Lelaki Diujung Doa

By pink-37

404K 20.3K 189

More

Part 1
Part 2 ~ Siapa Dia
Part 3 ~ mata itu
Part 4~ Terpisah
Part 5~ Kembali kerumah
Part 6~
Part 7~
Part 8~ de javu
Part 9~
Part 10~ Pertemuan kembali
Part 11
Part 12~ titik terang
Part 14~ krisis percaya diri
Part 15
Part 16
Ending
Epilog
Extra Part

Part 13~ dipersimpangan

14.8K 887 8
By pink-37

Trimaksih buat para readers yang sudah bersedia membaca cerita ini. Saya hanya orang baru diwattpad, maaf bila feel nya ga dapet dan masih banyak typo.
_________________

Lagi....lagi.... hanya kabur yang terlintas kembali dibenak ku saat ini. Pergi dan berlalu mengulangi kejadian yang sama sore tadi. Dan selalu begitu, kehadirannya sungguh sangat besar berefek pada kesehatan tubuh ku. Bak bara api bertemu bensin yang tak memberi jeda untuk lekas menjadikan kobaran.

Keringat dingin yang tanpa iba jatuh menetes...

Degup jantung memompa berpacu seperti pembalap F1....

Tubuh yang mendadak lemas bak jely tak bertulang...

Belum lagi tampang bloon sedunia karna rasa terkejut bak tersengat lebah....

Keadaan yang mampu menghisap menarik dunia ku pada sebuah rasa baru.

Rasa baru yang entah bernama apa....

Aku terus berjalan menyebrang hingga tangan ku meraih pagar dengan menyisakan rasa gemetar yang masih saja enggang untuk secepatnya pergi. Bahkan aku tak mampu memberanikan diri menengok kebelakang untuk memastikan bahwa lelaki itu masih di sana atau tidak. Justru yang kudapati adalah sebuah mobil yang sedang parkir didepan rumah . Sepertinya Ayah sedang kedatangan tamu penting rupanya.

"Assalamualaikum...." ku ucapkan salam saat memasuki rumah melalui pintu samping.

"Waalaikum salam" terdengar suara ibu yang berasal dari pantry sambil membawa minuman yang sepertinya untuk tamu ayah.

Ibu terus berjalan ke arah ruang tamu sedangkan aku berlalu menuju pantry untuk meletakkan semua belanjaan pesanan Ibu.

Jam menunjukkan pukul 21.00 aku bersiap untuk segera beristirahat malam ini. Mungkin saja esok akan kembali menjadi hari yang melelahkan dengan menangani banyak pasien yang akhir-akhir ini membludak karna memasuki musim panca roba. Cuaca yang semakin sulit untuk ditebak sehingga tidak ada persiapan ketika hujan turun tiba-tiba.

Tok....tok....tok....

Terdengar suara pintu kamar diketuk dan memunculkan wajah Ayah dan Ibu.

Keduanya berjalan menghampiri ku duduk di tepian ranjang queen size milik ku. Terlihat wajah serius dan tegang diwajah Ayah. Sedangkan Ibu terlihat lebih santai tapi tetap tak dapat menutupi kekagetannya. Aku seakan merasa sebagai terdakwa. Menunggu sebuah vonis dengan debaran jantung yang semakin menyiksa.

Siapa yang datang dan menjadi tamu orang tua ku hingga membuat wajah mereka berubah seketika. Sepertinya aku tak pernah membuat ulah atau masalah serius yang dapat menghilangkan rasa kepercayaan mereka terhadap ku.

" Ura, tadi Pak Fahri dosen mu dan Ayahnya yang kemari menjadi tamu Ayah..." Ayah memulai membuka percakapan diantara kami masih dengan wajah yang menegang.

Ada urusan apa Pak Fahri kemari tanpa mengabari ku ....???

Dan apa urusannya dengan Ayah sehingga tidak menemui ku yang notabennya mantan murid nya...

Walau aku sempat mengenalkan Pak Fahri pada Ayah saat acara wisuda ku tiga bulan lalu.

Pak Fahri adalah salah satu dosen pembimbing ku. Orang nya sangat tenang juga santun. Terlihat jelas sisi kereligiusan pada pribadinnya yang cukup pendiam. Sangat baik dan juga ramah serta mengayomi. Bahkan beliau juga sukses memimpin rumah sakit milik keluarga besarnya. Usia muda, pintar, cerdas juga kaya raya. Tapi sejauh ini aku dan teman-teman ku mengetahui bahwa setatusnya masih saja lajang.

Entah wanita seperti apa yang dicarinya.

Padahal aku sangat yakin, pasti diluar sana banyak para wanita yang tergila-gila padanya. Termasuk salah satu teman kampus ku yang kabarnya dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia sangat menyukai Pak Fahri. Namanya Reni seorang gadis cantik tinggi semampai juga modis. Dan sepertinya Reni sangat tajir bila melihat kendaraan yang digunakan sering sekali ganti.

Katanya sih seorang model...

Walau aku tidak sering berbincang dengannya , tapi dia terlihat tidak sombong apa lagi membully orang lain. Cukup ramah dan juga royal kepada kami teman-teman seangkatannya.

Beberapa anak kampus sering menggosipkannya karna sikap dan gaya nya yang tanpa malu-malu selalu mencari perhatian ke Pak Fahri. Walau aku hanya sekilas mendengarnya dilorong kampus karna aku yang jarang berbaur. Tapi berita itu nyatanya cukup santer dan di ketahui hampir semua mahasiswa kedokteran semester akhir. Kehadiran Zahra dan Tazkiya saja sudah cukup mewarnai hari ku, karna hampir seharian kami selalu bersama. Sehingga aku tidak perduli dengan gosip itu apa lagi mencari pembenarannya.

" beliau datang kemari dengan niatan dan tujuan ingin mengkhitbah mu..." Ayah menatap ku semakin tajam.

Jedaaarrrrrr......

Seakan ada sambaran petir tiba-tiba tubuh ku berjingkat dari ranjang.

" apa Yah....." aku panik sangat-sangat panik......

" harusnya Ayah yang bertanya, ada hubungan apa Haura dengan Pak Fahri...." terdengar suara Ayah yang justru semakin meninggi mengalahkan suara kaget ku tadi. Apa lagi ditambah Ayah sudah memanggil nama depan ku dengan jelas.

Siaga satu.... Ayah benar-benar sedang marah....

" sabar yah.....???" Terdengar suara ibu yang sedang mencoba menenangkan Ayah. Aku sudah tak berani menatap mereka berdua. Wajah ku sudah hilang terbenam diantara kedua lutut yang kutekuk.

Apa sih sebenarnya yang dikatakan lagi oleh Pak Fahri sehingga membuat Ayah bisa semarah ini.

Astaqfirullah.....astaqfirullah..... komat kamit bibir ku terus bergerak beristiqfar .

Terdengar suara helaan nafas begitu berat dari Ayah.

" maaf, Ayah hanya kaget tak menyangka tiba-tiba Pak Fahri datang kemari dengan orang tuanya hanya ingin melamar mu. Hanya Ura anak yang Ayah punya. Rasanya Ayah belum begitu ikhlas bila harus secepat ini kamu diambil oleh orang lain. Tapi, apakah Ura memang memiliki hubungan dengan Pak Fahri tanpa sepengetahuan Ayah.....???" Suara Ayah sudah mulai melunak dan membelai rambut panjang ku dengan sayang.

Kuberanikan diri mengangkat wajah ku menatap Ayah dan juga Ibu. Terlihat Ibu justru tersenyum sambil memeluk lengan Ayah dengan posesif.

" Ura tidak pernah memiliki hubungan dengan siapa pun Yah. Siapa pun. Termasuk Pak Fahri...." kecuali rasa lain yang sudah bersemayam untuk laki-laki yang pernah memeluk ku dirumah sakit, suara hati ku berkata dan itu masih ingin kusembunyikan dihadapan Ayah sebelum aku mendapatkan kepastian.

Ayah mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti. Ibu justu semakin lebar tersenyum sambil mengedipkan mata nya kearah ku. Terlihat jelas ibu ingin menggoda ku.

" Ayah belum memberikan jawaban karna jawabannya ada di kamu. Fikirkanlah... dan berikan jawaban yang terbaik dari mu. Karna sesayang apa pun Ayah, pasti tetap akan tiba saatnya Ayah melepas mu. Walau sesungguhnya Ayah masih sangat tidak ikhlas bila harus melepas mu secepat ini...." tiba-tiba Ayah memeluk ku. Terdengar sedikit isakan yang terdengar lirih mungkin tak akan terdengar bila saja posisi Ayah tidak sedekat ini dengan ku. Ternyata hati mu selembut sutra bidadari yah....

Trimakasih Ayah, engkau memang selalu yang terbaik.....

Selalu menyayangi ku seakan seorang peri dimata nya....

Ibu juga ikut memeluk tubuh ku ala teletubis seakan kami akan berpisah saja. Bagaimana pun kami bertiga selalu saling mengisi dari semua cerita kesedihan dan juga bahagia dikehidupan kami dirumah ini. Tak ada yang berubah hingga usia ku sudah besar sekali pun. Ayah dan Ibu selalu menyayangi ku tanpa lelah dan henti.

" ya Ayah. Ura akan memikirkannya juga beristikharoh memohon petujuk dari Allah Azza wa jalla...." ucapku yakin setelah ayah melepaskan pelukannya dan bersiap berdiri untuk pergi meninggalkan kamar. Sedangkan Ibu masih bertahan duduk didepan ku sambil menatap ku lekat.

" sebenarnya Ibu gatal sekali ingin menggoda mu. Tapi sepertinya ini akan sangat serius. Tanyakan juga pada hati mu.... sebagai seorang Ibu, pasti ibu menginginkan lelaki gentle yang melamar mu. Semoga lelaki yang membayangi mu itu juga akan segentle Pak Fahri . Mengkhitbah mu didepan Ayah...." ibu mencium kening ku seakan sedang menyalurkan semua kekutannya pada ku.

Ddddrrrrrttttt

Handphone ku bergetar memperlihatkan tanda pesan masuk. Tertera nama Pak Fahri disana. Ada apa lagi yang mau dia sampaikan. Tiba-tiba ada rasa marah dan kesal ketika teringat kemarahan ayah tadi pada ku.

"Assalamualaikum Haura. Maaf bila aku tadi kerumah mu tanpa memberitahu mu terlebih dahulu. Semoga Ayah mu sudah memberitahukan maksud dan tujuan ku. Aku akan menunggu jawaban dari mu..."

Ya Allah,..... saya bingung.... lantas mana jawaban dari sholat istikharoh ku tadi.....

Apakah lelaki yang kembali kutemui di minimarket tadi yang tak tau dia gentle atau tidak tapi aku rindukan...

atau

Pak Fahri yang ga ada ujan ga ada angin datang tiba-tiba secara gentle melamar ku tapi aku tak memiliki rasa lain selain dibuat jenggel dan juga kesal malam ini.... ....

Continue Reading

You'll Also Like

7.3K 593 24
Bagaimana saat kamu dijodohin sama temen sekelas pas SMP. Dulu dia baik dan super duper tampan sementara kamu cewek yang jelek dan suka jadi bahan bu...
2.9K 352 34
Ini hanya kisah perbucinanku yang begitu mencintai Lintang, meski ... dengan jalan yang salah :) -Ana 🎀 Aku yang terbekali dengan keluarga berlatar...
343K 33K 32
Besar bersama keluarga utuh meski bukan dengan ibu kandung. Bunda adalah malaikat tanpa sayap yang sengaja dikirim Allah untuk melindungi kami. Menja...
970 125 40
Sandra wanita yang sulit mengekspresikan dirinya. Sulit mengeluarkan emosional yang kerapkali dia merasa marah, sedih, dan bahagia. Kepribadiannya ya...