BILANGIT (END)

By desalsa_

12.6K 1.4K 20

KARYA ORISINAL ADA DI AKUN YANG LAIN (@phytagoras_) DAN TIDAK AKAN LANJUT DI SANA. --------------‐... More

0. Prolog
1. My Seatmate
2. Not Alone
3. Langit is Weird
4. May I Marry You?
5. Jealous
6. Take Care
8. Unlucky Day
9. Trapped
10. Not Me!
11. Basketball
12. Attempted
13. Beautiful
14. Yusuf
15. Breakfast
16. Let's Study Hard
17. Packed Meal
18. Ordeals Come
19. Is Everything My Fault?
20. Vitamin
21. Science Olympiad
22. Forgive Me Father
23. Ice Cream
24. Cooking Course
25. Again?
26. Are You Following Me?
27. My Protector
28. Involve Them
29. War
30. Feel Guilty
31. Am I Your Wife?
32. Bike
33. The Truth
34. Heaven's Friend
35. A Letter From Anggara's Uncle
36. Fall Down
37. Do I Love Him?
38. Flowery
39. Worse
40. Hurt Again
41. Strange
42. Drama
43. Change
44. Gone
45. Sorry, I'm Late (end)

7. Is It a Dream?

259 30 0
By desalsa_

Hari ini aku lebih pendiam dari biasanya. Rasa malu masih hinggap kala mengingat kejadian kemarin sore. Bayangan Ayah yang memukuliku dan hal itu diketahui oleh Langit. Dan anehnya lagi Langit bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Mungkin cowok itu tidak peduli denganku. Lagipula kenapa aku berharap Langit akan peduli dan jadi bersikap baik padaku? Ini dunia yang nyata Bila, bukan di dalam dongeng.

“Bila? Bisa bantu Ibu membawa laptop dan proyektornya?” pinta Bu Riana, guru biologi yang baru saja selesai mengajar.

“Eh? Iya, Bu.” Aku sedikit tersentak kaget saat mendengar suara Bu Riana yang tiba-tiba memanggil namaku. Fokuslah belajar Bila, dan jangan pikirkan yang lain. Segera aku menghampiri Bu Riana dan merapikan proyektor yang baru saja digunakannya.

Aku tidak tahu kenapa, tapi Bu Riana seperti tertarik padaku. Padahal aku tidak suka pelajaran biologi dan jarang juga aktif di kelasnya, tapi beliau selalu mempercayaiku untuk menjadi asistennya, beliau juga sangat baik padaku, sering menanyai kabar dan sebagainya. Tentu hal ini membuat Abil semakin tidak suka padaku

Abil selalu berusaha mencuri perhatian guru untuk lebih mempercayainya, aku tidak tahu pasti apa tujuan cewek itu sebenarnya. Wali kelasku yakni Bu Endang dulu saja selalu memanggilku, hanya untuk sekedar berdiskusi untuk kelas bagaimana ke depannya, ataupun memberiku beberapa tugas yang harus disampaikan di kelas. Tapi, saat Bu Endang memanggilku, Abil selalu mengangkat tangan dan memaksa agar dirinya saja yang melakukan, hingga akhirnya Bu Endang melupakanku. 

Ada kesalahan yang pernah Abil lakukan. Saat itu, Bu STM menyuruh kami untuk melakukan percobaan dan kita harus mencari bahan-bahannya sendiri. Dan kelas kami ingin melakukannya bersama-sama agar modal yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Abil memiliki ide dan menyuruh kami membeli barang ini dan itu. 

Sejujurnya aku ingin menentang ide itu, karena aku merasa akan gagal dan akhirnya malah membuang-buang uang. Tapi teman-temanku pastinya tidak mau menerima asumsiku. Aku juga tidak tahu kenapa. Tapi pendapatku selalu saja ditolak. 

Akhirnya percobaan yang kami buat benar-benar gagal. Aku yang sudah membawa berbagai bahan menjadi sangat rugi, apalagi aku membelinya menggunakan uang dari Mama. Dan dimulai saat itu aku tidak menyukai Abil.

Bukan hanya itu sebenarnya. Banyak masalah lainnya yang ditimbulkan cewek itu yang membuatku tidak betah di kelas, sampai-sampai aku yang tadinya memiliki teman semeja kini duduk sendirian. 

Awal tahun pelajaran Abil belum memiliki satu teman pun di kelas. Saat itu kami semua mengajaknya bergabung, berhubung teman-teman di kelas kami lebih suka bergabung semuanya. Namun, semenjak Abil mengatur ini dan itu, teman-teman jadi berkelompok. Dan aku tidak suka ini, rasanya semua orang berubah menjadi egois dan terlalu mengejar-ngejar nilai.  

“Tolong bantu Ibu bawa ke kelas sebelas mipa tiga, ya?” Aku mengangguk menyanggupi permintaan Bu Riana. “Jangan lupa tugas rangkumannya di kumpulkan minggu depan!” peringat Bu Riana sebelum meninggalkan kelas.

“Iya, Bu!”

Saat aku dan Bu Riana berjalan di koridor, ada dua murid laki-laki datang menghampiri Bu Riana, mereka menyalami Bu Riana lalu salah satu diantara mereka mengajak Bu Riana berbincang. Aku yang membawa barang-barang berat ini merasa pegal. Kenapa pula cowok itu mengobrol begitu lama?

“Mau aku bantu?” 

Refleks aku menoleh ke samping. Betapa terkejutnya aku saat melihat orang yang tadi berbicara padaku. Dia, cowok yang selalu kulihat di masjid saat hendak melaksanakan shalat Dhuha. Cowok itu tersenyum manis, dan mengambil alih proyektor dari tanganku beserta kabel-kabelnya.

“Ada apa?”

Aku menggeleng dengan cepat saat sadar telah memperhatikan cowok itu sejak tadi. “Gak apa-apa, makasih, ya?”

Lagi lagi ia memberikanku senyuman manis. Gawat ini. Bisa-bisa aku diabetes dikasih senyuman semanis itu. 

“Duduk dulu, yuk?” tawar cowok itu, dan aku menurutinya. Kami duduk di kursi yang di sediakan di koridor.

“Maaf, ya, kalau temen aku lama. Kayaknya lagi bahas tentang olimpiade biologi.” Cowok itu kembali bersuara, tapi aku bingung harus meresponnya bagaimana, akhirnya aku malah berujung menengok ke arahnya sambil tersenyum canggung.

“Kamu ... ingat gak? Kita pernah—”

“Maaf ya Bila, jadi menunggu lama, laptopnya kasih saja ke Zidan,” ucap Bu Riana memotong ucapan cowok yang duduk di sebelahku.

Aku melihat cowok yang tadi berbincang dengan Bu Riana menghampiriku dan mengambil laptop itu dari tanganku. “Maaf ya nunggu lama,” ucapnya.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian, mataku beralih ke arah cowok yang tadi duduk di sampingku. Ia sudah berdiri dan hendak pergi. Namun sebelum itu, ia kembali melayangkanku senyuman manis, “Sampai ketemu lagi,” ucapnya yang berhasil membuat jantungku dag dig dug tidak karuan.  Ada apa ini?

*****

Di sepanjang jalan menuju kelas, tak hentinya aku memikirkan cowok itu. Aku penasaran apa yang akan dikatakannya padaku. Ahh andai saja Bu Riana tidak menyela ucapannya tadi, aku pasti sudah tahu.

Tadi ... cowok itu mengatakan kata ‘ingat’, maksudnya apa ya? Berarti selama ini ia mengenaliku? Kok rasanya senang ya dikenali cowok ganteng, hihi.

“Bila?”

Aku menoleh ke sumber suara karena namaku dipanggil. Alangkah terkejutnya diriku saat melihat Pak Ilham datang menghampiriku dengan senyuman yang menawan. Rasanya mataku ini puas melihat senyum-senyum yang indah dan rupa-rupa yang menawan. Tapi, aku kan harus menjaga pandangan, nanti malah zina mata, ihh astaghfirullah.

“Ada apa, Pak?” 

“Bisa bantu Bapak sebentar? Berhubung Bapak sekarang ngajar di kelasnya Bila, kan?”

“Iya, Pak, bantu apa?”

“Ada beberapa barang Bapak ketinggalan di mobil, bisa bantu Bapak untuk bawa barang-barangnya? Kita bagi dua.”

Aku mengangguk. “Bisa dong, Pak. Semua juga boleh, Bila kan kuat,” sahutku sembari bercanda membuat Pak Ilham terkekeh.

“Yaudah, yuk!”

Aku mengekori Pak Ilham di belakang menuju parkiran guru. Pak Ilham menyalakan alarm mobilnya untuk mengetahui dimana posisi mobilnya berada. Guru muda itu kemudian membuka bagasi dan mengambil beberapa barang.

“Bila bawa tas Bapak saja, ini sama hapenya sekalian, biar barang-barang ini Bapak yang bawa.” Pak Ilham memberikanku tasnya beserta ponsel genggam yang bisa kutebak harganya pasti sangat mahal. Kemudian, Pak Ilham mengangkat kardus itu dan kembali menutup bagasi mobilnya.

“Kalau boleh Bila tau, di dalam kardus itu isinya apa, Pak?”

“Ini soal-soal olimpiade tahun lalu untuk latihan siswa-siswi yang akan ikut olimpiade.”

Aku mengangguk-ngangguk tanda mengerti. “Bila mau ikut olimpiade juga gak?” 

Aku terkejut mendengar pertanyaan itu, “Pengen sih, Pak. Ya ... tapi banyak yang lebih pintar dibanding Bila.”

“Orang yang pintar akan kalah oleh orang yang berjuang. Kalau Bila mau ya harus berjuang. Kalau Bila benar-benar ikut olimpiade, bidang apa yang ingin diikuti?”

Haduh, ini pertanyaan yang tidak bisa kujawab. Aku malu mengatakannya pada Pak Ilham. “Ehm ... ada sih Pak mata pelajaran yang Bila suka, tapi Bila gak jago.”

“Ya gak apa-apa. Gemar bukan berarti harus bisa, kan?”

“Iya, ya? Hehe.”

“Memangnya apa? Biologi? Soalnya Bu Riana sering sebut nama Bila kalau sedang bercerita ke guru-guru lain.”

“Yang benar, Pak?”

Pak Ilham mengangguk. “Iya, katanya beliau ingin kamu ikut olimpiade biologi sama Zidan, kamu juga udah ditawari, tapi menolak. Kenapa memangnya? Kan sayang.”

“Bila gak suka mata pelajaran biologi, pusing, banyak hafalannya.”

Pak Ilham tertawa kecil. “Terus kamu sukanya apa?”

“Tapi Pak Ilham jangan ketawa, ya?”

Pak Ilham mengangguk. “Iya.”

“Bila suka pelajaran fisika.”

“Wah ... mata pelajaran yang saya ajar di kelas, tuh,” ucap Pak Ilham sambil tersenyum, Pak Ilham benar-benar terlihat senang.

“Hehe. Walau Bila suka fisika, tapi nilai raport paling kecil pas kelas sepuluh itu fisika loh, Pak.”

“Kok bisa?”

“Ya bisa dong. Kan tadi Bapak bilang, suka bukan berarti harus menguasai.”

“Kalau begitu ... mau saya bantu?”

“Bantu apa?”

“Bantu belajar biar bisa ikut olimpiade.”

Langkah kakiku mendadak berhenti. Aku tidak salah dengarkan? Pak Ilham mau membantuku belajar? “Beneran, Pak?”

Pak Ilham mengangguk.

“Terima kasih, ya, Pak.”

“Sama-sama. Ngomong-ngomong rasanya ada yang aneh.”

Aku menoleh ke arah Pak Ilham. Guru muda nan tampan itu terfokus pada sesuatu, dahinya sampai mengernyit. “Apanya yang aneh?”

Pak Ilham menoleh lalu tersenyum dan berkata, “Gak ada.”

Aku bertanya-tanya dalam hati, kenapa Pak Ilham bertingkah aneh seperti itu? tadi beliau melihat ke arah mana? Andaikan saja aku memakai kaca mata, mungkin aku bisa mengetahui apa yang membuat Pak Ilham kebingungan seperti itu.

“Bila?”

“Eh?” Aku terkejut karena saking fokusnya berpikir.

“Kenapa diam disitu? Ayo!” Aku mengangguk dan kembali berjalan di samping Pak Ilham. 

“Saya mau ke perpustakaan dulu, Bila langsung ke kelas saja.”

“Iya, Pak.”

Aku dan Pak Ilham berpisah di lorong yang berbeda. Pak Ilham pergi ke arah kanan dan aku ke sebelah kiri. Namun, langkahku kembali terhenti saat ponsel tergeletak dengan mengenaskan di lantai.

   

Continue Reading

You'll Also Like

129K 4.4K 27
Tamat ☺ Cerita tentang unggahan di Instagaram dimana ada tentang pertemanan seorang laki-laki dan perempuan ❤ Sumber foto dan gambar : Pinterest, go...
12K 1.3K 36
[HIATUS] Tumbuh dan berkembang bersama akan jadi hal yang paling berkesan untuk Cilla dan Yusa. Hampir setiap sudut kota mempunyai kenangan yang mere...
6.1K 717 26
ini tentang lo yang selalu bikin gue salah faham~ ini Tentang Kita yang ternyata Gak sesederhana yang gue bayangkan~ gimana Jadinya harus menerima am...
273K 15.5K 33
[TERSEDIA DI DREAME] Cerita ini pernah saya posting pada tahun 2015, lalu saya selfpublish. Sekarang, cerita ini saya repost di wattpad. Selamat mem...