EVERNA SAGA lintas.masa

By Everna

6.2K 501 36

Wahai penjelajah, mari bertualang melintas zaman dan masa Dari masa dunia dipulihkan dan sihir kembali lahir... More

PESAN DALAM BOTOL Andry Chang
PADANG AMRU Grande Samael
KEMBALI DI DESAKU Anjar Adityatsu
KUTUKAN SANG PENYIHIR Kayzerotaku
EVE Bayee Azaeeb
LEINA DAN MALIN Andry Chang
SEBUAH PENGEJARAN Kayzerotaku
SIHIR VS ROBOT Wiendi Lauwinder
MALAM 1001 MALAM Dini Afiandri
CEI: SUDAH BERLALU Mad-Writer
CEI: SUDAH TERKUBUR Mad-Writer
ARTI SEBUAH KEKUATAN Wiendi Lauwinder
LUKA LUNA Renee Keefe
LORONG KRISTAL Rexa Strudel (Bagian 1)
LORONG KRISTAL Rexa Strudel (Bagian 2)
LARCUS Cecilia Lika
LEGENDA LI JUNYANG Andry Chang
SEDEKAPAN ASAGAO Duniamimpigie
KISAH SANG SUMBER Andry Chang
DEWASA ATAU MATI Andry Chang

DUA GELANG YANG TAK BISA BERSAMA Shin Elqi

191 22 4
By Everna

DUA GELANG YANG TAK BISA BERSAMA Shin Elqi

Aku pindah ke Indranara, sebuah negara di Jazirah Antapada yang memiliki ribuan pulau dengan keindahan yang tidak diapresiasi penuh oleh sebagian penduduknya. Aku tinggal bersama pamanku yang masih melajang dan selalu sibuk dengan pekerjaan. Ia memberiku uang saku tiap bulan dan berpesan, aku harus mengurus diriku sendiri dan hidup selayaknya lelaki sejati. Meski aku tidak paham maksud kalimat terakhir itu, tetapi aku merasa telah menjalani hidup seperti itu sebelumnya.

Aku lahir dari rahim istri simpanan. Ibuku meninggal setelah melahirkanku, lalu ayah membawaku ke rumahnya. Masuk dalam keluarga sahnya. Di sana, aku tidak dianggap sebagai bagian keluarga, bahkan diriku tidak pernah dianggap ada. Ibu tiriku hanya memandangku sebagai benalu, meski tidak terang-terangan menunjukkannya, tidak pula berpura-pura sayang padaku. Sementara saudara-saudara tiriku, tidak mau dekat-dekat denganku. Mereka bahkan memintaku merahasiakan hubungan "tiri" yang mengikat darah kami. Ayahku cukup peduli padaku, tapi ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja, dan tentu saja bersama keluarga sahnya.

Hal tersebut tidak serta merta membuatku jatuh pada kesedihan, lalu terjerumus ke jalanan yang penuh dengan orang-orang haus kasih sayang. Dengan memiliki ayah yang kaya-raya serta tinggal di negara yang penuh dengan peralatan elektronik berteknologi canggih, jadilah aku menekuni sebuah dunia yang mengasyikan. Menjadi peretas.

Awalnya aku hanya iseng meretas beberapa website lokal dan data perusahaan yang memiliki karyawan cantik. Ketika umurku 14 tahun tahun, aku ikut andil dalam meretas sistem konsol game agar bisa memainkan game bajakan.

Pada umur 16 tahun, aku berhasil mencuri data salah satu perusahaan telepon pintar yang berkedudukan di negaraku. Saat itulah aku ditangkap dan dipenjara selama sebulan, sampai sidang menjatuhiku vonis berat. Aku harus meninggalkan negara tempatku lahir dan tidak boleh menyentuh komputer atau peralatan yang bisa menggunakan akses internet selama sepuluh tahun.

Pada awalnya aku berpikir hukuman itu bisa diakali saat aku sudah berada di tempat pengasingan ini. Aku bisa sembunyi-sembunyi menggunakan komputer, bahkan meretas sistem yang kecil tanpa bisa dideteksi. Namun pikiran itu segera runtuh saat para polisi menggiringku ke sebuah ruangan untuk menemui seorang kakek tua bermata tajam. Kakek itu memberiku sebuah gelang berwarna hitam dan memakaikannya ke pergelangan kiriku. Setelahnya, mereka kembali membawaku ke ruangan lain dengan beberapa komputer. Salah satu polisi memberiku perintah untuk menyalakan salah satu dari komputer tersebut.

Aku tidak mengerti pada awalnya, dan mengikuti saja perintah polisi itu. Saat aku menekan tombol start, sebuah tegangan listrik menyebar di seluruh tubuhku. Rasanya seperti ribuan jarum menusukku bersamaan, dan pusatnya berada di pergelangan tangan kiri.

Belum sempat kagetku hilang, salah satu polisi memberikan ponselnya. Ia menyuruhku untuk membuka internet. Sesaat setalah aku menekan ikon browser, sekali lagi sengatan itu membuatku tersungkur ke lantai dengan kepala berkunang-kunang.

"Gelangnya berhasil dengan baik," kata kakek tua itu, sebelum aku pingsan.

Saat sadar, aku telah berada di pesawat bersama salah satu petugas kepolisian. Ia menerangkan secara singkat bahwa kepolisian dan keluargaku sepakat aku harus tinggal bersama Paman JinHe-yo yang tinggal di Indranara. Ia juga berkata bahwa gelang yang kupakai mengandung sihir. Jika aku berusaha menggunakan komputer atau mengakses internet, akan ada sengatan listrik yang mengalir dari sana.

"Sihir?" kataku yang masih belum percaya sepenuhnya, meskipun sudah dua kali tersengat. "Bukankah sudah tidak ada lagi yang bisa menggunakannya sejak peralatan elektronik merajalela?"

"Jika hal itu bermanfaat, hal itu akan terus dipelihara sampai kapanpun, meski terlihat tidak ada yang peduli."

Petugas yang tidak kuketahui namanya itu, memanggil pramugari dan memesan dua minuman bersoda sebelum berbicara lagi—seperti guru sejarah di sekolah. Bedanya ia laki-laki dengan tampang sangar, sementara guruku langsing dan berwajah cantik.

"Anak-anak sekarang sudah jauh melupakan hal-hal yang berbau masa lalu, padahal jika diteliti lebih dalam, hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu itu lebih bermanfaat dan berdaya guna tinggi, seperti gelangmu itu."

Aku tidak ingin mendengar ceramah petugas itu lagi, dan pergi ke kamar mandi. Setelah kembali lagi, di tempat dudukku sudah tersedia minuman bersoda, sementara petugas itu duduk sambil membaca sebuah majalah. Akan lebih asyik jika yang ia pegang adalah majalah dewasa, bukan berita kriminal internasional.

==oOo==

Pada awalnya—setelah mengetahui aku tidak akan bisa mengoperasikan komputer dan mengakses internet selama sepuluh tahun—aku berpikir hukuman yang kuterima terlalu berat dan pasti bisa membuatku putus asa, lalu bunuh diri sebagai titik akhirnya. Namun setelah tiba di tempat pamanku, pikiran itu tidak pernah menjadi nyata.

Ada banyak hal di tempat paman yang membuatku melupakan komputer dan internet untuk beberapa saat. Yang paling utama adalah makanan. Makanan di tempat tinggal paman kebanyakan dibungkus dengan daun pisang, yang membuat aromanya lebih menggugah dan menambah kelezatannya. Sementara di tempatku dulu, terlalu banyak  bungkusan plastik yang baunya tidak terlalu sedap.

Di tempat pamanku pula aku mengetahui, kalau batangan baja yang di susun rapi dan dipukul, bisa menjadi alat musik yang bagus. Ada pula panci berbentuk aneh yang disusun terbalik, dengan suara khasnya yang membuat hati merasa tenang jika dimainkan.

Ada pula boneka tipis yang terbuat dari kulit, dipotong dan digambar dengan pola tertentu untuk menciptakan sebuah tokoh, lalu beropera di atas batang pisang. Mereka bahkan bisa mempertunjukkan adegan pertarungan yang sangat luar biasa dan elegan.

Banyak sekali hal-hal yang tidak berbau komputer atau internet di tempat paman, yang membuatku sejenak berpikir, bahwa hal-hal dari masa lalu tidak sepenuhnya membosankan dan tidak menarik.

Setelah satu bulan di tinggal di tempat paman, paman memasukkanku ke sebuah sekolah. Di sana aku berusaha berbaur dengan teman-teman berkulit kuning langsat, namun kebanyakan tidak bisa langsung akrab denganku. Bukan karena aku orang Taehon, tetapi karena mereka lebih tertarik pada sesuatu.

Para siswa Indranara ini lebih banyak menggunakan ponsel berinternet dan selalu membahas hal itu. Hanya sedikit yang bisa kuajak memperbincangkan tentang boneka tipis di atas batang pisang, atau makanan tradisional. Mereka lebih banyak makan di restoran cepat saji, yang penyajiannya terasa lebih buruk dari negaraku.

Namun, ada satu temanku—teman sebangku—yang sedikit membuatku merasa penasaran. Gadis itu terlihat tak banyak bicara, bahkan cenderung untuk menyendiri. Ia tampak berusaha membentengi diri jika ada teman-teman lain yang mencoba mendekatinya, termasuk diriku.

Ia bukan orang yang terlihat memegamg ponsel berinternet setiap waktu, yang ia pegang hanya buku atau pena dan jurnal. Tempatnya untuk menghabiskan waktu istirahat hanya ada dua, perpustakaan atau atap gedung jika matahari tidak terlalu terik.

Jika aku mencoba berbicara dengannya, ia hanya menjawab sekenanya saja. Bahkan tidak pernah berinisiatif untuk memulai sebuah obrolan. Wajahnya tidak cantik, juga tidak pantas disebut jelek meski tampak selalu kusam dan berminyak. Rambutnya lurus saja sepinggang, dan ia berkacamata. Ia mungkin satu-satunya murid di sekolah yang memakai rok panjang dengan kemeja menutupi pergelangan tangan. Sederhananya, ia tidak menarik, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku ingin mengenalnya lebih jauh.

"Itu pasti cinta," kata pamanku setelah aku menceritakan tentang gadis itu. "Umurmu sudah lebih dari cukup untuk merasakan perasaan itu."

"Aku rasa bukan,paman. Perasaan ini tidak seperti drama yang kulihat di televisi."

"Drama di televisi itu kebanyakan berisi kebohongan. Dalam kenyataan, itu sangat jauh berbeda. Apalagi drama televisi di negara ini, yang isinya mengambil dari luar negeri dan dikemas dengan pembodohan."

Obrolanberakhir saat paman menanyakan nama gadis itu, yang inginkurahasiakan darinya.

Setelah mendengar kata-kata paman, aku menjadi resah. Apakah yang aku rasakan ini cinta? Namun aku merasa biasa saja, tidak bahagia tiba-tiba saat mengingatnya, atau merasa harus cepat-cepat bertemu dengannya kembali. Aku hanya merasa, ada sesuatu yang dirahasiakan Eliya, gadis yang duduk di sebelahku itu.

==oOo==

Tiga bulan setelah aku masuk sekolah, ada kejadian yang menimpa Eliya yang membuatku tahu rahasianya. Juga hal itu mematahkan sihir yang berada di pergelangan tangan kiriku.

Waktu itu jam istirahat hampir berakhir dan kulihat ia turun dari tangga atap. Aku menunggunya di bawah dan berencana pergi ke kelas bersamanya. Namun di tengah tangga, kakinya tergelincir dan jatuh. Aku sigap menangkapnya untuk menghindari cedera lebih parah. Aku jatuh ke lantai dengan Eliya di atas tubuhku. Saat itulah hal itu terjadi.

Kulit Eliya yang kusam tiba-tiba cerah dan memesona. Wajahnya menjadi cantik, dan rambutnya berkilau indah. Lebih dari itu, di punggunya tumbuh sayap semi transparan yang berpendar keemasan.

Eliya segara berdiri dan merebut sesuatu dari tanganku. Sebuah kalung berbandul bola. Ia tergesa-gesa memakainya, dan setelah itu semua yang membuatnya terlihat memesona, hilang seketika. Ia berubah menjadi Eliya yang lusuh dan tidak menarik. Dan ia menatap marah padaku sebelum berlari pergi.

Aku kembali ke kelas sendirian dan menyadari sesuatu, juga mempertanyakan sesuatu. Perubahan Eliya itu terjadi karena tanganku yang menangkapnya tadi, tanpa sengaja melepas kalung di lehernya. Kalung itu mungkin saja telah ditanamkan sebuah sihir, seperti gelangku. Bedanya, milik Eliya membuat dirinya tidak menarik, dengan kata lain menyembunyikan tubuh aslinya. Pertanyaan yang muncul setelah itu, sebenarnya Eliya itu makhluk apa?

Sebelum aku menemukan jawaban atas pertanyaan itu, seorang murid memberitahu bahwa Pak Guru Zen memanggilku. Aku keluar dari kelas dan melihat guru itu berdiri gusar di dekat tiang. Ia melihatku sebentar, lalu dengan tatapan mata menyuruhku untuk mengikutinya.

Guru itu membawaku ke ruangan Biologi yang sepi, hanya ada Eliya di sana. Duduk dengan wajah tertunduk. Pak guru itu menyuruhku duduk di depan Eliya, sementara dirinya di samping gadis itu. Tanpa basa-basi, ia menyinggung tentang kejadian tadi.

"Kau mungkin bertanya-tanya apa yang kau lihat tadi. Kami bisa memberitahumu asal kau mau melakukan satu hal yang sederhana."

"Apa itu?"

Pak Zen yang dengan dagu habis dicukur rapi, mengambil sebuah gelang dari sakunya. Gelang putih yang indah. "Kau hanya perlu memakai ini."

Aku merasa sedikit takut untuk memakai gelang itu. Bisa-bisa benda tersebut sudah ditanam sebuah sihir seperti yang kupakai di tangan kiri. Namun rasa ingin tahuku tentang siapa sebenarnya Eliya, membuatku membuang rasa takut itu. Aku memakai gelang itu di pergelangan tangan kanan dengan sukarela, dan menuntut sebuah penjelasan.

Pak Zen dengan intonasi seorang pengajar, bercerita tentang Ras Elf. Yang bisa kuingat tentang mereka adalah, ada seorang kakek tua yang tinggal di tengah hutan. Pria tua itu konon adalah elf terakhir yang berada di Everna, karena lainnya telah meninggal karena suatu penyakit aneh. Kakek elf itu meninggal di usia 400 tahun, tempat ketika umurku 9 tahun. Namun apa yang diceritakan Pak Zen jauh berbeda.

Sebagian manusia cemburu pada Ras Elf yang rupawan dan cantik, serta bisa hidup lebih lama. Kemudian mereka menciptakan sebuah virus yang hanya akan menjangkiti Ras Elf, dan mereka akan sepenuhnya berhasil jika salah satu elf tidak membuat sebuah rencana pelarian. Elf yang cerdik itu menciptakan sebuah kalung yang membuat pemakainya—dari Ras Elf—terlihat seperti manusia biasa. Dan para elf yang selamat menggunakan kekuatan kalung itu untuk menutupi jati diri mereka dan menyamar menjadi manusia. Contohnya nyatanya Eliya dan Pak Zen. Mereka adalah elf yang menyamar untuk melindungi diri dari kedengkian manusia.

"Kau mungkin tidak akan percaya dengan cerita yang baru saja aku katakan, tapi perlu kau ketahui, itu sepenuhnya benar." Kata-kata Pak Zen seakan menegaskan bahwa dirinya bisa melakukan apa pun padaku, untuk menjaga rahasia yang telah dibeberkannya. Terbukti dengan kalimat yang ia ucapkan selanjutnya. "Gelang yang kau pakai sekarang tidak akan pernah bisa dilepas. Jika kau berusaha untuk membongkar rahasia kami, baik secara verbal atau pun tulisan, sihir yang kutanamkan pada gelang itu akan membunuhmu seketika. Bahkan sebelum kau sempat mengeluarkan satu kata pun."

Kata-katanya terdengar mengintimidasi dengan kepercayaan diri yang begitu tinggi, dan aku tidak menyukai orang seperti itu. Termasuk dari Ras Elf sekali pun. "Apa Pak Zen yakin gelang ini bisa membunuhku jika aku berusaha membeberkan rahasia Ras Elf ini?"

Aku ingin melihat keraguan di wajah guru itu, namun ia malah mengangguk tegas. Sementara Eliya masih tertunduk, seakan ia akan mendapatkan sebuah hukuman setelah pertemuan ini berakhir. Dan aku baru menyadari alasan dia selama ini membentengi diri dari pergaulan. Namun setelah ini, sesudah jati dirinya kuketahui, mungkin kami bisa menjadi teman baik. Sebelum itu, aku ingin mengalahkan rasa percaya diri Pak Zen yang setinggi langit itu.

"Aku ingin menanyakan sesuatu," kataku. Pak Zen mempersilakanku dengan isyarat tangan. "Jika manusia sudah memakai gelang sihir yang membuatnya tidak bisa melakukan sesuatu yang telah dilarang oleh si pembuat gelang, apakah manusia tersebut bisa memakai gelang sihir lagi dengan larangan berbeda?"

Wajah Pak Zen yang tadinya begitu percaya diri sedikit goyah oleh kalimat yang kuucapkan. Lalu dengan gerakan yang kuatur sedemikian rupa, kuperlihatkan pergelangan kiriku yang memakai gelang sihir hitam. Keterkejutan yang jelas di wajah Pak Zenmemberikan jawaban yang begitu jelas, bahwa manusia hanya bisa memakai satu gelang sihir yang berisi larangan. Untuk membuatnya semakin menarik, aku melepas gelang putih di pergelangan tangan kananku denganmudah.

"Sepertinya, Anda harus melepaskan gelang berwarna hitam di pergelangan kiriku dulu, sebelum memakaikan gelang putih itu. Pertanyaannya, sudikah Pak Zen melepas gelang hitam yang mengandung sihir ini?"

Itu sebuah pertanyaan yang sudah bisa kuketahui jawabannya dari seorang yang memiliki sikap percaya diri terlalu tinggi. Dan sepertinya, negara ini harus bersiap menyambut satu lagi peretas baru yang berasal dari luar negeri.

Indranara: Negara di Jazirah Antapada yang mirip Indonesia di Bumi.

Taehon: Negara di Jazirah Na-Wan, Orien yang mirip Korea di Bumi. Dalam sejarah Everna, Taehon tidak pernah terpecah menjadi seperti Korea Utara dan Korea Selatan.

Shin Elqiadalah seorang kemudianer (sebutan bagi penulis di kemudian.com). Bercita-cita menjadi seorang penulis cerita detektif. Elqi, begitu orang memanggilnya, meski itu bukan nama aslinya. Penulis lebih suka ketika di setiap karyanya tertera nama Shin Elqi, karena punya makna tersendiri baginya. Penulis tinggal di Kota Malang, Jawa Timur. Tetapi, jika ingin menghubunginya bisa lewat akun Facebook dengan nama akun Shin Elqi atau email elqi.ny@gmail.com.

Continue Reading

You'll Also Like

354K 20.5K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
1.1M 104K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
36.7K 2.4K 6
"Karena aku seperti Hujan, yang selalu kembali meski tahu rasanya jatuh berkali-kali." Published : Wattpad ONLY Amazing cover by Expellianmus [THREE...
21.8K 3.7K 33
[Wattys Award Winner 2021 Mystery/Thriller] Sudah terbit di Google Play Books, versi revisi, hanya 16.000 Rupiah Gadis kecil tanpa dosa bergaul deng...