Kuanta (End)

By WinLo05

49.6K 9.6K 2.1K

Kuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya... More

Salam
Chapter 1 - Suku Un
Chapter 2 - Hyperspace
Chapter 3 - SHAREit
Chapter 4 - Dimensi f3
Chapter 5 - Paralel 2728
Chapter 6 - Hukum Gravitasi
Chapter 7 - Over Power
Chapter 8 - Aljabar
Chapter 9 - Termodinamika
Chapter 10- Usaha dan Energi
Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik
Chapter 13 - Fisika Dasar
Chapter 14 - RADAR
Chapter 15 - Monster Stormi
Chapter 16- Sinar Gamma
Chapter 17 - Dilatasi Waktu
Chapter 18- Gaya Normal
Copyright Si Maniak Fisika
Chapter 19 - Gaya Implusif
Chapter 20- Bunyi
Chapter 21- Arus Listrik
Chapter 22 - Energi Kinetik
Chapter 23- Sinar Inframerah
Chapter 24 -Kekekalan Energi
Chapter 25 - Kinematika
Chapter 26- Vektor
Chapter 27- Jenis Energi
Chapter 28- Energi Kalor
Chapter 29- Atom
Chapter 30 - Gerak Lurus
Chapter 31 - Indranila
Chapter 32- Aplikasi AIR
Chapter 33- Zombie
Chapter 34- Libra
Chapter 35 - Vaksin
Chapter 36- Dewa Naga
Chapter 37- Kinematika
Chapter 38- AIR & SHAREit
Chapter 39- Cosmic
Chapter 40- End
Chapter 41 - Regenerasi Sel
Chapter 42- Laju Perambatan
Chapter 43- Gerak Melingkar
Chapter 44- Wifi
Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?
Chapter 46 - Pertemuan
Chapter 47- Final
Atom

Chapter 11- Labor OV

823 240 20
By WinLo05

Jangan tanya bagaimana rasanya dihempaskan oleh tangan kekar Sagi. Punggung Fisika berbunyi nyaring saat beradu dengan kap sebuah mobil. Dia mengerang kesakitan, kemudian merintih.

"Gila banget tuh, Sagi. Encok beneran gue."

Fisika berusaha bangkit. Tetapi orang-orang militer yang berjaga telah membagi kelompok mereka jadi lebih kecil untuk mengepung Fisika. Senjata laras panjang, kembali di arahkan ke arahnya.

"Turun dengan koperatif! Atau kepalamu akan kami tembak!"

Fisika memilih menurut. Masa bodoh dengan perintah Sagi. Dia lebih sayang nyawa. Lagipula, sepertinya Sagi lupa kalau Fisika tidak bisa membawa mobil.

Terdengar perkelahian di barisan depan. Fisika membatin, berharap Izar dan Sagi baik-baik saja.

Ketika netranya kembali memandang sekitar. Fisika hanya bisa pasrah saat dibekuk paksa, lalu tangannya di borgol ke arah belakang. Dua orang serdadu pun membawa Fisika ke dalam mobil militer yang berlapisi baja.

Wanita itu hanya bisa pasrah. Apalagi saat matanya tiba-tiba ditutup sebuah kain hitam dan mulutnya disumpal dengan plakban. Fisika pun melakukan sebuah pemberontakan.

Air mata wanita berdarah O itu mengalir keluar. Perasaannya campur aduk, ia ingin percaya pada Sagi dan Izar. Tetapi, situasi yang terjadi membuatnya cukup tidak yakin.

Di luar, mata Sagi terbelalak. Izar sudah tersungkur dengan pipi menyentuh aspal. Apapun yang terjadi. Sagi sudah memberitahu, bahwa mereka tidak boleh menggunakan sihir di depan umum dan keberadaan Fisika adalah sebuah pengecualian.

Sorot mata Izar penuh permohonan. Ia meminta agar Sagi mengizinkannya menggunakan sihir. Berkelahi dengan tangan kosong pun hanya akan lebih menghabiskan banyak tenaga. Prinsip usaha dan energi Sagi akan sia-sia belaka. Fisika akan pergi dan mungkin saja akan hilang dalam jangkauan radar.

"Sebutkan dari mana asal kalian berdua!" Seorang panglima yang memimpin penyergapan datang menghampiri Sagi.

Wajahnya memerah, dia berang dan emosi karena Sagi dan Izar berhasil mengelabui mereka di pos penjagaan.

"Tidak mau menjawab?" Dia kembali bertanya dengan nada membentak.

Sagi tidak gentar. Dia hanya menatap dengan sudut bibir yang berkedut tipis. Izar bahkan turut tersenyum tipis meremehkan si panglima. Di Malakai, dia mungkin akan binasa dalam satu jentikkan jari Aerglo Sagitarius.

"Bawa mereka ke ruang tahanan!"

"Huh?" keluh Sagi. Dia menoleh dan menatap tajam ke arah Izar. Seakan paham dengan apa yang terjadi, sahabat Fisika itu menggeleng cepat.

Semua berlangsung cepat. Dengan tegangan cukup tinggi. Kekuatan listrik dari tubuh Sagi menyambar semua orang hingga satu persatu tubuh berseragam lengkap itu ambruk tak sadarkan diri. Dia juga menyerap semua energi listrik yang berada radius 15 meter dari tempat kejadian perkara.

"Bigbos!" seru Izar dengan lantang. "Anda tidak bisa melakukan ini. Bagaimana pun juga, gue akan terus bersama Bigbos."

"Kita harus berpencar Izar. Lo pergi urus Fisika dan gue akan pergi mengurus Flower Winter. Waktu kita hanya 3 menit sebelum ada yang sadar."

.
.
.

Di kejauhan, Fisika malah sudah disekap di sebuah ruang tahanan khusus. Mata dan mulutnya pun masih tertutup dan terikat. Ia hanya bisa menangis. Tempat itu sepi, sunyi dan cukup dingin. Walau kedua matanya tertutup. Indra pendengaran Fisika malah bekerja jauh lebih baik.

Dia dapat mendengar bahwa orang-orang di luar sel sedang membicarakannya. Mereka bertanya, tentang trik Fisika dan yang lainnya mengelabui pasukan garda depan dengan bom asap. Lalu bergerak lincah menerobos pintu masuk. Tentu, mereka dipercaya adalah sekolompok orang yang akan memberontak otoritas militer. Terlebih, dengan naiknya wakil diktator menjadi ketua hukum.

.
.
.

Dengan kecepatan penuh. Sagi dan Izar malah melaju ke pusat sebuah taman kanak-kanak. Yap, dengan kemampuan Sagi dan Izar. Mereka berhasil mencuri sebuah mobil.

Izar menolak untuk berpisah dari Sagi. Padahal dia tahu, Sagi bukanlah tipe orang yang mudah dikalahkan. Namun karena alasan itulah, Izar harus berjaga di dekatnya.

Kontrol emosi Sagi bisa berakibat fatal akan penyebaran mana. Mobil pun memutar dan mendecit di sebuah komplek yang penuh taman bunga. Sagi semakin yakin, Flower Winter berada di dalamnya.

Dengan cepat, ia menerobos masuk ke dalam halaman sekolah dengan melompati pagar. Izar harus bekerja ekstra keras untuk memanipulasi CCTV agar kejadian di lampu merah tidak terjadi kembali.

Dengan sekali meninju kaca jendela hingga hancur berkeping-keping. Sagi pun melompat masuk ke dalam sebuah kelas yang penuh dengan dekorasi bunga dan hewan-hewan lucu.

Ia terus berjalan mantap, kemudian menggeser pintu kelas dan melangkah melewati lorong demi lorong. Kekuatan Flower Winter harus ia amankan malam ini. Jika benda itu masih berada di tempat yang sama saat ia terjatuh. Itu artinya, belum ada seorang pun yang menyadari benda magis tersebut.

Di pojok ruang guru. Di dalam pot sebuah tanaman lidah mertua. Flower Winter berada di dalam sana. Permata tersebut memiliki bentuk seperti kelereng.

Bulat, kecil dan sangat rapuh. Warna birunya terlihat sangat indah. Orang awam pasti akan menggangapnya seperti mainan biasa anak-anak. Apalagi keberadaan permata itu di taman kanak-kanak. Tentu, tidak seorang pun akan menyadarinya.

"Bigbos!" seru Izar di ambang pintu. "Bigbos dapat permatanya?"

Sagi pun menunjukkan kelereng biru tersebut pada Izar. Lalu meletakkannya ke dalam kotak permata merah persegi empat.

"Lo udah tahu lokasi Fisika ditawan?" tanya Sagi sambil berjalan menghampiri Izar.

"Belum, sulit terlacak. Beberapa jam lagi akan pagi. Jika Fisika tidak terlacak cepat. Medan magnet dari dunia paralel f3 akan mengalami gangguan."

Sagi terdiam sejenak. Otaknya sedang memproses cara terbaik untuk menyelamatkan Fisika.

"Apa lo yakin masih butuh bantuannya?" Sekonyong-konyong, Sagi melemparkan sebuah pertanyaan.

Izar termanggu, tidak mengerti dengan maksud kalimat Sagi barusan.

"Bukankah kita membutuhkan orang dari paralel f2 demi mengumpulkan semua Flower Winter?" tanya balik Izar. "Fisika mau melakukan semua ini."

"Tapi dia tidak tahu akan resikonya," jelas Sagi. "Izar, setelah dari paralel 2728. Lo harus memulangkan Fisika. Berikan bayaran yang telah disepakati dan bonus untuknya. Gue tidak mau membahayakan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan Malakai."

"Tapi, Bigbos. Tanpa Fisika bagaimana kita bisa menyebrang ke dunia paralel lain? Apa Bigbos mau mencari orang baru lagi? Ini udah terlanjur, jika Bigbos merasa keberatan. Bigbos bisa menunggu di suatu tempat dan gue akan menyelamatkan Fisika. Fisika akan menjadi tanggungjawab gue."

CCTV dan alarm dibangunan tersebut telah Izar nonaktifkan demi mencegah insiden baru. Ia memilih untuk menyelinap ke luar bangunan guna mencari keberadaan Fisika. Sulit melacak Fisika karena Izar mendapati ponsel Fisika telah mati sejak ia dibawa pergi.

Saat hendak membuka pintu mobil curian. Sagi lebih dulu mendahului tangan Izar.

"Gue yang akan pergi," jelas Sagi dengan penuh penekanan. "Gue tahu di mana Fisika berada."

Izar yang mendengar hal itu tentu saja sangat terkejut. Satu-satunya cara Sagi bisa mendeteksi Fisika, ia lakukan dengan menyebarkan seluruh energi mana- nya ke segala penjuru kota di dalam dinding. Sekarang saja, wajah Sagi mulai terlihat pucat. Dia bisa pingsan kapan saja akibat perbuatan fatal tersebut.

"Gak!" tolak Izar keras. "Bigbos udah pucat kayak gini. Biar gue aja yang pergi. Bigbos bisa berkendara ke tempat yang aman dan kirim sinyal ke gue. Setelah itu, gue dan Fisika akan menyusul."

Kesal karena Izar yang sedari tadi menolak. Membuat Sagi langsung memukul tengkuk pria tersebut dalam sekali pukul. Jika saja, dari awal Izar mau mendengar. Mereka tidak akan seperti ini.

Diseretnya tubuh Izar ke dalam jok belakang mobil. Lalu ia segera membawa mobil tersebut ke sebuah tempat yang tersembunyi dari hikuk-keramaian.

.
.
.

Di lain tempat, tubuh Fisika telah diikat di atas sebuah ranjang terbuka di area ruangan yang mirip dengan ruang operasi. Tempat itu di kelilingi oleh dinding kaca tembus pandang yang dapat membuat orang-orang di luar bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi.

"Lepaskan gue!" teriak Fisika sekuat mungkin. Penutup mata dan plakban pada mulutnya telah dilepas. Ia baru saja diperiksa kesehatan secara keseluruhan. Fisika tahu, orang-orang ini pasti sedang melakukan percobaan medis yan berbahaya.

Di luar ruangan, ada tabung-tabung aneh berisi cairan hijau berlendir. Fisika sendiri tidak ingin tahu apa isi di dalamnya. Melihatnya saja, wanita scorpio itu ingin muntah, apalagi membayangkannya.

Sekarang, Fisika bertambah panik. Dua sampai tiga orang dengan menggunakan baju operasi berwarna hijau berjalan mendekat ke arah Fisika.

"Apa yang ingin kalian lakukan?! Pergi dari sini!" Fisika kembali berusaha melepaskan diri. Tetapi gesper yang mengikatnya masih terlalu kuat untuk dilepaskan dengan cara seperti itu.

"Tubuhmu cukup sehat," seru seorang wanita. "Jangan cemas. Kami hanya akan menyuntikkan sesuatu dan mengambil sel-sel telurmu."

Mata cokelat Fisika terbelalak. Wanita itu pasti seorang dokter. Saat rekannya memberikan sebuah suntikan yang telah berisi cairan. Fisika mengerang histeris.

"TIDAKKKK!!!"

Lampu di ruangan laboratorium mendadak mati total. Kegelapan turun menyelimuti semua orang.

"Hey! Cepat nyalakan generator!" Seseorang terdengar memerintah.

Lalu nakas yang berisi puluhan alat hecting tumpah dan jatuh ke lantai dengan bunyi yang berdenting cukup nyaring.

Lampu mendadak menyala, lalu padam kembali. Terdengar ada yang bertengkar dari luar bilik Fisika berada.

Lampu kembali menyala lagi dalam dua detik. Di ujung sana, Fisika yakin bisa melihat siluet Sagi. Seluruh urat-urat dalam nadinya seolah menyala terang dengan warna biru.

"Siapa?" Sang dokter kembali bertanya. Tangannya siap memegang sebuah gunting sebagai senjata. Dia berjaga di depan Fisika. Lalu mendadak saat lampu menyala lagi. Tubuhnya dihempaskan kasar oleh tangan seseorang hingga ia terpental menabrak dinding dengan bunyi bendetum yang cukup nyaring.

"Sa- Sagi?" isak Fisika. "Apa itu lo?"

Lampu mendadak menyala. Fisika bisa melihat mata sayu seorang Aerglo Sagitarius. Tatapan pria itu terlihat sangat terluka. Sedetik kemudian, lampu kembali padam.

Fisika tidak bisa melihat apa yang terjadi. Tetapi ia bisa merasakan bahwa seluruh gesper yang mengikat tubuhnya telah terlepas. Tubuhnya terangkat ke udara oleh dua tangan kekar yang membopongnya di depan sebuah dada bidang yang memiliki detak jantung bergemuruh kencang.

"Sagi?"

Lampu kembali menyala dan Fisika bisa melihat dengan jelas wajah pria yang telah menolongnya.

"Lo baik-baik aja?" tanya Fisika cemas. "Kenapa lo datang terlambat?"

Tangis Fisika kembali pecah. Ia memukul dada bidang Sagi sebagai bentuk pelampiasan.

Tanpa membalas pertanyaan Fisika, Sagi kembali melanjutkan langkah untuk keluar dari gedung yang memiliki kode nama Laboratorium OV Sentral.

Sepanjang lorong, seluruh petugas yang berjaga telah tumbang. Sagi masih punya hati untuk tidak membuat mereka mati. Barangkali, dia hanya mampu memberikan patah tulang atau organ tubuh yang hancur.

Lampu terus menyala, kemudian padam. Bunyi desing terdengar di setiap langkah.

"Sagi," isak Fisika setelah merasa puas menangis.

"Hmm?" Pria itu akhirnya menjawab setelah mereka tiba di lobi utama laboratorium. Pandangan Fisika menatap lurus pada gestur bayangan wajah Sagi.

"Gue takut. Gue takut lo berdua gak akan datang buat nyelamatin gue. Gue kan hanya ... hanya ... hanya orang luar."

Langit mulai berwarna, cakrawala telah mengabarkan bahwa sebentar lagi baskara akan menyapa dunia 2728.

"Kenapa lo bisa berpikiran seperti itu?" Sagi melemparkan pertanyaan balik. "Lo sahabat Izar dan gue bertanggung jawab untuk lo berdua."

Fisika tidak tersenyum, tidak juga memasang wajah kecewa. Hanya saja, dia menertawakan dirinya sendiri. Hal apa yang ia harapkan dari Sagi? Jika pria itu menyelamatkannya sebatas teman.

Fisika mungkin mulai luluh sejak beberapa waktu lalu dan perasaannya semakin membuncah saat Sagi menyelamatkannya.

Apa ia boleh egois? Fisika juga tidak tahu. Ada hal yang bergejolak di dalam dadanya. Perasaan itu sulit untuk dideksripsikan. Tetapi yang pasti, Fisika ingin merekam sebaik mungkin detak jantung pria yang membuatnya jatuh hati.

Tak apalah hari ini sebagai teman. Barangkali, besok bisa berubah dari teman menjadi cinta.

Petualangan masih panjang. Cinta bisa tumbuh kapan pun ia mau.

___///___/_/____
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

250 116 4
Apa kalian pernah menyadari bahwa di antara kalian ada seseorang yang begitu kelam dan merasa dirinya aneh? Atau mungkin kalian kenal seseorang seper...
1.9K 1K 12
Kisah ini menceritakan kehidupan sekolah tujuh murid SNI atau yang dikenal dengan Sma Nusantara Indonesia, sekolah yang sudah dirikan dari tahun 1989...
3.1K 1.8K 23
⚠️Warning!⚠️ Dilarang copy /paste. Bijaklah dalam membaca tanpa harus mencuri karya orang lain dan hanya saya yg boleh ngespoiler ya! Penulisan masih...
12.6K 1.2K 155
Bertani di masa kiamat: Saya mengandalkan ruang untuk menimbun jutaan barang https://www.69shuba.pro/book/48552.htm Penulis: Anggur Qijiu Kategori: R...