Overshadow

By shineamanda9

146K 9.5K 12K

[ PART DI HAPUS, LENGKAP DI KARYAKARSA] BUKU TERSEDIA DI NAMUBOOKS 18+ [ Morgan Series • Bisa dibaca terpisah... More

OVERSHADOW
Meet the Character • OVERSHADOW'
Prolog • Overshadow
Overshadow | 01 • Palace of Resseauo
Overshadow | 02 • Two Years Earlier
Overshadow | 03 • Broken heart
Overshadow| 04 • Villa Visit
Overshadow | 05 • Naked
Overshadow | 06 • Narrow world
Overshadow | 08 • The mysterious call
Overshadow | 09 • Dinner invitation
Overshadow | 10 • The Past
INFO
OPEN PRE ORDER
Info pembelian Karyakarsa

Overshadow | 07 • Roses Bouquet from Palace of Resseau

3.8K 701 1.1K
By shineamanda9

Hola. Pak Dosen UPDATE!
Part ini lumayan panjang. Jangan lupa vote dan penuhin line paragraf-nya ya. 🥰
Sampaikan juga unek-unek kalian tanpa ragu tentang cerita ini. Makacih. 🥰🥰

Happy reading. Semoga suka.

Typo tandai aja. 😘

••••

Nonton Teaser Overshadow 👇🏻

______________

Dalam beberapa kali teguk, Savana menghabiskan mocha macchiato kemasan miliknya. Memijat-mijat kening, masih mencerna keadaan yang tengah terjadi. Beberapa kali, ia menarik napas. Menatap bangunan tinggi di hadapannya. Tepat ke arah jendela yang menghadap langsung pada ruang kerja milik Vernon.

"Ck. Jangan menatapku seperti penjahat!" decak Savana. Saat menangkap pandangan yang begitu intens. Turut prihatin.

"Wait! Aku tidak habis pikir. Bagaimana bisa, seorang Savana Morgan, terjebak dalam situasi seperti ini? Biasanya, kau sangat perfeksionis!" tegas Lily. Mengulum bibir. Heran.

"Dia bertato. Jelas terlihat sangat muda, kau juga lihat fashion-nya kemarin, 'kan? Vernon sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri seperti  dosen selayaknya! Dia bagai berandalan kaya," leguh Savana. Menghabiskan sisa minumannya.

"Cih. Tapi, bagaimanapun, kau sudah tidur dengannya. Apapun usahamu, kau tidak akan bisa menghindar!"

"Siapa bilang aku mau menghindar?" celetuk Savana. Menarik tali tas punggungnya.

"Kau tidak akan menghindar?" tanya Lily. Memastikan.

"Akan sangat menguntungkan baginya jika aku menghindar. Aku juga bukan pengecut," tatap Savana. Kesal.

"Wow. Kau masih seperti Savana yang aku kenal sejak kecil. Berani."

"Lagipula. Pelan-pelan aku juga akan membuangnya. Aku akan menyelesaikan kuliah secepat mungkin. Lalu pergi dari sini!" tegas Savana. Mendongak angkuh.

"Ya. Jika kau akhirnya tidak jatuh cinta," kekeh Lily. Terdengar rasional.

"Aku tidak jatuh cinta semudah itu. Kau tahu, hidupku sangat terencana. Aku bahkan memiliki planning untuk sepuluh tahun ke depan!"

"Yah. Aku tidak akan menghalangi mu. Silakan berencana. Sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun ke depan. Tapi, jika kau tiba-tiba jatuh cinta pada Vernon, aku yang tertawa paling keras."

"Never. Forever!" tegas Savana. Melipat tangan di dada. Congkak.

"Jangan terlalu yakin. Biasanya, nyaman bersama di ranjang, karena nyaman di hati." Lily memperingati. Menahan senyum. Tipis. Savana melirik, hening tanpa kata. Lalu menelan ludahnya. Kasar. Lily memutar tubuh, lekas pergi.

"Cih. Memangnya, dia siapa. Hingga aku harus jatuh cinta," desis Savana. Mendengus serak.

"Savana Morgan?" serak. Panggilan dari seorang pria. Tepat dari arah berlawanan. Savana lekas menoleh. Menatap sumber suara.

"Kau siapa?" Savana mengerutkan kening. Memerhatikan pria yang kini berdiri tegap. Tepat dihadapannya. Memiliki wajah khas Turki, dengan rambut hitam pekat yang bergelombang.

"Namaku Asher. Vernon mengirim ku untuk mengantarmu ke villa!"

"Vernon?" Savana menyela cepat. Memerhatikan Asher seksama. Dalam waktu bersamaan, ponsel milik Savana berdering.

"Wait!" Savana bergeser mundur. Menerima panggilan.

"Asher akan mengantar mu ke Villa. Kita akan bicara. Aku masih harus berada di Resseaou hingga sore," jelas Vernon. Penuh permintaan.

"Silakan!" imbuh Asher. Membuka jalan. Tepat, ketika Savana kembali menatapnya.

Ck! Savana berdecak. Marah. Namun, memutuskan langkah untuk mengikuti Asher. Tidak ada alasan baginya menolak. Savana, juga memiliki segudang pertanyaan.

***

Vernon's Villa

"Istirahatlah! Kau bisa gunakan kamar milik Vernon," tunjuk Asher. Tersenyum ramah. Lalu meraih beberapa paper bag dari tangan seorang pekerja, wanita paruh baya.

"Apa ini?" tanya Savana. Begitu Asher mengulur hadiah padanya.

"Vernon menyiapkan beberapa pakaian untukmu. Mungkin kau gerah," ucap Asher.

"Sepertinya, dia terbiasa melakukan hal seperti ini pada banyak wanita," celetuk Savana. Begitu meraih paper bag.

"Vernon sangat menghargai wanita. Namun, ia tidak pernah membawa wanita ke Villa, terlebih melakukan semua ini," jelas Asher. Singkat.

"Kau orangnya. Sudah pasti kau akan membelanya!" dengus Savana. Cepat menilai. Asher hanya tersenyum, tidak banyak bicara. Takut, jika mulutnya malah membongkar identitas Vernon. Pria itu telah berpesan padanya, dan seluruh pelayan.

"Baiklah. Aku tinggal dulu, jika kau butuh sesuatu, kau bisa minta bantuan ku atau pelayan yang ada!" tegas Asher. Membuat Savana berdecak. Memeluk paper bag ditangannya.

"Hmm. Aku bisa minta bantuan?" tanya Savana. Mengulum senyum.

"Tentu. Kau tamu spesial di sini!" papar Asher.

"Vernon pulang nanti sore, 'kan?" tanya Savana sekadar memastikan.

"Ya."

"Kalau begitu, bantu aku memasak sesuatu untuknya!" pinta Savana.

"Tanganmu bisa rusak. Biar aku saja yang menyiapkan makanan jika nona lapar." sela pelayan wanita yang sejak tadi berjaga. Menunggu perintah.

"Rusak apanya. Aku biasa melakukan itu bersama mommy."

"Nona, tapi—"

"Aku tidak di didik menjadi gadis manja, Asher!" dengus Savana. Tegas. Tidak ingin ditolak.

Asher berpikir. Menarik napasnya panjang. Sungguh, Savana tidak butuh persetujuan. Ia melakukan semua hal yang diinginkan. Lagipula, tidak ada salahnya dengan memasak. Tidak ada yang dirugikan.

"Baiklah! Tapi, jika Vernon....."

"Dia tidak akan marah padamu setelah mencoba masakan ku!" lagi. Savana memotong. Tepat. Melempar senyum hangat. "Bisa, tolong taruh pakaiannya di kamar? Akan ku pakai setelah mandi."

Asher mengangguk. Meraih paper bag kembali, dan menyimpannya ke kamar pribadi milik Vernon. Sigap, Asher menarik ponsel. Mengirim pesan pada Marck.

'Savana di Villa. Dia memasak untuk putramu!'

Tanpa menunggu lama. Asher kembali mendapatkan jawaban. Spontan, pria itu membuka. Membaca pesan.

'Manisnya.' tulis Marck. Sambil mengirim emoticon hati berwarna merah.

***

Vernon terlihat serius. Memerhatikan layar MacBook. Bukannya bekerja, pria itu malah sibuk membuka situs kampus, untuk mencari tahu tentang Savana lebih banyak. Biodata lengkap yang dijadikan referensi awal mula lamaran Resseauo. Jadi, bukan kebetulan, bahwa Vernon tahu Savana menyukai Mocha Macchiato. Sejak pertemuan pertama, ia sudah membongkarnya.

"Media sosial," papar Vernon serak. Lalu meng-copy nama akun Instagram milik Savana. Langsung, saja, nama gadis itu berada di pencarian teratas. Savana populer, ia memiliki hampir dua juta pengikut. Perlaha-lahan, Vernon menurunkan kursor, menjelajah gambar milik Savana, dan menyimpannya di Macbook.

"Dia sangat imut," puji Vernon. Terhenti pada sebuah foto Savana dengan pakaian berbulu putih, dengan jepitan rambut berwarna pink di rambutnya. Savana tampak berkilau. Polos. Sisanya, gadis itu berani melakukan pose sexy bahkan nude untuk pemotretan. Tuntutan pekerjaan.

Namun mendadak, Vernon tampak bergeser. Lekas menegapkan bahu. Begitu melihat sebuah foto berwarna gelap, Savana bersama pria, mesra, berpose dekat, di tambah dengan caption yang menarik perhatian.

'Malam indah bersama CEO tampanku, Vic.'

Vernon mengeluh kasar. Memijat kening. Minatnya menjadi kurang untuk lebih lanjut menjelajah isi media sosial Savana. Vernon beralih pada Victor.

"Apa yang kau lihat?"

Deg!

Spontan. Vernon menutup Macbook, panik. Menekan mundur bahunya. Menyentuh kursi.

"Dad!" sebut Vernon. Pucat. Mengusap kening.

"Kenapa kau begitu terkejut? Hmm? Kau sedang menonton film porno?" tuding Marck. Menajamkan mata.

"Jangan asal tuduh. Aku tidak perlu menonton film seperti itu!" tolak Vernon.

"Langsung praktek. Iya, 'kan?" tanya Marck. Mengangkat kedua alis. Vernon menggeleng kepala. Sekaligus merapikan meja.

"Kau harusnya tidak terlalu sering mengunjungi Resseaou. Orang akan curiga jika kau terus melakukan ini, terlebih, kau memberiku ruang pribadi!" keluh Vernon.

"Aku memberimu ruang yang berbeda dengan dosen lain, agar kau lebih tenang bekerja. Jadi, nikmati saja!" titah Marck. Lugas.

"Ya."

"Oh ya. Mommy mu bilang, dia ingin cucu laki-laki," sergah Marck.

"Jangan membicarakan anak atau pernikahan. Dia bahkan masih...." Vernon menelan keras ludahnya. Hampir ketahuan.

"Masih?" tanya Marck. Pantang mundur.

"Aku harus pulang!" decak Vernon. Meraih beberapa buku dan lembar kertas hasil psikotest. Marck mengangguk, sejenak menahan diri. Hingga putranya bergeser, nyaris menggapai pintu.

"Vernon. Kau sudah melupakan Larissa, 'kan?" tanya Marck. Jelas. Membuat langkah kaki Vernon mendadak berat. Terhenti sigap.

"Sudah tiga tahun. Aku harap, kau memang melupakannya." Marck menyambung kalimatnya. Berdiri menegap. Menatap punggung kokoh milik putranya. Lama.

Vernon menghela napas. Menarik gagang pintu dan keluar tanpa mengatakan sepatah katapun.

***

"I love you," ingat Savana, pada Victor. Berdiri tegap, dengan kepala tertunduk. Merasakan hawa panas. Menghantam punggung polosnya. Basah. Hingga bawah. Lantas, begitu ia memejam mata. Hanya ada Vernon di sana. Bercumbu dalam pikiran. Kotor. Sentuhan pria itu membekas.

Sedetik kemudian. Savana menghela napas. Menyeka bulir matanya yang memerah. Cukup! Ia ingin berhenti memikirkan semua ini. Terutama, Victor. Kalimat pengakuannya itu, membuat Savana goyah.

"Uh. Panas!" kejut Savana. Tanpa sengaja menyentuh nikel pengatur suhu. Gesit, Savana mundur. Hingga, menabrak seseorang. Sontak, Savana berputar. Lebar membulatkan kedua mata.

"Vernon?" sebut Savana. Pelan. Memukul dada yang berdetak kencang. Vernon mengulum bibir, tidak langsung menjawab. Fokus mematikan air. Semakin panas. Savana menelan ludah. Menarik handuk di sisi pintu kaca. Menutupi tubuhnya yang basah.

"Sejak kapan kau masuk?" tanya Savana. Penasaran.

"Baru saja. Lalu melihatmu di sini," balas Vernon. Tersenyum tipis.

"Maaf," bisik Savana.

"Tidak masalah. Yang penting kau!" Vernon meraih salah satu tangan Savana. Memeriksa jemari gadis itu. Merah.

"Keluarlah! Akan ku obati!" pinta Vernon.

"Rambutku masih basah!" tolak Savana.

"Tanganmu akan melepuh jika tidak segera di obati!" papar Vernon. Memberi peringatan. Kini, menarik Savana keluar dari bathroom. Savana pasrah. Diam menurut.

"Duduklah!" Vernon menarik sebuah bangku di pinggir nakas. Lalu bergeser ke bagian penyimpanan obat. Vernon Cukup lincah, tampak begitu panik.

"Ini hanya luka kecil. Jangan terlalu di pikirkan!" pinta Savana. Tersenyum lebar. Memerhatikan Vernon.

"Kau tidak bisa membuatkan ku makanan jika tanganmu terluka." singgung Vernon. Mengenai masakan yang dibuat Savana. Asher memberitahunya, begitu ia sampai. Savana tertawa. Lepas. Tersenyum polos.

"Jadi, kau sudah tahu aku memasak? Sayang sekali, tidak surprise!" ujar Savana. Memerhatikan Vernon, menaruh salep di beberapa jarinya.

"Aku tadinya terkejut. Sungguh!" hibur Vernon.

"Tapi, kau lebih membuatku terkejut hari ini," singgung Savana. Tanpa melepas pandangan.

"Itu hanya masalah pekerjaan. Bukan hal besar yang bisa kita bahas," timpal Vernon.

"Lalu kenapa mengundangku ke sini?" tanya Savana.

"Kau milikku, 'kan? Apa aku salah jika ingin kau berada di sini?" tanya Vernon. Serak. Menatap Savana. Kini mulai kedinginan.

"Kau harusnya memberitahu ku lebih cepat. Setidaknya, jangan membuatku terkejut," pinta Savana. Mengusap rambut ash grey Vernon.

"Aku sudah mengatakannya di telpon semalam. Mungkin kau tidak dengar, karena tepat di saat mommy mu datang," jelas Vernon. Terdengar teliti. Savana mengerutkan kening. Berusaha mengingat. Bungkam sejenak.

"Kau tidak berniat menarik semua perjanjian, 'kan?" tanya Vernon. Mengusap punggung tangan Savana. Selesai mengobati.

Savana terdiam kaku. Membalas pandangan Vernon padanya. Ia menggigit bibir, perlahan-lahan, mendekatkan wajah. Menaruh dekat pada daun telinga Vernon, sambil mengusap pundak pria itu sensual.

"Bagaimana jika aku menjawabnya di ranjang?" bisik Savana. Nakal. Mengecup lembut daun telinga Vernon. Damn! Seketika itu juga, Vernon menariknya dan melempar Savana ke ranjang.

***

Lama, mereka bercengkrama. Begitu intim dan kasar. Tiga kali, Savana merasakan Vernon mengaduk-aduk tubuhnya. Tumpah di dalam. Savana tidak terkontrol, untung masa suburnya jauh. Mungkin, hanya hal tersebut yang bisa menyelamatkan mereka sekarang.

Lagi, setelah membersihkan diri. Savana tertidur. Naked. Berbaring tenang di atas ranjang. Sementara Vernon, tidak tampak di kamar, ia keluar untuk makan. Menikmati masakan Savana. Sungguh, rasanya sama sekali tidak mengecewakan. Sesuai selera.

"Vernon, orang tua mu di sini!" ucap Asher. Mendadak mengusik. Membuat pria itu membulatkan mata.

"Apa? Kenapa mereka...."

"Hmm. Mommy mencium aroma yang begitu enak di sini," pekik Naomi. Makin mengejutkan. Sontak, Vernon berdiri. Melepas sendok.

"Mom. Dad. Kenapa kalian ke sini?" tanya Vernon. Gugup. Sesekali melirik ke lantai dua. Tepat pada pintu kamarnya. Takut, jika saja Savana keluar tiba-tiba. Gadis itu bisa bangun kapanpun.

"Kenapa mommy tidak boleh ke sini? Bukankah ini milik putraku sendiri," decak Naomi. Menaruh roses bouquet yang begitu segar. Hasil taman Palace of Resseaou.

"Kau menyembunyikan sesuatu? Sejak di kampus, kau tampak mencurigakan!" tegas Marck. Memicingkan mata.

"Tidak. Tentu saja tidak. Aku tidak menyembunyikan apapun." Vernon tertawa. Tidak jelas. Tampak begitu gugup. Ia menggaruk kepala. Mencari alasan untuk mengusir kedua orang tuanya secepat mungkin.

"Kau yang memasak ini? Tampaknya enak," singgung Naomi. Melirik ke arah meja makan.

"Bukan. Tapi Savana."

"Savana?" tanya Marck.

"Ah. Hahaha. Ya, maksudku. Aku membelinya di restauran Savana," timpal Vernon. Tertawa sumbang. Sangat gugup.

"Restauran dimana itu? Aku baru mendengarnya! Tapi, kebetulan, mommy lapar. Boleh mommy coba?" tanya Naomi.

"Ya. Ya. Tentu." Vernon menelan ludah. Ikut duduk. Menghadap tepat ke arah tangga. Sial. Baru kali ini, Vernon menghujat kedua orang tuanya.

Seorang pelayan membantu. Mengemasi piring. Naomi tampak tidak sabar. Penuh semangat. Marck juga demikian. Namun, tetap bersikap sok keren.

"Hmm. Ini enak. Bumbu nya terasa pas," puji Naomi. Begitu mengunyah beef steak.

"Kau benar. Sayur nya juga enak," tambah Marck. Mengedipkan salah satu mata ke arah Naomi.

"Ya. Memang enak," sebut Vernon. Pelan.

"Sesekali, kita juga harus memesan di restauran ini. Dimana alamatnya?" tanya Naomi. Menghadap tepat ke arah Vernon.

"Hah?"

"Alamatnya. Mommy ingin memesan untuk Rachella di mansion. Dia pasti suka."

"Asher yang biasa memesan!" lembar Vernon. Cuci tangan. Berharap bantuan.

"Jika kalian ingin memesan. Katakan saja! Akan ku pesankan," ucap Asher. Seperti telah menyiapkan jawaban. Vernon selamat.

"Baiklah. Aku akan meminta bantuan mu lain kali." Naomi tersenyum. Kembali melanjutkan makan hingga perutnya benar-benar terisi.

"Dasar orang tua rakus," gumam Vernon dalam hati. Tidak senang, karena bagiannya habis.

"Baiklah. Karena sudah kenyang, kami harusnya pulang," sebut Marck. Langsung berdiri. Vernon mengangkat alis. Heran.

"Ayo!" tandas Naomi. Tidak keberatan. Lalu pergi tanpa kata dengan bergandeng tangan. Aneh. Vernon geleng-geleng kepala. Meskipun kali ini ia selamat. Savana nya aman.

Asher batuk. Sakit menahan senyum. Sungguh, wajah Vernon yang cukup pucat membuatnya ingin tertawa.

***

Vernon menaruh dirinya di sofa kamar. Lega. Menenggak sebotol minuman beralkohol. Toleransinya terhadap cairan itu tinggi. Vernon tidak mudah mabuk. Butuh berbotol-botol umtuk membuatnya tumbang.

Sejenak, pria itu menarik napas. Menatap ke arah Savana yang masih saja tertidur pulas di ranjangnya. Vernon tersenyum, tipis. Memerhatikan wajah Savana tanpa riasan. Gadis itu polos. Namun, terlihat begitu dewasa.
Sengaja, Vernon menaruh bouquet roses yang ditinggalkan mommy nya. Tepat di sisi Savana. Ia ingin melihat reaksi gadis itu ketika bangun.

"Kau sudah melupakan Larissa, 'kan?" terbesit , sekilas. Pertanyaan yang dikirim Marck hari ini. Vernon bahkan tidak menjawabnya.

"Larissa!" sebut Vernon. Meraih ponsel miliknya. Memerhatikan galeri foto yang terus ia sematkan pada folder terkunci. Memerhatikan gambar. Vernon menelan ludah. Melirik Savana sekilas. Mereka hampir mirip.

"Ck. Untuk apa aku mengingat wanita itu!" decak Vernon. Menekan tombol back pada layar ponselnya. Buru-buru menarik napas dan menghela nya berat.

"Savana," gumam Vernon, dalam hati. Tanpa melepas pandangan dari gadis itu meski sedetik.

Sejak hari itu, mereka membangun hubungan yang cukup intens. Semakin intim dan liar. Savana bahkan berani bercinta di ruang dosen pribadi milik Vernon bahkan toilet pria Resseaou. Tidak sedikit waktu yang mereka lewati. Dua tahun, keduanya saling menikmati. Tanpa ketahuan, dan terkontrol. Selama itupun, Savana terus menegaskan tentang posisi Vernon di hidupnya. Tidak ada yang lebih.

Sementara Victor. Ia cukup sukses di bidangnya, tetap bertahan di posisinya sebagai CEO perusahaan. Beberapa kontrak penting yang Maxent inginkan dapat teratasi. Savana pun masih sering menunjukkan ketertarikan. Meski begitu, tidak ada hubungan yang jelas antara keduanya. Sempat terdengar kabar, bahwa kini Victor malah menjalin hubungan bersama Ruby Rovenstine. Hal tersebut, membuat Savana jengah, bahkan muak saat melihat keduanya bersama.

______________

Satu kalimat untuk Savana Morgan.

Part kedepan, udah mulai masuk kembali ke keadaan dua tahun mereka, yaa. Ayo, ngarep apa nih setelah dua tahun Pak Dosen & Savana jadi temen ranjang?

Spam komen di sini.

••••

Pak Dosen Sadboy


Dedek Emesh yang gak sadar-sadar


Bg Victor kang PHP


Emak bapak Kang Rusuh

Kang Kadu

Continue Reading

You'll Also Like

0 6K 14
[ PART DI HAPUS, LENGKAP DI KARYAKARSA] Sexy saja, tidak cukup untuk menggambarkan sosok dari Caramel Antoinette Flecter. Dirinya yang dulu, hidup be...
16.6M 707K 41
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.1M 10.8K 5
[ PART DI HAPUS, LENGKAP DI KARYAKARSA dengan Judul Demons Loving Me ] 40 bulan ... Lorna mencoba menenangkan diri di negara Haggen. Bekerja dan menc...
126K 4.1K 52
NSFW - [D23+] [√ SELESAI] [THE DARK 5 BOY SERIES #1] Chasing Back of Mine © 2017, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer:...