Naruto Uchiha [FF7R]

By callplanet4

1.1K 111 14

[NEW] Uchiha Naruto, Anak kecil yang berprofesi sebagai anbu yang loyal terhadap Danzo harus berakhir terjeba... More

Uchiha Naruto di Nibelheim
Hilang ingatan
Keberhasilan misi pengeboman

Misi untuk Naruto

203 20 6
By callplanet4

Selamat membaca

"Heei Naruto! Aku ingin bicara dengan mu," Barret menemukan Naruto datang ke bar.

"Tentang apa?"

"Langsung saja. Bagaimana kalau kau bergabung dengan AVALANCHE? Kami membutuhkan pengganti Could karena kontrak di antara kami sudah habis."

"Daddy siapa pria di hadapan kita?"

"Jangan takut sayang. Dia sahabat kecil Tifa, apakah kamu bisa ke bawah dulu?" Senyum Barret melihat anaknya takut bersembunyi di kaki besarnya.

"Huum." Angguk Marlene berlari penuh semangat.

"Kami kembali," mereka berdua menoleh ke arah dua orang yang baru saja datang dan masuk ke bar.

Suara itu terdengar seperti Tifa, ia datang bersama dengan pria yang berpakain seperti Soldier dengan pedang besar di punggung, tidak lupa tatapan mata biru yang khas dari eksperimen Shinra.

"Barret.. aku ingin menagih ua-"

"Aku ada urusan sebentar dengan Jessie, jadi tetaplah diam dan duduklah seperti balita," celetuk Barret tidak mood bahas itu untuk beberapa menit ke depan.

Could menghela nafas, lehernya mendongak ke depan saat mendapatkan tatapan kosong Naruto kepada dirinya dalam diam "apa yang kau lihat?"

"Stt tetap humble... hihi dia sahabat ku masa kecil ku Uchiha Naruto." Laki-laki berambut hitam merasakan aura yang familiar di pedang itu, di tambah dirinya seperti mengenal suara dan fisik Could di sebagian memory, tapi tidak tahu di mana mereka berjumpa.

"Huh.. namaku Could Strife, panggil saja Could."

"Aku tahu," balas Naruto menatap polos Could dari bawah ke atas, memaksa pikirannya buat terbuka mengingat sesuatu.

Tifa tertawa kecil melihat kemiripan sifat mereka yang dingin. Ia berlari imut ke conter bar menyiapkan beberapa gelas untuk mereka "ayolah jangan mematung seperti kucing mau berkelahi. Kalian tidak mau minum dulu?" Ujar Tifa tersenyum.

"Aku ingin yang pahit dan berkadar tinggi," pesan Could sambil duduk.

"Dan Naruto?" Tifa memancing fokus pria yang tengah membaca buku yang dirinya belum tahu isi bacaannya.

Mata Naruto melihat polos "aku tidak minum Alkohol."

"Ayolah, mereka sangat enak dan hangat. Aku yakin kamu akan menyukainya."

"Tifa."

Wanita itu berpostur menyesal di hadapan Naruto "ya.. aku juga kadang meminumnya. Tapi tidak sampai berlebihan dan mabuk, aku janji."

Mereka menjeda obrolan demi menghargai keberadaan Could yang sedang menunggu pesanan miliknya. Dengan gaya akrobatik dari Bartender seperti Tifa, para konsumen akan dengan senang hati memberikan tip karna tekniknya begitu menakjubkan, ditambah Tifa adalah primadona bagi para setiap laki-laki di sektor 7 karna parasnya.

"Sudah waktunya berpesta. Tifa keluarkan alat terbaik kita," seringai Barret melibatkan diri. Ke tiga anggota lainnya memilih duduk dekat jendela belakang dan asik sendiri.

"Yah." Tifa mengangguk dan pergi sampai tidak nampak batang hidungnya, menyisakan Naruto dan Could. Tapi Pria Uchiha itu memilih menyingkir ke belakang sebab peka apa yang dibahas Could dan Barret, tidak lupa Biggs juga menyapanya "hei bro bagaimana harimu di sini?"

"Cukup baik." Naruto mengira bahwa Tifa telah memberikan informasi jati dirinya kepada orang-orang AVALANCHE.

"Kamu terlihat seperti orang yang kuat. Apa kemampuan mu saat di luar sana? Mungkin meghajar mereka dengan cepat?" Tanya Jessie tersenyum penasaran. Mata terlihat berkilau terpesona.

"Mungkin. Tapi tidak ada yang spesial."

Tifa mendekati meja geng bertiga dengan nampan menampung 3 botol kosong yang barusan diminum oleh mereka, ia tersenyum dan berbisik "dia agak aneh, aku harap kalian tidak bertanya lebih banyak."

"Aku mendengar itu," saut Naruto.

"Hehe aku harus ke belakang dulu," balik Tifa mengelak sambil terkikik imut.

"Aku hampir lupa mempertanyakan tawaran yang tadi, bagaimana Naruto.. Kau mau bergabung?" tambah Barret sambil duduk santai di samping meja Naruto berdiri.

"Pertama.. apa itu AVALANCHE."

Malam hari

Renungan yang panjang, Naruto berdiri jauh di bangunan teratas. memikirkan betapa ironisnya dia terpaksa bergabung dengan kelompok seperti itu. Dia telah meninggalkan dunianya untuk menghindari pekerjaan ini, tapi inilah dia Melakukannya lagi. Namun kali ini dia melakukannya agar tetap dekat dengan Tifa . Dia tidak pernah mengira bahwa sahabatnya akan bergabung dengan organisasi seperti itu, tetapi tampaknya apa yang terjadi di Nibelheim telah mempengaruhinya lebih dari yang dia kira. Bukannya dia bisa menyalahkannya. Dia telah kehilangan apa yang tersisa dari keluarganya. Shinra telah mengambil begitu banyak dari mereka berdua, tetapi lebih banyak lagi dari Tifa. Dia bersumpah setelah melihat semua rasa sakitnya, dia tidak akan pernah membiarkannya mengalami itu lagi. Bahkan jika itu berarti menjadi seorang pembunuh berdarah dingin seperti dulu.

Angin berhembus kencang menimbulkan bulu kuduk berdiri di tangan telanjangnya, ia bangkit walaupun berat mengabaikan rambut hitamnya terombang-ambing. Matanya berkilau menajam, berjalan ke ujung sampai terjun bebas ke bawah. Pasrah ia tidak memiliki pengaman sedangkan di sudut lain ada 4 orang teroris AVALANCHE yang melakukan serupa tapi dengan parasut usai melakukan misi di reaktor Mako 1.

Naruto tetap tenang sambil memejamkan mata, puluhan mahluk Wisper mengerubungi bagaikan pusaran yang kuat dan rapat, bisa jadi menimbulkan rasa sakit jika diserang tiba-tiba. Perlahan dan tetap damai, bulu halus matanya terangkat seiring perintah otak membuka kelopak mata. Pupilnya berubah, Sharingan menyala kini ia aktifkan.

Ching!

Berpindah ke tempat penginapan atau lebih tepatnya kamar Naruto, Tifa menunduk sambil duduk manis di bibir ranjang. Pikirannya gelisah mempertanyakan keadaan Naruto yang masih belum pulang, apalagi tentang tawaran yang ia dan Barret lontarkan tadi siang. Naruto terlalu kejam dan sadis, ia tahu betul betapa menakutkan jika Naruto bertarung. Ditambah masa lalu Naruto sebagai pembunuh bayaran, khawatir jika sahabatnya berubah seperti Sephiroth.

Suara knop pintu mengalihkan segenap pikiran Tifa. Ia kembali berdiri dan memandang dengan perasaan lega di hatinya "kamu pulang, kemana aja?"

"Aku baik-baik saja, tidak perlu cemas" balas Naruto datar seperti biasa.

"Itu bukan sebuah jawaban."

"Ada yang lebih penting, saat ke sini aku dihalangi puluhan mahluk spirit yang mengitari ku sangat rapat, seperti mereka tidak membiarkan orang lepas begitu saja."

"Huh? Aku belum pernah mendengar mahluk yang seperti itu. Apakah mereka sangat berbahaya?" Tifa menatap cemas dan menyatukan jari-jarinya di depan dada cukup takut.

"Masih jadi misteri."

"Baiklah.. kebetulan aku kesini untuk membicarakan yang tadi siang. Kamu yakin akan bergabung dengan kami Naru? Kau tahu, nampaknya Barret tidak akan bisa membayar jasamu dengan layak, lebih baik tidak perlu." Di sisi lain Tifa tidak ingin melibatkan sahabatnya ke situasi yang rumit.

"Kupikir keselamatan mu jauh lebih penting dari pada apapun. Aku akan melindungi mu Tifa."

"Hm kamu tahu, Aku bisa menjaga diriku sendiri Naru," ujar Tifa berkacak pinggang dan tersenyum percaya diri.

"Kurasa tidak," balas Naruto yang terdengar lucu bagi Tifa.

"Heheh huh. Iya aku hargai itu, ngomong-ngomong kamu sudah bertemu dengan Marlene tadi?"

"Anak kecil yang imut dan baik itu? Tentu saja, dia mirip seperti mu," Tifa tidak menyangka kalau Naruto cukup pandai membuat kata gombal, sedikit bikin dia salah tingkah.

"Hihi kamu bisa aja," Tifa memegang tangan di luar pinggang sambil memalingkan wajah menghindari tatapan Naruto yang polos.

"Tapi dia takut padaku, aku tidak mengerti."

"Hmm mungkin wajah datar mu yang membuat Marlene takut. Kamu harus merubah ekpresi yang lebih ramah!" Seru Tifa dengan gelagat imutnya.

"Aku usahakan, tersenyum dengan paksaan memang sangat sulit."

"Tidak sulit selama aku di sini, ayo senyum lah!" Naruto ditarik buat duduk di bibir ranjang dan terpaksa mengangkat alis bingung karena tiba-tiba Tifa memainkan pipi tirusnya layaknya memaksa dia tersenyum.

"Ini tidak akan berhasil," gumamnya dengan suara yang kurang jelas.

"Jangan pesimis," kikik Tifa yang justru ketagihan memainkan pipi Naruto tanpa henti.

"Aku ingat saat Marlene dulu sangat berharap memiliki seorang kakak laki-laki, kuat seperti ayahnya dan bijaksana. Mungkin kamu bisa mencoba mengambil hatinya."

"Tidak usah, aku lebih baik seperti ini," Naruto mengambil tangan Tifa agar menjauh dari pipinya. Lagian buat apa memiliki adik jika semua sahabatnya gagal ia lindungi, menurutnya itu akan menghancurkan mentalnya lebih parah.

"Okay! Karna sudah makin larut kalau begitu aku harus istirahat untuk persiapan penyerangan kita besok. selamat malam dan tidur yang nyenyak Naru-kun."

"Iya. Selamat malam Tifa." Perempuan itu membiarkan Naruto istirahat, memberikan senyuman indah lanjut menutup pintu lamar dari luar.


[Keesokan di pagi hari]

Pria berambut hitam itu merasa aura yang mencekam dan gelap. Samar-samar kegaduhan di luar kamar, matanya terbuka berat dan tubuhnya bangkit berniat mengecek ke luar. Tapi di dahului dengan keberadaan Tifa yang tiba-tiba membuka pintu dengan paniknya

"Naruto! Kau harus melihatnya!"

"Mereka lagi," Naruto mengeluarkan tanto saat berada di tengah kekacauan.

Para wesper mengerubungi dengan jumlah yang tidak terhingga. AVALANCHE berusaha menyerang terutama Naruto yang menebas Beberapa wesper yang berusaha menyerang orang-orang sipil.

"Aghh!"

"Jessie!" Could mengikuti pekikan nyaring. Perempuan itu tersungkur sambil memegang tangannya terluka.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Tifa sambil membangkitkan temannya.

"Yah. Sedikit sakit."

"Naruto! Kau harus membantu ku!" Teriak Barret sembari menembak dengan mini gun.

Melihat tidak ada yang sempat memberikan serangan signifikan, Naruto loncat di depan mereka tidak lupa dengan hensel elemen andalan uchiha yakni jutsu elemen api "Katon gokakyu!

Bhusshh!

Bola api besar terbentuk berasal semburan kuat Naruto lakukan, bersuhu sangat panas dan membakar apapun yang menghalangi, seketika wesper yang terkena seperti hembusan debu tanpa sisa.

Semua telah usai. Helaan nafas lega terdengar sesaat, Anggota AVALANCHE melihat kondisi Jessie yang melemah, dengan sigap Could membawa masuk ke dalam bar Tifa dengan posisi bridal style.

"Kau gagah sekali Could," senyum Jessie.

"Jangan dipikirkan."

"Hn lukanya tidak terlalu parah. Hanya butuh waktu pemulihan selama beberapa hari," ujar Naruto usai mengecek dan memberikan Jutsu medis saat dia duduk lemah.

"Itu mustahil," ujar Tifa terkagum dengan aura hijau dari tangan Naruto.

"Tadi bentuk api sekarang kau bisa menutupi luka milik Jessie dengan cepat. Sebenarnya kau punya material apa?" Tanya Barret sangat penasaran.

"Aku memiliki aliran kekuatan yang bernama Cakra. Kau tidak akan mengerti."

"Kau menyebalkan juga ya?" Cemberut Barret.

"Sekarang apa yang kita lakukan?" Tanya wedge.

"Karna aku yang memimpin, kita akan membatalkan misi untuk sementara waktu."

"Tidak bisa. Kita sudah mengirim bigs, apakah kau lupa?" Protes Jessie.

"Ya.. itu benar tapi, kita harus memanggilnya biar pul-"

"Kau gila?" Potong Jessie tidak suka. Ditambah tatapan menuntut datang dari Tifa dan Wedge ke arah Barret.

Laki-laki besar langsung terdiam gugup, menggaruk kepala belakang sesaat dan melihat kedua pria datar di belakangnya "aku harus memilih siapa yang harus disingkirkan. Berikan tawaran yang baik untuk ku!"

"Kau!" Barret menunjuk Naruto.

"Aku rasa dirimu lebih pantas dalam misi ini. Berapa bayaran yang kau minta?"

"Kau tidak perlu membayar ku, mari kita lakukan ini dengan cepat," balas Naruto melipat tangan di dada.

"Huh? Ada juga tipe orang seperti mu. Bagus-bagus" Barret berjalan ke arah Could siapa tahu bisa menambah kekuatan saat dalam misi.

"Okay. Kau bisa masuk ke dalam misi kali ini..."

"Hanya meminta kenaikan pembayaran," balas Could dingin.

"Aku terima keputusan mu.... Baiklah! Kita buka kembali misinya!"

Di dalam salah satu gerbong kereta, mereka akan menyelinap ke reaktor 5. Naruto memeriksa perlengkapannya dua kali saat di kereta bersama Could, Tifa, dan Barret.

"Aku bermaksud bertanya padamu Naruto. Ada apa dengan pakaian itu? Kau mencoba menjadi semacam ninja atau apa?" Barret menyeringai.

"Aku mantan ninja. Ini seragam ANBU saya. Aku merasa paling nyaman memakainya," jawab Naruto.

"Kamu benar-benar serius? Kamu benar-benar dari Wutai?"

"Aku tidak bilang aku dari Wutai."

Barret menggeram. "Kau benar-benar membuatku kesal!"

"Gomen," jawab Naruto tanpa emosi. Tanda centang muncul di kepala Barret. Tifa melangkah di antara keduanya berniat melerai. "Tenang Barret," Tifa mempersilakan pria kekar itu duduk manis walaupun masih ada gerutuan datang dari Barret.

Could diam seperti biasa, melihat situasi di sudut yang berlawanan dari mereka bertiga.

Tapi tak lama kemudian alarm kereta menandakan mereka sudah terdeteksi, semuanya bersiaga di tambah robot-robot mulai memecahkan semua kaca kereta "semua bersiaga!" Tegas Could yang paling depan.

"Pergilah. Jangan di sini," teriak Tifa kepada penumpang sipil yang ketakutan agar pindah gerbong.

Dor! Dor! Dor!

Walaupun tembakan bertubi-tubi dari drone mungil. Naruto dan Could melakukan pertarungan secara terstruktur, jadinya teknik yang berlawanan bisa efisien dan pedang tidak bertabrakan. "Kita harus loncat dari kereta, atau kita tidak akan menyelesaikan misi sama sekali."

"Ya," balas Naruto sambil kembali ke posisi semula untuk membersihkan jalan ke arah Tifa dan Barret.

"Ok Seperti rencana E Bigs," ujar Barret mendekati pintu kereta.

Secara bersamaan Tifa meninju tombol rem kereta yang sedikit bikin mereka goyah atau tidak seimbang. Roda besi tiba-tiba mengahasilkan rentetan api, lajunya makin melamban.

"Ok. Ini tidak akan sakit," gumam Barret sebelum meloncat dari kereta.

"Naruto. Menunduk!" Tebasan pedang Could mengenai Drone yang berniat menyerang dari samping, Naruto hampir kecolongan.

"Mereka tidak ada habis-habisnya," ujar Tifa sambil meninju beberapa drone yang mendekat.

Naruto meningkatkan kecepatan tebasan yang membuat sisanya lenyap dalam waktu yang singkat "kau duluan Could."

"Okay."

Tifa melihat pria pirang itu berguling dengan keras setelah jatuh ke samping trek kereta. Ia ragu-ragu untuk meloncat sampai Naruto harus menyadarkan lamunannya walaupun masih sibuk menahan serangan "loncatlah Tifa."

"A-aku."

Tatapan Naruto menyorot mata Ruby yang tengah dilanda dilema, tak lama ia menyentuh pundak dan mengangguk menyakinkan sahabatnya, terus menarik Tifa bersama buat terjun dari kereta yang masih melaju cukup cepat dan berbahaya.

"Ahh," pekikan yang Tifa hamburkan, mereka berguling menyesuaikan kecepatan di permukaan yang keras, sarung pedangnya gemericik menyentuh logam. Naruto terus memeluk Tifa erat-erat, sampai benar-benar berhenti dengan aman "kamu tidak apa-apa?"

"Yah," gumam Tifa cukup singkat, di sisi lain sifat malunya melambung ke permukaan saat sadar ia menindih Naruto.

"Kita terpisah, aku yakin mereka tidak jauh dari sini," ujar Naruto setelah bangkit.

"I-ya mari kita cari mereka," balasnya berusaha seserius mungkin.

••
Terimakasih jangan lupa Vote untuk support admin 😃

Continue Reading

You'll Also Like

5M 37.1K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
387K 33.6K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
16.4M 654K 38
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
6.5M 330K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...