Be a Healer [END]

By Luluqolbiyatus

197K 25.9K 732

Aku yang memasuki dunia novel, dimana dunia itu banyak sekali kemampuan kemampuan menakjubkan Bisa bertelepor... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69 (Ending)
Another Story

Chapter 25

2.7K 404 21
By Luluqolbiyatus

Freya mengigit kuku ibu jarinya dengan keras, semakin lama kukunya semakin pendek dan mengeluarkan darah. Meski begitu Freya masih mengigitnya. Dirinya risau, kenapa tidak mendapat kabar dari Ainsley. Pembunuh bayaran yang dia kirim juga tidak kembali.

“Aku sudah menyingkirkan Helen Albern, hanya tinggal Charta sekarang” Freya mulai mengumamkan sesuatu.

Dirinya masih mondar mandir didalam kamarnya.

Menyingkirkan Helen bukanlah perkara yang sulit, dirinya hanya mendoktrin pola pikir Helen dan itu berhasil. Hanya Chartarina penghalang terbesarnya untuk bersama Ainsley.

BRAK!

Pintu tiba tiba terbuka.

“Freya, apa yang kau lakukan?” Count Dempster masuk sambil membawa sebuah surat.

“Apa maksud ayah?” Freya bingung.

“PERINGATAN KORUPSI” Nada suara Count meninggi dan memperlihatkan surat ditangannya.

“Apa?”

“Duke Chevalier melakukan gugatan” mata Count dipenuhi dengan amarah.

“Tidak mungkin”

Freya menggelengkan kepalanya, harusnya Ainsley langsung pergi kesini kemarin dan bersamaku. Ini semua gara gara lacur itu. Chartarina sialan.

“Apa yang kau lakukan? Hah?” Count memegang bahu Freya dan mendorong kedepan kebelakang dengan keras.

“Ayah kau ingatkan, aku pernah bilang kalau aku akan menjadi Duchess. Jadi ak..”

“Tidak perlu, kau hanya perlu menjauh dari Duke.” Count melepaskan pegangannya.

“Apa? Tidak ayah” Freya tidak ingin siapapun mengambil Ainsley darinya.

“Aku tidak tau apa yang sudah kau lakukan pada Duke. Tapi aku minta kau berhenti.” Count menatap putri kesayangannya.

Count tidak mengerti alasan mengapa anaknya sangat ingin menjadi duchess. Dirinya tidak begitu mempermasalahkan, jika itu untuk kebahagiaan anaknya. Tapi karena itu hampir seluruh usahanya bangkrut.

Freya dulu adalah anak yang baik, namun ketika ibu dan kedua kakak perempuannya meninggal saat dirinya berumur 7 tahun. Freya berubah. Anaknya berubah menjadi semakin liar dan keras. Count tidak pernah mempermasalahkan itu selama anaknya bahagia, itu tidak apa apa. Karena Count merasa dirinya bertanggung jawab atas perasaan kehilangan freya. 

Count berusaha membuat Freya tidak kekurangan apapun, sebelum menjadi Count gelar yang disandangnya adalah Visscount. Jika dirinya memiliki gelar yang lebih tinggi anaknya juga akan dengan bebas melakukan apapun yang Freya inginkan.

“KENAPA? HAH? AYAH TIDAK MENYAYANGIKU” Freya lalu berteriak.

“Tidak, ayah menyayangimu” nada bicara Count melembut.

“AYAH BAHKAN TIDAK PERNAH BICARA DULUAN PADAKU. Hiksss, Ayah juga tidak ada saat Ibu dan Kakak meninggal.”

Count sangat sadar, dirinya tidak pernah menemani Freya ketika masa berkabung. Count selalu merasa bersalah selama hidupnya, karena itu dirinya merasa tidak pantas menemani Freya. Ia memilih memberikannya apapun yang anaknya mau dengan bekerja lebih keras. Count merasa gagal menjadi ayah, bisa bisanya tidak ada saat anaknya membutuhkan dirinya.
Seluruh ruangan penuh dengan isak tangis Freya.

“Tapi Frey, kau tidak harus menjadi Duchess. Ayah akan memberikan segalanya padamu” Count berjanji akan mengusahan segalanya.

“Apa yang bisa ayah berikan?” Freya menatap tajam ke ayahnya.

“Ayah tidak punya apa apa. BAHKAN TIDAK SEDETIKPUN AYAH MEMIKIRKAN AKU. AKU KESEPIAN” Freya berteriak dengan keras, mengambil vas bunga dan melempar ke arah Ayahnya.

Count tidak menghindar, ia rasa dirinya pantas mendapatkannya. Darah berwarna merah segar mengalir dari pelipis Count Dempster.

Freya terkejut karena ayahnya tidak menghindar namun dirinya masih marah. Ayahnya tidak tau apa apa tentang dirinya. Kebahagiaannya, yang dirinya inginkan hanya Ainsley.

“Aku tidak sudi menjadi anak Ayah lagi” Freya menatap tajam dan mengatupkan giginya lalu pergi meninggalkan Count sendirian.

“Maafkan, ini karena kau lahir dari ayah yang tidak berguna” hati Count sakit. Sekarang sudah tidak ada siapa siapa lagi disisinya.

“Dasar tua Bangka, aku sudah tidak bisa menggunakan alasan Ibu dan Kakak untuk keinginanku.”

Freya marah, biasanya ayahnya akan melakukan apapun untuknya jika sudah berbicara tentang Ibu dan Kakak. Rasa bersalah ayahnya yang ia gunakan.

“Aaaarrgghh dasar jalang gila, aku akan membuatmu hancur Chartarina.” Mata Freya membara.

🌱🌱🌱

Aku berjalan menuju ruang kerja Marquess. Karena kedudukan ayah, dirinya memiliki tempat kerja tersendiri di Istana Kekaisaran. Meski tempat kerjanya dan Istana pangeran memiliki jarak yang jauh.

“Haahhh” aku akhirnya sampai didepan pintu ruang kerjanya.

Aku membuka pintu, karena tidak ada penjaga.

“Ayah” aku memanggilnya dan mendekat.

“Ada apa?” Marquess melihatku, menunggu jawaban.

“Apa Ayah sedang sibuk?”

“Tidak” wajahnya tidak berubah sama sekali.

Hahh, bagaimana anak dan ayah bisa begitu berbeda. Kakak dan Ayah, bagai air hangat dan air dingin. Aku melihat ke meja kerjanya, sepertinya Ayah berbohong jika tidak sibuk. Tapi tidak apa apa kan jika sebentar saja?

“Aku ingin mengajak Ayah berkencan” Aku memberikan senyum.

“Apa?” Marquess memperlihatkan wajah terkejut meski sesaat.

“Ah apa Ayah tidak bisa?” Aku membawa kedua tanganku kebelakang dan memiringkan tubuhku.

“Tidak” Ayah akhirnya berdiri dan jalan mendahuluiku.

“Ey, Ayah harusnya kita jalan bersama”

Aku mengandeng legannya, tubuh Marquess menegang. Belum terbiasa dengan sentuhanku. Ayah diam diam menaikkan sedikit lengannya agar aku dengan nyaman menaruh tanganku. Ah manis sekali Ayahku.

“Karena Ayah masih dalam waktu bekerja, apa tidak apa apa jika berkencan dengan jalan jalan ditaman?” Aku menanyakan pendapatnya.

“Ya” Ia hanya menjawab dengan singkat.

“Aku harap waktu berhenti” Aku menyenderkan kepalaku dilengannya, lagi lagi tubuh ayah menegang.

“Hm?”

Sepertinya Ayah tidak paham.

“Akan menyenangkan jika bisa menghabiskan waktu lama bersama Ayah” Aku menatap matanya, tersenyum.

“Anakku sudah besar” tangan kiri Marquess mengelus pucuk suraiku.

Genangan air tiba tiba berkumpul dimataku. Aku benar benar memiliki Ayah, kata panggil anak terasa sangat asing namun entah kenapa sepertinya itu kata yang sangat ingin aku dengar. Ketika Marquess memanggilku anak, ada bagian dihatiku yang terasa seperti disiram. Menyegarkan dan menggembirakan.

“Ekhm, perlukah kita kembali?”

Agaknya Marquess bingung, apa yang harus dilakukan ketika aku menangis.
 
“Tidak, aku ingin bersama ayah lebih lama” Aku mengeratkan pelukanku dilengannya.

Bunga bunga indah terhampar disepanjang jalan. Tiba tiba terlintas keinginanku untuk pergi piknik bersama Ayah dan juga Kakak.

“Ayah bagaimana jika kita piknik bersama Kakak?” aku menatap matanya.

“Baiklah” Ayah menjawab tatapanku, bibirnya tertarik sedikit keatas.

“Selamat siang tuan Marquess dan nona Garmond” suara lelaki ada didepan kami.

Ainsley dengan baju resminya ada didepan kami.

“Hemp!” tiba tiba aku tidak bisa bernafas, mampus.

Aku masih tidak bisa melupakan kejadian yang sudah lama terjadi.

“Siang tuan Duke”

Marquess tidak menyukai tatapan duke kepada anaknya, seperti ingin merebut anak perempuan satu satunya.

“Bagaimana kabarmu nona Garmond?” Ainsley menatap kearahku.

Anggap saja aku tidak ada, kenapa harus bertanya padaku?

“A aah ya ba baik” benar benar kenapa aku gugup? Hah!

“Apa hubungan kalian?” Ayah bertanya pada kami berdua.

“Ya? Ah kami ti tidak punya hubungan apa apa” Aku sedikit berteriak tanpa sadar melepaskan tanganku dilengan ayah.

Sungguh idiot. Ini juga karena banyak yang menanyakan hubungan kami, makanya tanpa sengaja aku berteriak. Ingat kata kata Chartarina Rina, aku harus bersikap wajar.

Ayah melihatku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti.

“Kami berteman baik tuan Marquess” Ainsley menjawab.

Terlihat sekali kalau lelaki berambut ungu sedang menahan tawanya. Hah, menyebalkan.

“Teman?” satu alis Marques tertarik sedikit keatas.

“Iya, teman yang selalu ada satu sama lain selamanya” Ainsley memberikan senyuman terbaiknya, berharap calon mertuanya ini luluh.

“Charta, tinggalkan kami” Ayah berkata padaku tapi tatapan tajamnya berada dilelaki yang ada didepan kami.

Baru kali ini aku melihat wajah Ayah seperti ini. Aku tidak ingin meninggalkan mereka berdua tapi wajah Ayah dan nadanya sungguh menakutkan. Ini salah Ainsley, kenapa juga harus berkata dengan kalimat ambigu begitu?

“Baik” Aku dengan lesu meninggalkan mereka berdua.

Ainsley menelan salivanya, senyum yang tadi merekah hilang.  

Aku kemudian berjalan pergi ke kantor Ayah, menunggunya. Merasa tidak tenang, bertanya tanya kira kira apa yang sedang mereka bicarakan.

“Tak aku sangka akan bertemu denganmu, nona Garmond” suara lelaki didepanku membuyarkan pikiranku.

Aku menoleh ke asal suara, seorang lelaki bermata merah dan berambut hitam. Aku terkejut, tidak menyangka akan bertemu dengannya.

“Salam kepada Pangeran pertama Kekaisaran.” Aku mengangkat gaun dan menunduk.

Aku merinding, dirinya adalah orang yang tidak ingin aku temui di Istana ini. Dirinya adalah saudara kandung Xavier. Ibraniart Meilseoir. Tampangnya sangat berbeda dengan sifatnya. Ibran juga menjadi pendukung terkuat Xavier untuk menjadi Kaisar. Ia adalah pemicu trauma yang nyata pada diri Pangeran kedua.

Dinovel ah bukan didunia ini, Ibran sangat suka menyambuki, mengurung dan memukul Xavier bahkan jika Xavier melakukan hal kecil yang Ibran tidak suka. Contohnya ketika Xavier menolong seorang pelayan yang jatuh, Xavier akan berada diruang bawah tanah selama 2 hari tanpa makan.

Jika Ibu mereka mencari Xavier, Ibran berkata Xavier sakit dan tidak ingin bertemu siapapun selain Ibran. Dengan itu permaisuri percaya karena citra Ibran yang dirinya buat. Benar benar psikopat. Tidak pernah dijelaskan juga alasan mengapa Ibran ingin menjadikan Xavier sebagai Kaisar, karena ketika Xavier sudah menjadi Kaisar Ibran bunuh diri.

“Tidakku sangka kau memiliki rambut pendek” Ibraniart mendekat kearahku.

Tubuhku tidak bisa digerakkan. Ia lalu mengarahkan jari telunjuknya menyisiri rambut dan juga wajahku. Ugghh.

“Kau harus menjadi perisai dan penyembuh terbaik bagi Xavier” dia mengangkat daguku dan mendekatkan bibirnya sangat dekat dengan bibirku.

Dirinya lalu melihat ke lantai atas. Aku tidak tau siapa yang dilihatnya, karena tubuhku benar benar tidak bisa digerakkan.

“Aku akan dibunuh jika melakukan lebih dari ini” Ia melepaskan tangannya dan menjauh. “Sangat menyenangkan bertemu denganmu, sampai jumpa lagi” Ibran kemudian pergi.

Ketika ia pergi, aku mampu menggerakkan tubuhku kembali.

“Menyenangkan gundulmu. Mana mau aku bertemu denganmu lagi. cih” Aku mengatakan ketika melihat Ibran berada jauh.

Aku mengelus lengan atasku. Rasa merinding itu masih ada.

🌱🌱🌱

“Apa yang sudah kau lakukan?” Xavier yang geram langsung membawa leher Ibran yang ada dilengannya ke tembok.

“Pantas saja kau tertarik dengannya, dirinya cantik” Ibran menarik sudut bibirnya.

“Jangan macam macam dengan nona Garmond” mata Xavier menjadi merah padam.

“Hey tenang” Ibran lalu melepas cengkraman lengan Xavier dilehernya. “Aku tidak melakukan apapun” mata Ibran menajam.
Xavier yang melihat itu melepaskan cengkramannya. Masih ada rasa takut jika berhadapan dengan Kakaknya.

“Jangan sampai aku melihat kau mendekati nona Garmond. Aku hanya perlu menjadi Kaisar. Bukankah itu keinginan Kakak?” mata membunuh Xavier mengajarah ke Ibraniart.

“Bagus, kalau kau berani bertindak. Aku tidak segan segan menyentuh penyembuhmu. Mengerti?” Ibran membalas tatapan tajam Xavier dan pergi.

🌱🌱🌱

Aku dengan gelisah menunggu Ayah yang masih belum muncul. Huh, sebenarnya apa yang dilakukan mereka? Apa yang mereka bicarakan?

Kriieett

Pintu tiba tiba dibuka. Marquess datang dengan senyum merekah diwajahnya. Ada apa ini?

“Ayah” aku memanggilnya.

Marquess terkejut, tidak mengira putrinya ada ditempat kerjanya.

“Ada apa?” Ayah mendekat kearahku.

“Apa yang Ayah bicarakan dengan tuan Duke?” Aku mendekatkan kepalaku, mencari jawaban.

“Itu urusan lelaki” Ayah menjawab, kemudian bibirnya tertarik keatas.

Wah wah Ainsley, apa yang kau perbuat pada Ayahku?

“Tidak bisakah Ayah memberitahukannya padaku?” Aku sungguh penasaran.

Ayah hanya menggeleng.

“Apa kau menyukai tuan Duke?” bukannya menjawab, Ayah malah bertanya hal pribadi seperti itu.

“Kenapa Ayah tiba tiba bertanya tentang itu?” Aku mengernyit, benar benar tidak paham.

“Tidak apa, kembalilah” Ayah sedikit tersenyum.

Ada apa ini? Ayah bukan tipikal orang yang mudah tersenyum.

“Baik” untuk saat ini aku hanya bisa mengiyakan perkataan Ayah.

Apa Ainsley melakukan jampi jampi? Ah tidak mungkin. Selama perjalanan menuju kamar aku memikirkan apa yang terjadi pada mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

140K 12.7K 98
bertahan walau sekujur tubuh penuh luka. senyum ku, selalu ku persembahkan untuknya. untuk dia yang berjuang untuk diri ku tanpa memperdulikan sebera...
231K 25.4K 87
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
378K 1.3K 9
HI SEMOGA KALIAN KETEMU CERITAKU YAA. KALO KETEMU KOMEN ATO VOTE APAPUN LAH SESUKA KALIAN. YANG JELAS INI CERITA YANG SELALU AKU BAYANGIN DAN SELALU...
87.1K 3K 30
menceritakan tentang perjodohan antara laki laki cantik dan seorang CEO tampan namun kasar, tegas, dan pemarah #bxb #homo jika salah lapak langsung...