RAGNALA [END]

By HellyPotter_

582K 20.9K 448

"Lo udah selingkuhin gue! Lo cowok kejam!" Kesal Alana memukul dada ragnala dengan keras. Ragnala menggeleng... More

1. Pertolongan pertama
2. Cowok sombong
3. Dekat
4. Diculik
5. Suatu ajakan bukan permintaan
6. Menolak beralasan
7. PARTY
8. Timbul masalah baru
9. Pacar?
10. Jadian
11. Tidak seindah yang dibayangkan
12. Hilang
13. Akhirnya bertemu
14. Takdir yang tau segalanya
15. Tidak bisa dipungkiri
16. Bad
17. Pembohong
18. Saga yang perhatian
19. Satu hari bersama pacar
20. Ribut
21. Absurd
22. Biola
23. Dilupakan
24. Dia harus Mati
25. Memang harusnya seperti itu
26. Sayang
27. Makanan
28. Sudah ingat
29. D.O
30. Shoping bersama Alana
31. Tour
32. Adnan problem
33. JAHAT
34. Adnan kenapa?
35. Nyerang
36. Medot makan
37. Roti Bakar
38. Kenalan
39. Alana sakit
40. Zenara yang sedih
41. Runtuh
42. Pilihan yang sulit
43. Muncul kembali
44. happy day
45. Birthday Alana
46. Caca Curiga
47. Alana dan Burhan
48. Menjenguk kakak
49. Membingungkan
51. Caca tahu
52. PUTUS
53. Peristiwa mengenaskan.
54. Dia yang salah
55. Kenyataan tak sesuai harapan
56. Pergi
57. Cerita Alana
58. Pergi mendadak
59. Ragnala yang tahu
60. Perlahan terbuka
61. Yang sebenarnya
62. Kamu anakku
63. Terungkap
64. ungkapan
65. Panik
66. mengakhirinya dengan bodoh
67. DITUNTUT (EPILOG)
68. EXTRA PART

50. Trauma

4.9K 239 1
By HellyPotter_

Malam ini adalah malam terburuk bagi Ragnala. Dimana dia dihiraukan oleh Alana, belum lagi tentang masalahnya dengan Zenara. Orang tua Zenara malam ini bertemu dengan Bu Marina, namun Ragnala tidak bisa ada disana. Bukan maksud menghindar, namun dia sudah memiliki janji untuk ikut balapan.

Sekarang Ragnala dan teman-temannya sudah berada di lokasi tempat dia balapan. Disana sudah banyak orang-orang yang menunggu permainan itu dimulai.

"La? Gue dapet kabar dari Saga, kalo lo takut kamera. Gue hampir lupa la, kalo ini balapan publik." Ucap Bagas menghampiri Ragnala yang duduk santai.

"Gapapa" Enteng Ragnala.

"Kalo lo mau mundur, gapapa kok. Gue bisa bilang sama panitia nya." Ucap Bagas.

"Gue gapapa gas. Lagian gue liat gak banyak wartawan disini kok." Ujar Ragnala masih terlihat santai.

"Woi bos, ada kabar membagongkan nih" Ujar Zaky yang tiba-tiba datang menghampiri Ragnala dan Bagas.

"Apa?"

"Darkar ada disini. Kayaknya Axel ikutan deh." Ujar Zaky.

"Gak kapok-kapok tuh orang. Udah dapet bogeman dari anak buah bokapnya Nala hampir mati juga, masih aja ganggu kita." Desis Bagas.

Prok! Prok!

"Thrasher!" Sapa Axel tiba-tiba.

Saat Darkar mendekat anak Thrasher semuanya ikut mendekat, entahlah anak motor itu memang sangat menakutkan.

"Gue kira lo gak ikut, karena sibuk selingkuh." Cibir Axel.

"Mau lo apa sih njing? Bosen gue liat muka lo!" Serka Bagas sangat tidak suka.

Axel tersenyum sinis. "Mau gue, si cowok brengsek ini balikin Alana."

"Cowok tuh berkelas men. Bukan malah gak punya harga diri kaya lo!" Ucap Bagas dengan entengnya.

"Maksud lo apa bangsat!" Kesal Axel.

"Iya lo bangsat, udah tau Alana gak suka sama lo. Tapi lo masih aja ngejar-ngejar dia. Baru tau gue ada cowok murahan kaya lo!"

Ucapan Bagas sedikit membuat Ragnala mengulaskan senyumnya. Axel memang harus dilawan agar dia cepat sadar.

"Anjing lo ya--"

Sebelum Axel mencengkram kerah baju Bagas, Ragnala sudah lebih dulu menahannya dan mencengkram lengan Axel keras.

"Gak boleh gitu sama senior." Ucap Ragnala.

Axel menghempaskan tangan Ragnala dengan keras.

"Baru punya club motor aja belagu, gimana nanti kalo punya club waria." Enteng Ragnala disambut kekehan anak Thrasher.

"Ih eke takut" Sahut Farhan mengikuti gaya bahasa bencong.

Axel sebisa mungkin menahan amarahnya, ini bukan tempat untuknya berkelahi, disana sudah ada orang-orang handal dan penting.

"Gue gak akan gangguin Thrasher lagi" Ucap Axel membuat semuanya terdiam.

Ragnala menatap Axel dengan datar.

"Gue juga gak akan gangguin Alana" Lanjut Axel.

"Bagus, lebih baik lo jauh-jauh deh. Lo tuh rabies tau gak!" Jawab Bagas.

"Tapi dengan satu syarat." Ucap Axel terlihat santai membalas tatapan tajam Ragnala.

"Lo harus beneran tanding lawan gue di sirkuit." Ucap Axel tiba-tiba.

"Kalo lo menang, it's okay gue bakal menjauh. Tapi kalo gue menang, gue mau lo nyerahin Alana sama gue." Imbuh Axel tersenyum bangga.

"Ancaman?" Lirih Ragnala.

Axel mengedikkan bahunya. "Itu sih terserah lo mau setuju apa gak. Kalo gak, gue gak akan berhenti gangguin Thrasher dan mengambil Alana."

"Bangsat lo anjing!" Kesal Bagas yang sudah tidak tertahan.

Dengan cepat Ragnala menahan tangan Bagas agar tidak memukul Axel.

"Gimana setuju gak?" Tanya Axel lagi.

Ragnala menatap tajam Axel, tangannya sudah terkepal sangat kuat.

"Pengecut lo!" Tutur Axel menepuk-nepuk pundak Ragnala. Dengan keras Ragnala menghempaskan tangannya dan berlalu pergi.

Namun, langkahnya terhenti karena ucapan Axel.

"Oh atau lo mau nyerahin tunangan lo sama gue? Kita tuke--"

Bugh!

Dengan keras Ragnala memukul wajah Axel hingga tersungkur. Semua orang disana terkejut bahkan orang-orang disekitar banyak yang menoleh.

"Siapin motor lo bangsat! gue terima tantangan lo!" Geram Ragnala memutarkan langkahnya untuk mempersiapkan diri.

Axel terduduk seraya menyibak darah yang sedikit keluar dibibirnya dengan tersenyum.

"Bagus!" Bangga Axel melompat bangun ingin bersiap-siap juga.

"Lo gak usah gila La. Lo rela nyerahin Alana sama Axel?" Ucap Bagas merasa tidak percaya.

"Gue bakal menang" Enteng Ragnala seraya memakai perlengkapan balapan itu.

"Tapi kalo lo kalah la?"

Ragnala terdiam menatap Bagas. "Lo meremehkan kemampuan gue?"

Bagas hanya menghela nafasnya pasrah, dia sudah tau sikap Ragnala. Dia akan terus keras kepala dan tidak mau dimengerti.

****

"Alana kenapa sih sama Ragnala?" Tanya Bu Sarah mengusap rambut anaknya sayang.

Alana memandang wajah Bu Sarah dari bawah kebetulan dia sedang merebahkan diri diatas paha ibunya itu.

"Gapapa bun"

"Buna gak percaya, pasti ada apa-apanya kan?" Tanya Bu Sarah sangat penasaran.

"Gak ada buna. Alana cuma lagi kesel aja sama Ragnala." Balas Alana terus mengelak.

"Masa sih? Tadi Buna liat, kamu kaya takut banget sama Ragnala?" Curiga Bu Sarah.

"Nggak Buna"

"Cerita yuk sama Buna. Buna gak suka ya kamu umpetin masalah kamu." Paksa Bu Sarah.

Alana mendesis kesal, orang tua ini bisa saja menebak apa yang Alana rasakan. Padahal Alana lagi enggan untuk menceritakan apapun itu.

"Cerita sedikit aja deh?" Suruh Bu Sarah.

"Alana--"

Drrttt drrttt...

Alana memberhentikan ucapannya saat nada ponselnya berdering keras. Bu Sarah mengambil ponsel itu diatas nakas.

"Saga" Ucapnya.

Alana mengambil ponsel tersebut dari Bu Sarah dan mengangkat panggilan itu.

"Iya ada apa kutub?" Ucap Alana terlihat santai.

"Ikut gue na, cepat siap-siap."

"Lah kemana? Dadakan banget kaya tahu bulat." Jawab Alana.

"Sirkuit balap"

"Ngapain? Lo ikut balapan? Atau lo mau ngajak gue nonton balapan?'

"Iya gue mau ngajak lo nonton balapan."

"Gue gak demen sama acara begituan."

"Masalahnya pacar lo yang balapan?" Ungkap Saga.

"Hah? Serius? Gue emang cocok sama pembalap ganteng itu? Rossi ya--" Alana masih saja tidak menyadari.

"Ragnala pacar lo" Potong Saga.

"Nala balapan?" Tanya Alana mulai serius.

"Iya, dan sekarang dia udah stanby disana. Ya gue gak masalah sih, Ragnala emang jago. Tapi kalo lo gak mau gue ajak kesana juga--"

"Gue gak mau, gue masih belum bisa deket sama Ragnala" Potong Alana.

"Balapan malam ini disiarkan langsung di semua channel, dan yang menang akan mendapatkan hadiah uang tunai dan satu penghargaan terbesar dari pembalap motogp."

"Gue gak perduli ga. Yang penting gue titip salam aja sama lo, kasih semangat untuk Ragnala."

"Na?"

"Jangan paksa gue ga. Rasa trauma gue lebih besar daripada rasa sayang gue sama dia."

"Ragnala takut kamera." Ungkap Saga tidak ingin berbelit lagi.

Terlihat Alana terdiam kaku, dia tidak ingat akan itu. Bahkan sedari tadi Saga berbicara pun Alana tidak dapat mengerti.

"Dia--"

"Gue siap-siap"

Tuttt tuttt...

Dengan cepat Alana melompat dari kasur untuk berganti pakaian dan memakai jaketnya karena diluar sangat dingin.

"Kenapa Alana?" Tanya Bu Sarah.

"Ragnala balapan"

"Liar?"

Alana menggelengkan kepalanya. "Gak bun, balapan publik. Di siarkan langsung di semua channel."

"Serius?"

Alana mengangguk kemudian menarik tas slempangnya ingin pergi.

"Alana pergi dulu bun" Ucap Alana mencium tangan Bu Sarah asal.

"Pergi sama siapa Alana?"

"Saga!" Seru Alana karena dia sudah berlari keluar kamar.

"Pulangnya jangan malam-malam!"

****

Setelah menitipkan ponselnya kepada Farhan, Ragnala kini sudah siap bersama pembalap lainnya diatas motor. Sejujurnya Ragnala sangat cemas, karena terlihat dari raut wajah mereka yang serius dengan pertandingan ini.

Apalagi saat melihat Axel. Dia terlihat berniat sekali dengan ancaman yang dia buat sendiri itu. Bahkan Axel tak ada henti-hentinya mengacungkan jempolnya terbalik.

Ragnala menyeringai mengacungkan jari tengahnya kearah Axel, kemudian menutup kaca helmnya santai saat peringatan siap dimulai.

"Tamat Riwayat lo Nala!" Desis Axel tersenyum sengit.

Terdapat lima pembalap disana, mereka semua mengikuti arahan yang panitia itu buat. Bahkan terlihat ada seorang wanita yang membawa bendera berukuran besar disana, beberapa kali merekengibaskan benderanya membuat kelima pembalap itu mengember motornya tiba-tiba.

"One!"

Tatapan Ragnala fokus kedepan saat mendengar hitungan itu dimulai.

"Two!"

"Three!"

"GO!"

Brummm!

Brummm!

Mereka berlima menjalankan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata saat waktu tersebut sudah dimulai.

Sirkuit itu terlihat sangat besar, sehingga Ragnala dengan leluasa berkendara dan menyelinap satu persatu pembalap lain. Namun kali ini dia tidak bisa menyelinap Axel, karena dia sudah didepan.

"Lo bisa nala" Batin Ragnala.

Dia tidak ingin memikirkan sekitar apalagi berbagai macam kamera dipinggir sirkuit itu, Ragnala hanya fokus ke depan dan mengalahkan Axel.

Brumm!

Dengan menambahkan kecepatannya kini Ragnala bisa menyetarakan Axel, dia tepat berada disamping Axel.

"Aishh!" Desis Axel.

Ragnala terus menambahkan kecepatannya, hingga jauh dari Axel. Dia masih terlihat santai, namun dia juga harus menang. Bukan karena hadiah, tapi Ragnala takut jika Axel mengambil Alana darinya.

"RAGNALA!"

Semua anak Thrasher menoleh kearah Alana yang tiba-tiba datang dengan nafas tersenggal-senggal, bahkan dibelakang terdapat Saga juga.

"Dimana Nala?" Tanya Alana kepada Saga.

"Lagi balapan."

Alana terpelongo, ternyata dirinya sudah telat dan acara sudah dimulai dari tadi.

"Lo tenang aja na. Ragnala keliatan gapapa kok." Ucap Bagas.

Alana terdiam sejenak kemudian meneliti sekitar, dimana semua orang terlihat serius melihat layar besar disana yang menampilkan kelima pembalap itu yang sedang fokus. Bahkan Alana melihat para juri dan panitia disana yang sedang membicarakan balapan itu.

Yap, disana banyak kamera bahkan dipenjuru tempat banyak orang-orang yang memegang ponselnya dan menjepret pertandingan itu.

"Berapa meter?" Tanya Alana tiba-tiba.

"Mana gue tau na. Intinya ini balapan besar, ya mungkin jauh."

Alana menepuk-nepuk dadanya yang masih terasa kesal dengan nafasnya yang tersenggal-senggal.

"Gapapa" Lirih Saga berbisik ditelinga Alana.

"Itu finish?" Tanya Alana menunjuk garis finish didepan.

"Iya" Jawab Saga.

Rasa cemas kian menghampiri Alana, disamping garis finish itu terdapat banyak sekali kamera yang terpampang disana bahkan lampu putih itu juga menyorot sangat terang.

"Ga, Nala gapapa kan?" Tanya Alana sangat cemas.

"Gapapa" Enteng Saga.

"Axel kalah men, dia jauh banget dari Ragnala." Ucap Opik menatap layar besar disana.

Sontak Alana ikut melihat. "Axel?"

"Iya na, Axel juga ikut" Sahut Bagas.

"Axel mantan gue?"

Bagas menganggukkan kepalanya.

"Bisa di stop gak sih nih acara, perasaan gue gak enak." Ucap Alana.

"Gak bisa na, lo liat noh para juri udah serius?"

Alana menggaruk kepalanya yang tak gatal sedikit kasar.

Beberapa menit kemudian, seorang MC berbicara bahwa jarak pembalap itu sebentar lagi akan sampai di finish. Disitu teriakan penonton sangat heboh, bahkan Ragnala masih tetap menduduki bagian pertama dari kelima pembalap itu. Namun Alana tetap saja tidak tenang, dia sangat khawatir tentang Ragnala.

"Bang Nala menang sedikit lagi." Ucap Farhan.

"Makan-makan habis ini" Ucap opik.

Terdengar suara motor semakin mendekat, Alana meremas rok pendek yang dia pakai dengan erat. Jantungnya tidak berhenti berdetak keras.

"Nala lo harus fokus, jangan liat kamera" Gumam Alana.

Dilain sisi, Ragnala tersenyum saat dirinya hampir sampai di finish. Bahkan terlihat Axel tertinggal jauh darinya. Namun senyumnya memudar saat melihat banyak kamera disamping sirkuit sebelum sampai di finish.

Cekrek!

Mata Ragnala sontak berkedip saat flash itu menembus kaca helmnya, bahkan motornya sedikit oleng.

"Nala sakit!"

"Alaska jangan nangis, aku disini."

"Sakit Ragnala"

Entah mengapa bayangan waktu Ragnala kecil terlintas dipikirannya. Dimana Alaska terkulai lemah dengan sekujur tubuhnya terdapat banyak darah.

"Nala lo harus bisa" Gumam Ragnala terus fokus dengan motornya.

Dengan berani Ragnala menambah kecepatan hingga sebentar lagi akan sampai di garis finish. Banyak orang-orang yang berteriak, termasuk anak Thrasher karena Ragnala terlihat jelas disana meninggal keempat pembalap itu.

"Sial bos kalah." Ucap salah satu anak Darkar.

"Gue yakin menang" Sahut temannya saat melihat Axel dari belakang Ragnala yang menyusul dengan sangat cepat.

Jantung Ragnala berdegup sangat kencang, keringatnya sudah membanjiri wajahnya dibalik helm. Banyak flash yang menyoroti dirinya sehingga membuat Ragnala sulit untuk fokus.

Cekrek!

Cekrek!

"WAW PERTANDINGAN YANG SANGAT MENEGANGKAN YA. LEADER THRASHER SEPERTINYA KEHABISAN TENAGA!"

Yap, memang Ragnala terlihat tidak baik-baik saja bahkan kecepatannya sudah melemah seketika.

"Jadi model itu gak enak Nala." Ucap Alaska.

"Kenapa? Kan kamu bisa punya teman banyak, mainan banyak, disayang mamah pula? Kenapa kamu masih bilang gak enak?"

"Karena jadi model bukan cita-cita aku, mamah yang maksa aku." Ungkap Alaska.

"Tapi sepertinya mamah bahagia kalo kamu jadi model."

"Kenapa harus aku? Kenapa gak kamu aja?" Heran Alaska.

"Kamu lebih ganteng daripada aku Alaska!"

"Yaudah aku mau buat wajah aku jadi jelek aja supaya bukan aku terus yang dipaksa." Ucap Alaska.

Setelah mengatakan itu, Alaska berlalu pergi menghampiri tempat foto shots. Karena sedari tadi Ragnala hanya menemaninya disana.

Ragnala sedikit terkekeh melihat saudaranya itu dipaksa untuk mengikuti gaya yang orang-orang disana tuturkan.

"Cuma bergaya, tapi udah buat mamah senang." Gumam Ragnala.

Drrtt drtt..

Ragnala mengangkat ponselnya yang berdering, sebenarnya itu bukan ponsel miliknya, namun itu milik Alaska. Bu Marina yang memberikan Alaska ponsel karena untuk kepentingan dirinya, lalu Ragnala?

"Iya mah?"

"Nala, bilangin sama Alaska ya habis pemotretan langsung pulang jangan main-main dulu, nanti pak ander jemput kalian."

"Tapi kita mau makan siang mah" Ucap Ragnala.

"Ragnala kamu sudah gila! Kam mau buat Alaska gendut? Alaska tidak boleh banyak makan, dia harus bagus dalam pemotretan. Jangan buat Image Alaska hancur bisa?"

"Mah--"

"Kamu diam saja, turutin apa yang mamah perintahkan. Temani Alaska!"

Tutt tuttt...

Setelah menyimpan ponselnya dengan kesal Ragnala melihat Alaska yang tersenyum kearahnya, dia pun ikut tersenyum.

"Ada yang konslet kayaknya, break sebentar." Ucap salah satu Staf disana.

Baru saja Ragnala mendengarkan staf itu berbicara kepada temannya, tiba-tiba matanya melebar saat di depan matanya Lampu besar terjatuh tepat diatas kepala Alaska bebarengan dengan suara dan flash jepretan kamera.

"ALASKA!"

Tanpa disadari air mata Ragnala sudah turun membanjiri wajahnya dibalik helm, dia benar-benar sakit jika harus mengingat peristiwa itu kembali.

Cekrek!

Cekrek!

"YA INILAH PEMENANGNYA!"

Cekrek!

Cekrek!

Bebarengan dengan Axel yang menyelinap Ragnala menutup kaca helmnya dengan tangan karena tidak tahan dengan kamera yang menyoroti mereka. Bahkan Ragnala terlihat oleng ke kiri berulang-ulang.

Cekrek!

Braak!

Ragnala terjatuh dan mengguling, semua orang disana melihatnya terkejut, petugas PMI datang bebarengan dengan Alana yang berlari menyerobot pembatas bender itu.

"RAGNALA!"

Alana berjongkok dihadapan Ragnala dan membantu Ragnala melepaskan helmnya.

Terlihat tubuh Ragnala bergetar sangat kuat bahkan dia tak ada henti-hentinya menutup wajahnya dengan tangan karena kamera menyoroti dirinya.

"Maaf Mas, boleh matiin kamera disini gak? Kalo gak jangan foto Ragnala ya? Saya mohon, dia punya trauma." Ucap Alana kepada para wartawan itu.

Mereka semua mengerti dan akhirnya pergi dari hadapan Ragnala dan Alana..

"Mas gapapa, Ragnala biar saya tuntun." Sekarang Alana mengusir petugas PMI yang ingin membawa Ragnala dengan tanduk.

"Baik" Mereka semua pergi, di samping sirkuit hanya Alana yang berada disamping Ragnala saat ini.

"Nala?" Panggil Alana karena Ragnala tak kunjung membuka matanya yang dia tutupi dengan tangan.

"Ragnala? Ini gue Alana?" Panggil Alana lagi.

"Yaudah kita pergi dari sini." Ajak Alana. Namun tak ada sahutan dari Ragnala.

"Pegang tangan gue, lo sekarang aman sama gue, gapapa." Ucap Alana meraih tangan Ragnala untuk berpegangan.

Lalu Ragnala menurut, dia mengikuti langkah Alana yang berjalan sangat pelan-pelan itu.

"Bos?"

"Ragnala?"

Semua teman-teman Ragnala terlihat khawatir dengan kondisi Ragnala sekarang, namun Alana menyuruhnya untuk diam.

Saga menatapnya intens.

"Ragnala gapapa" Ucap Alana dianggukan Saga.

Alana membawa Ragnala keluar dari acara, dia mencari tempat yang sepi didepan gedung tersebut.

"Lo duduk sini, gue beli obat merah dulu." Tutur Alana, namun Ragnala menahan tangannya.

"Jangan pergi."

Alana menghembuskan nafasnya pelan, lalu duduk disamping Ragnala tepatnya diatas trotoar.

"Iya gue gak akan pergi." Ucap Alana.

Seketika Ragnala menangis, meskipun terdengar sangat pelan, ini kali pertama Alana mendengar Ragnala yang menangis dengan menutup kedua matanya dengan tangan.

Alana iba, dia mengusap punggung Ragnala berusaha membuatnya tenang.

"Gue lemah na, gue bukan orang kuat." Ucap Ragnala terdengar parau.

"Buka mata lo kalo mau cerita." Tutur Alana.

"Gue takut na" Lirih Ragnala.

"Gue disini, apa yang harus lo takutin."

Ucapan Alana berhasil membuat Ragnala membuka matanya perlahan, dia menatap sekitarnya yang sepi bahkan hanya terdapat mereka berdua disana.

Alana menatap Ragnala dengan tersenyum tipis, sedangkan Ragnala hanya menatapnya sendu lalu menunduk.

"Alaska, tiba-tiba gue keinget dia." Ucap Ragnala dengan lirih.

"Lo kangen sama dia?"

Ragnala hanya diam.

"Besok ajak gue ketemu dia ya?" Ajak Alana.

Ragnala mendongakkan wajahnya menatap gadis itu dihadapannya.

"Alaska harus tau kalo lo udah punya pacar. Dia juga harus tau kalo lo orang kuat." Tutur Alana mengusap pipi Ragnala.

"Lo gak takut lagi sama gue?" Tanya Ragnala dan Alana menggeleng.

"Mau peluk?" Tawar Alana, dianggukan oleh Ragnala dengan antusias.

Dengan cepat laki-laki itu memeluk Alana, dia menutup matanya merasakan kenyamanan berada didekapan gadis itu. Bahkan Alana mengusap punggung Ragnala dengan tulus seraya berbisik.

"Pacar gue itu gak lemah, dia orang kuat." Lirih Alana.

_____________________

Nextpart

Jangan lupa vote sama komennya anjing! Capek gue hiks hiks

Continue Reading

You'll Also Like

18.1K 3.4K 9
"Sebenarnya, baik sama buruk itu apa, sih? Dan, oh ya, gue mau jadi orang jahat aja, biar nggak ada yang bisa lewatin batas."
32.5K 1K 14
[⚠ DON'T COPY MY STORY!!] [⚠ BUDAYAKAN VOTE SETELAH MEMBACA!!]
822K 55.7K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
660K 38.8K 36
Pelita Dzafina gadis cupu yang berhasil membuat seorang Ketua geng sekaligus Most Wanted di SMA Cendana jatuh pada nya. Alex Vernon Xavier, Ketua Gen...