CATW

By KeylanClayrs

16.8K 2K 557

Ini kisah yang menceritakan kehidupan seorang pria yang hidup dalam keramaian dunia melebihi orang-orang pada... More

Disclaimer
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5✨
Chapter 6
Chapter 7✨
Chapter 8
Chapter 9✨
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12✨
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23✨
Chapter 24✨
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29✨
Chapter 30✨
Chapter 31
Chapter 32 - 🔞
Chapter 33

Chapter 13✨

408 65 10
By KeylanClayrs

'Kapan dia keluar? Kenapa dia harus menutup pintu?'

Seohyun cemberut, mengeluarkan kekesalannya yang terbang terbawa hembusan angin dari belakang.

'Apa jangan-jangan dia berubah pikiran? Padahal sudah jelas-jelas dia mengajakku menjalin hubungan. Apa dia tidak suka lagi padaku?'

'People barely know themselves so why do you care about what they think of you?'

'Kau juga disini... Val'

'Sepertinya kau tidak kaget lagi saat aku tiba-tiba datang'

'Habis biasanya angin sejuk selalu berhembus saat kau datang. Rasanya seperti musim semi'

'Kau banyak bicara'

'Dia dimana?'

'Menyelesaikan urusannya terlebih dahulu'

'Berapa lama lagi?'

'Tidak tau. Cari saja orangnya sendiri kemudian tanyai'

'Kau tidak suka padaku ya?'

'Tidak'

'Kau juga suka padaku?'

'Jika kau bertanya apa rasa suka itu seperti Kyuhyun padamu, tidak. Jika suka dalam artian sebagai teman, juga tidak'

'Jadi kau ini apa?'

'Kau bisa simpulkan sendiri'

'Apa Kyuhyun benar suka padaku?'

'Kenapa kau ini polos sekali?'

'Lihat? Sebelumnya kau bilang tidak, tapi sekarang kesannya kau seperti ingin marah padaku tapi malah bersikap baik seperti sedang menahan diri disaat emosimu meningkat dan... apa yang sebenarnya kubicarakan? Tidak penting sekali'

'Jangan bertanya padaku'

'Nah, yang seperti itu. Kau terdengar membenciku'

'Aku akan langsung mengusirmu jika kau membahayakannya'

'Memang menurutmu aku bisa membahayakan seseorang seperti Kyuhyun? Aku tidak punya senjata apapun'

'Bukan kau, tapi keluargamu'

'Ahh, mereka. Kau benar. Mereka memang berbahaya apalagi paman, tapi kau kan bisa menerbangkan mereka. Kau pernah bilang kau bisa menerbangkan seseorang'

'Jadi kau ingin membunuh mereka? Terdengar seperti ide yang bagus'

'Tidak. Membunuh orang lain adalah pilihan fatal. Kau harusnya tau itu' Seohyun memicingkan mata. 'Kau jangan-jangan ada pengalaman. Iya, kan?'

Val membuang wajah. 'Siapa tau saja'

'Hei, beritahu aku. Kenapa kau jadi arwah bergentayangan hingga ratusan tahun?'

'Menurutmu selama itu?'

'Lalu sudah berapa lama? Jika kau pangeran berarti masa-masa kerajaan itu sudah sangat lama'

'Berapa lama kira-kira?'

'Umm ribuan tahun mungkin? Ah, tunggu. Kenapa malah kau yang bertanya? Harusnya karena kau menyaksikan segala perubahan, harusnya—'

'Tidak. Aku tidak ada disaat perubahan besar-besaran terjadi'

'Jadi kau ada dimana?'

'Entahlah. Terombang-ambing?'

'Jawab yang benar'

'Aku hanya ingat saat-saat 33 tahun kebelakang'

'Hah? Kenapa bisa begitu? Kau punya masalah ingatan jangka pendek?'

'Pada manusia saja menurutmu itu mungkin mereka mengingat detail kehidupan mereka satu minggu ke belakang?'

'Tidak sih'

'Then you know I work'

'But it doesn't make sense. How did you die? You must remember it'

'There was blood on that day. So much blood that I could be drown in it'

'What happened?'

'I don't know'

'Kau benar tidak ingat atau tidak mau memberitahu?'

'Lautan darah itu adalah hal terakhir yang kuingat sebelum waktu 33 tahun yang kumaksudkan hingga sekarang'

'Berarti ada jeda sangat lama dari hari itu sampai ke 33 tahun yang lalu'

'Indeed'

'Jadi kau sama sekali tidak tau soal perang dan sebagainya sesudah jaman yang berganti. Itu peristiwa besar dalam sejarah'

'Aku melewatkannya'

'Iya, itu. Sayang sekali. Pengetahuan tentang perang akan sangat berguna bagi anak-anak sekolah'

'Apa hubungannya denganku?'

'Karena bisa dijadikan uang. Mencetak buku sejarah yang mengisahkan kejadian sebenarnya tanpa cap bahwa pemenang yang mengukir sejarah, pastinya sangat laku dalam bidang pendidikan. Itu pun jika pemerintah tidak langsung turun tangan. Ada banyak hal yang tidak mereka inginkan terungkap, seperti yang kau bilang dulu'

'Yang kumaksudkan berbeda, tapi benar tidaknya tentu saja itu benar'

'Seperti apa hal yang mereka tutupi? Kau pasti tau sesuatu'

'Ada baiknya kau tidak tau'

'Justru itu masalahnya. Aku kan juga... eh? MiRi'

Seohyun kaget dan langsung berdiri dari kursi begitu melihat sepupunya melintas.

'Kau mau kemana? Sudah kubilang tunggu Kyuhyun disini'

'Aku mau mengikutinya. Dia pasti merencanakan sesuatu'

'Yak' Val mendesah. Ia gagal mencegah Seohyun mengekori MiRi.

"Eomma, aku sedang sibuk. Jangan sembarangan menghubungi"

"Berkatalah sedikit lebih sopan. Aku ibumu!" Sentak YoungAe.

"Kututup"

"Tunggu! Aku sedang mencari tas kulitku yang baru kubeli di Milan bulan lalu. Jangan bilang kau sedang menggunakannya saat ini"

"Iya. Memang kenapa? Aku bosan dengan tas-tasku sehingga aku berniat membuangnya"

"Kau tau betul jika tas juga termasuk investasi. Jangan seenaknya membuang uang. Kau kebiasaan"

"Eomma, eomma kan juga begitu. Jalan-jalan ke luar negeri atau mengadakan pesta dan makan mewah bersama teman-teman, uang yang eomma habiskan untuk semua itu bisa untuk membeli sebuah rumah mewah"

"Rumah kita sudah lebih dari mewah. Apa lagi yang kau perdebatkan?'

"Kubilang keluarga kita jauh dibawah keluarga paman sehingga dia bisa seenaknya memerintah. Aku sangat benci pada paman jika sudah begitu"

"Dia kadang memang sangat menyebalkan. Urusannya hanya semata untuk perusahaan, dia tidak memperdulikan keluarganya apalagi pada kita. Dia lupa jika aku juga membantunya untuk bisa duduk di posisi itu"

"Benar. Aku tau eomma ingin menjatuhkannya dengan menusuknya dari belakang atau mengancamnya"

"Apanya?"

"Eomma, jangan kira aku tidak tau. Eomma pun merencanakan sesuatu agar paman jatuh"

"Oh" Tawa YoungAe terdengar. "Kukira selama ini kau tidak mengerti. Kau benar-benar anakku rupanya"

"Eomma juga mengincar Saebok, kan? Ada satu cara yang menurutku akan dapat membuat kita terus berada di posisi aman. Paman tidak akan banyak berkutik karenanya"

"Apa itu?"

"Seseorang" MiRi menyeringai. "Aku boleh mengajaknya besok, kan?"

"Kau membicarakan kekasihmu? Bukankah sudah kubilang untuk mendekati anak Cho HaeJoon saja agar—"

"Memang dia. Aku berusaha mendapatkannya agar rencana ini berjalan lancar"

"Sungguh?"

"Iya, sungguh. Sekarang ini aku akan bertemu dengannya sebentar. Kututup dulu"

"Lakukan dengan benar"

"Eomma tidak perlu khawatir. Prosesnya sepertinya berjalan dengan cepat"

MiRi tersenyum melambaikan tangan ke arah pria tampan berkacamata yang terus menatapnya dari kejauhan. Padahal Kyuhyun tengah berbicara dengan orang lain, tapi tatapan tajamnya yang dingin dan memabukkan itu tetap berada di satu tempat.

"Dia harusnya langsung mendatangiku, bukannya mengikuti orang lain dari belakang"

"Maaf, tuan?"

"Lupakan. Beritahu pada kurator saat barangnya sudah masuk. Kau bisa pergi"

"Baik"

"Oppa!" MiRi langsung menggantikan posisi asisten wanita sebelumnya yang bicara.

"Apa urusanmu kemari?"

"Kau sudah mau pulang? Bisa aku meminta sedikit waktumu? Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu"

"Katakan disini saja. Aku ada urusan sebentar lagi"

"Apa urusannya mendadak dan sepenting itu? Aku sekalian ingin mengajakmu makan"

Kyuhyun mengernyit. "Kita tidak sedekat itu untuk makan bersama"

"Begitukah menurutmu, Oppa?"

"Apa maksudmu, Kang MiRi-ssi?"

"Ah, tidak. Aku tidak punya maksud apa-apa"

"Aneh, kenapa dia jadi tegas begini? Apalagi dari tadi tatapannya padaku selalu beralih kebelakang. Memang ada apa?"

"Tolong katakan kepentinganmu kemari"

"Jadi, Oppa. Besok apa Oppa bisa datang? Orang tuaku mengajakmu makan siang bersama"

"Untuk?"

"Hanya bertemu. Bagaimana menurutmu?"

"Apa perlu tau alasan yang pasti untuk mereka mengundangku. Jika hanya bertemu aku akan dengan senang hati menyambut mereka di ruanganku ketimbang melakukan acara makan siang"

"Kalau begitu apa alasan ini cukup?" MiRi menunjukkan sebuah artikel di ponselnya. "Orang-orang sepertinya banyak sudah termakan berita ini termasuk orang tuaku. Kita harus meluruskannya pada mereka"

"Kau yang lakukan sendiri"

"Inginnya begitu tapi mereka mana mungkin percaya jika hanya aku sendiri"

"Itu mustahil"

"Nde?"

"Kau satu-satunya anak mereka. Mereka pasti juga sudah mengorbankan banyak hal untukmu. Tidak masuk akal dengan bagi mereka yang sudah menaruh banyak harapan padamu tidak percaya satupun kata yang keluar dari mulutmu"

"Oppa, mereka itu sulit"

"Jika sulit lantas kau mau melibatkan orang lain? Kau anak mereka, kau mengenal mereka luar dalam jadi apa yang sulit?"

"Karena sepertinya tanggapanku akan berbeda saat bersamamu dan tidak bersamamu?"

"Apa maksudmu?"

"Begini saja, aku akan katakan dengan gamblang. Kurasa aku punya ketertarikan padamu, Oppa"

"Lalu?"

"Lalu tidakkah Oppa yang kelihatannya tidak peduli dengan perasaanku ini takut jika aku berkata macam-macam dan malah meyakinkan mereka bahwa hubungan kita seperti di dalam artikel itu nyata?"

"Kau memperdulikan pendapat orang tuamu atau hanya ingin mengendalikan pemikiran orang-orang?"

"Keduanya" MiRi tersenyum. "Oppa tau? Aku orang yang sangat berambisi jadi ketika aku sudah menginginkan sesuatu maka aku akan berupaya segala hal untuk mendapatkannya"

"Tanpa kau mengatakan demikian, aku sudah bisa melihatnya langsung padamu"

"Jadi bagaimana? Apa Oppa berubah pikiran?"

"Baiklah. Aku akan datang besok"

"Senang mendengarnya. Aku akan tunggu di depan restoran ini. Beritahu saja jika sudah dekat"

Kyuhyun diserahi dua lembar kartu.

"Sekarang karena aku sudah menyampaikan yang kuinginkan, aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa besok, Oppa"

MiRi membungkuk sekilas lalu beranjak pergi dengan langkah pasti dan dagu yang terangkat, menandakan rasa bangga tinggi yang tak bisa ditebak orang awam.

'Dia kelihatan sombong seperti biasa...' Gumam Seohyun.

"Hanya itu yang mau kamu katakan?"

'Eh? Memang apa lagi?'

Kyuhyun tiba-tiba melingkari pinggang dan menariknya mendekat.

"Aku akan bertemu orang tua dari wanita lain, apa tanggapanmu hanya sebatas jika wanita itu sombong? Bagaimana dengan aku?"

'Kamu... keren, seperti biasa'

"Tck. Lupakan"

'Kyu' Seohyun menyusul dengan tergesa sebab mencoba menyamakan langkah mereka yang bedanya sangat jauh. 'Kyu, kenapa kamu marah?'

"...."

'Kyu'

"Val"

Val mengangkat alis menanggapi. Ia sejak tadi menunggu di samping sepeda motor hingga pemiliknya datang.

'Apa?' Tanya Val.

"There's gonna an eclipse tonight"

'Yeah'

"Let's go to that place"

'Ah, sure'

'Tempat apa yang kalian bicarakan? Jadi kita tidak jadi pergi ke rumah paman?' Tanya Seohyun.

"...."

'Kyu!'

"Naik saja" Kyuhyun menariknya untuk duduk ke belakang.

'Kamu marah kenapa sebenarnya?'

"Pikikan sendiri"

'Tunggu, itu tidak adil'

"Hm"

'Jawab yang benaaAAAR! Akh'

Secepat kilat mereka menghilang di belokan, meninggalkan Val yang sejatinya berubah menjadi angin untuk sampai lebih dulu ke tempat tujuan.

*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*

'Ini cafe. Maksudnya tempat ini yang kamu dan Val ingin datangi?'

"...."

Seohyun memajukan bibir, terus-terusan perkataannya diabaikan Kyuhyun sejak tadi.

'Sudahlah! Aku tidak mau lagi bicara apa... pun. Wah! Ada penyanyi kesukaanku disini!'

"Kenapa fokusnya cepat sekali teralihkan?"

Kyuhyun menatap sinis pada sosok cantik yang kini berdiri di sebelah meja berisikan pengunjung lain yang sibuk berhadapan dengan sebuah ponsel.

"Ini kembalian anda"

"Kelebihan"

"Nde? Oh, astaga. Dia lupa mengambil kembaliannya, akan saya—"

"Tolong bantu sebelah sini" Pinta rekan si pegawai cafe yang berada di kasir.

"Tunggu sebentar"

"Sekarang. Aku tidak bisa menahan mengangkat benda ini lebih lama"

"Tapi—"

"Biar kukembalikan" Kyuhyun menawarkan diri. "Kau bisa membantu temanmu"

"Benarkah? Terima kasih banyak, tuan. Meja nona itu sebelah sana"

"Yang duduk sendiri?"

"Dia sebenarnya tidak sendiri. Manajernya tadi hanya keluar sebentar"

"Yak, cepat!"

"Iya, aku kesana sekarang"

Kyuhyun tersisa seorang diri. Perlu sekian detik untuknya memandangi Seohyun yang terlalu asik sampai membuatnya makin kesal. Bagaimana bisa ia diabaikan semudah ini hanya karena orang lain? Sangat tidak masuk akal.

"Kembalianmu"

"Apa? Oh, terima kasih"

'Kyu' Seohyun tiba-tiba menariknya. 'Kamu masuk ke dalam frame. Nanti kamu mengganggunya'

"Omong kosong. Cepat pergi dari sini" Kyuhyun menariknya keluar.

'Kamu hanya beli minum? Val dimana? Bukankah kalian akan datang bersama?'

"Memang siapa yang ada dihadapanmu saat ini?"

'Eh? Kenapa bertanya begitu?'

"Jawab"

'Hanya ada kamu'

"Kalau begitu fokus saja padaku apa susahnya? Ha-nya a-ku. Aku akan menempel kertas di dahimu begitu pulang"

'Tidak mau'

"Kalau begitu tepati janjimu. Hanya lihat aku. Pikirkan aku. Mengerti?"

'Siap. Mengerti'

"Aku mau tanggapan serius"

'Aku sudah serius. Kamu mau apa lagi?'

"Barusan yang kudengar tidak seperti itu"

'Kyu—'

'Cukup' Val muncul ditengah-tengah dan menghentikan langkah mereka. 'Kita sudah sampai'

Seohyun bingung. Sampai yang dimaksudkan adalah karena mereka berhenti di sebuah gedung berbata merah yang terbengkalai. Ukuran gedung ini kurang lebih sama seperti gedung lainnya yang digunakan sebagai tempat usaha, hanya saja memiliki aura dan kesan yang tidak nyaman. Jendela yang pecah, celah yang penuh dengan debu, serta jaring laba-laba.

'Kenapa kalian datang ke gedung kosong ini?'

"Jangan banyak tanya" Kyuhyun menggenggam tangannya. "Val"

Val mengangguk dan berjalan lebih dulu ke depan pintu kembar yang rusak tersebut. Telapak tangannya naik sejajar dengan permukaan pintu. Tak lama kemudian cahaya memenuhi ganggang pintu tersebut dan terbuka secara perlahan.

'Bar ini buka setiap hari tapi perayaan atas kedatangan gerhana bulan hanya ada setiap beberapa tahun sekali' Jelas Val.

'Bar? Bar apa?'

'Bar untuk para hantu'

'Apa? Bar... maksudku, hal seperti itu ada? Sungguh?'

'Masuklah dan lihat sendiri"

"Ikut aku"

'Kyu, kamu tidak apa-apa masuk? Kamu kan—'

'Asalkan seseorang yang masih hidup tidak memakan atau meminum apapun dari di dalam sana, dia akan baik-baik saja dan dapat keluar dengan selamat'

'Lalu aku? Bagaimana dengan aku?'

'Kau hitungannya arwah gentayangan, tentu saja bisa'

'Jadi aku boleh mabuk?'

'Sayangnya mereka tidak punya minuman beralkohol, tapi tanyakan saja pada bartendernya. Aku punya urusan sebentar. Sampai nanti' Val menghilang dalam sekejab.

Kedua mata Seohyun berbinar. Saat ini mereka disuguhi bagaimana makhluk-makhluk yang sudah pasti bukan manusia, saling bercengkrama satu sama lain layaknya manusia. Ini pemandangan langka yang baru sekarang dilihatnya dengan mata kepala sendiri.

Atmosfer bar sangat nyata baik ke segala sisi penjuru. Dimana-mana terdapat ketidaksempurnaan anggota tubuh namun semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Ini terlalu diluar nalar untuk dapat dipercaya.

'Kamu pernah kemari sebelumnya?'

"Dua kali. Saat aku masih kecil"

'Aku juga mau minum tapi bagaimana caranya aku membayar? Uang apa yang mereka gunakan?'

"Tidak tau. Tanyakan saja, aku akan menunggu disini"

Kyuhyun menarik salah satu kursi dari meja bundar yang ada di tengah ruangan. Sembari menyeruput minumannya sendiri, pandangannya tak lepas dari punggung Seohyun yang berdiri di tengah para hantu menghadap seorang bartender.

"Tck, aku tidak bisa mendengarnya"

Kyuhyun mendesah. Punggungnya menempel di sandaran kursi dan tangannya terlipat di dada saat memikirkan sesuatu. Perihal Val barusan yang menyebutkan sebuah urusan entah kenapa membuatnya berpikir keras untuk menebak apa isi urusan tersebut.

Kyuhyun bukannya orang yang sangat suka ikut campur dan selalu ingin tau masalah orang lain. Tidak. Dirinya sangat jauh dari hal itu.

Di satu sisi Val hanya membuatnya terlalu jelas, seperti memancingnya untuk bertanya padahal justru itu yang Kyuhyun hindari. Sebisa mungkin bertindak seperti orang bodoh tidak tau apa-apa ketimbang kembali bertemu dengan perpisahan. Itulah keputusannya sejak hari ini.

Datang ke bar ini, atau lebih tepatnya, menyebrang ke dunia berbeda membuat Kyuhyun tidak bisa mempergunakan keistimewaannya. Ia tidak bisa mendengar atau melihat apa yang juga Val dengar atau lihat.

Dulu saat pertama kemari, Kyuhyun pikir ia kehilangan keistimewaan itu tapi memang tempat inilah yang menetralisisasinya. Val tidak tau tentang ini dan Kyuhyun tidak punya rencana memberitahunya. Ini sama saja dengan ketika mereka terpisah jauh, yang membuat frustasi hanyalah fakta bahwa ia tau mereka berada dalam satu tempat tapi tidak ada yang bisa dilakukan.

'Permisi, apa mungkin aku harus punya uang untuk bisa membeli minum?'

Seohyun berbicara pada pria berseragam hitam putih yang punya kalung anjing di leher, luka jahitan yang membekas di kening, juga suara bergema yang tertahan seperti seseorang yang mencoba bicara saat menyelam.

'Ya, kau harus. Kau punya uang?'

'Tidak' Seohyun menggeleng lemah. 'Maaf sudah mengganggu'

Tak!

'Tambahkan tagihannya padaku. Minuman apa yang mau kau pesan?'

'Ne?'

'Minuman. Kau mau pesan yang mana? Pilih apapun yang kau suka'

Seohyun bingung. Tiba-tiba hantu pria yang duduk disampingnya ini menawarkan diri secara cuma-cuma. Seohyun merasa berat walau dari ujung kaki hingga kepala, hantu pria ini utuh layaknya orang hidup dan menyajikan senyum ramah yang membuatnya kelihatan tulus, tapi Seohyun tetap saja tidak biasa menerima pertolongan sebaik ini.

'Tidak. Terima kasih. Aku akan kembali ke mejaku sekarang'

'Aku memaksa. Ayolah, tidak setiap hari kau kemari'

'Darimana kau tau?'

'Tony adalah pengurus bar' Jawab si bartender. 'Dia yang mempertanggungjawabkannya kepada Nona Yve, pemimpin kami sekaligus pemilik bar ini'

'Dan sebab itulah aku tau setiap wajah yang pernah kemari dan tidak pernah' Imbuh Tony.

'Wah, aku... aku tidak tau kalian semua juga... uhh'

'Seperti manusia? Begitulah. Dunia kita hanya berbeda dengan mereka'

'Ya, kau benar' Seohyun mengangguk.

'Kau jadi memesan? Pilihlah. Aku yang akan bayar. Jangan sungkan'

'Baik... lah. Terima kasih banyak'

'Sama-sama'

'Aku mau yang itu' Seohyun menunjuk sebuah gambar di menu.

'Nde. Silahkan tunggu sebentar'

'Ini pertama kalinya kau disini'

'Iya. Pasti kelihatan sekali'

'Tidak apa. Kau bukan yang pertama datang kemari tanpa uang. Percayalah dulu ada yang lebih buruk. Dia tidak punya tangan dan kaki jadi aku bingung bagaimana mencarikannya pekerjaan yang tepat'

'Kau juga mencarikan pekerjaan?'

'Begitulah. Apa kau juga perlu? Menghasilkan banyak uang, untuk wanita secantik kau akan sangat mudah'

'Tidak. Aku tidak begitu cantik'

'Kau harus lebih sering berkaca. Kau bahkan lebih cantik dari bunga yang baru mekar'

'Sayangnya cermin menolak memantulkan diri seseorang seperti kita'

'Disini tidak begitu. Aku hanya punya kaca kecil. Kau mau meminjamnya?'

'Apa boleh? Terima kasih'

Seohyun tersenyum senang dapat melihat pantulan wajahnya. Hatinya bersorak gembira, sadar bahwa riasan dan wajahnya sama sekali tidak berubah sejak kalo terakhir ia bercermin di hari kecelakaan itu terjadi.

'Sekarang sudah sadar?'

'Umm aku akan memilih untuk tidak mengatakan apapun'

'Kau harus lebih percaya diri. Salah satu caranya pandangi wajahmu lebih lama'

'Ah, tidak. Aku... harus kembali... dia... menunggu'

Tony menjentikkan jari ke depan wajah dan Seohyun tidak kunjung merespon meski kedua matanya terbuka lebar tanpa berkedip.

'Nona Yve akan sangat senang bertemu denganmu'

*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*

'Yo' Val datang menarik kursi. 'I'm back'

"Where have you been?"

'I met Yve'

'The grandma'

'You know how mad she could become whener she hears someone calls her a grandma'

'But that's true. She's even older than any grandmas I know'

Val mengangkat kedua bahu. Berkata bahwa ia setuju tapi sulit mengungkapkan di mulut sebab Yve benar-benar mengerikan jika sudah marah.

Dulu sekali ada anak laki-laki yang membuatnya hampir meruntuhkan bangunan tapi disaat yang sama Yve tiba-tiba menahan diri ketika menatap mata anak laki-laki tersebut. Anak yang sekarang ini sudah tumbuh dewasa dan duduk di samping Val sambil menghabiskan tegukan terakhir minumannya.

"Kita pergi sekarang"

'Sekarang? Apa alasanmu kemari adalah untuk menghibur Seohyun?'

"Dia terlihat linglung jadi kupikir dia perlu minum"

'Kalau begitu dimana dia sekarang?'

"At the ba..." Kyuhyun tertegun saat tidak menemukan wanita bergaun putih diantara para hantu disana. "Shit"

'Dia tidak mungkin kabur. Hanya ada satu alasan yang membuatnya menghilang tiba-tiba'

'Val! Val! Syukurlah kau disini' Si bartender yang sebelumnya melayani Seohyun, mendatangi mereka dengan tergesa-gesa. 'Ini gawat'

'Ada apa?'

'Tony membawa hantu wanita itu ke hadapan Nona Yve. Saat ini dia kekurangan pekerja untuk memuaskan klien-nya'

'Yve...' Val tersentak. 'Hah. Pantas saja dia tidak mengatakan apapun. Sejak awal dia mengincar orang lain'

"Beritahu aku dengan jelas" Perintah Kyuhyun.

'Ja-jadi, Nona Yve mempekerjakan hantu-hantu wanita cantik untuk mendapatkan uang' Jelas si bartender.

"Seperti?"

'Pemuas seks' Jawab Val. 'Klien Yve adalah para iblis'

"Dimana ruangannya?"

'Di atas saja, tapi kau harus hati-hati karena tanpa kepentingan apapun kau tidak akan diperbolehkan mas... Hei! Kubilang hati-hati!'

Teriakannya sampai pada pria tinggi yang berjalan cepat di anak tangga, namun pria itu tetap tidak mengindahkannya.

'Bagaimana ini? Nona Yve akan mengamuk jika—'

'Aku tidak akan membiarkannya' Geram Val. 'Yve, jadi ini yang kau inginkan, huh?'

Sementara itu, di dalam ruangan gelap dengan cahaya terbatas, pintu terbuka memperlihatkan Tony bersama seseorang yang mengikuti di belakang.

'Masuklah'

Seohyun berada dalam keadaan tidak sadar. Kedua kakinya melangkah berdasarkan perintah Tony yang langsung memperlihatkannya kepada seseorang.

'Nona, aku membawanya seperti yang anda inginkan'

Perlahan, cahaya yang datang dari satu pintu transparan mulai tertutupi sebuah bayangan. Siluet seorang wanita yang menempelkan telapak tangannya di pintu.

'Kerja bagus, Tony'

Yve keluar dari ruangan penuh cahaya tersebut, memperlihatkan diri dengan balutan gaun panjang mencapai lantai berwarna hitam. Parasnya sangat cantik ditambah dengan bibir penuhnya yang berwarna merah terang.

'Bagaimana menurutmu, Tony?' Yve mengusap pipi Seohyun.

'Selera anda selalu luar biasa. Baru kali ini saya melihat hantu secantik dia'

'Benar. Dia seperti orang hidup yang tidak memiliki kecacatan apapun selain keindahan. Dia akan sangat cocok disini'

'Dia tidak punya pekerjaan apalagi uang. Jika tidak mau berakhir diseret malaikat kematian maka dia tidak akan menolak melayani klien anda'

'Ucapanmu ada benarnya, hanya saja...' Yve mendekatkan wajahnya mengendus leher Seohyun. 'Dia punya bau yang sangat tidak kusukai'

'Maksud anda...'

'Energinya sangat murni dan memancarkan bau kehidupan yang begitu kubenci. Sama seperti—'

Brak!

Pintu terbuka lebar setelah dipukul keras oleh seseorang yang masuk dengan segenap amarah tertahan di dada. Tatapannya sangat dingin dan tajam, seperti menusuk ke dalam diri dua sosok berbeda dunia yang berhadapan dengannya.

"Kembalikan"

'Tidak seorang pu—'

'Tony, jaga gadis ini'

'Baik'

Yve mendekat, membawa seluruh tatapan serta gerakan menggodanya yang tidak pernah gagal menghasut baik orang hidup maupun yang sudah mati.

'Harusnya aku sadar bahwa bukan gadis itu saja yang memancarkan bau busuk ini. Kau pun... juga seperti itu. Bedanya hanya fakta bahwa kau laki-laki dengan fisik yang merupakan kesukaanku'

Yve menarik kerahnya dan berbisik dengan desahan.

'Kau mau kutemani dan kubuat bahagia? Kau akan merasa puas setiap detiknya'

"...."

'Jangan malu, sayang. Kau...'

'Nona Yve?' Tony langsung bingung melihat Yve yang mundur perlahan. 'Ada apa?'

'Cih. Seharusnya aku sudah menduga hal ini. Aku tidak percaya kita bertemu lagi setelah belasan tahun. Kau tumbuh dengan sangat baik rupanya, anak kecil'

"Aku tidak punya waktu bicara. Cepat lepaskan dia"

'Kenapa? Kalian punya hubungan? Kau seperti tidak ada wanita lain saja. Pilihlah yang masih hidup'

"Jangan berlagak tidak tau. Aku datang dengan maksud baik"

Yve tersenyum. 'Justru karena dia berbedalah dia akan menghasilkan banyak uang untukku. Anak sepertimu tau apa perihal transaksi yang kutawarkan?'

"Yang kutau hanya seorang wanita tua bangka berusaha bertahan hidup dengan menjual makhluk lain"

'Jaga ucapanmu!!'

Srek! Api menyala hampir bersamaan di semua obor yang mengelilingi ruangan. Meski tak lagi diselimuti kegelapan, tetap saja kesan dari kegelapan itu sendiri memancar dari satu sosok penuh amarah yang melotot kesal.

'Aku tidak seperti yang lain. Aku bisa saja melukaimu jika aku mau'

"Aku tidak peduli"

'Tidakkah kau jera saat dulu kuperlihatkan kematian? Kau mau mengalaminya sendiri?'

"Kembalikan kekasihku"

'Gadis ini kekasihmu? Kau waras atau tidak?'

"Aku akan mengembalikannya seperti semula jadi serahkan dia kembali"

'Bagaimana jika aku keberatan? Apa yang bisa kau lakukan sedang kau tidak bisa menyentuh kami?'

Yve menyeringai.

'... Dimataku kau masih tetap anak kecil pembuat masalah yang sembarangan masuk ke dalam wilayahku dan hanya bisa berlindung dibelakang temanmu itu. Kalian berdua sama-sama memuakkan'

"Aku tidak takut dengan kematian"

'Ya, aku bisa melihat itu. Makanya kematian yang kumaksudkan disini adalah gadis ini. Apa yang akan terjadi jika kulempar dia ke dalam ruangan ini?'

Pintu tempat Yve keluar sebelumnya terbuka. Hanya ada kegelapan pekat di dalam sana, namun ada suara-suara menyakitkan layaknya suara orang-orang disiksa tanpa ampun dan meminta pertolongan, menyeruak keluar bersama angin lembab yang panas.

'Sekali masuk tidak akan dapat keluar. Bukankah menyenangkan mendengar suara teriakannya bercampur dengan jiwa-jiwa kotor yang ada disana? Jika aku, aku pasti puas'

'Sayangnya Lilith akan keberatan kau mencampuradukkan kekuasaannya dengan ketamakkanmu'

Val muncul di belakang Kyuhyun dan memberinya tanggapan sinis.

'... akibatnya kau mungkin saja langsung dimusnakan menjadi abu. Aku menyebutnya lose-lose'

'Val, kau salah mencari masalah denganku'

'Kalau begitu mari urus masalah ini bersama dan lepaskan wanita itu. Dia tidak tau apapun'

'Kenapa kau selalu melindungi anak itu. Dia hanya akan membawa kesialan'

'Itu menurutmu'

Asap tipis menyeruak keluar dari ruangan gelap dan pekat tersebut. Karena berada di belakang, hanya Val dan Kyuhyun yang dapat melihat bagaimana perawakan nyata dari sosok yang berbeda dari Yve maupin Tony. Bersamanya, terdengar suara langkah diiringi suara patah atau retaknya dahan pohon padahal yang dipijaki kedua kakinya hanyalah lantai semen yang dingin.

'Yve. Tony'

'Lilith'

Yve dan Tony seketika berlutut ke arah wanita yang mengenalan veil hitam serta mahkota berlapiskan berbagai bentuk berlian berselimutkan kabut hitam yang mengikuti gerakan kepalanya.

'Ma-maafkan aku. Aku tidak sempat menempatkan penjaga diluar pintu dan mereka—'

'Diamlah, Yve'

'Baik' Yve meneguk air liur. Ia tidak berani mengangkat wajah ketika melihat gaun panjang Lilith terseret melewatinya dan Tony.

'Sebelumnya aku hanya mendengar kisah ini dari Yve dan sedikit meragukannya, tapi ternyata benar jika ada manusia yang memiliki mata itu. Ini pertama kalinya kita bertemu'

"Apa hubunganmu dengan nenek itu?"

'Jaga ucapa— akh!'

'No-nona Yve!' Seru Tony yang kaget ketika Yve mencekik lehernya sendiri. 'Lilith, kumohon hentikan!'

"Apa yang kau lakukan?"

'Abaikan saja. Yve tidak mungkin mati sebelum aku memperbolehkannya mati'

Meski terbilang tidak memiliki rasa takut, Kyuhyun cukup waswas harus berhadapan dengan sosok yang sepertinya mampu menghabisi bawahannya tanpa harus bergerak sedikitpun dari posisi ini.

'Jadi, apa yang kau inginkan dengan datang kemari?'

"Nenek itu menculik kekasihku jadi aku mencoba menyelamatkannya"

'Gadis itu? Dia masih berada dalam kuasa Yve. Dia tidak akan merespon apapun sebelum mantranya dipatahkan'

"Kau bisa melakukannya"

'Apa yang membuatmu berpikir begitu?'

"Kau Lilith. Ibu para iblis termasuk succubus dibelakangmu itu"

'Mereka tidak berguna apa-apa untukku'

"Kalau begitu akhiri saja langsung jadi dan kekasihku bisa pulang"

'Kau tidak sabaran'

Lilith tersenyum melihat sinar tipis berwarna hijau yang berpendar di seluruh tubuh Kyuhyun, sinar yang hanya dirinya seorang bisa lihat.

'... tapi baiklah. Freya menempatkan perlindungannya padamu, aku tidak bisa berbuat banyak karena sedikit saja menyakitimu sama dengan mengundangnya kemari. Dia hanya akan membuat masalah'

Lilith menjentikkan jari dan seketika Seohyun yang awalnya tidak berkedip mulai memperlihatkan pergerakan.

'Dia akan kehilangan kesadaran sebentar'

Mendengar kata-kata itu, Kyuhyun lekas bergerak menangkap Seohyun yang akhirnya limbung ke dalam pelukannya.

'Entah itu anugerah atau kesialan untukmu yang terlahir seperti itu'

"Apa?"

'Seseorang yang memiliki indra lebih pada dasarnya hanya dapat merasakan dan melihat arwah yang matinya tidak tenang, tapi kau, berkat keistimewaanmu, matamu dapat membuka pintu lebih banyak. Kau bisa melihatku dan pastinya Freya tanpa kami perlu menunjukkan diri dengan sengaja'

"Itu bukan hal yang unik"

'Itu hal yang unik karena kau pasti tau kami apa. Aku, Freya, maupun dia'

Val mengernyit. 'Lebih baik kau keluar sekarang. Jangan dengarka—'

"Aku tau" Kyuhyun berkata dengan nada dingin. Kedua kakinya melangkah cepat menuju pintu keluar."Aku hanya tidak mau peduli"

'Samar-samar aku mencium bau kematian' Gumam Lilith. 'Salah satu dari kalian bertiga akan segera pergi untuk selamanya'

'Persoalan hidup mati kami bukan di tanganmu' Sahut Val seraya pergi.

*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*

'Eum'

Hal pertama yang dijumpai adalah matahari di kejauhan yang memancarkan sinar dengan terang. Seohyun terbantu mengenali keadaan sekitarnya berkat sinar tersebut. Dirinya berpendapat bahwa segalanya sangat asing, baik ruangan ini maupun jendela tempatnya melihat keluar. Sebaliknya, hal yang Seohyun kenali adalah usapan lembut di punggung kepalanya yang membelai tiap rambutnya dengan hati-hati.

Dalam sesaat ia bisa menebak bahwa ini semua perbuatan seseorang yang juga menjadi alasannya tidak mau mengangkat kepala saat tau dirinya sedang terbaring di atas tubuh milik orang tersebut.

'Ini sangat nyaman. Aku tidak mau bangun apalagi menatap wajahnya setelah ini. Mau kuletakkan dimana wajahku nanti? Dia selalu melihat sisi burukku setiap saat. Sangat memalukan, astaga'

"Jangan pura-pura"

'Eh?'

"Aku tau kamu sudah bangun"

'Iya, aku bangun sekarang. Ah! Kenapa—'

"Aku tidak memintamu bangun atau hal lain"

'Meski begitu karena aku sudah bangun jadi—'

"Tidak. Kamu tetap disini, begini"

'Kamu keras kepala sekali'

Seohyun pasrah dalam rengkuhan yang sejatinya juga ia sukai namun sulit diungkapkan dengan kata-kata.

'Apa yang terjadi kemarin?'

"Kamu tidak ingat sama sekali?"

'Terakhir aku ingat aku bicara dengan hantu bernama Tony. Dia meminjamkan kaca padaku dan... sudah. Tidak ada lagi. Apa aku pingsan?'

"Begitulah. Kamu pingsan jadi aku membawamu ke hotel"

'Tunggu, jadi ini hotel? Pantas saja berbeda'

"Memang apa yang kamu harapakan?"

'Tidak ada. Aku hanya penasaran'

"Penasaran dengan senyum tanpa alasan?"

'Aku jadi tiba-tiba ingat saat dulu aku sengaja mengambil cuti dan mengurung diri selama tiga hari di hotel'

"Untuk?"

'Hanya mengasingkan diri. Kadang aku berpikir ingin tidur untuk waktu yang lama. Aku ingin pergi ke tempat yang tidak seorang pun mengenalku, berjalan sendirian lalu duduk di kesunyian. Bagi orang lain mungkin itu terdengar aneh, tapi untukku, jika aku mau sendiri maka aku benar-benar ingin sendiri'

"I get it"

'A, Kyu!'

"Hm"

'Tutup baju kamu. Jangan membuka seluruh kancingnya begini'

"Aku kepanasan"

'Pendingin ruangannya menyala'

"Tetap saja"

'Tidak bisa. Kamu harus selalu menutupnya agar tidak masuk angin'

"Yakin kamu takut aku masuk angin?"

'Ja-jangan menatapku begitu. Aku hanya tidak mau kamu sakit'

"Aku orang yang sangat jarang sakit"

'Itu saja tidak menjamin kamu tidak akan terserang flu'

Ting tong!

'Dengar? Kamu punya tamu. Jadi lepaskan aku'

"...."

'Kyu!'

Kyuhyun mengabaikan Seohyun, sedikitpun pria tampan ini tidak mau melepasnya.

"Langsung masuk saja" Perintahnya lewat ponsel. "Jangan berlagak tidak punya kartu cadangan"

"Tapi sebelumnya anda bilang agar menekan bel sebelum masuk"

"Akan lebih baik jika kau tidak datang"

"Tapi ini—"

"Masuk saja. Jangan banyak bicara"

Seohyun bingung ketika Kyuhyun menutup ponsel dan melepas pinggangnya.

"Kamu mau terus duduk di atas perutku atau segera beralih?"

'Eh? Tunggu, bajuku tersangkut'

"Dimana?"

'Ah! Kamu mengangkat gaunku terlalu tinggi! Lepaskan'

"Aku hanya ingin membantu"

'Tidak. Kamu tidak harus membantu. Aku—'

"Apa yang kau bawa?"

"Ini"

Seohyun kini tidak bisa melakukan apa-apa. Bibirnya terkatup rapat sembari ia mencoba menguatkan diri untuk berpegangan di leher Kyuhyun dan merasakan hembusan nafas pria itu mengenai bahunya. Kedua kaki yang melingkar sempurna di pinggang, ada kalanya bergetar sebab tak tahan menahan tubuh di posisi tidak biasa ini.

'Eh'

Kyuhyun rupanya masih memikirkannya. Seohyun terbantu dengan dorongan kecil dari telapak tangan lebar yang menempel di punggungnya.

'Astaga, aku sudah seperti penguntit yang tertangkap basah. Meski dia benar-benar memastikanku aman'

Seohyun menoleh, memperhatikan wajah Kyuhyun yang sangat dekat dari samping.

'Dia kekasihku, kan?'

'... milikku. Hmp!'

Sadar bahwa barusan mulutnya ikut bersuara, Seohyun langsung membekapnya.

"Baiklah. Beritahu padanya aku setuju"

"Akan saya sampaikan"

"Silahkan pergi"

"Apa anda sudah sarapan? Perlu saya minta pada pihak hotel untuk menyiapkannya?"

"Aku kenyang. Lekas pergi sana"

"Sampai nanti, tuan"

Kyuhyun menyinggungkan senyum setelah kepergian sekretarisnya. Alasannya terhibur tentu saja karena Seohyun.

"Alright"

'Le-lepas. Aku mau berdiri'

"Here"

Seohyun cepat membuat jarak sembari merapikan gaunnya.

'Sudah. Ayo kita pulang dan—'

"Apa yang milik kamu? Aku?"

'Ti-tidak! Kamu salah dengar! Aku tidak mengatakan apa-apa!'

"Jadi telingaku yang salah? Rasanya tadi suaranya sangat dekat dengan telingaku"

'Iya, kamu salah'

"Kalau begitu tolong katakan hal yang sama sehingga aku bisa meninjaunya lebih jauh"

'Kamu pikir ini pekerjaan atau apa? Dasar'

"Seohyun"

'Aahh! Tidak!'

Kyuhyun tersenyum menatap punggung yang nyaris tidak kelihatan lagi setelah berbelok di samping rak.

'Ahh, ini gila' Seohyun berhenti menempelkan kening pada dinding. 'Seohyun, kau sangat gila. Dimana harga dirimu?'

"Padahal kamu tidak perlu kabur jika ingin terlihat meyakinkan"

'Kyu?!'

"Tapi aku yakin rubah licik yang polos juga tidak bisa memikirkan sampai sana, kan?"

'Rubah apa?'

"Aku sampai heran bagaimana dia bisa menyiasati keadaan agar orang-orang membeli produknya. Dia sangat hebat"

'Kamu! Lebih baik jangan katakan apapun lagi'

"Aku mau berenang"

'Sana, berenang saja'

"Tapi kamu harus mengawasiku"

'Kamu bukan anak kecil'

"Tentu saja bukan. Jika iya aku tidak akan bisa membawamu"

'Aakh! Turunkan aku! Kyu!'

"Akan kuturunkan di samping kolam"

'Aku mau turun sekarang!'

"Aku menolak. Jika kulepas sekarang paling kamu akan segera kabur. Menyerah saja"

'Tidak! Kamu keterlaluan'

"Memang"

'Aahh!'

*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*•*

Don't forget to VOTE⭐️⭐️⭐️

Kalo ada typo kasih tau lewat comment ya. Selamat malam minggu~

Luv y'all♥️💙

Continue Reading

You'll Also Like

81K 9.3K 39
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
44K 4.9K 19
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
284K 22.1K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
409K 7.7K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.