Aku Tak Membenci Hujan [ TERB...

By Green0731

9.2M 585K 47.6K

[ SUDAH DI BUKUKAN ] NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TBO. "Jangan pernah membenci hujan Rang. Karna hujan itu... More

# Prolog #
Hujan Pertama
Hujan ke_2 ( Main Cast )
Hujan Ke_3
Hujan Ke_4
Hujan Ke_5
Hujan Ke_6
Hujan Ke_7
Hujan Ke_8
Hujan Ke_9
Hujan Ke_10
Hujan Ke_11
Hujan Ke_12
Hujan Ke_14
Hujan Ke_15
Hujan Ke_16
Hujan Ke_17
Hujan Ke_18
Hujan Ke_19
Hujan Ke_20
Hujan Ke_21
Hujan Ke_22
Hujan Ke_23
Hujan Ke_24
Hujan Ke_25
Hujan Ke_26
Hujan Ke_27
Hujan Ke_28
Hujan Ke_30
Hujan Ke_31
Hujan Ke_32
Hujan Ke_33
Hujan Ke_34
Hujan Ke_35
Hujan Ke_36
Hujan Ke_37
Hujan Ke_38
Hujan Ke_40
TEMPAT PEMBELIAN NOVEL
INFO PENTING
INFO TERBIT...!!!

Hujan Ke_29

130K 11.5K 601
By Green0731

Jangan lupa ramaikan setiap paragraf dengan komen dong

Bantu Karang - Launa berburu penerbit dengan spam komen sebanyak-banyaknya

Yuk bisa 1000 komen setiap part

happy reading

*
*
*
*
*

Walaupun aku hanya sebatas bayangan
Namun hatiku nyata
Mencintaimu adalah kenyataan yang terhalang oleh bayangan

* * * * *

Mobil porchse hitam milik Agha melesat membelah sore ibukota yang mulai di padati para pekerja yang lalu lalang mencari tumpangan untuk pulang.

Tak ada pembicaaraan berarti diantara keduanya, tiga puluh menit perjalanan berlalu, hanya di temani musik R&B yang mengalun syahdu dari player music yang Agha putar.

"Lon..." Agha yang tak tahan akan situasi hening bak kuburan, akhirnya memanggil nama Launa pelan.

"Hm..." Jawab Launa yang asyik dengan ponsel ditangan.

"Lo sibuk?" Tanya Agha kikuk.

"Hm...kenapa?" Tanya Launa balik tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Nggak jadi"

"Ngomong aja, tumben banget lo pemalu"

"Hampir dua bulan lo sama gue, apa gue nggak berarti apa-apa buat lo?" Tanya Agha mendadak membuat Launa tercekat.

"Jangan pake mode serius deh, lo tetep jadi Agha yang kek biasanya aja" Launa mencoba cuek dengan pertanyaan Agha yang tiba-tiba.

"Jawab aja" desak Agha.

"Emoh, pertanyaan lo nggak penting"

"Iya buat lo, tapi penting buat gue"

"Oke.. lo nggak berarti apa-apa buat gue.. udah??" Jawab Launa masih dengan cueknya.

"Maafin gue Gha, karna gue nggak bisa jujur sama lo, keberadaan lo sekarang sangat berarti bagi gue, setidaknya gue bisa melepas rindu dengan melihat wajah lo setiap saat"

"Oh gitu..." tak seperti biasa, wajah Agha saat ini tampak sendu, raut kekecewaan nampak jelas disana.

"Lo kenapa sih?! bikin suasana jadi nggak enak tau...!!!"

"Nggak ada, lupain aja"

"Ngomong aja, mumpung ada kesempatan...!!!"

"Iya..ya.. lo bener, mumpung gue ada kesempatan, soalnya gue kan cuman bayangan yang bisa ilang kapan aja" Sarkas Agha.

"Kan gue udah bilang maaf, pendendam banget sih jadi orang."

"Lo marah sama gue Lon?"

"Nggak..."

"Tapi nada lo kayaknya sewot terus dari tadi"

"Perasaan lo aja kali, gue biasa aja..."

Agha terdiam, Launa sepertinya tidak mood dengan Agha hari ini.

"Kalo lo ogah pergi, kita balik aja, mumpung kita baru setengah jalan" tawar Agha.

"Lo mau bikin gue nggak di tegur setaon sama Thalia dan Gladis?!!!"

"Duh..Salah lagi deh gue..."

Suasana kembali hening, ditemani lagu Bruno mars yang mengalun syahdu, mobil Agha meluncur menuju arah Bogor.

"Lon..."

"Apa lagi??!! mending lo nyetir yang bener deh, gue lagi males ngomong" bentak Launa yang membuat Agha seketika terdiam.

Agha menghela nafas panjang, ia pikir mungkin ia adalah penyebab Karang yang tak juga kembali, tapi apa yang telah ia lakukan?

Mungkin Launa sangat merindukan Karang dan Agha mencoba memahami itu, Agha pun berharap agar Karang segera kembali, tapi bagaimana caranya, ia pun heran, kenapa ia bisa bertahan begitu lama menggantikan Karang, apa yang terjadi sebenarnya? otak Agha terus berpikir keras guna mencari apa yang salah kali ini.

Jika saat ini ia bisa bertahan hampir sebulan lebih, akankah ia bisa menggantikan Karang selamanya??

Entah karna mereka mempunyai tubuh dan hati yang sama, rasa cinta untuk Launa sudah ada sejak pertama kali ia bertemu. Sikap kasar dan sok jual mahal yang Agha perlihatkan, tak lain hanya sebagai tameng untuk melindungi hati agar tak terlalu mencolok.

Haruskah ia mengatakan isi hatinya sebelum ia menghilang?
Benar kata Launa, ia hanyalah sebuah bayangan yang hanya di ciptakan oleh rasa sakit yang di alami Karang dan bisa menghilang kapan saja tanpa bisa ia prediksi.

Sejatinya, ia tak ingin ada diantara cinta Karang dan Launa, berusaha merecoki hati Launa yang seutuhnya untuk Karang tak serta merta membuat ia bahagia, namun apa daya, rasa itu tumbuh tanpa pernah bertanya, dalam waktu yang singkat, gadis manis itu berhasil mencuri secuil hati.


* * * * *

Agha dan Launa pun akhirnya tiba di sebuah villa mewah yang ditamannya sudah dihias sedemikian rupa untuk merayakan ulang tahun ke tujuh belas seorang anak pengusaha shorom mobil mewah bernama Catherin slovanski. Seorang gadis blasteran Rumania, yang dulu pernah singgah di hati Orion sagara.

"Hai Rang" Sapa seorang gadis cantik bertubuh tinggi dengan kulit putih kemerah-merahan khas Eropa.

"Hai..." sapa Karang kikuk, ia kembali di posisikan dalam permainan tebak menebak wajah dan karakter.

"Jangan tinggalin gue lo" bisik Agha ke Launa menekan.

"Siapa suruh lo sok-soan datang ketempat ginian, sudah tau akan banyak orang."

"Jangan salahin gue lah, gue juga bingung gimana cara nolak ajakan Lukka"

"Eleehhhh... alesan, bilang aja lo lagi pengen seneng-seneng"

"Dia siapa Rang?" Tanya catherin memecah perdebatan.

"Oh dia, kenalin cewek gue" balas Agha.

"Heehhh?? nggak salah lo Rang? masa ini cewek lo? lo becanda kan??" ucap Catherin dengan pandangan jijay sembari terkekeh.

"Emang kenapa kalo dia cewek gue?" balas Agha sinis.

"Ya aneh aja, sekelas lo gitu, tapi cewek lo segini doang"

"Maksud lo??!!"

"Banyak cewek yang lebih cantik yang antri buat jadi cewek lo Rang, dan lo pilih ngasal cewek model ginian, yang bener aja lo...hh...!!!"

"Gue pikir ucapan lo keterlaluan deh, dan itu nyinggung gue banget"

"Keterlaluan gimana?? gue ngomong apa adanya koq"

"Cat...!!! sini...!!! ada tamu lo nih...!!!" tiba-tiba seseorang dari kejauhan memanggil nama Catherin.

"Oh dia Catherin" batin Agha.

"Sorry Rang, gue tinggal dulu...bye"

Belum sempat Catherin melangkahkan kaki, Agha menangkap lengan Catherin dengan cepat.

"Minta maaf dulu sama cewek gue"

"Ch.. gue minta maaf buat apa?" jawab Catherin mendecih.

"Ucapan lo yang ngehina dia."

"Ucapan yang mana yang menurut lo ngehina, gue bicara fakta!!!"

"MINTA MAAF NGGAK...!!!" Bentak Agha, lengan Catherin pun tak lepas dari rasa kesal, ia meremas lengan itu semakin keras.

"Sakit Rang, lepasin tangan gue" pinta Catherin meringis.

"Apaan sih lo?!!! Lepasin...!!!" Launa yang tadinya hanya diam berdiri di samping Agha, menghentak tangan Agha untuk berhenti.

"Lepas...!" bukannya menurut, Agha malah balik menghentak tangan Launa, kali ini ia benar-benar tak bisa di hentikan.

"MIN...TA... MA...AF... SE...KA...RANG...!! Agha mendekatkan tubuhnya ke arah Catherin, ia menatap tajam ke mata Catherin yang sudah merasa sedikit terintimidasi.

"Okey... okey...fine.. gue minta maaf" Catherin mundur beberapa langkah menjauhi tubuh Agha.

"Sorry..." Lanjut Catherin.

"Sorry buat apa?" Ucap Agha menimpali.

"Sorry buat omongan gue barusan..."

"Nggak apa-apa nyante aja" balas Launa.

"SEE...PUAS LOHHH...!!!" seru Catherin menabrak badan Agha sebelum ia berlalu pergi.

"Penting ya lo ngelakuin hal nggak penting kek gini?" Ucap Launa kesal, karena begitu santainya Agha menantang Catherin yang jelas-jelas sebagai tuan rumah acara ini.

"Penting...!!! sangat penting" Jawab Agha sembari menyambar segelas air minum yang terhampar di hampir setiap sudut taman.

"Buat apa? bagi gue itu cuman tindakan konyol" Balas Launa.

"Denger ya nona Launa felicia damaris, gue Agha sebasta daneswara nggak suka dan nggak boleh ada siapapun yang ngejelekin lo, gue akan buat perhitungan dengan mereka yang berani ngelakuin itu, siapapun orangnya...PAHAM...!!!" selepas meluapkan isi hati, Agha berlalu dari pandangan Launa, ia menelusuk ke belakang taman mengepulkan asap rokok yang ia beli di perempatan jalan.


* * * * *


"Yon..." Thalia menyusuri jalan setapak di belakang villa tempat acara berlangsung.
Setelah seseorang yang tak ia kenali, meminta ia ke belakang taman untuk menemui Orion yang katanya tengah mabuk berat.

Pasangan ini datang lebih awal untuk menghindari kemacetan ibu kota, namun mereka belum bertemu dengan Launa dan Agha yang datang setelahnya.
Sedangkan pasangan Lukka dan Jonny belum terlihat hilalnya sama sekali.

"Yon..." Thalia memanggil nama orion kembali, berharap ia segera menemukan Orion di tempat yang gelap dan sepi ini.

"Yon... lo dimana??" tak juga mendapatkan jawaban, Thalia pun mencoba menghubungi ponsel milik Orion yang sekiranya bisa mendapatkan jawaban, namun usaha ini pun tak berhasil, nomor Orion tidak aktif.

Tiba-tiba saja
"Mmmmm...mmmmm...mmm..." sebuah tangan kekar mendekap mulut Thalia dari belakang, lantas ketiga lelaki tak dikenal itu, menggotong tubuh Thalia menuju sebuah gudang kosong.

"SIAPA KALIAN...!!! MAU APA KALIAN...!!! TOLOOOONGGGG...!!! TOLONGGGGG!!!" Thalia berteriak meminta pertolongan sembari melempar apa saja ke arah ketiga manusia yang sama sekali asing baginya.

"PEGANG DIA...!!! teriak lelaki pertama, setelah menerima perintah, kedua lelaki yang lain menangkap tubuh Thalia, tak tinggal diam, Thalia menggigit salah satu lengan mereka lalu berlari menjauh.

"TOLOONGGGG....!!! TOLOONGGGG....!!! Baru beberapa langkah, tubuh Thalia sudah kembali tertangkap, kesal atas perlawanan Thalia, seseorang dari mereka melayangkan beberapa kali pukulan dan jambakan yang membuat tubuh Launa terhempas.

Setelah dirasa Thalia tak mampu melawan, dengan gahar, mereka menidurkan tubuh Thalia di lantai kotor dan basah, merobek baju yang di kenakan gadis blasteran Cina-indonesia itu tanpa ampun.

"Tolong lepaskan saya..." dengan kesadaran yang tersisa, Thalia meminta belas kasihan, namun mereka tak mengindahkan apapun yang keluar dari mulutnya, mereka mulai menjamah tubuh Thalia, membuka paksa baju gadis itu yang saat ini begitu anggun menggunakan dress cantik berwarna hijau tosca.

"Lepasiiinnnn... saya mohon... jangan...jangan...jangan lakuin ini" Thalia terus menangis tanpa bisa melakukan apa-apa.

"ANJIIINGG...!!! BIADAAPPPPP.....!!!!" Tiba-tiba Agha datang sebelum mereka sempat melaksanakan niat busuk mereka ke Thalia. Agha berlari menerjang badan lelaki yang saat ini sedang asyik menindih tubuh gadis malang itu.

Bbugh...!!!

Bbakkk...!!!

Bbugh..!!!

Bbbak...

Bbaak...

Bbugh...!!!

Tendangan dan pukulan, Agha layangkan bertubi-tubi, tiga orang terasa sangat mudah baginya, lantas dengan segera Agha membuka jas yang ia kenakan untuk menutupi badan Thalia yang sudah setengah telanjang.

"Lo nggak apa-apa?

"Awassss..." Teriak Thalia ketika melihat salah seorang dari mereka mendekat hendak memukul Agha dengan tongkat besi, dengan sigap Agha menghidar, menangkis tongkas besi kemudian memelintir tangan mereka dengan satu tangan.

Dengan amarah yang memuncah, Agha tak melepaskan mereka begitu saja, ia kembali menyerang mereka sampai dua diantara mereka pingsan dengan luka di wajah yang mengenaskan.

Kini tersisa satu orang yang Agha lihat tadinya begitu congkak menindih tubuh sahabatnya, ia tak peduli mesti dengan airmata berlinang, Thalia menangis meminta belas kasihan.

"Kenapa?? kenapa kalian melakukannya??" Agha maju perlahan mendekati lelaki yang tersisa yang sepertinya mulai ketakutan. "Kenapa?? apa salahnya? sampai kalian memperlakukan dia seperti itu?" Mata Agha terlihat sangat menakutkan, airmata kemarahan mulai mengenang. Si lelaki terus mundur menjauhi tubuh Agha yang terus merangsek mendekat.

Merasa terdesak, si lelaki pun mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam saku celana "Lepasin dia Rang, biarin dia pergi, dia bersenjata!!!" Teriak Thalia yang tak ingin jika sahabatnya terluka.

"Mau bunuh gue, silahkan!!! tusuk!!! tusuk dimanapun lo suka!!! tantang Agha dengan tatapan yang tak kalah tajam dengan pisau yang kini mengarah padanya.

Tanpa basa basi, si lelaki langsung menyerang Agha dengan pisau lipat yang ia bawa, dengan sigap Agha berkelit menghindar, kemudian memegang tangan yang sedang memegang pisau, memelintir hingga pisau yang di pegang si lelaki jatuh ke lantai.

Agha lantas memukul si lelaki hingga tersungkur, menindihnya lalu memukul wajah si lelaki hingga babak belur, Agha seakan telah dikuasai oleh kemarahan yang berapi-api hingga ia tak sadar, Lukka dan Jonny yang datang melerai.

"Lepasin dia Rang, lo bisa ngebunuh dia" Seru Jonny yang berusaha mengangkat Agha dari badan si lelaki, namun Agha mendorong tubuh Jonny hingga terjungkal, ia seakan tak bisa mendengar semua suara yang datang memintanya untuk berhenti.

"Dasar manusia sampah, lo nggak layak ada di dunia" Ucap Agha seperti orang kesurupan, ia terus memukuli wajah si lelaki yang sudah tak sadarkan diri. "Manusia kek lo, pantasnya di neraka" Agha kembali melayangkan pukulan ke wajah si lelaki hingga mengucurkan darah segar.

"KARANG... KARANG BERHENTI!!!KARANG SAMUDRA...!!!" Panggilan Launa seakan hipnotis yang langsung membuat Agha menoleh, Launa yang mengenali mata sendu itu langsung berhambur berlari mendekati.

"Lon...dia"

"Hm.. lepasin dia Rang" Ucap Launa lembut pada sang kekasih yang telah kembali.

"Thalia sudah aman, dia sudah di bawa kerumah sakit" lanjut Launa, ia membelai wajah Karang dengan penuh rasa sayang.

"Makasi karena sudah kembali" Launa memeluk tubuh yang telah lama ia rindukan, seketika pikirannya teringat akan perseteruan terakhirnya dengan Agha, Agha pergi dengan perasaan terluka, tanpa sempat ia mengucapkan kata maaf, Agha telah kembali tertidur, dalam tidur panjang yang entah kapan akan ia akan jumpai.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Launa memeriksa setiap jengkal tubuh sang pujaan hati.

"Hm.. aku nggak apa-apa, apa kamu merindukanku?"

Launa mengangguk "Sangat..." dengan pandangan penuh cinta, Launa mulai meneteskan airmata bahagia.
Ia begitu bahagia hingga ia lupa jika mereka harus segera melihat keadaan Thalia.

"Eeeee... koq nangis...?" Karang mengusap buliran bening yang mulai menapaki wajah Launa.

"Jangan nangis, maskaranya luntuh tuh, jadi kek zombie kan?"

"Bodo..."

Karang membawa tubuh mungil Launa ke dalam pelukan, ia melingkarkan lengannya begitu erat, seerat rasa rindu yang telah lama ia sematkan. "Maafin aku sayang, aku janji nggak akan ninggalin kamu lagi"

Tuns jantung terindah didunia telah kembali berdetak, Launa merasa awan mendung telah berlalu dari langitnya, pun dengan hati yang selama ini lelah merindu, semua sudah terobati dengan kembalinya ia yang tercinta di sisi.


* * * * *


Dalam koridor rumah sakit, terlihat Orion berjongkok lesu, hatinya masih berperang dengan rasa bersalah yang teramat sangat.

Ia tak menyangka jika panggilan Catherin adalah kali terakhir ia melihat Thalia, sebelum mereka, manusia laknat itu menghancurkan senyum manis di wajah gadisnya.

Sungguh ia tak menyangka jika Catherin, seorang gadis berpendidikan dan dari keluarga terpandang, tega melakukan hal serendah itu hanya untuk membalas dendam untuk kesalahannya di masa lalu.

Sungguh malang nasib Thalia, berkenalan dengan Orion mungkin adalah suatu kesalahan.
Bagaimana tidak, paras tampan Orion, bukannya membawa bahagia malah justru memberinya banyak rasa sakit.

"Brengsekkk...!!!" Karang tiba-tiba menyerang Orion, ia mengcengkram kerah baju Orion geram "Gue sudah bilang, jauhin barang haram itu sialaaannn...!!!"

"Rang... lepasin, ini rumah sakit!!! Seru Launa memisahkan mereka.

"Lo kemana saat Thalia butuh lo...haahhh!!! Lo ngefly bareng temen-temen sialan lo itu kan?!!"

"Karang...!!!" Launa terus menarik kemeja putih Karang yang di hiasi banyak bercak darah.

"Gue kecewa sama lo Yon, kali ini lo bener-bener kelewatan"

"Sudah Rang, ini rumah sakit" lerai Lukka yang saat ini pun merasa bersalah telah memaksa Thalia untuk datang menghadiri pesta.

"Lo make Yon?? Lo gilakkk...!!! Seru Jonny. Ia tak habis pikir jika sahabatnya yang paling pendiam itu memilih narkoba sebagai pelampiasan.

"Daammm..!!!" Lukka meninju tembok melampiaskan rasa kecewa.

Orion yang mendapat serangan dari berbagai arah, hanya bisa pasrah, ia tak melakukan pembelaan sama sekali, menjelaskannya pun akan terasa sia-sia.

"Eh kalian.. kenapa diluar, yuk masuk..." sapa Calisa dengan raut wajah sedih, ia baru kembali dari ruangan dokter untuk berkonsultasi.

Didalam ruangan bernuansa putih tersebut, Thalia terbaring dengan infus yang menempel di pergelangan tangan.

"Kata Dokter tidak ada luka serius, tapi mungkin luka psikisnya perlu penanganan lebih lanjut, tadi Thalia sempat berteriak makanya dokter menyuntikkan obat penenang" jelas Calisa setelah mereka semua termasuk Gladis memasuki ruangan.

"Rang..." lirih Thalia yang sepertinya sudah mulai tersadar.

"Ya sayang..." mendengar putrinya tersadar dan seperti mengatakan sesuatu, membuat Calisa beranjak mendekat.

"Karang Mami..." lanjut Thalia terbata-bata.

"Karang...?" ulang Calisa tak mengerti.

"Saya tante" jawab Karang setelah mendengar namanya diucapkan.

"Karang..." Thalia kembali mengulang ucapannya.

"Gue disini Thal"

"Karang.. " Thalia kembali memanggil namanya.

"Rang...kayaknya Thalia nyari kamu" ucap Calisa.

Karang beranjak mendekati Thalia, sungguh miris melihat wajah sahabatnya sudah tak berbentuk lagi, bengkak dan lebam kini menghiasi wajah cantiknya.

"Pegang tangan gue Rang, gue mau tidur, gue takut mejamin mata..."





Bersambung...



Yuk spam komen
sebanyak-banyaknya
biar author semangat

Sampai ketemu di part selanjutnya.





Continue Reading

You'll Also Like

9.4K 804 13
-kisah ini tentang kita yang tidak direstui semesta hai.. cinta itu ada dan nyata dan semua orang mempunyai perasaan cinta itu cinta tidak bisa kita...
56.1K 9.8K 9
"Pak." "Pak." "Ya, dek?" "Martabak coklat kacang 1." "Martabak coklat kacang 1." "Kok lo ngikutin gue, sih?" "Dih, enak aja. Lo yang ngikutin!" Inspi...
23.6K 2.9K 28
Bagi Darla, menyukai Genta seperti mengagumi keindahan bintang di angkasa. Terasa dekat di hati, tetapi begitu jauh ketika ia menengadah ke langit. ...
1.3K 468 9
"jangan sesekali kamu menyia-nyiakan cinta yang tulus dari seorang perempuan, karena tanpa cinta, Hidupmu Ibarat lukisan tanpa adanya sebuah konsep...