bukan orang baik?
13 || Donor
14 || Cara licik
15 || Mabuk (2)
16 || G-anas?
17 || Ferry dan Shannon
18 || Arjean dan Shannon
19 || Percaya?
20 || Mati?
21 || Kesalahan
22 || Dilanjut?
23 || Membunuh?
24 || Racun
25 || Pergi
26 || Sakit
27 || Aku butuh jantungnya
28 || Ketakutan yang tak berujung
29 || Masih ada harapan?
30 || Dia orang baik [SELESAI]

02 || Poci

8.9K 1.1K 2.4K
By NihaOsh

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote, makasih 😍

.
.
.

Jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari, Shan berulang kali mengubah posisi tidurnya, namun ia tak kunjung tidur, ciumannya dengan Jean yang memabukkan itu terus terlintas dipikirkannya.

"Bau keong tapi enak," lirih Shan, kemudian memukul kepalanya sendiri.

"Jangan bego-jangan bego!" Makinya untuk dirinya sendiri.

Shan pun meraih ponselnya, ia mengirim pesan di grup dengan emoji hidung babi, dan yang membalasnya hanya Jean dengan emoji jamur.

Jean Jadi pengen cari jamur.
Read.

Tak lama, Jean melakukan panggilan video, Shan pun menerima penggilanya itu sambil memiringkan tubuhnya.

"Lo abis mandi?" Tanya Shan yang melihat rambut Jean masih terlihat basah.

"Ya, mandi malem itu seger, tapi gak baik."

"Kenapa mandi malem?"

"Abis ngerjain tugas, kenapa lo belum tidur?"

"Gue baru mau tidur, lo malah nelpon," sahut Shan yang berbohong.

"Terus kenapa gak didiemin aja? Atau dimatiin?" Tanya Jean seraya tersenyum hingga meperlihatkan lesung pipinya, membuat Shan terdiam sejenak.

"Gue tau lo susah tidur, biar gue temenin," ujar Jean seraya menaiki kasurnya, kemudian duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Rambut lo masih basah," gumam Shan.

"Nanti juga kering. Kenapa lo gak ngantuk?"

"Gak tau."

"Mau gue nyanyiin gak?"

"Emang bisa?"

"Bisa."

"Yaudah."

Jean berdeham sejenak, "abdi teh, ayeuna, boga hiji boneka-."

"Ish Jean! Takut!" Shan menyela nyanyian Jean, membuat Jean tertawa.

Shan menarik selimutnya dan mengubur seluruh tubuhnya di dalam selimut bersama ponselnya.

"Oh lo penakut? Gue kira lo gak takut hantu."

"Takut! Makin gak bisa tidur!"

"Gak apa-apa gue temenin sampe lo tidur, seriusan sekarang mah nyanyi yang bener, mau dengerin gak?"

"Iya.."

"I just wanna live in this moment forever

'Cause I'm afraid that living couldn't get any better

Started giving up on the word "forever"

Until you gave up heaven so we could be together

You're my angel

Angel baby, angel

You're my angel, baby

Baby, you're my angel

Angel baby"

Pip

Shan memutuskan sambungannya, kemudian ia menaruh ponselnya dan memejamkan matanya berusaha untuk terlelap.

"Ya allah, gak mau baper sama Jean. Mulutnya bau keong."

"Ya allah, biar Jean aja yang sakit jangan Nathan."

"Maaf jahat, gak tau ahh... harus tidur!"

"..."

"......"

Zzzzzzzz

"Astaga Jean gak usah joget-joget di pikiran gue!"

**

Hari ini adalah hari Sabtu, hari libur sekolah.

Beberapa anak komplek lari pagi bersama, sementara Shan dan Yorka sudah bertengkar soal kentut.

"Kalau orang normal gak mungkin kentut sembarangan!"

"Lebay banget, anjing! Gue kentut ngeluarin gas bau doang bukan gas beracun!"

"Ya lo gak ada adab! Gue gak suka bau kentut orang!"

"Terus kalau bau kentut sendiri lo suka?" Tanya Yorka dengan tatapan mengejek.

"Nyebelin lo Yorka bjngan!" Maki Shan seraya melempar selang ke tubuh Yorka, mengingat Shan tengah menyiram tanaman, padahal ia masih mengantuk karena semalam tidur telat.

"Lebay najis!"

"Bct!"

"Heh!" Tegur David dari lantai dua, membuat keduanya menoleh dan kembali ke kegiatan masing-masing.

"Berantem mulu!"

"Si Yorkanjing tuh pah, kalau kentut suka sembarangan! Gak sopan," Shan mengadu.

"Kalau kentut depan guru baru gak sopan!" Yorka membela diri.

"Gak ada adab, gak punya etika, idiot, emang susah," gumam Shan.

"Dih ngatain diri sendiri."

Shan menoleh dan menatap Yorka dengan tajam, dan Yorka hanya membalasnya dengan tatapan mengejek.

"Kalau masih berantem papa siram kalian berdua," ancam David, kemudian ia masuk ke dalam.

Tidak ada yang dilontarkan lagi oleh Shan maupun Yorka, keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Shan menyiram bunga, dan Yorka mencuci motornya.

"Shan.."

Shan menoleh ke pagar, ia melihat Jean yang berdiri di depan pagar, sepertinya Jean baru saja selesai lari pagi.

Shan pun menghampiri Jean dan membuka pintu kecil pagarnya.

"Hm?"

"Nanti tidur siang, lo terlalu pagi buat bangun padahal semalem lo gak bisa tidur," saran Jean seraya memberikan air kelapa muda yang dikemas di dalam cup pada Shan, serta roti isi sosis.

"Kasih Yorka juga, jangan berantem terus," ucap Jean lagi, mengingat ia sengaja membeli masing-masing dua.

"Ish jangan buat Yorka, buat lo aja," bisik Shan yang terlihat kesal pada Yorka.

"Gak boleh gitu, sana dimakan!"

"Ekhem!"

Jean dan Shan menoleh ke sumber suara, keduanya terheran-heran melihat Killian yang tengah lari pagi seraya memegang tali hewan peliharaannya, yaitu Ayam berbulu putih yang lehernya diberi kalung dan tali layaknya anjing.

"Kasian si Kana, bego! Dia bukan anjing, biadab banget kelakuan lo," tegur Jean.

"Protes mulu lo, Kana juga gak protes!" Balas Killian seraya menghentikan langkahnya, ia melirik makanan di tangan Shan, ia jadi ingat kalau Shan memang sangat suka dibelikan makanan, ia jadi rindu.

"Nanti ayam lo terbang lagi, gue takut." Shan berucap sambil melirik Kana yang tengah menatap makanan di tangannya.

"Gak bakal, udah gue pawangin," sahut Killian dengan santai.

Mereka pun terdiam untuk beberapa detik.

"Lo ngapain masih di sini?" Tanya Jean.

"Gak tau si Kana, dia yang berenti duluan," sahut Killian yang menyalahkan Kana.

"Wahhh ada yang mau gelut nih!" Haikal dan Julian datang, keduanya habis berlari pagi juga.

"Pagi, Shan!" Sapa Julian sambil tersenyum, dan Shan hanya tersenyum kecil.

"Ngapain sih pada di sini? Sana pulang!" Usir Jean.

"Kalau gitu kita pulang semua aja, Guys!" Killian menyarankan seraya merangkul bahu Jean.

"Enak aja kita pulang si Jean di sini," gumam Haikal dengan tatapan sengit ke arah Jean.

"Kita pulang dulu ya, Shan. Salaman dulu dong," bisik Julian, Shan pun bersalaman dengannya sejenak.

"Aw wangi!" Julian mencium tangannya sendiri, membuat Shan meliriknya dengan pandangan aneh.

Killian pun menarik Jean untuk pergi dari rumah Shan, diikuti oleh Haikal dan Julian.

"Bang, jangan curang lah, gue lagi pengen balikan sama Shan," ujar Killian.

"Lo mulu, anjng! Gantian! Gue juga pengen pacaran sama Shan!" Tegur Haikal.

"Gue dulu! Gue yang suka Shan sejak awal aja belum bisa pacarin Shan!" Balas Julian seraya menonjok bahu Haikal.

"Kita mah bersaing secara sehat, bang Jean malah ngecheat!" Haikal meremas bokong Jean, membuat Jean mengerutkan dahinya.

"Ngecheat juga usaha, usaha terbesar, otak gue mah jalan, mikir gimana caranya gue bisa dapetin Shan, jangan cuma ngegodain Shan doang gak ada perjuangan," balas Jean.

"Gue berjuang, Jean! Tapi si Killian yang dapetin Shan, sekarang gue lagi berjuang juga, lo malah nyalip!" Julian terlihat kesal.

"Yaudah mungkin belum rezeki lo. Lagian gue sama Shan cuma pendekatan, walau udah direstuin nyokapnya dia masih galak sama gue, bahkan gue nganterin dia buat nemuin cowoknya, kurang berjuang apa gue?"

"Pencitraan doang! Biar Shan luluh sama lo, aslinya lo mana mau nganterin Shan nemuin cowoknya," ujar Killian.

"Yaudahlah terserah, ketek lo bau ayam!" Jean menepis tangan Killian hingga terlepas dari bahunya.

"Bang, gue tau kalau nyokap lo......." Killian berbisik seraya menatap Jean dengan tatapan penuh selidik.

Jean ingat, katanya Killian terkadang bisa melihat sesuatu yang sudah terjadi atau membaca pikiran orang lain setelah nenyentuh mereka.

"Tutup mulut lo, atau gue jadiin Si Kana ayam geprek, gue serius," desis Jean, kemudian ia memasuki rumahnya mengabaikan tatapan terkejut Killian.

"Ngancamnya Kana terus, kalau Kana kenapa-kenapa rumah lo bakal diserang sama bestie-bestie gue!" Killian balik mengancam m, dan Jean hanya mengacungkan jari tengahnya dan menutup pintu rumahnya.

"Kenapa Kill?" Tanya Haikal.

"Kepo."

**

Pemuda RT 09 / RW 03

Haikal: Jadi gak makan Tutut nanti malem?

Shannon: Jadiiiii..

Jean: Kan semalem udah gue kasih.

Shannon: Mau lagi!

Jean: Gak boleh banyak-banyak, bahaya!

Shannon: Sekali lagi.

Jean: Batu.

Shannon: 🖕🏻

Nando: Gini amat ngontrak di bumi.

Killian: Saya sebagai mantan Shannon sangat kesal.

Julian: Gue lagi cari cara buat ngusir Jean dari komplek.

Haikal: Iya emang bang Jean harus dikick dari komplek, biar hidup gue tenang.

Jean: Iri mulu sama orang ganteng, heran.

Lucas: Orang ganteng beneran belike: 😏😏

Haikal: Orang ganteng beneran itu diakui, bukan mengakui. Kayak gue, gue diakui sebagai cowok terganteng di dunia, kata nyokap gue.

Ayang: Semua anak ganteng di mata emak.

Nando: Kalau nyokap lo bilang lo jelek, berarti lo bukan anak kandungnya.

Killian: Emaknya Julian belike: Anak ibu emang jelek, tapi baik dan nurut sama ibu.

Haikal: Julian bukan anak kandung, tapi anak yang dipungut dari dalem timun suri.

Nando: Timun emas, bodoh!

Haikal: Buto Ijonya si Gam 😌

Killian: Gam kalau diomongin suka dateng.

Ayang: Mampus lo kal! Siap-siap si Gam pindah ke toilet rumah lo!

Lucas: Kalau lagi mandi diliatin si Gam, terus ditusbol dan punya anak.

Haikal: Goublough, Lucas! Otak lo kayak kntl!

Lucas: Kasar 🤧

Haikal: Sorry kalau gue kasar. Soalnya gue bukan makhluk halus.

Dan malam itu anak komplek pun memakan Tutut bersama di pos, termasuk Shan. Jean menyuapi Shan seperti kemarin malam dan membatasinya agar Shan tak makan terlalu banyak.

Sementara yang lain nampak kesal dengan pemandangan yang membuat suasana menjadi panas.

**

"Shan, Yorka, ke rumah nenek sana! Anterin belanjaan bulanan," titah  Diana.

"Aku besok ada ulangan Matematika," gumam Yorka yang tengah makan siang sambil belajar.

Diana pun melirik Shan yang tengah makan siang sambil bermain game ludo online.

"Shan..." panggil Diana.

"Aku gak mau sendirian," gumam Shan tanpa menoleh.

"Yaudah sama Jean."

Sontak Shan menoleh, "gak mau!"

"Kenapa?"

"Gak mau sama Jean, lagian Jean sibuk."

"Yaudah sama Killian."

"Jangan mah, Killian mesum," celetuk Yorka yang membuat Diana terkejut.

"Kamu gak diapa-apain kan sama Killian?" Tanya Diana pada Shan yang terlihat kesal.

"Enggak, Killian baik, tapi gak mau sama Killian. Pokoknya aku mau ke rumah nenek sama Yorka!" Sahut Shan.

"Shan, minta anter Jean aja, mama yakin dia bakal punya waktu kalau soal kamu," ujar Diana seraya meraih ponselnya dan menghubungi Jean, membuat Shan memandangnya dengan pandangan tak percaya.

Diana berhasil menghubungi Jean, dan nampaknya Jean bersedia untuk mengantar Shan ke rumah neneknya.

"Cepet makannya, Shan. Sebentar lagi Jean datang!" Titah Diana, dan Shan hanya mendengus sebal.

**

Kini Shan dan Jean sudah di perjalanan menuju rumah neneknya Shan, jaraknya lumayan jauh, karena neneknya Shan tinggal di daerah yang agak jauh dari keramaian kota.

Jean membuka laci dasbor dan memberikan permen gagang rasa anggur pada Shan, dan Shan menerimanya serta membuka bungkusnya,

"Sebenarnya gue males, tapi mama maksa," gumam Shan.

"Tidur siang lo keganggu ya?"

"He.em."

"Gak apa-apa, nanti malem tidurnya lebih awal aja."

"Hmm.."

Sesampainya di desa tempat tinggal neneknya, Shan dan Jean keluar dari mobil dan disambut oleh neneknya yang tinggal dengan anak bungsunya.

Nenek Mar nampak bahagia bisa bertemu dengan Shan lagi, begitu pun anak bungsunya seorang pria berusia 25 tahun bernama Deo.

Jean memperkenalkan diri sebagai teman Shan, namun nampaknya nenek Mar menyangka bahwa Jean adalah kekasihnya Shan, dan Jean tidak masalah.

Shan begitu manja pada neneknya, sementara Jean mengobrol dengan Deo, Jean merasa sedang diintrogasi sebagai calon suami Shan, dan Jean tidak keberatan.

Cukup lama mereka mengobrol, pukul 4 sore Shan mengajak Jean ke sungai di dekat rumah neneknya, dan Jean setuju.

Kini keduanya dalam perjalanan.

"Tau gak? Masa nenek gue ngasih video siksa kubur, gara-gara gue pake rok pendek," ucap Shan yang membuat Jean tertawa.

"Nenek lo gak salah sih, terus lo jawab apa?

"Gue cuma senyum, gue udah nyaman gini ya mau gimana lagi-Aw!" Shan terpekik saat tak sengaja menginjak batu dan ia hampir terjatuh.

"Sini pegangan." Jean meraih tangan Shan dan menggenggamnya.

"Lain kali kalau mau ke sini pake baju yang lebih sopan, mungkin nenek lo gak suka liat lo pake pakaian kayak gini," ujar Jean.

"Iya sih, biasanya juga gak pernah protes. Tadi lo sama om Deo ngobrolin apaan?"

"Ngobrolin lo, katanya dulu jutek banget, sok tau, sombong, gak mau ke kampung, karena takut dipegang-pegang orang sini, toiletnya jelek, kamarnya gak ada AC padahal udah dingin."

"Iya sih dulu gue gitu, abisnya setiap ke warung pasti dikerubunin sama ibu-ibu, terus pipi gue dicubit-cubit, kan risih."

"Gimana gak dikerubunin orang lo secantik ini," gumam Jean yang membuat Shan tersenyum angkuh.

"Iyalah, tapi sekarang gue udah biasa aja sih, gue seneng ke sini soalnya masakan nenek lebih enak dari masakan mama, di sini juga hawanya sejuk terus, suka."

"Iya ya, di tempat tinggal kita jam segini kadang masih panas banget kayak simulasi di neraka."

"He.em. Perasaan deket deh, kenapa jadi jauh banget," lirih Shan seraya menunjuk sungai yang mengalir indah di bawah sana, mengingat posisi rumah neneknya berada di atas.

"Tetep mau ke sana?" Tanya Jean.

"Mau, mau foto-foto, nanti fotoin ya? Buat dikirim ke Nathan."

"Iya."

Sesampainya di sungai, Shan nampak begitu senang, bahkan Shan melepas sepatunya untuk duduk di atas batu dan berfoto di sana.

Jean mengambil gambar Shan cukup banyak, kemudian ia memberikan ponsel itu pada Shan, sementara dirinya menerima panggilan dari ibunya.

"Iya Ma?"

"Mama pinjem uang 13 juta ada? Uang bulanan yang kamu kasih udah abis."

"Bulan kemarin cukup, aku juga jarang makan di rumah," gumam Jean seolah enggan untuk memberikannya.

"Jadi mama gak boleh minjem? Bulan depan mama ganti kok."

Jean terdiam sejenak, ibunya tidak bekerja, bagaimana cara mengganti uangnya?

Jean bukannya tidak mau memberikan uang lebih, ia hanya bingung ibunya terlalu boros, padahal yang ia tahu ibunya tidak pernah berbelanja apapun, atau mungkin belanja sesuatu tanpa sepengetahuannya.

"Jean?"

"Emang buat apa?"

"Buat belanja baju, nanti mama pilihin juga baju buat kamu, kan jarang-jarang mama belanja kayak gini."

"Oh Yaudah, aku transfer," ucap Jean, kemudian ia memutuskan sambungannya, ia pun mentransfer uang 13 juta ke rekening ibunya, ia terlalu malas untuk bertanya lebih dari itu.

Bersamaan dengan itu, ibu tirinya mengirim pesan.

MAMA QIAN

Mama Qian
Jean, mama udah transfer ya, jajan yang banyak, gak usah ngirit-ngirit.

Mama Qian
Nikmatin aja selagi masih ada, kalau uangnya kurang bilang mama, tapi jangan bilang papa ya? Biar papa transfer lagi ke kamu. 🤫

Jean
25 juta kebanyakan Ma.

Mama Qian
Jajannya yang mahal biar cepet abis, jajanin Shan juga.

Jean
👍🏻

Jean kembali mengantungi ponselnya, ia melihat Shan yang tengah melakukan panggilan video dengan Nathan, ia pun duduk di atas batu besar yang terletak di pinggir sungai.

Shan terlihat begitu senang, Jean sangat jarang nelihat Shan yang sesenang itu, mungkin benar kebahagiaan Shan hanya Nathan.

**

Pemuda RT 09 / RW 03

Shannon:

Shannon: Adem banget.

Haikal: Di mana itu, Ayang?

Ayang: Gue di rumah.

Haikal: Dih..

Ayang: Lah bener! Sini aja kalau mau main, ada Rengginang.

Haikal: Gue nanya ke Shan, bab1.

Shannon: Di deket rumah nenek gue, jangan tanya di mana.

Haikal: Okay Ayang, indah banget.

Killian: Sama siapa Shan?

Julian: KILLIAN KEPO BANGET ANJING!

Killian: Santai aja padahal mah.

Jean: Sama gue.

Haikal: HAHAHHA Halu lo bang!

Shannon: Iya, sama Jean.

Haikal; anjng!

Julian: 🖕🏻

Jean: 🌚🌚

Yorka: PULANG SHAN! BANG JE! Malah asik berduaan di kali.

Mark: Tolong jangan ngew.

Shannon: Gak lah gblok!

Mark: 🌚🌚

Nando: Kalau lagi berduaan sama Shan kan suka berdiri.

Haikal: Lo aja yang mesum ndo!!!!!!

Ayang: Apanya yang berdiri?

Killian: Stephen.

Nando: Btw Tiati ada tai lewat di kali.

Lucas: Tai di WC, masa nyasar ke kali?

Nando: Ada kok orang yang eenya di kali.

Lucas: Gabut amat.

Ayang: Btw kangen kampung halaman gue 😌

Junior: Pulang kampung dong, yang.

Ayang: Iya nanti kalau mau lebaran.

Haikal: Gue pulkam ke RT 1.

Julian: Deket amat!

Haikal: Ya jauh-jauh amat! Mo kerumah siapa?

Shannon: Nanti lebaran pada pulkam ke mana? Yang baca Wajib jawab!

Jean: Ke rumah Shannon, mau lebaran sama calon mertua.

Haikal: Najis.

Julian: Dih anjng banget!

Killian: Sedang berdiskusi dengan Gam untuk merasuki tubuh Jean dan pergi jauh dari planet ini.

Jean: 😏

Nando: Gue ke Lampung.

Ayang: Ke Jerman. Ke rumah tante ragil.

Haikal: 🏳️‍🌈🌚

Lucas: Ke Hongkong.

Shannon: Canda mulu kas, yang bener!

Lucas: Serius anjir!

Shannon: Masa?

Julian: Ke Hongkong numpang tidur doang.

Lucas: Terserah lah, padahal gue beneran.

Killian: Di rumah, gak punya kampung.

Shannon: Kesepian gak, Kill?

Killian: Kesepian dong, seringin main ke sini, nanti kita kuda-kudaan lagi.

Haikal: Si Killian kayak babi ya. Ngok!

Julian: killian gak pernah kesepian, orang di rumahnya rame 👻

Mark: Bukannya kalau puasa setan pada diiket ya?

Julian: Iya kayak si Lucas, bulan puasa pasti gak pernah keluar, diiket emaknya di dalem rumah sambil makan rendang.

Nando: Anjir lebaran duluan!

Mark: jawab woy!

Lucas: Gak ada yang bisa jawab, di sini setan semua!

Haikal: Pala lo!

Killian: Kuntilanak merah dkk masih bisa berkeliaran, yang dikurung itu setan penggoda iman manusia sama raja iblis.

Lucas: Tapi pas puasa gue masih aja kegoda buat makan siang.

Jean: Coba deh lo ngaji, dzikir seharian, pasti gak bakal kegoda buat buka, soalnya setan di bulan puasa gak ganggu orang yang sibuk beribadah, tapi kalo pas puasa dengerin musik, tidur, ya digodain setan.

Theo: Anjay Jean, calon imam.

Jean: Imamin lo ya Te? 🌚

Haikal: Anjng homo!

Julian: Adu pedang!

Nando: Pedang patimura!

Ayang: Adu rudal!

Jean: Nethink mulu, heran.

Julian: Lo yang mancing ya anjng!

Jean: Kepancing mulu, kayak ikan.

Julian: Bacot.

Yorka: Jangan berantem mulu, nanti jodoh.

Julian: Gue gak homo.

Jean: Yang homo aja belum tentu mau sama si panjul.

Julian: Diem lo homo!

Jean: Iyain aja bencong.

Julian: Iyain aja om-om, boros amat tuh muka kayak duda anak dua

Jean: Ngelunjak lu, kayak minyak.

Julian: bacot.

**

Shan dan Jean dalam perjalanan untuk kembali ke rumah Nenek Mar, Shan menghentikan langkahnya di tengah jalan, ia terlihat kelelahan karena jalanan yang terus menanjak.

"Sebentar Je, cape."

"Hawanya gak enak, Shan. Udah mau magrib," bisik Jean seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar, di samping kanan dan kirinya terdapat pepohonan yang rindang, terlebih hari mulai gelap.

"Cape," lirih Shan.

"Yaudah naik," pinta Jean seraya sedikit merendahkan tubuhnya dan membelakangi Shan.

"Gak mau ah."

"Gak apa-apa gue gendong, dari pada kelamaan di sini, serem."

Shan pun menyerah, ia memeluk leher Jean dari belakang dan membiarkan Jean menggendong tubuhnya.

"Ya ampun berat," lirih Jean seraya mulai berjalan, membuat Shan menjewer telinganya.

"Kalau berat turunin gue!" Omel Shan, Jean pun tertawa, "becanda, Shan."

"Tangan lo jangan di pantat gue, Jae!" Protes Shan.

"Ya terus di mana? Masa gak gue pegangin?"

"Ih turun aja ah, enakan di lo!"

"Santai aja Shan, gue gak semesum Killian," ujar Jean seraya menyamakan gendongannya.

"Shan, kalau magrib biasanya suka ada wewe gombel," ujar Jean dengan suara pelan, sontak Shan mengeratkan pelukannya pada leher Jean, ia menaruh dagunya di bahu Jean.

"Gue takut," bisik Shan.

"Mereka cuma nyulik anak kecil, kita kan udah gede."

"Tapi tetep aja takut, gue mau digendong di depan aja boleh gak? Di belakang takut ada yang nyolek," lirih Shan yang benar-benar ketakutan, padahal salah dirinya sendiri yang keasikan berfoto di sungai hingga lupa waktu.

"Boleh," sahut Jean, kemudian Jean menggendong Shan seperti koala.

"Tapi liat ke belakang lebih takut, sepi." Lirih Shan lagi.

"Merem aja."

Shan pun memejamkan matanya, ia menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Jean yang terasa harum dan hangat.

"Shan, kalau sama Nathan lo gak bisa kayak gini, yang ada Nathan mati di tempat," celetuk Jean.

"Jangan ngomong gitu!"

"Tapi kan bener, emang Nathan bisa romantis kayak gue?"

"Bisa, dia tuh kalau ngomong bikin adem, kalau lo bikin darah tinggi."

"Masa? Gue sih gak bisa pake kata-kata romantis, bisanya langsung bertindak, gak ngomong doang, misalnya ciuman."

"Ish jangan dibahas!" Shan memukul bahu Jean, dan Jean tertawa pelan.

"Kok lo hebat bales ciuman gue? Udah sering ya sama Nathan?" Tanya Jean, nafasnya mulai terengah karena kelelahan.

"Nathan gak pernah ya kurang ajar kayak gitu!"

"Terus?"

"Y-ya emang kalau ciuman harus belajar dulu biar hebat? Kan bisa sendiri, naluri."

Jean kembali tertawa, "oh bener naluri, gue juga yang pertama sama lo, gue hebat kan?"

"Gak."

Jean terus tertawa dan membenarkan letak tubuh Shan.

"J-je..."
"Jean, astagfirullah, ya allah," lirih Shan seraya meremat punggung Jean, matanya yang sempat terbuka kembali terpejam, ia terlihat begitu ketakutan.

"Kenapa?"

"Ya allah, j-jeee... Jean.."

"Kenapa Shan?"

"Ayat kursi awalnya gimana? Gue lupa, ya allah ya allah," racau Shan dengan suara gemetar, membuat Jean bingung

"Lo kena-." Ucapan Jean terhenti, begitu pun dengan langkahnya.

Mata Jean melirik hantu lontong yang baru saja mendahului dirinya, ia melirik kaki hantu itu yang melayang, wajahnya nampak dipenuhi belatung dan berbau busuk.

Jean terus terdiam, nafasnya memburu hebat dengan jantung berdebar keras, seketika ia lupa dengan bacaan surat apapun.

Pocong itu pun menghilang di ujung sana, membuat Jean kembali berjalan, kali ini dengan lebih cepat dari sebelumnya.

"Jean.. takut, ya allah..."

"Gak apa-apa, pocongnya lagi caper sama bidadari."

"Temennya Killian kali ya? Dia ngisengin kita?" Tanya Shan.

"Katanya pocong si Jamal ada logo nct di dadanya, tapi tadi gak ada, berarti bukan si Jamal temennya si Killian," sahut Jean dengan santai, walau sebenarnya ia juga takut dan merinding.

"Cepet jalannya!"

"Iya, sayang."

**

Setelah mengantar Shan pulang, Jean melewati tumahnya, ia malah pulang ke rumah papanya atas permintaan sang adik.

Jean mendengus sebal ketika melihat adiknya tengah duduk di sofa sambil memeluk lengan seorang laki-laki, laki-laki itu adalah Eric sepupunya sendiri, Eric nampak berulang kali mengusap pinggang adiknya Jean.

"Shua," panggil Jean, sontak Shua melepaskan pelukannya dari Eric dan beralih memeluknya.

"Jean! Kangen banget!" Pekik Shua, anak bungsu keluarga Learyant, Jean pun menbalas pelukan Shua dan menatap Eric dengan dingin, senentara Eric nampak kesal.

"Udah aku bilang jangan peluk-peluk orang sembarangan, termasuk Eric," bisik Jean.

"Jean, kangen..."

"Aku juga kangen."

Shua pun melepaskan pelukannya, ia menatap Jean dengan mata berbinar, "Jean nginep di sini ya? Tidur sama aku."

"Enggak, aku pulang."

"Ish gak boleh! Aku kangen, mau tidur sama Jean!"

"Besok aku kuliah."

"Kata mama siang!"

"Aku mau anter Shan ke sekolah."

Shua terdiam, raut wajahnya terlihat kesal, "jadi Jean lebih milih Shan dari pada aku?"

"Gak gitu, Shua. Besok sore aku ke sini lagi, tapi tetep pulang malemnya."

"Semalem aja, Jean! Jean harus di sini," rengek Shua seraya memeluk lengan Jean.

"Shua-."

"Yaudah, bisr Eric aja yang nemenin aku tidur." Shua menyela ucapan Jean, membuat Jean menghela nafasnya.

"Yaudah, aku nginep."

Shua terlihat senang, "Yeay! Nanti kita nonton film dulu ya??? Iya Jean?"

"Iya."

"Sayang Jean!" Pekik Shua, kemudian mengecupi wajah Jean, membuat Jean menahan tubuh Shua seraya tersenyum kecil,

"Gak boleh berlebihan," bisik Jean.

Shua hanya tertawa, kemudian kembali memeluk Jean.

"Lo pulang aja Ric," ujar Jean yang membuat Eric mendengus sebal.

"Iya."

"Jangan manfaatin Shua lagi, gue tau dia orangnya mau-mau aja, dan lo orangnya mesum," desis Jean.

"Mesum apa? Dia manja ya gue manjain balik!"

"Shua sepupu lo, Eric! Gak sepantasnya lo perlakuin Shua kayak gitu."

"Lo juga beda ibu sama Shua, gak seharusnya lo perlakuin Shua kayak gitu, justru lo yang keliatan lagi manfaatin Shua!" Bales Eric yang tak mau kalah.

"Shua adik gue, wajar gue perlakuin dia kayak gini, gue sebagai kakak gak akan pernah punya niat jahat ke dia, gak kayak lo!" Jean membalas lagi.

"Udah sana pulang! Kalau lo grepe-grepe Shua lagi, gue ancurin tangan lo," ancam Jean, Eric pun pergi dari rumah itu.

"Shua, kalau dipegang-pegang sama Eric atau siapapun jangan mau," tegur Jean.

"Dipegang gimana? Pegang tangan doang emang gak boleh?"

"Gak boleh, Eric suka pegang dada kamu ya?" Tanya Jean yang membuat Shua terdiam sejenak.

"Jangan mau, Shua. Kalau Eric pegang kamu lagi marahin aja, atau bilang aku, ngerti?" Ujar Jean, dan Shua mengangguk kecil sersya mengeratkan pelukannya.

Jean tak habis pikir, Shua sudah 15 tahun, tapi Shua masih seperti anak kecil, bahkan Shua selalu memeluk orang sembarangan jika dirasa orang itu adalah orang baik.

Jean tidak mengerti kenapa Shua menjadi seperti ini, mungkin karena mamanya terlalu memanjakan Shua hingga Shua menjadi manja dan sepolos ini.

Walaupun Jean dan Shua beda ibu, Jean sangat menyayangi Shua, begitu pun sebaliknya.

**

Eric: Guys! Dapet duit dari Shua 23 juta.

Eric: Kumpul di markas sekarang, si Jean nyusahin banget, bngst! Minta dikeroyok.

Vanendra: Perkosa Shua aja, terus tuduh Jean. Hahahha.

.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

364K 4.2K 5
Hi ! Mau infoin sebagian part cerita ini aku pindahin ke Dreame. Kalian bisa baca disana tapi cast nya aku ganti nama lokal Pen nama di Dreame : Bunn...
65.7K 8K 20
[17+] Jerryant adalah seorang model pendatang baru yang debut dibawah naungan NA Entertainment, ia menjalin hubungan dengan seorang cucu dari pemilik...
40.1K 5.9K 25
Ketika semuanya bermula dari pertemuan dirimu dengan empat laki-laki yang memoleskan warna-warni di kanvas putihmu. Yang meninggalkan banyak sekali...
604K 16.9K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...