Naruto Uchiha [FF7R]

By callplanet4

1.1K 111 14

[NEW] Uchiha Naruto, Anak kecil yang berprofesi sebagai anbu yang loyal terhadap Danzo harus berakhir terjeba... More

Uchiha Naruto di Nibelheim
Misi untuk Naruto
Keberhasilan misi pengeboman

Hilang ingatan

281 28 1
By callplanet4

Selamat membaca

Dokter Ritz menatap pemuda yang berbaring di tempat tidur. Desahan sedih keluar dari dokter. Pria muda itu memiliki kasus Keracunan Mako yang intens. Kemungkinan dia untuk bangun sangat kecil. Juga ketika mereka menemukannya, ada beberapa luka besar dan luka tusukan tipis tepat di bawah jantungnya. Seolah-olah seseorang telah mencoba untuk memotong orang ini menjadi potongan-potongan dengan pedang yang sangat tajam dan ketika itu gagal menusuknya. Nasib kejam telah menimpa pria ini. Ritz melakukan pemeriksaan terakhir sebelum pergi.

Pria muda di tempat tidur terus berbaring di sana tanpa bergerak. Dia tampak berusia dua puluh satu. Di tempat tidur itu adalah tempat dia berbaring selama lima tahun terakhir tanpa bergerak. Dia baru saja terdampar di pantai dekat Kalm suatu hari. Ritz belum pernah melihat kasus keracunan Mako yang begitu parah. Dengan segala cara orang itu harus mati. Alih-alih mati, setiap hari pria itu semakin kuat. Di mana kulitnya dulu pucat dan tubuhnya sakit-sakitan, dia sekarang terlihat sangat normal kecuali fakta bahwa dia sedang koma.

Sebuah jari mulai berkedut. Segera jari-jari di masing-masing tangan mulai bergerak. Perlahan kelopak mata mulai bergetar. Mereka perlahan membuka untuk mengungkapkan dua bola hitam legam yang hampa. Dengan seringai ringan, pria itu perlahan duduk.

Naruto merasakan Migrain yang tiba-tiba membuatnya memegangi kepala dan menggigit bibirnya kesakitan. Kenangan selama di Nibelheim membanjiri kepalanya.

Matanya tersentak terbuka. Dia melihat sekeliling ruangan dengan panik sebelum menenangkan diri. Ingatannya masih campur aduk dan ada beberapa yang belum pulih ingatannya, tapi dia sekarang ingat sedikit tentang apa yang terjadi.

"Uchiha Naruto adalah namaku." Naruto duduk dan menyandarkan punggungnya ke tiang ranjang. Otot-ototnya sakit ketika dia menggerakkannya. Dia merasa sangat lemah, secara fisik dan mental. Hal terakhir yang bisa dia ingat adalah membimbing kedua anggota SOLDIER itu naik gunung ke Reaktor Mako. Semuanya setelah itu kabur dan membuat kepalanya sakit. Dia ingat Tifa hampir mati dan salah satu anggota SOLDIER tergeletak di tanah dikalahkan.

Naruto khawatir tentang kehidupan Tifa, sampai Memikirkan kematiannya saja sudah membuatnya tidak sanggup. Dia telah melihat kematian berkali-kali dan bahkan menyaksikan rekan-rekannya sendiri ditebang. Tapi dia tidak pernah merasakan apa-apa selain perasaan penyesalan yang lewat. Namun, pikiran Tifa yang mati membawa rasa sakit yang tak terhitung ke hatinya. Dia adalah sahabatnya dan seseorang yang sangat dia sayangi dan berharga seperti Natsu. Tatapan tegas muncul di mata Naruto. Hal pertama yang pertama. Cari tahu di mana dia, sembuh, lalu temukan Tifa. Dengan pemikiran itu, Naruto perlahan bangkit dari tempat tidur.

Midgar: Sektor 7

Tifa dan satu anak kecil manis sedang duduk di depan tangga bar sevent heaven. "Apakah Deddy bakalan datang saat ini Tifa-nee?"

"Tentu.," Jawabnya begitu lembut dan nyaman di dengar, tiba-tiba mata Ruby melihat gembira ketika orang yang dikenal anak tersebut sudah pulang "Marlene, itu ayah mu."

Bernama Barret, dia adalah laki-laki besar dan kekar berkulit gelap, tidak lupa dengan tangan kanannya yang terpasang senapan mesin. Ia tersenyum Riang melihat anak kecil berdiri menyambutnya
"Ohh siapa Malaikat cantik di depan ayah ini hmm?"

"Deddy pulang!"

"Ohohoh tentu saja, apa yang kamu lakukan saat Daddy mu yang hebat ini pergi?"

"Aku selalu berusaha membantu Tifa-nee mengurus bar!

"Oh benarkah? Wah hebat sekali hahaha," mereka bergerak masuk ke dalam duduk di depan meja bar menyisakan Tifa dan ketiga rekan Barret.

Dua laki-laki bernama Bigs dan Wedge, lalu ada satu perempuan bernama Jessie. "Selamat datang, hari yang melelahkan bukan?" Senyum Tifa.

"Aku rasa begitu," jawab Bigs meregangnya pinggangnya yang sedikit pegal.

"Iya! Mungkin kamu bisa membuatkan kami segelas minuman di sana Tifa, kami butuh ketenangan," pinta Jessie bersemangat.

Tifa mengangguk paham "baiklah, masuklah! akan ku buatkan sekarang."

"Tolong sandwich satu ya!" Teriak Wedge yang memang gemar makan.

"Hihi tentu saja!"

Tifa dan beberapa temannya di bar menyebut diri mereka adalah AVALANCHE, banyak yang akan menyebut mereka teroris. Yah semua orang benar bahwa mereka hanya mengebom reaktor dan alasannya hanya menyelamatkan planet agar tidak mati akibat ulah Shinra. Dia bergabung dengan mereka empat tahun lalu, setahun setelah datang ke Midgar. Bar miliknya, 7th Heaven, adalah basis operasi mereka. Setidaknya sampai ada tempat yang lebih baik ditemukan.

Tifa membersihkan gelas terakhir saat Jesse, Biggs, dan Wedge menuju ke ruang rahasia di bawah bar untuk tidur. meninggalkan Tifa sendirian yang harus membersihkan dan merapikan bar.

Midgar: Sektor 5

Naruto telah berhasil menyelinap ke kota tetapi menemukan dirinya di daerah kumuh. Dia tidak memiliki rencana untuk menyelinap ke Markas Besar Shinra. Setidaknya belum. dua hari yang lalu dia telah meninggalkan Kalm. Telah memutuskan untuk datang langsung ke sini, jika dia bisa menemukan informasi apapun tentang apa yang terjadi di Nibelheim lima tahun lalu, maka itu akan terjadi di Markas Besar Shinra.

Pemuda itu duduk di tanah untuk beristirahat sebentar. Mencengkeram Cure Materia miliknya, dia membiarkan kekuatannya menyapu dirinya. Untung dia telah memutuskan untuk mencuri beberapa materia di Toko Materia di Kalm. Meskipun dia berharap dia masih memiliki Materia Petirnya. Tentu dia mendapatkan beberapa materi Petir baru, tetapi dia harus melatihnya kembali untuk mengakses mantra yang lebih kuat.

Bersandar di dinding gedung, Naruto bertanya-tanya apakah bijaksana untuk berjalan-jalan dengan mengenakan perlengkapan ANBU-nya. Memang hanya itu yang dia miliki, tetapi itu membuatnya menonjol. Kemudian lagi, sepertinya tidak ada orang di sini yang peduli saat mereka berjalan melewatinya tanpa melihat sekilas. Plus Pelindung lengan yang dia miliki membuatnya lebih mudah untuk menyimpan materinya. Dia harus tenang dan berhenti cemas. Menjadi cemas hanya akan membuatnya terbunuh. Jika dia ingin menemukan Tifa maka dia harus tetap tenang dan tenang.

Dengan pemikiran itu, Naruto berdiri. Matanya tertuju pada wajah yang familiar. Apakah itu Johnny? Naruto berjalan agak cepat dan berteriak dengan nada tegasnya "Johnny!"

Seorang pria dengan rambut merah pendek berputar. "Seseorang memanggil namaku?"

"Ini aku Naruto. Dari Nibelheim."

Mata Joni melebar. "Naruto? Apakah itu kau yang memakai topeng aneh setiap hari? Aku belum pernah melihat wajah mu selama bertahun-tahun!" Senyum lebar muncul di wajah Johnny.

"Apa kabar?" tanya Naruto tahu dia perlu berbasa-basi.

"Baik! Bagaimana denganmu?" senyum Johnny.

"Saya baik."

"Maaf aku harus mengejar waktu. Karna aku ada kencan di HoneyBee Inn," Johnny menyeringai.

"Ohya. Kau harus bertemu di bar Tifa di Sektor 7. Aku yakin dia akan senang bertemu denganmu."

Naruto merasakan beban berat jatuh dari pundaknya. Seluruh tubuhnya rileks melepaskan ketegangan yang tidak dia sadari. "Ya. Tapi pertama-tama, jalan mana ke Sektor 7? Saya ingin menemui Tifa."

Johnny secara suka rela memberinya petunjuk cepat sebelum lari meninggalkan Naruto.

Dia selamat, Hidup dan aman. Naruto mulai tersenyum kecil dan tidak bisa berhenti. Dia berbalik dan mulai berjalan ke Sektor 7.

Sektor Tujuh: Tifa's 7th Heaven Bar

Hari yang malam makin larut, Bar akam ditutup oleh Tifa. Setelah dirasa sudah beres dan tidak ada yang dilupakan, justru malah rengekan pintu kayu berbunyi menandakan seseorang telah masuk. "Maaf tapi barnya tutup. Silakan kembali besok," kata Tifa tanpa mengalihkan pandangan dari pekerjaanya untuk mengelap meja utama.

"Gomen." Tifa membeku di tempatnya, Suara itu. Dia tahu suara itu di mana saja, Itu tidak mungkin. Perlahan, dia mendongak. Tangannya mulai gemetar tidak percaya.

Di sana berdiri di depan pintu tidak lain adalah Naruto. Dia berdiri beberapa inci lebih tinggi, itu pasti dia. Air mata muncul di mata Tifa. ini seperti mimpi, Dia perlahan jalan keluar dari belakang, berjalan mendekat terus menyentuh wajah dan rambut Naruto yang selalu dia cintai. "Naruto apakah benar ini dirimu?"

"Ha'i."

Isakan kebahagiaan dari Tifa saat dia melompat ke depan sambil memeluknya. Dia tidak tahu harus berbuat apa, tapi Naruto tidak bisa memungkiri perasaan hangat yang dia rasakan saat melihat dan merasakan keberadaan Tifa lagi. Perlahan, dia meletakkan tangannya di punggungnya dan membalas pelukannya. Sesuatu yang tidak pernah dia berikan kepada siapa pun. Mereka berpisah dan Tifa tersenyum indah di wajahnya.

"Aku sangat senang kamu masih hidup. Kukira kamu sudah mati," dengus Tifa sambil mengusap matanya.

"Dari mana saja kamu? Apa yang terjadi?"

"Aku benar-benar tidak dapat mengingat apa pun dari lima tahun yang lalu. Tapi aku terbangun di kota Kalm seminggu yang lalu. Rupanya, aku mengalami kasus keracunan Mako yang parah yang membuatku koma selama lima tahun," jawab Naruto. Tifa membawanya ke meja kosong dan keduanya duduk berhadapan.

"Apa yang terjadi hari itu?" tanya Naruto.

"Aku juga tidak terlalu ingat. Yang kuingat hanyalah Sephiroth menjadi gila dan kemudian membunuh ayahku," bisik Tifa di bagian terakhir.

Naruto merasa tidak enak karena mengungkitnya. "aku berusaha menyerang si uban sialan itu, tapi aku tertebas tidak sadarkan diri, Kemudian salah satu klonmu membawa ku keluar dari reaktor tetapi menghilang segera setelah itu. Ketika aku tersadar, aku sedang dalam perjalanan ke Midgar bersama Zangan-sensei. Dia mengatakan kepada ku bahwa kota telah terbakar dan Reaktor Mako juga hancur dalam ledakan besar."

Penjelasannya Naruto dengar seksama tapi masih tidak ingat apa yang terjadi, tetapi mulai mengingat hal-hal samar tentang kota Nibelheim yang terbakar dengan perlahan.

"Kamu pasti lapar, biar aku ambilkan kamu makanan," Tifa tersenyum mendorong ingatan itu ke benaknya.

"Terimakasih," Naruto berjalan ke konter dan duduk di bangku.

Tifa membuat sandwich untuk Naruto. Suara menggelegar membuat keduanya berbalik untuk melihat Barret muncul dari pangkalan. "Tifa kau baik-baik saja!?" teriak Barret sambil mengarahkan senjatanya ke Naruto.

"Tidak apa-apa Barret. Dia sahabat ku, Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir, tapi sudah bertahun-tahun aku tidak bertemu dengannya," kata Tifa meminta maaf.

Barret menjadi tenang dan menurunkan lengan senjatanya. "Dia punya nama?"

"Uchiha Naruto."

"Naruto? Nama bodoh macam apa itu?" Barret tertawa puas. tapi sialnya Tifa memberi Barret tatapan tajam yang membuatnya terdiam. "Baikk. Aku akan menemani Marlene tidur saja."

"Maaf yang tadi Naruto," Tifa menatap dirinya khawatir.

"Tidak apa-apa... Dan aku ingin bertanya sesuatu?"

"Apa itu?" Tifa tersenyum menatap dekat.

"Aku lelah, bisakah ada tempat yang bisa ku pakai untuk malam ini saja?"

Tifa tertewa kecil sambil menutup dengan tangan" aku juga lelah, setelah ini kita bisa ke penginapan."

"Baik."

"Silahkan dimakan Naruto-kun."

"Ini lezat."

"Terimakasih!"

Setelah acara di bar selesai, Tifa dan Naruto mulai pergi ke kost-an yang biasa Tifa tinggali selama in. Terlihat terdapat dua lantai di tempat kos yang nyaman dan sederhana, mereka berdua masuk untuk melihat interior yang ada, terlihat feminim di tambah samsak tinju dan tempat pull up di dalam kamar "maaf, tapi semua kamar kos sudah penuh, jadi kamu bisa menginap sementara di kamar ku Naruto-kun."

"Aku mengerti," Naruto tidak mempermasalahkan karna sudah sangat lelah dan tidak berfikir aneh-aneh, berjalan ke depan biar duduk di lantai samping ranjang.

"Ehmm Kamu tidak di atas aja tidurnya?" Tanya Tifa heran sambil berjongkok.

"Bukannya ranjang itu akan kamu pakai?" Naruto mencopot peralatan perang miliknya.

Tifa memalingkan wajah imutnya agak gugup "iya. Tapi aku bersedia berbagi ranjang denganmu... Ini hanya semalam! Lantai di sini terkesan lembab."

"Aku janji bakal mencari kamar kosong untuk mu besok. Mau kan?" Mohon Tifa menjatuhkan tangannya ke lantai seperti merangkak, sekaligus bikin Naruto terkesiap karna wajahnya makin dekat dengan hidungnya. Ia berkesimpulan bahwa tidak ada gunanya bersikeras menolak ajakannya.

"Maaf jika terlalu sempit Naru-kun," senyum Tifa sambil memeluk pria tampan yang ia rindukan saat ini. Lengan Naruto harus jadi bantal dadakannya.

"Santai," balas Naruto terdiam kaku, lama-lama matanya mulai berat dan masuk ke mode istirahat.

Skip...

Hari esok menjelang siang, Terbangun dengan tubuh yang lebih segar dan ringan, Naruto lega karna tidak menemukan Tifa yang sudah menempel padanya semalaman, tangan kirinya agak pegal akibat jadi bantal. Mata hitamnya tidak lama menemukan satu kertas yang bertuliskan dari jari-jari Tifa sendiri dan berakhir dengan pola coretan emot tersenyum:)

Tertulis dia akan memandu salah satu Anggota bayaran dari Soldier untuk mendapatkan uang tambahan, Naruto diminta ke bar selama ia pergi berkeliling untuk mendapatkan uang dari para klien AVALANCHE.

"AVALANCHE.. sepertinya Tifa belum menjelaskan itu padaku," ujar Naruto. Saat ini yang dia pertama lakukan adalah mandi dan bersiap-siap sesuai yang Tifa minta.


Saat dirinya turun dari anak tangga kos lantai dua, perempuan tua memanggil namanya ketika sudah di bawah "kau yang namanya Naruto? Tifa memberi tahu kamu yang menginap di kamarnya."

"Ha'i itu saya." Balas Naruto singkat sedangkan perempuan tua itu tersenyum sinis.

"Aku Mare pemilik kos di sini, jangan lakukan yang macam-macam padanya walaupun kau sahabat lamanya, di hatiku Tifa sudah ku anggap bagian keluarga dan cucu ku. Kamu mengerti?" Sebuah kalimat serak tapi bermakna peringatan tegas untuk Naruto, dia sekarang tahu siapa yang di maksud Tifa saat perjalanan ke kosan kemarin malam.

"Saya paham, Tifa bukan musuh tapi sahabat yang akan saya lindungi," balas Naruto sesopan mungkin tanpa peduli dengan pandangan Mare yang kurang respect padanya.

"Tunggu, Kamar mu tepat bagian paling kanan di lantai dua. Ini kuncinya dan jangan khawatirkan tentang bayaran sewa."

Dia pergi setelah mengangguk cuek dan Perempuan paruh baya jadi tersenyum ringan, memang berbeda dari pada pria pirang yang dia temui tadi pagi dengan Tifa. Sikap Naruto dingin tapi setiap nada yang keluar tidak terdengar marah atau terbawa perasaan. Benar-benar suara yang halus walaupun wajahnya tanpa ekspresi.

••
Terimakasih jangan lupa Vote untuk support admin 😃

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 16.4K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1M 48.9K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
361K 19.2K 49
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
2.4M 19.6K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...