HoMe For Me (END) [Pdf Versi]...

By AyyaKanawut

175K 16.9K 1.8K

HOME FOR ME S1&S2 (MALVINGIA) TERSEDIA DALAM BENTUK PDF!! "Anak tidak tau diri!" "Anak pembawa sial" "Kerja... More

Tokoh
Prolog🥀
Malvin🥀
Luka dan rasa🥀
si Gemes🥀
menepati janji 🥀
strawberry🥀
Malvin's Angel🥀
MalvinGia🥀
kemarahan Malvin?!🥀
manjanya Giandra🥀
Tentang Malvin🥀
ancaman?!🥀
Mama🥀
Tertarik?!🥀
Kemana?!🥀
Gugur🥀
Malaikat penolong 🥀
Awal hidup baru🥀
Pertemuan kembali🥀
Nyonya Malvin🥀
Si Maba cantik🥀
The first Malvin🔞🥀
Mimpi buruk?!🥀
Malvin Rese🥀
Giandra Bar-bar🥀
Berantem🥀
Balasan kecil Giandra🥀
Giandra sakit🥀
Berulah Lagi?🥀
Balasan Mama Deviana& Giandra🥀
Pra-Nikah🥀
Wedding Day🥀
beautiful night🔞🥀
Happy birthday 🥀
efek samping🥀
Bayi mermaid🥀
welcome Giandra kecil🥀
HoMe For Me🥀 (END)
Promosi Aja
Pdf vers S1 & S2

Tentang Giandra 🥀

3.3K 387 28
By AyyaKanawut

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.

Flashback on

"Gia anak papa yang sangat manis!"

Giandra kecil terkekeh dan mendonggak menatap sang papa yang memeluknya dengan erat.

"Besok papa harus berangkat, Gia baik-baik sama bunda yaa! Papa yakin Gia anak yang baik!"

Giandra kecil menunjukan wajah sedihnya, menatap sang papa dengan sendu.

"Papa mau tinggalin Gia lagi?"

"Kan papa harus kerja, Gia katanya mau boneka baru jadi Gia harus ijinkan papa kerja!"

"Gia gak mau boneka, Gia mau papa!"

Pria Muda itu tersenyum dengan menatap sang anak semata wayangnya yang setiap hari manja itu.

Giandra akan sangat manja bila sang papa akan berangkat bekerja, entah karena apa Giandra bahkan bisa menangis Hingga menjerit bila sang papa pergi tidak mendapatkan ijin dari dirinya.

"Kalau papa gak kerja nanti Gia gak makan dong! Nanti cacing di perut Gia pada demi "papa Gia, papa Gia, ayo cari uang Gia lapar" nanti cacing gia pada bilang kayak gitu"

Giandra semakin cemberut dan memeluk sang papa dengan erat, Giandra menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang papa.

Dapat sang papa rasakan Giandra menangis dengan kecil, Sang papa Mengelus rambut Giandra dengan lembut.

"Gia anak papa satu-satunya jadi Gia harus papa bahagiakan, papa gak mau Gia iri sama yang lain"

"Gia gak iri papa, Gia mau sama papa aja gia sayang papa!"

"Bunda, gimana? Gia gak kasian sama bunda? Bunda selalu berjualan Untuk membeli makanan, Papa jarang bekerja karena Gia tidak mengijinkan, papa Cuma cari ikan kok nanti kalau ada ikan yang bagus papa bawa pulang gimana?"

Giandra masih menggelengkan kepalanya, sang papa menghela napasnya.

Galvian Leon Traipipatanapong,

Papa kesayangan Giandra, orang pertama yang memeluk Giandra bila Giandra Pulang sekolah dengan keadaan menangis.

Papa Leon,

"Gia tuh kemarin mau beli apa?" Giandra mendonggak saat sang papa membahas hal yang ingin Giandra beli.

"Gia mau beli martabak papa, Orang kota selalu membeli itu tapi mahal mending uangnya buat beli Beras!"

Papa Leon terkekeh mendengar ucapan dewasa sang anak.

"Papa punya uang nya, Gia mau beli sama papa? Tapi kita pakai sepeda sambil nunggu bunda datang!"

"Gia ikut papa!"

Sang papa berdiri dan langsung menggendong anak manisnya dengan segera.

"Ayo kita beli martabak!"

Giandra tertawa saat sang papa mengajaknya berlari menuju sepeda untuk membeli martabak.

Tanpa Giandra rasa kan, itu momen terakhir bersama sang papa, pelukan terakhir, elusan terakhir dan Martabak terakhir yang papa nya belikan.

****

Waktu menunjukan pukul 12 siang tapi cuaca sangat tidak mendukung, hujan petir saling bersahutan.

Membuat Giandra menangis seharian karena memanggil nama sang papa, papa nya pergi saat Giandra tidur.

Giandra menangis dengan keras di pelukan sang bunda, Bunda Dian sudah khawatir dengan kondisi rumah.

Mereka tinggal dekat dengan laut, Papa Leon bekerja sebagai nelayan dan hari ini jadwalnya mencari ikan tapi siapa sangka cuaca tidak mendukung.

"Papa bunda, papa hiks..."

"Iya gia yang sabar ya sayang, papa baik-baik saja bunda yakin kok papa akan pulang membawa ikan"

"Gia takut petir hiks... Gia mau papa, bunda papa jahat meninggalkan Gia"

Bunda Dara terus memeluk sang anak agar sedikit menghentikan tangisannya, Bunda Dara sangat menyesal mengijinkan sang suami bekerja seharusnya dia seperti Giandra yang melarang sang suami mencari ikan.

"Gia harus mendoakan papa supaya papa pulang yaa!"

Giandra hanya mengangguk dan sang bunda dengan lembut mengelus rambut Giandra dan menenangkan Giandra agar berhenti menangis.

*

Bunda Dian keluar dari rumah jam 3 sore menatap sekitar, ada beberapa bangunan yang hancur juga roboh.

Belum ada tanda-tanda sang suami pulang dari mencari ikan.

Bunda Dian menatap beberapa orang yang sedang berkerumum sepertinya mereka memiliki informasi.

Bunda Dian menghampiri karena penasaran dia ingin mendengar kabar suaminya.

"KAPAL TUAN BESAR TERNGGELAM PUKUL 4 PAGI TADI, 12 NELAYAN TERNGGELAM DAN HILANG!"

12 nelayan berarti termasuk dengan suaminya, Bunda Dian tidak percaya dengan kabar itu.

Tapi suami memang bekerja bersama juragan ikan yang selalu di panggil Tuan besar.

"PAPA!" Giandra berlari dari depan rumah ke arah Laut dan berteriak memanggil sang papa.

Bunda Dara menangkap Giandra karena air sedang pasang, takut Giandra terbawa air.

"BUNDA ITU PAPA! PAPA GIA IKUT, HIKS... BUNDA LEPASIN GIA! GIA MAU IKUT PAPA"

Bunda Dara memeluk Giandra dengan erat, bunda Dara menangis saat mendengar jeritan Giandra semakin kuat.

"Bunda hiks... Papa, papa ajak Gia! Papa ajak Gia pakai kapal bunda lepasin"

"Gak ada papa sayang, Gia sama bunda ya!"

"Papa hiks... Papa gak ajak Gia"

"PAPA GIA IKUT!"

Bunda Dara tidak tahan dia langsung membawa sang anak kembali kerumah nya.

Giandra terus memanggil nama sang papa, Membuat hati Bunda Dara semakin hancur.

Flashback Off

******

"Papa!"

Malvin terkejut mendengar Giandra, dengan segera dirinya mengangkat wajah yang tadinya dia letakan di atas meja yang sama dengan Giandra.

"Papa hiks...!"

"Gia, Gia Sayang!" Malvin mengguncang tubuh Giandra, keringat sudah membasahi tubuh Giandra Malvin mengumpat.

Mereka masih di sekolah lebih tepatnya di kelas Giandra karena saat bel pulang Giandra tidur dan Malvin tidak membangun Giandra.

"PAPA GIA IKUT!"

Malvin langsung menarik tubuh Giandra untuk berada dalam pelukannya.

"Gia hey, sayang ini Malvin! Gia tenang dulu ya cantik!"

Giandra perlahan membuka mata dan mengeratkan pelukannya pada Malvin, Giandra menangis dengan keras.

Mimpi masa kecilnya membuat Giandra semakin merindukan sang papa yang menghilang hingga sekarang.

"Papa Malvin"

"Papa, papa tinggalin Gia hiks... Papa janji pulang ingin membawa ikan dan membelikan Gia boneka"

"Kenapa Waktu papa pergi Gia bobo hiks... Papa jahat Malvin, papa tinggalin Gia sama bunda"

"Papa hiks... Gia rindu papa Malvin!"

Malvin mengelus rambut Giandra saat pria manis itu mengencangkan tangisannya.

"Ada Malvin sayang, Malvin sama Gia disini!"

"Papa hiks..."

"Andai Gia gak mau beli martabak sama papa mungkin sekarang papa masih sama Gia Malvin!"

"Papa janji mau liat Gia tubuh dewasa, papa Tinggalin Gia hiks.."

"Waktu Di sekolah ada yang jahati Gia, papa yang suka peluk Gia Malvin"

"Papa bilang Gia anak yang manis, papa akan marahin siapapun yang jahat sama Gia!"

"Tapi papa ninggalin Gia sama bunda hiks... "

"Papa Malvin!"

Malvin semakin mengeratkan pelukannya menenangkan Giandra agar berhenti menangis.

Malvin mengambil tas yang biasa Giandra pakai dan menyampaikannya di pundak lebar miliknya.

Menggendong Giandra ala koala, Malvin akan membawa Giandra pulang karena hari memang sudah sore.

"Sttt... Cantiknya Malvin berhenti nangis yaa!"

Malvin berjalan dengan tangan yang mengelus Giandra, Baru kali ini Malvin melihat Giandra menangis hingga histeris saat bermimpi.

Giandra menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Malvin, dan Malvin semakin memeluk Giandra.

"Gia kata Tio di dekat rumah Gia ada pasar malam loh, Gia mau kesana gak?"

Giandra mendonggak dan menatap Malvin, lalu mengelus air matanya dengan kedua telapak tangan miliknya.

"Gia mau jajan gulali boleh?"

"Nanti jam 7 malam Malvin Jemput Gia yaa, kita jajan yang banyak oke!"

Giandra mengangguk dengan semangat membuat Malvin tersenyum, Giandra kembali memeluk leher Malvin dengan erat.

"Gia sayang Malvin banyak loh" Malvin terkekeh mendengar ucapan Giandra.

"Malvin sayang Gia juga!" 

***

Giandra terus berjalan dengan menuntun tangan Malvin, Malvin terkekeh melihat Giandra yang sangat senang.

"Gia mau naik itu boleh gak Malvin?"

"Gia mau naik itu?"

Giandra mengangguk dengan semangat, Malvin mengangguk dan menuntun Giandra membeli karcisnya.

"Gia naik hihi!"

Malvin menggelengkan kepalanya melihat Giandra.

"Satu kartu untuk permainan itu!" Penjaga memberikan satu karcis dan Malvin langsung membayarnya.

Setelah memberikan karcisnya Giandra langsung memeluk Malvin dan berterima kasih.

"Ayo Malvin naik, Gia mau naik hihi!"

Malvin menggendong Giandra dan menaikan anak manis itu ke wahana yang ingin di coba.

Giandra tersenyum dengan lucu ke arah Malvin, Malvin mengeluarkan ponsel saat Giandra sudah bertepuk tangan ria saat wahana itu berputar.

Malvin terkekeh melihat wajah Giandra yang berubah-ubah saat senang.

Giandra menunjukan Gigi nya saat Malvin mengarahkan ponsel ke arahnya, Malvin terkekeh ketika Giandra menyadari dirinya memotret.

Malvin kembali memasukan ponselnya saat wahana yang Giandra Naikin sudah mulai berhenti hanya beberapa putaran karena itu di dominasi untuk anak kecil dan hanya beberapa orang dewasa yang naik.

Malvin mengangkat Giandra dan menurunkannya kembali, Giandra melirik ke arah Toko permainan dan disana ada boneka yang sangat besar.

"Malvin, Malvin, Malvin Gia mau boneka itu ayoo Malvin mainkan!"

Malvin mengangguk dan Giandra menarik tangan Malvin dengan senang.

****

Malvin terkekeh melihat wajah sedih giandra, Malvin hanya bisa mendapatkan boneka kecil bukan boneka yang Giandra mau.

"Gak usah sedih ya cantik gantinya Malvin beliin Gulali dua mau?" Malvin bertanya dengan tangan menepuk kepala Giandra.

"Boleh Gia mau dua?!"

Giandra bertanya dengan senang, Malvin mengangguk dengan serius membuat senyum Giandra kembali merekah.

"Gia mau! Gia mau Malvin hihi"

"Boleh sayang, tapi Malvin mau peluk dulu belum dapet jatah peluk sama cium dari Gia hari ini!"

Giandra langsung memeluk Malvin tanpa peduli mereka dimana sekarang.

"Cup!"

"Cup!"

"Cup!"

Malvin mengecup pipi Giandra dengan gemas membuat Giandra terkekeh geli.

"Ayo Malvin Gia mau Gulali!"

"Let's go!" Malvin menuntun Giandra untuk membeli gulali yang Giandra mau, sebenarnya tidak baik memakan manis banyak-banyak takutnya Giandra sakit gigi tapi Malvin tidak tega menolak Giandra karena kekasihnya itu sungguh menggemaskan sekarang.

"Malvin besok Gia ada Tugas kelompok sama Tinut sama Willi, rencana nya Giandra mau ke cafe yang Deket sekolah nanti Malvin pulang duluan aja!"

"Hmm, Gia lama tidak? Kalau sebentar Malvin tunggu soalnya Malvin khawatir ninggalin Gia sendirian!"

"Sepertinya dua jam, gini aja Malvin tunggu di Tempat Malvin nongkrong nanti kalau Giandra mau pulang Giandra chat Malvin gimana?"

"Ya udah, nanti berangkat nya pake mobil Malvin yaa sekalian sama Tinut dan willi juga!"

Giandra mengangguk semangat, Malvin tersenyum dan memeluk pinggang Giandra dengan gemas.

Aku udah Double up yaa gais hehe.

Maaf beberapa hari agak gak dapet mood nulis tapi di usahain aku update satu chapter deh tapi Gak janji😭.

Mulai part depan masuk konflik yaaa persiapkan Kalian agak nyes-nyes dikit gak banyak kok.

Btw yang nunggu cerita lain harap bersabar karena author cuma punya satu Otak kecil buat mikir alur jadi Sabar yaa hehe.

See you next part.

Continue Reading

You'll Also Like

43.1K 8.7K 41
Langit akan selalu identik dengan Biru, Langit Itu Indah bila terus bersama dengan Keindahan Warna Biru. Langit dan Biru itu saling membutuhkan bahk...
495K 37K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
147K 12.8K 56
TERSEDIA DALAM BENTUK PDF. MIWERLAND SEKALA CAKRABUANA Sekala itu batu, jarang berbicara bila tidak terlalu penting, berandalan, sering tawuran. Tapi...