ARJEAN || I Am (not) Villain...

By NihaOsh

229K 30.4K 54.5K

[17+] "Lebih suka cowok seumuran atau yang lebih tua?" -Arjean. "Siapa aja, asal bukan lo." -Shannon. ⚠️WARNI... More

01 || Bau Keong
02 || Poci
03 || Boba
04 || Pembunuh?
05 || Pap
06 || Mabuk
07 || Sate
08 || Sasaran selanjutnya
09 || Pengkhianatan
10 || Pilih Kasih
11 || Terluka
12 || Bukan orang baik?
13 || Donor
14 || Cara licik
15 || Mabuk (2)
16 || G-anas?
17 || Ferry dan Shannon
18 || Arjean dan Shannon
19 || Percaya?
20 || Mati?
21 || Kesalahan
22 || Dilanjut?
23 || Membunuh?
24 || Racun
25 || Pergi
26 || Sakit
27 || Aku butuh jantungnya
28 || Ketakutan yang tak berujung
29 || Masih ada harapan?
30 || Dia orang baik [SELESAI]

00 || Arjean

37.3K 2K 3.8K
By NihaOsh

BACA SAMPAI HABIS!

Semoga kalian suka 🥺

**

Tes ombak dulu!

Kalau komenan rame bakal dilanjut!

Mari berdo'a semoga cerita ini bisa sampai selesai dan memiliki chapter yang banyak! 🤧

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga ya, makasih 😍

**

Learyant Arjean

**

"Plis! Mama gak usah kayak orang tua di wattpad-wattpad yang suka jodohin anak sendiri! Lagian aku masih SMA!"

"Mama cuma mau kamu pendekatan dulu sama Jean!"

"Aku gak mau, aku udah punya pacar!"

"Coba dulu, Shannon!"

"Gak mau!"

"Kalau kamu gak mau mama bakal ambil semua fasilitas kamu, dan kamu gak boleh ikut sama Yorka ke sekolah! Kamu bisa naik angkutan umum atau jalan kaki! Mama gak akan kasih uang jajan!"

Shan terdiam, kemudian mengusap surainya ke belakang seraya tersenyum remeh, ia benar-benar tak percaya dengan ucapan sang ibu yang terdengar keterlaluan.

"Mama dikasih apa sama orang tuanya Jean sampai mama paksa aku kayak gini?" Tanya Shan.

"Shan, mama sama orang tuanya Jean udah berteman lama, Mamanya Jean mau kamu jadi menantunya, kamu bisa pendekatan dulu sama Jean, mama gak minta kamu buat langsung menikah! Kamu harus kuliah dulu!"

"Tapi Ma.."

"Sayang, Shannon, dengar mama, coba dulu, mama gak maksa kamu buat menikah sama Jean, mama mau kamu pendekatan sama Jean, tolong nurut sama mama," Diana memegang bahu Shan dan berusaha meyakinkan Shan.

"Kamu bisa belajar bareng juga sama Jean, dia anak yang pintar, dia juga baik, kamu gak perlu khawatir dia enggak akan jahatin kamu," ujar Diana lagi, Shan pun menghela nafasnya.

"Terserah mama lah, cape ngadepin mama yang kayak gini, mama sama sekali gak ngasih aku kebebasan buat memilih, semuanya mama yang ngatur."

"Ini demi kebaikan kamu."

"Ya, lebih tepatnya demi kepuasan mama," ucap Shan, kemudian kakinya melangkah memasuki rumahnya, mengingat mereka berdebat di halaman rumah, ketika Shan tengah menyiram tanamannya.

Tanpa mereka tahu, ada Haikal yang berdiri di dekat pagar dengan tatapan penuh selidik, kemudian ia menyeringai kecil, "ada berita baru, kawan-kawanku harus tau."

**

Pemuda RT 09 / RW 03

Haikal: Guys! Ada yang anget!

Julian: Apaan? Tay ayam?

Nando: Tay Haikal.

Junior: Masih pagi udah ada yang anget.

Lucas: Aw! Angetin aku dong!

Dion: Sini gue angetin, gue rebus di dandang bakso.

Ayang: Sinting si Lucas.

Haikal: Tadi kan gue lagi lewat ya di depan rumah si Shan, nyokapnya Shan ngejodohin Shan sama Bang Jean.

Julian: ANJIR!! APA-APAAN?!

Haikal: Iya kan? Nyokapnya Shan minta dikeroyok peliharaannya si Killian.

Killian: Sorry, Kana lagi demam, jangan dibawa-bawa.

Nando: Kok bisa dijodohin?

Haikal: Katanya nyokapnya Shan udah temenan lama sama orang tuanya bang Jean, terus orang tuanya bang Jean pengen Shan jadi menantunya.

Nando: Shannya nerima?

Haikal: Enggak anjir! Shannya ngomel-ngomel, soalnya tipe cowok yang dia suka bukan kayak bang Jean, tapi kayak Rizki Haikal Kaffi.

Julian: Wah mancing.

Lucas: Wahh..

Ayang: Saya suka keributan.

Junior: Gue absen dulu negeroyok Haikalnya, dia suka ngebales nonjok burung, linu.

Mark: Sama anjir! Lagi makan nasi uduk tadi pagi, tiba-tiba burung gue diremes. Gak ada adab itu orang.

Ayang: Terus, reaksi lo gimana?

Mark: Gue bales dong 🌚

Haikal: Hoax!

Mark: Beneran anjir! Gak ngaku lo!

Killian: Ngomong-ngomong, gue sebagai mantan Shannon menentang keras perjodohan Shan dan bang Jean.

Julian: Gue yang cuma tetangga juga menentang.

Haikal: Mending kita bikin petisi.

Nando: Terus? Bakal ditanggepin sama nyokapnya Shan? Yang ada lo kena semprot.

Haikal: Yaelah, camer jahat banget sih 😌

Yorka: Jahatan mulut lo Haikal!

Julian: Mampus, gue gak ikut-ikutan yang Yorka, bilangin nyokap lo, Julian Catur Hidayat anaknya pak Hidayat anak baik tipe udelnya Shan.

Julian: *ideal.

Haikal: Idih, anak baik tapi kerjanya ngudud, bentar lagi juga mati, pake kain kapan motif kuda.

Julian: Dih bacot, iri aja jadi orang. Shan juga suka ngudud, gue sama Shan cocok.

Dion: Belum tentu Shan mau sama lo berdua.

Theo: Shan udah punya cowok kan?

Yorka: Udah.

Killian: Bang Daniel tukang nasi goreng?

Yorka: Bukan anjir!

Killian: Oh kirain, abisnya sering liat bang Daniel nganterin nasi goreng ke rumah lo.

Haikal: Siapa tau mesen nasgor terus minta anterin, negatif mulu pikirkan lo.

Killian: Ya santai.

Julian: SIAPA COWOKNYA SHANNON?

Julian: Mau liat fotonya, pasti gantengan gue.

Yorka:

Yorka: Namanya Nathan.

Julian: Oh masih cakepan gue.

Haikal: Hawa di sekolah panas banget, soalnya sering liat Shan pacaran sama Nathan.

Julian: Niat sekolah apa pacaran sih?

Dion: Dih panas lo Jul?

Julian: Gak sih, cuma anget.

Ayang: Gue sering liat Nathan ke uks.

Julian: Mungkin tidur, males belajar.

Yorka: Gak gitu bodoh! Nathan punya lemah jantung, dia sering kecapean dan bikin badannya gemetar sampe biru-biru, makanya sering istirahat di uks.

Haikal: Wahh gak bakal lama nih 🌚

Yorka: Gblok kal anjng!

Nando: Si Haikal ini emang mulutnya minta dicipok jenglot.

Junior: Btw gue kaget, gue kira si Nathan emang sakit-sakitan biasa doang, soalnya ke sekolah hampir setiap hari.

Yorka: Dia pernah bilang sama Shan, manfaatin waktu selagi masih bisa.

Theo: Kasian ih :(

Killian: @jean gue tau lo suka sama Shan, tapi cara lo licik banget, bawa-bawa emak, cupu!

Haikal: IYA WOY BENER!!!

Julian: URAAAAAAA

Lucas: Bang Jean harusnya bersaing secara sehat, malah ngecit.

Dion: Emang kalau Jean gak ngecit, Shan bakal milih diantara lo semua?

Theo: Mana mau Shan sama anak komplek wkwkwk.

Killian: Shan mau sama gue, tapi gue punya ayam, dia benci ayam.

Yorka: Potong aja semua ayam lo, kasiin ke Shan, dia suka ayam tepung.

Killian: ENAK AJA! Kana, kini, Kunul ayam kesayangan gue, gak akan gue potong!

Yorka: Nikahin aja si kana.

Haikal: Nanti anaknya namanya Killiana.

Ayang: Jadi bagus namanya 😭

Jean: ....

Killian: Gak usah sok dingin lo bang!

Jean: Ngecit juga usaha ya anjng!

Haikal: Dahlah, gue mau main sama dukun aja.

Shannon: 🖕🏻

**

Cklek
Brugh

"Santai aja," ucap Jean saat Shan baru saja memasuki mobilnya, pagi ini ia akan mengantarkan Shan ke sekolah.

"Je, gue bisa pergi ke sekolah sendiri, lo terlalu berlebihan."

"Lo gak boleh nolak niat baik orang lain, Shan." Jean pun melajukan mobilnya menjauh dari rumah Shan.

"Je, lo tau sendiri gue udah punya cowok, kenapa lo tega lakuin ini sama gue?" Tanya Shan, namun Jean nampak tak berniat untuk menyahut.

"Gue sama Nathan udah pacaran hampir satu tahun, dia sakit lemah jantung, gimana kalau dia tau kalau gue dijodohin sama lo?"

"Je, jangan diem aja! Gue yakin lo punya hati nurani buat enggak pisahin gue sama Nathan!"

Jean mendengus kecil, "gue gak minta lo buat jauhin Nathan, kalau mau pacaran sama dia ya silahkan, tapi jangan nolak gue."

"Lo gila! Gue harus jaga perasaan Nathan!"

"Coba lo bilang sama dia, kalau lo udah dijodohin sama gue, gue yakin dia enggak akan marah."

"Sumpah, gak jelas banget, cara licik lo bikin gue ilfeel."

"Lo gak usah ribet, gue bakal anterin lo setiap hari ke sekolah, tapi kalau pulang terserah sama siapa."

"Gini Je, gue mempermasalahkan soal perjodohan! Gue gak peduli lo ngijinin gue tetep pacaran sama Nathan atau enggak, karena itu hak gue! Gue cuma pengen perjodohan ini batal!"

"Jalanin aja dulu, kita enggak langsung nikah, gue juga masih kuliah."

"Sekarang dipaksa buat pendekatan sama lo, lama-lama juga dipaksa nikah, nyokap lo kebanyakan baca cerita fiksi kali ya? Dikira gue gak laku kali," Shan mendumal, ia benar-benar terlihat kesal, dan Jean hanya tersenyum kecil.

"He? Jangan-jangan lo yang gak laku? Makanya nyokap lo minta nyokap gue buat jodohin gue sama lo," Shan memandang Jean dengan tatapan penuh selidik.

"Terserah lo aja, lo ribet banget. Lagian gue gak jelek, gue gak malu-maluin, tapi respon lo kayak dijodohin sama orang gila pinggir jalan." Jean nampak tersinggung.

"Bayangin lo udah punya cewek yang lo sayang banget dan lagi sakit-sakitan, terus orang tua lo ngejodohin lo sama cewek lain! Gimana perasaan lo?"

"Gue lebih nurut sama orang tua gue, lagian buat apa pacaran sama cewek sakit-sakitan?"

Sahutan Jean membuat Shan menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Gila, mulut lo tajem banget," gumam Shan.

"Makanya jangan mancing, ngomong-ngomong ternyata lo bawel, padahal yang gue tau lo cewek yang dingin bahkan cuek banget sama cowok lain."

"Karena gue kesel sama lo, makanya gue banyak omong!"

"Mungkin lo cuma nunjukin sikap asli lo di depan gue."

"Plis! Lo gak sesepsial itu, Jean. Gak usah kegeeran!"

Jean hanya mendengus kecil, lalu setelah itu ia tak menanggapi ucap Shan lagi, Shan terus memintanya untuk membatalkan perjodohan itu.

Sekitar 20 menit kemudian, mereka sampai di sekolah, Jean mengambil paperbag yang sejak tadi berada di jok belakang, lalu memberikannya pada Shan.

"Pancake buat lo," ujar Jean.

"Gak."

"Ambil," titah Jean dengan tatapan tajam, Shan pun merampas paperbag itu dan keluar dari mobil Jean.

Jean mengerutkan dahinya saat Shan memberikan Pancakenya pada orang lain yang juga baru tiba di sekolah, kemudian Shan menatapnya sambil mengacungkan jari tengahnya, dan pergi memasuki gedung sekolah.

Jean berdecak kecil, tak ambil pusing ia pun melajukan mobilnya menjauh dari area sekolah, ia harus pergi ke kampus.

Sementara itu Shan memasuki kelasnya, kemudian duduk di samping Zeta.

"Nathan gak masuk, dia di rumah sakit," ujar Zeta yang membuat Shan mendengus kecil.

"Sejak kapan? Nathan belum ngabarin gue."

"Semalem, itu juga kata nyokap gue," sahut Zeta, mengingat Zeta tetanggaan dengan Nathan.

"Kemaren sore Nathan pergi ke lantai 4 buat ngambil jaket gue yang ketinggalan di sana, padahal gue gak nyuruh."

"Gblok banget, bukannya ambil sendiri."

"Kan udah gue bilang, gue gak nyuruh! Nathan yang tiba-tiba pergi." Shan tetap membela diri, Sherly dan Yoan pun menoleh ke belakang.

"Nathan pernah bilang sama gue, kok gue gak berguna banget ya buat Shan? Gue takut dia bosen sama cowok lemah kayak gue," ucap Yoan yang membuat Shan terkejut.

"Bisa-bisanya dia mikir kayak gitu," gumam Sherly yang tahu Shan tak akan pernah menuntut banyak hal pada Nathan.

"Jujur aja Shan, lo pacarin Nathan karena Kasian kan?" Tanya Zeta yang membuat Shan, Sherly, dan Yoan menoleh untuk menatapnya.

"Enggak, gue gak pernah mikir gitu, lo tau sendiri gue gak tau Nathan punya lemah jantung pas awal pacaran, dan buktinya sampe gue tau pun gue masih nemenin dia," sahut Shan.

"Zeta gak boleh gitu!" Tegur Sherly yang terlihat kesal.

"Tau ih nuduh mulu," timpal Yoan.

"Yaelah gue cuma nanya, santai aja. Tadi gue liat lo dianterin cowok lain," gumam Zeta, kali ini Sherly dan Yoan menatap Shannon.

"Itu tetangga gue, gue nebeng gara-gara Yorka kelamaan. Gak usah mikir yang aneh-aneh, gue gak akan selingkuhin Nathan!" Shan menyahut, dan Zeta hanya mengendikan bahunya.

**

Sepulang sekolah, Shan menemui Nathan di rumah sakit sentra, Shan mendapat kabar dari Nathan soal di ruangan apa Nathan dirawat.

Sesampainya di kamar rawat Nathan, Shan menghampiri Nathan yang tengah tersenyum padanya.

"Sekolah gak seru, gak liat kamu," ucap Shan dengan suara pelan.

Nathan pun tertawa pelan, "lusa aku sekolah, di rumah sakit gak enak."

"Kalau masih sakit jangan maksain sekolah, ngomong-ngomong aku bawa makanan kesukaan kamu, croffle, dear butter baru aja buka di deket sekolah kita," ucap Shan seraya membuka dus pengemasnya.

Nathan pun mengubah posisinya menjadi duduk, kemudian menerima suapan Shan.

"Aku bisa sendiri, Shan."

"Jangan banyak protes."

Nathan hanya tertawa pelan dan mengunyah crofflenya, ia memandangi raut wajah Shan yang terlihat seperti orang bosan dan malas, namun memang raut wajah Shan seperti itu adanya.

"Shan, suatu hari nanti aku harus berhenti di sekolah umum, dan lanjut sekolah di rumah."

"Itu bagus, biar kamu gak kecapean terus."

"Di sekolah kamu makin gak seru dong."

"Ya gimana lagi? Lebih baik kamu gak sekolah dari pada ke sekolah kambuh terus!"

"Kalau kamu mau minta putus jangan sungkan ya? Gak perlu gak enakan, jujur aja, aku tau di setiap hubungan pasti ada aja yang bosen," ucap Nathan yang membuat Shan terdiam sejenak.

"Kamu bosen sama aku?" Tanya Shan.

"Enggak, aku takutnya kamu pengen putus tapi gak enak bilang sama aku."

Shan menghela nafasnya, "Na, aku mau bilang sesuatu sama kamu."

"Apa? Bilang aja."

"Sebenarnya males sih bahas kayak gini, cuma aku gak mau nutup-nutupin apapun dari kamu."

"Iya, sayang. Bilang aja."

"Mama ngejodohin aku sama tetangga aku," ujar Shan yang membuat Nathan terdiam sejenak.

"Tapi aku nolak keras, dan tetep aja mama maksa, dia ngancam aku ini itu sampe aku gak tau harus ngapain lagi. Tapi kamu tenang aja, aku gak bakal nerima perjodohan itu," ujar Shan lagi.

"Kalau kamu nerima pun gak apa-apa."

"Kenapa kamu ngomong kayak gitu?"

"Aku udah mutusin buat enggak akan nikah sama siapapun, aku tau kondisi aku makin hari makin memburuk, aku juga udah lakuin pengobatan tapi belum dapet kesembuhan, jadi aku gak mau nyusahin siapapun lagi buat kedepannya."

"Kamu mikirnya kejauhan! Jangan ngomong kayak gitu lagi, fokus buat sembuh!"

"Tapi aku serius, Shan. Kamu boleh cari cowok lain yang bisa bahagiain kamu, karena aku gak bisa lakuin hal itu," sahut Nathan seraya tersenyum kecil.

Benar kata Jean, Nathan tidak marah, justru Nathan menerimanya begitu saja.

"Kalau begitu jangan dibahas lagi, aku bakal tetap nemenin kamu, Nathan." Ucap Shan dengan suara pelan, Shan sedikit merasa kecewa karena Nathan meresponnya dengan sesantai itu, namun ia harus mengerti, tujuan Nathan demi kebaikannya.

**

JEAN

Jean
Shan, gue mau ke rumah lo, mau dibawain apa?

Shannon
Pake nanya. Nathan kalau main ke rumah gue gak pernah tuh nanya-nanya, dia bawain apa aja.

Shannon: Gak usah dateng, gue lagi gak mood.
Read.

**

Tok tok tok

Shan mengerutkan dahinya saat mendengar pintu kamarnya yang diketuk.

Cklek

Sontak Shan mengubah posisinya dari tengkurap menjadi duduk, ia menatap Jean dengan tatapan tajam.

"Jangan masuk!"

Jean menghentikan langkahnya di ambang pintu, "kenapa? Nyokap lo nyuruh gue masuk."

"Gak boleh," desis Shan, namun Jean tak mau mendengar.

Jean pun memasuki kamar Shan dan menaruh banyak makanan dan minuman di atas meja.

"Gue gak mau makan apa-apa! Gue lagi diet!"

"Terserah mau dikasiin ke siapa, gue pengen jalan sama lo."

"Gak tau diri banget," gumam Shan dengan tatapan sengit.

"Kita jalan keluar atau di sini aja?"

"Gue mau lo pergi, gue cape."

"Okay, gue tunggu 15 menit," ujar Jean seraya hendak keluar kamar.

"Lo anjng Jean!" Maki Shan, "Okay di sini!"

Jean pun menutup pintunya dan tersenyum kecil, ia duduk di atas karpet seraya melepas jaketnya, kemudian membuka semua makanan yang ia beli.

"Duduk Shan," pinta Jean, Shan terpksa duduk di hadapan Jean yang hanya disekat dengan meja pendek.

"Kata Yorka lo lagi pengen makan ketoprak, makanya gue beliin, ada Pancake juga, kalau gak abis bisa taruh di kulkas, ini minuman boba, ini air mineralnya," gumam Jean.

"Di mana ada yang jual ketoprak malem-malem?" Tanya Shan dengan tatapan bingung, sebab di daerah sini yang menjual hingga siang saja.

"Hm, abisin, belinya jauh."

Shan berdecak sebal, ia pun memakan ketopraknya, sementara Jean memakan nasi goreng yang ia beli di depan komplek.

"Lo licik," desis Shan yang membuat Jean mengerutkan dahinya dengan tatapan bingung.

"Kenapa lo makan nasi goreng?" Tanya Shan dengan tatapan kesal.

"Jadi lo mau tuker?" Jean yang peka pun bertanya, tanpa beban Shan menganggukan kepalanya.

Jean pun menukar makanan mereka, dan menutup kembali dus ketopraknya, ia beralih memakan udang bakar dan meminum bobanya.

"Kenapa gak dimakan?" Tanya Shan.

"Gue alergi kacang-kacangan, itu bumbu kacang."

Seketika Shan terdiam, hal tersebut membuatnya tidak enak.

"Yaudah nih makan aja," gumam Shan seraya menyodorkan nasi gorengnya.

"Lo aja yang makan, gue udah gak mood," balas Jean dengan santai seraya menikmati udang bakarnya.

Shan pun mendengus sebal dan memakan nasi gorengnya, memang Shan sedang ingin makan ketoprak, namun melihat Jean yang makan nasi goreng ia jadi mau.

"Ngomong-ngomong gue gak pernah liat nyokap lo ngobrol sama nyokap gue, tiba-tiba main jodoh-jodohin aja," gumam Shan.

"Nyokap gue ada dua, yang satu kandung, yang satu istri pertama bokap gue."

"Hah?" Shan nampak bingung.

"Nyokap lo kayaknya belum cerita, gue tinggal sama nyokap kandung gue di sini, kalau bokap kandung gue sama istri pertamanya tinggal di rumah lain, temen nyokap lo itu nyokap tiri gue."

"Jadi lo anak haram?"

Jean tertawa pelan, "kasarnya sih gitu."

"Terus bokap lo masih tanggung jawab?"

"Masih, dia yang biayain semua kehidupan gue, bahkan rumah itu pun dia yang beli."

"Kok nyokap tiri lo bisa kepikiran buat jodohin lo sama gue?"

"Gue yang minta dia buat jodohin gue sama lo, dan dia setuju mau bantuin, kebetulan banget nyokap lo temennya dia."

Shan menatap Jean dengan tajam, "lo bener-bener licik."

"Santai-santai, gue bener-bener gak akan ngelarang lo buat pacaran sama Nathan, asal jangan kebobolan aja."

"Gue bukan lonte yang kebobolan gitu aja," desis Shan, dan Jean mengangguk kecil.

"Gue punya sesuatu buat lo," gumam Jean.

"Apa-Umh!"

Shan terkejut saat Jean memasukan udang bakar ke dalam mulutnya, tidak kasar namun Shan cukup terkejut.

"Udangnya enak, tapi madunya terlalu manis," ujar Jean, Shan pun mengunyah udangnya.

"Sisain buat gue," gumam Shan yang ketagihan, membuat Jean tertawa, kemudian menaruh dua tusuk udang bakar di atas nasi goreng Shan.

"Je, gue gak akan baper sama lo," gumam Shan.

"Masa? Yakin kuat?"

"Iyalah, mau seberusaha apapun lo buat ngambil hati gue, gue gak akan suka sama lo, gue orangnya setia sama satu cowok yang gue sayang."

"Kalau cowok lo mati gimana? Dia kan udah sekarat."

Shan terdiam dengan tatapan tajam.

"Lo mau ngejomblo seumur hidup? Atau nyusul cowok lo karena lo orangnya setia?" Tanya Jean lagi.

Ucapan Jean sangat menusuk, membuat Shan merasa skit hati dan kesal.

"Lo berharap cowok gue mati?" Tanya Shan.

"Gak juga, gue cuma nanya."

"Omongan lo keterlaluan Jean," gumam Shan, padahal ia pun seperti itu, namun Jean tak berniat membalasnya.

Jean tersenyum kecil, "sorry kalau lo tersinggung, tujuan gue cuma nanya."

"Pergi, bawa semuanya, gue udah gak mood," ujar Shan seraya memasukan semua makanan dan minuman itu kedalam paperbag hingga nasi gorengnya berantakan.

"Gue tau omongan gue keterlaluan, sorry."

"Pergi."

Jean menghela nafasnya, tanpa mengatakan apapun lagi Jean bernajak dari duduknya dan membawa paperbag itu keluar dari kamar Shan.

Shan terdiam melihat jaket Jean yang tertinggal di atas karpet, namun ia tak berniat untuk mengejar Jean dan mengembalikan jaketnya, ia terlalu kesal pada Jean.

**

SHANNON

Jean
Jaket gue simpen aja, nanti gue ambil.

Shannon
Ada di atas pager rumah gue, gak perlu masuk.

Jean menghela nafasnya, ia pun menaruh ponselnya di atas meja dan keluar dari kamarnya hendak mengambil air minum di dapur, namun langkahnya terhenti ketika melihat sang ibu yang tengah bercumbu dengan pria yang ia kenal.

Jean pun melanjutkan langkahnya menuju dapur, ia mengambil minuman kaleng di dalam kulkas dan meminumnya di sana.

Jean kesal, Jean ingin menegur ibunya dan pria itu, namun ia yakin ia akan kalah telak, dan ibunya akan mengulanginya lagi.

Jean tidak ingin merendahkan ibunya, namun entah kenapa di matanya ibunya memang terlihat rendahan, bahkan ia pun lahir dari kesalahan ibunya hingga ia yang menganggung semuanya seorang diri.

Arin tidak tahu bagaimana Jean diperlakukan di keluarga Learyant, harta yang berlimpah tak membuat Jean bahagia, justru semuanya terasa begitu mencekiknya.

Jean meremat minuman kaleng di tangannya ketika mendengar suara ibunya mendesah lirih seperti seorang jalang.

Jean pun berjalan cepat menuju ruang tengah, kemudian melempar minuman kaleng itu hingga mengenai kepala kekasih ibunya.

Keduanya pun menoleh, pria itu terlihat sangat marah pada Jean.

"Jean! Kamu apa-apaan?!" Arin nampak terkejut.

"Mama yang apa-apaan? Ini udah jam 1 malem! Gak sepantasnya mama bawa suami orang ke rumah!"

"Kamu gak perlu teriak," ujar Arin yang menyadari dirinya pun sempat berteriak karena kesal.

Jean pun menatap pria itu dengan tajam, "gimana kalau tante Diana tau sama kelakuan om David? Gimana kalau Shannon tau papa selingkuh sama jalang?"

"Jean!" Bentak Arin yang tak menyangka Jean akan menyebutnya jalang.

"Jaga bicara kamu, Jean. Gak biasanya kamu kayak gini!" Tegur David.

"Ya, awalnya saya diam karena saya gak peduli sama kalian berdua, tapi lama-lama saya muak, mulai sekarang jangan datang ke rumah ini lagi."

"Kenapa gak kamu aja yang pergi? Tinggal sama papa kandung kamu yang kaya raya itu! Toh Arin juga gak masalah ditinggal sama kamu!"

Jean tersenyum remeh, "kalian aja yang pergi, rumah ini atas nama aku."

Arin meremat lengan David, "udah sayang, Jean lagi emosi," bisiknya.

"Jadi kamu mau ngusir mama kamu?" Tanya David.

"Kenapa gak bisa? Dia gak guna-."

"Jean!" Arin kembali membentaknya, kali ini dengan suara gemetar, ia tak menyangka Jean akan mengatainya seperti itu.

"Kamu anak gak tau diri!" David menunjuk wajah Jean.

"Om juga orang yang gak tau diri, kalau mau nikahin mama saya silahkan! Asalkan jangan sembunyi-sembunyi kayak gini. Udah pada tua tapi gak ada otak!" Balas Jean, kemudian ia melangkah pergi memasuki kamarnya, mengabaikan panggilan David yang memintanya untuk tetap di sana.

"Udah David, Jean gak bakal ngaduin ini ke Diana maupun Shan, aku tau dia benci sama aku, tapi di gak mungkin tega lakuin itu," ujar Arin seraya mengusap bahu David.

"David, kapan kamu mau nikahin aku?" Tanya Arin.

"Sabar sayang, perusahaan masih atas nama Diana, aku gak mungkin cerain dia tanpa ngambil apa-apa."

Arin mengangguk, "aku juga lagi cari cara buat balik nama rumah ini, jadi atas nama aku."

**

Mama Qian

Mama Qian
Jean, banyakin minum air putih, jaga kesehatan, mama gak mau kamu sakit, kalau vitaminnya habis bilang mama aja.

Mama Qian
Minggu depan mama anter check up.

Jean
Y

Jean menghela nafas lirih seraya memandang langit-langit kamarnya, kemudian ia tersenyum remeh.

"Ketika iblis terlihat seperti malaikat, begitu pun sebaliknya."

.
.
.
.
Tbc

Next or delete?

Maaf kalau bosen sama nama Shan, soalnya aku bucin dia 🤧

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

AFVARA By scftriani

Teen Fiction

4K 524 36
"Hatiku sudah hancur dan ragaku sudah melebur. Tapi jangan sampai masa depanku ikut menjadi luntur." "Diri ini sudah dirampas, dan sakitnya akan teru...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 53.8K 24
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.2M 101K 35
AREA 🔞🔞 HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA Aturan dasar bagi Agres adalah; tidak berbagi segala sesuatu apapun tentang Shasa serta bersifat mutlak. [ SER...
209K 27.5K 26
Buktinya yang lemah akan kalah. Jaehyun x Rose Sebelum membaca, saya ingin menekankan kalau saya tertekan, g dong. Cerita ini berdasarkan kisah reali...