The PAIN of Love ✔️ [END]

Galing kay Ulfanoona_

4.1K 353 29

-It's not about romance! but chill, if you're not hot! [⚠️🔞⚠️] Trigger warning [⚠️🔞⚠️] Cerita ini tidak dip... Higit pa

0
-awal permasalahan (1)
-Kamar Club (2)
-Terbongkar (3)
-the evil, Na Jaemin. (4)
-manipulasi si tampan (5)
-1:1 (6)
-permainan selanjutnya (7)
-kita yang sebenarnya (8)
-2:2 (9)
-aku lelah dengan hubungan aneh ini (10)
-Can you and I be "us" ?(11)
-middle of the night(13)
-maaf?(14)
-maaf, untuk semua kesalahanku. (15)
-takdir kita memang untuk saling menyakiti, bukan membahagiakan. (16)
-the pain of love (end)
-Epilog

-problem (12)

144 18 0
Galing kay Ulfanoona_


...

Jaemin melambatkan laju mobilnya sesampai diarea parkir kampus. Dia mengantarku pagi ini kekampus—katanya sih aku nggak boleh nyetir dulu, takut tiba-tiba oleng. Semalam suhu tubuhku naik lagi, jadi Jaemin berakhir nginap di kos ku. Aku udah maksa dia untuk pulang aja ke apartkostnya, but... Jaemin will never hear me.


Sekali bilang 'A', tetap 'A'—itulah Jaemin.


"Makasih ya, dari kemarin aku ngerepotin terus."- ujarku sembari melepas seatbelt.

"Hmm... iya."- dia berdehem ikut melepas seatbelt-nya.

"Kamu mau mampir ke kampus dulu atau langsung pulang?"- tanyaku—karena Jaemin tadi belum mandi dan juga masih pakek baju yang sama dari kemarin. Jaemin sengaja nggak mampir ke apart kos nya karena dia bilang nggak ada kelas pagi ini.

"Langsung pulang sih. Kamu sampe jam berapa dikampus?"-

"Mmm... hari ini cuma dua MK aja sih. Bentar lagi jam sepuluh sama nanti lanjut jam setengah 12 sampe siang."-

Jaemin manggut-manggut. "Yaudah, nanti kalau udah kelar, telpon aku biar dijemput."-

"Kamu nggak ngampus lagi nanti?"-

Jaemin menggeleng. "Nggak. Hari ini aku free total. Dosennya ada rapat."-

"Ah. Yaudah. Gapapa, aku bisa pulang sendiri kok nanti. Nggak usah dijemput."-

"Nggak ada nggak ada. Pokoknya nanti kalau udah beres... telpon aku, okay?"-

"Jaemin... gapapa, aku nanti bisa pulang pakek taksi kok."-

"Em-em-em.."- Jaemin menggeleng. "Pokoknya aku jemput, titik!"- dia bersikeras.

"Yaudah, terserah deh."- aku pasrah—sekaligus mengalah. "Kalau gitu, aku turun ya. Sekali lagi makasih."- ujarku sebelum membuka pintu.

"Haer..."- Jaemin menahanku.

Aku berbalik badan—menatapnya, tidak jadi membuka pintu.

"Kenapa lagi?"-

Jaemin mencondongkan tubuhnya lalu mencium dahiku lalu pipiku secara bergantian.

"Semangat kuliahnyaaa!"- dia tersenyum penuh dengan bibirnya didepan wajahku.

Aku ingin tersenyum—tapi entah kenapa bibirku rasanya terkunci. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku lalu keluar dari mobil Jaemin.

Jaemin membuka kaca jendela mobilnya. "Jangan lupa, nanti telpon aku, ya!"- peringatnya.

"Iyaa, Jaemin!"- kataku menekan nada bicaraku. Jaemin tersenyum puas dari dalam mobil. "Yaudah, sana balik."- aku mengusirnya.

Jaemin akhirnya menutup kaca mobilnya dan mulai menghidupkan kembali mesin mobilnya kemudian melenggang pergi dari area parkir. Aku melirik jam tangannya—sepuluh menit lagi kelas akan dimulai. Aku bergegas meninggalkan area parkir menuju kelasku.

Namun, dalam perjalanan menuju kelas, aku tidak sengaja melihat Winter, Ryujin, Jihan, dan.... Sera.

"Haera!!"- Winter memanggilku sembari melambaikan tangannya padaku dengan heboh.

Aku berjalan mendekati mereka. "Mau kemana?"- tanyaku.

"Mau ke cafee sebelah. Yuk ikut!"- ajak Ryujin.

"Emang kalian nggak masuk bentar lagi?"-

"Kamu nggak cek grup?"- tanya Jihan padaku. Aku menggeleng tidak tahu.

"Dosennya hari ini dua-dua nggak masuk."- pungkas Winter memeluk lenganku. "Kamu ngapain aja sih, sibuk sama ayang ya sampe nggak sempat cek grup. Hmmm?"- dia memamerkan senyum menggodaku.

"Iya nih pasti, baru balikan kan kemarin... jadi sibuk ngebucin ama ayang Jaeminn.."- Ryujin ikut-ikutan.

Aku kelabakan sendiri sembari menggeleng.

"Ngg—nggak gitu.."- bantahku gagap. Mataku melirik Sera yang memasang wajah malas sembari bersedekap dada berdiri disamping Jihan.

"Halah... banyak alasan. Udah ayok, ikut kami."- Winter menyeretku untuk ikut pergi bersama mereka ke cafee sebelah.

Aku hanya diam disepanjang perjalanan menuju cafee yang letaknya masih didalam bangunan kampus. Aku hanya sesekali ikut tertawa mendengar ocehan Ryujin atau Jihan yang kadang memang lucu dan nggak masuk akal.

Sesampai di cafee, kami melihat Lily dan Yeji juga disana. Ada beberapa anak cowok juga kayak Renjun, Asahi dan Felix. Lily mengajak kami bergabung dengan mereka, dan alhasil kami jadi duduk disana semua.

Aku duduk diantara Winter dan Ryujin, berhadapan dengan Sera diseberangku. Hampir semuanya membuka laptop kecuali aku, Ryujin dan Sera.

"Kamu udah siap ya tugas buat besok?"- tanya Winter melihatku yang sibuk mengaduk-aduk moccachino didepanku.

"Belom."- gelengku.

"Gue sih udah siap... jadi tinggal nyantai."- sombong Ryujin sambil mengibas rambutnya disampingku dan mengulas senyum mengejek pada Winter.

"Halah, tugas dibuatin orang aja bangga."- cibir Winter.

"Lhoh... biarin. Btw bukan orang, tapi ayang."- koreksi Ryujin.

"Eh, emang pacar kamu siapa sih Ryu?"- tanyaku penasaran.

"Ada deh..."- Ryujin tersenyum misterius. "Pokoknya, cowo paling pinter sekaligus kece di kampus sebelah."- lanjutnya lagi menutup mulut dengan telapak tangannya—terkekeh geli sendiri.

"Ih siapa sih? Winter, kamu kenal cowok dia?"- aku menyenggol lengan Winter yang sibuk mengetik di laptop.

"Gatau."- sahutnya singkat.

"Gue tau..."- Felix tiba-tiba menimpali diujung meja.

"Oh ya? Siapa?"- tanyaku menatap Felix dengan mata berbinar.

"Apasih lo, sokab banget."- cibir Ryujin menatap jengkel pada Felix.

"Gue spill nggak nih cowok lo?"- Felix menaik turunkan alisnya pada Ryujin dan membuat Ryujin semakin jengkel.

"Diem lo bule kesasar!"-

"Dih! Ngambek."- Felix tertawa.

"Tapi lo kalau ngambek gini, makin cantik deh Ryu."- celetuk Renjun tiba-tiba yang sedaritadi hanya mengamati.

"Apaasih. Gajelas lo semua."- gerutu Ryujin menyesap green tea frappuccino-nya.

"Acieeee... pipinya sampe merah dipuji cantik sama Renjun."- aku menggoda Ryujin sambil menoel-noel lengannya.

"Apa? Seorang Ryujin tersipu malu dipuji sama Renjun?"- kaget Yeji yang duduk tepat disamping Felix.

"Acieeeee Ryuuu salting..."- Lily ikut-ikutan.

"Acieeeee..."- Jihan juga tak mau kalah.

"Ih, aa—apaan sih lo pada! Siapa yang salting sih! B aja kali."- bantah Ryujin. "Udah biasa gue dibilang cantik."-

"Tapi kali ini, cantik lo beda lhoh Ryu... kek, double gitu cantiknya."- Renjun lagi-lagi bersuara.

"Katarak lo kayaknya makin parah deh, Ren."- Felix menggeleng-geleng.

"Lhoh, kan emang benar Ryujin cantik. Mata lo tuh yang katarak. Gabisa bedaain mana cewek cakep sama cewek burik."- sahut Renjun.

"Apasih, lo. Diem semua!"- Ryujin mengamuk.

"Marah tandanya salting!"- cetus Winter.

"Nah loh Nah Loh... hayoo..."- Yeji berseru sambil tertawa.

Dan kami akhirnya tertawa serentak setelah berhasil menggoda Ryujin—kecuali Sera dan Asahi yang sedaritadi hanya diam. Asahi yang duduk di bagian kiri ujung hanya memasang wajah datarnya. Sedangkan Sera? dia juga sama—bersedekap dada dengan wajah masam.

"Asahi... lagi pms ya diujung? Diem-diem bae."- kataku. Asahi melirikku—tapi tatapannya masih sama, datar.





"Gue cemburu!"- tukas Asahi tiba-tiba.





Suasana seketika hening. Semua mata tertuju pada Asahi—bahkan Sera juga ikut menatap ke arah Asahi.

"Cemburu sama siapa? Lo... suka sama Haera?"- tanya Lily.

"Nggak boleh."- pungkas Winter cepat. "Haera punyanya Jaemin."-

Aku menyenggol lengan Winter. "Winter!"- tegurku pelan sambil memelototinya.

"Kenapa? Kan emang bener kamu punya Jaemin."- imbuhnya dengan wajah polos.

Ya emang bener sih, tapi nggak harus—ah, dahlah.

Asahi mendorong kursi kebelakang sambil berdiri. Dia berjalan kearahku.

"Anjir! Suasana macam apa ini."- desah Jihan dengan mata melebar.

"Gue mau ngomong sama lo..."- Asahi menatapku dengan ekspresinya yang dingin.

"...Ryujin!"- lanjutnya memindahkan tatapan matanya dariku menuju Ryujin disampingku.

Asahi mengambil lengan Ryujin dan langsung membawanya pergi begitu saja. Kami semua mematung—menatap punggung Ryujin dan Asahi yang keluar dari bangunan cafee.

"Apa-apaan nih, plotwist banget anjir!"- seru Yeji.

"Plottwist yang luar biasa."- Felix bertepuk tangan sambil menggeleng pelan kepalanya.

"Gue nggak tau kalau becandaan gue jadi membuka fakta baru."- Renjun terlihat speechless.

Aku tersedak sampai tertawa. "Jadi... Asahi cemburu sama Ryujin karena digodaain Renjun, gitu?"-

"Wah..."- Winter menatapku dengan ekspresi yang sama denganku—kaget sekaligus lucu.

"Gue pikir Asahi naksirnya sama Haera, karena gue liat dia sering banget ngekomentarin postingan-postingan lo."- kata Yeji.

"Hahaha... ternyata sukanya sama Ryujin."- aku tertawa geli.

"Tsh! Bagus sih. Kan elo punya ayang Jaemin!"- Renjun tersenyum miring padaku.

"Wah gila, gue nggak kebayang sih kalau beneran Asahi suka Haera terus berantem ama Jaemin. Wah.. bisa jadi berita paling panas sefakultas—ah, nggak, sekampus malah!"- sambung Lily.

Senyumku perlahan meluntur. Aku mulai tidak nyaman saat mereka mulai membawa-bawa nama Jaemin. Terlebih, daritadi Sera semakin merengut mendengar mereka membicarakan Jaemin.

Lucunya, tidak ada seorangpun yang menegur Sera karena dia hanya diam sedaritadi.

Aku sih nggak berani negur, takut diamuk!

"Eh Ra, emang bener kemarin itu Jaemin sempat mau selingkuh sama Minju?"- tanya Jihan.

"Hah? Ee—"-

"Nggak kok!"- potong Winter. "Akun Jaemin kan di hack. Jaemin udah klarifikasi kok kalau itu bukan dia. Ya kan, Ra?"-

"Oh. I—iiyaa."- sahutku memasang senyum palsu.

"Ah... iya juga."- Jihan manggut-manggut. "Eh, gue baru ingat kemarin lo gamasuk. Terus.. Jaemin nyari-nyari elo. Emang lo kemana?"-

"Eh iya. Aku baru ingat kemarin Jaemin nanyain kamu ke aku. Astaga! Aku lupa!"- Winter menepuk jidatnya.

"Oh itu... aku kemarin demam. Jadi gamasuk hehe."- aku cengengesan kecil.

"Ah demam."- Felix manggut-manggut. "Kecapean ya?"- tanyanya—tapi entah kenapa nadanya terdengar meledek.

"Mmmm... maybe."- jawabku.

Felix menaikkan alisnya menatap Renjun yang sudah mengulum bibir kedalam—terlihat menahan tawa.

Oke, aku sekarang paham apa maksud mereka.

"Emm... kalian pasti liat kan postingan aku malam itu? aku nggak minta percaya sih, tapi—serius, itu bukan aku. Akun aku di hack."- jelasku—berbohong.

"Postingan apa?"- Lily mengerutkan keningnya—bingung. Jihan berbisik pada Lily, sepertinya dia memberi tahu postingan apa yang kumaksud. Lily sedikit menganga sambil manggut-manggut setelah mendengar penjelasan Jihan.

"Oh ya? Kenapa lo nggak klarifikasi, Ra? Kan... kalau gini, banyak yang jadi salah paham sama lo."- timpal Yeji.

"Emm—itu..."- aku memutar otakku untuk mencari alasan. Sebenarnya, aku juga nggak akan ingat kalau bukan Jaemin kemarin yang ngasih tau buat klarifikasi.

"Haera pasti panik. Gue juga kalau jadi Haera pasti nggak akan terpikir buat nulis klarifikasi ini itu. Buat ngehapus postingan aja rasanya gemetar banget."- ujar Winter. Dia mengelus-elus tanganku sambil menatapku dengan senyum tipis. "Gapapa. Aku ngerti kok dan aku percaya kamu nggak akan mungkin kayak gitu."-

Mulutku tertutup rapat mendengar ucapan Winter. Gi—gimana bisa Winter memiliki pemikiran yang begitu positif, sih? Aku kan jadi merasa bersalah banget kalau gini ceritanya.

"Iya sih. Nggak mungkin juga Haera ngelakuin begitu ya kan. Kalaupun iya, ya... itu hak dia sih. Tapi nggak mungkin juga dia bakal upload di sosmed."- sambung Lily.

Aku tidak tahu harus menyahuti apa. Alhasil, aku hanya mengulas senyum canggung pada mereka.

"Ck! Playing victim banget."- Sera tiba-tiba berdecak.

Semua mata tertuju pada Sera. Setelah sekian lama bungkam, dia akhirnya membuka mulutnya.

"Eh, gue baru sadar kalau ada Sera disini."- canda Renjun setengah tertawa. "Udah selesai hibernasinya, buk?"-

Sera tidak menanggapi Renjun. Matanya menatap lurus padaku yang duduk didepannya. Satu alisnya terangkat dengan bibir yang menyeringai.

"Pembohong!"- cicitnya kemudian.

Aku tau ungkapan itu dia tujukan padaku. Tapi, aku memilih untuk diam saja.

"Apa maksudnya pembohong? Siapa pembohong?"- tanya Winter sambil melipat tangannya di meja—memerhatikan Sera.

Sera sama sekali tidak memindahkan tatapan matanya dariku. Dan alhasil, semua mata jadi tertuju padaku. Suasana langsung menjadi tidak enak.

"Apa maksud lo tiba-tiba ngomong playing victim, terus pembohong, Ser? Jelasin dong! Jangan bikin orang bingung."- sergah Yeji.

Sera diam cukup lama. Aku semakin tidak nyaman dengan tatapannya yang seakan menusuk dalam mataku.

"Kenapa liatin aku gitu banget?"- tanyaku—tak tahan lagi.

"Lo...."- dia menjeda ucapannya selama beberapa detik, "... pem-bo-hong!"-

Aku mengerutkan dahiku sambil mengedip pelan. Perasaanku langsung tidak enak. Aku tanpa sadar meneguk ludah—gugup.

"Pembohong? Memangnya Haera bohong tentang apa?"- tanya Winter.

Sera merubah posisi duduknya—sedikit lebih condong kedepan.

"Lo nggak mau buat klarifikasi tentang foto itu... ya karena itu memang elo, kan?!"-

"Ser..."-

"Nggak usah sok polos, deh. Gue muak lama-lama ngeliat drama yang lo buat!"- cicit Sera.

"Ka—kamu, ngomong apa sih, Ser... aku—"-

"Gue tau itu, elo! Gue tau elo ngabisin malam yang panas sama cowok lo. Toh, itu bukan malam pertama kalian begituan, kan? Ngapain malu segala, hmm?"- Sera mengulas senyum smirk.

"Sera, lo kok gitu sih ngomongnya."- tegur Winter.

"Apa? Apa gue salah, Seo Haera?"- Sera masih saja menyerangku.

Aku menghela nafas dengan susah payah. Anak-anak memasang wajah bingung mereka menatap kami.

"Ser, ayo bicara empat mata."- ajakku bangun dari kursi.

"Kenapa harus empat mata?"- tanya Sera dengan suara membesar. "Ngomong disini aja! Kenapa? Lo nggak mau anak-anak tau, gimana elo yang sebenarnya, hah?!"-

"Ini... maksudnya apaan sih guys. Jangan bikin bingung deh."- ujar Felix.

"Iya! Apaan sih? Gue nggak suka banget dibikin penasaran."- timpal Yeji.

"Ra, ada apa?"- Winter memegang tanganku.

Aku deg-degan parah. Mereka semua menatapku—seakan menuntut penjelasan yang aku sendiri nggak tau harus gimana jelasinnya.

"Dia nggak akan bisa jelasin! Nggak usah berharap!"- tandas Sera.

"Yaudah. Elo aja yang ngasih tau, daritadi ngang-ngong ngang-ngong gajelas."- sosor Renjun emosi.

"Ser..."- aku memanggil namanya—menatapnya dengan tatapan memohon.

"Apaan sih? Apa yang lo coba omongin, Jung Sera?"- Jihan yang duduk disamping Sera menggoyang-goyangkan lengan Sera.

Sera menatap Jihan sekilas, lalu menatap yang lain satu persatu. Semuanya terlihat sangat penasaran dengan apa yang Sera ingin katakan. Aku menggeleng pelan saat dia menatapku.





"Dia... udah tidur sama Jaemin!"-





Mereka semua merapatkan bibir mereka—setengah kaget dengan ungkapan Sera.



"Eee—kalau itu mah, ya... ya wajar, kan—eh nggak gitu, maksudnya, ya itu urusan mereka. Mau ngapain ya terserah kan hehe.."- Felix tertawa canggung.

"Wajar?"- Sera melirik Felix tajam. "Apa lo masih bisa bilang wajar, kalau dia tidur sama Jaemin yang statusnya masih pacar gue?"-

"Hah?!"-

"What? Pa—pacar lo?"-

"Eh, elo pernah pacaran sama Jaemin?"-

Sera mendorong kursinya kebelakang, ikut berdiri. Dia menghujamku dengan tatapannya tajamnya.

"Kalian kaget, kan? Bisa bayangin kan gimana kagetnya gue, selaku SAHABAT-nya dia, saat tahu kalau PACAR gue tidur sama SAHABAT gue sendiri! SAHABAT!"- ujar Sera menekan beberapa katanya.

"Aku nggak pernah tidur sama Jaemin!"- bantahku.

"Wah... masih sanggup bantah ya lo."- Sera tertawa pelan. "Gue mah kalau jadi lo, malu, Ra! MALU! JELAS-JELAS ELO MASUK KE KAMAR YANG SAMA DENGAN JAEMIN MALAM ITU. ELO PELUKAN SAMA JAEMIN! ELO CIUMAN SAMA DIA, DIBELAKANG GUE! PADAHAL LO TAU, SAAT ITU JAEMIN PACAR GUE, RA! PACAR GUE! EMANG DASARNYA LO ITU MURAHAN! LONTE LO!"- Sera berteriak sambil menunjuk-nunjukku dengan penuh emosi.

Aku mengepal tanganku erat-erat. Seluruh pandangan pengunjung cafee jadi tertuju padaku.

"Lo itu murahan! Lo lonte!"

"Lo itu murahan! Lo lonte!"

"Lo itu murahan! Lo lonte!"

"Lo itu murahan! Lo lonte!"

Kata-kata itu terus memutar diotakku. Teman-temanku memandangku dengan tatapan tak menyangka. Bahkan Winter yang tadi memegang tanganku—kini melepasnya.

"KAGET? LO PIKIR GUE NGGAK BISA MENGUNGKAPKAN INI SEMUA, HAH?! LO PIKIR, GUE SELAMA INI UDAH MAAFIN LO? NGGAK, RA! NGGAK AKAN PERNAH!"- teriaknya lagi.

"Ser, udah..."- cegah Jihan memegang lengan Sera.

"LO ITU SAMPAAH, HAERA! YANG PURA-PURA JADI PEREMPUAN SOK POLOS, RAMAH, LUGU, SOPAN... TAPI LO SEBENARNYA ULAR! TEGA-TEGANYA LO KHIANATIN GUE YANG NOTABENENYA SAHABAT LO! DIMANA LETAK KEWARASAN LO, HAH?!"- bentaknya lagi tanpa memperdulikan Jihan yang terus memintanya untuk 'stop'.

Aku mengatupkan rahangku. Berusaha untuk tetap tenang walaupun tanganku sudah mengepal kuat disamping tubuhku.

"Sok-sok ngomong lembut, aku-kamu sama semua orang seolah-olah lo cewek paling sopan sedunia. Padahal nyatanya..."- Sera menggebrak meja dengan kuat. Kedua matanya melebar dengan wajah merah penuh emosi. "... LO LONTE, HAERA!"- pekiknya.


~Plak!


Aku sudah tidak tahan. Tanganku dengan sendirinya melayang menampar mulut kurang ajar Sera.

"Gue nggak pernah tidur sama siapapun, bangsat!"- desisku tajam.

Teman-temanku nggak bisa menyembunyikan reaksi terkejut mereka. Jihan dan Lily bahkan menganga melihat perlakuanku.

Sera memegangi pipinya. Sudut matanya berkerut—menandakan bahwa dia marah.

"Sialan lo!"- Sera sudah siap-siap melayangkan tangannya ke wajahku.


Tapi...


"Stop, Sera!"- Renjun menahan tangan Sera yang tiba-tiba sudah berdiri didekat Sera.

"Apasih lo! Lepas!"- Sera menarik-narik tangannya dari Renjun. Namun, Renjun tidak melepasnya begitu saja. "LEPAS, RENJUN! GUE HARUS KASIH PELAJARAN BUAT SI LONTE ITU!"- Sera berteriak.

"Udah Sera, Udah!"- ujar Renjun dengan nada sedikit meninggi.

Sera terdiam sebentar—menatap Renjun dengan kedipan mata yang melambat.

"Lo... belain dia?"- Sera menunjukku dengan tangannya yang satu lagi. "Kenapa?... kenapa lo bela dia, Renjun? Ah, gue tau! Biar lo bisa tidur sama dia juga? iya?"-

Renjun merapatkan bibirnya.

Sumpah! Otakku rasanya mengempul. Daritadi, aku sudah menahan diri sekuat mungkin supaya tidak mengamuk. Sera benar-benar keterlaluan. Rasanya aku ingin menjambak rambutnya, lalu membenturkan kepalanya ke dinding, lalu menginjak-injak wajahnya—terutama mulutnya yang sangat kurang ajar.

"Ra..."-

Suara lirih Winter berhasil menyadarkanku. Kedua tangannya menangkup tangan kiriku yang terkepal. Aku menatap Winter dan dia menggeleng samar—seolah menyuruhku untuk tidak melakukan hal-hal jahat pada Sera.

Dan entah dari mana asalnya, Jaemin tiba-tiba datang dengan segelas air putih ditangannya. Dia menarik bahu Sera dan...


~Byur!


Jaemin menyiram wajah Sera dengan air ditangan Jaemin. Sera memekik disertai dengan tangannya yang dilepas oleh Renjun.

"Segelas air ini memang nggak akan cukup buat ngebersihin mulut kotor lo! Kalau mau gue bantuin bersihin, ayok... disumur belakang airnya penuh. Nggak Cuma mulut lo bersih, nyawa-nyawa lo juga ikut bersih sekalian!"- ujar Jaemin dengan nada bicaranya yang dingin.

Sera terdiam dengan bahu naik turun. Suasana di cafee jadi kacau sekali. Jaemin membanting gelas diatas meja. Lirikan matanya sangat tajam menatap Sera.

Winter melepas tangannya dari tanganku saat melihat Jaemin berjalan mengitari meja menghampiri posisiku.

"Haera gue bawa, ya!"- kata Jaemin pada Winter.

"Heem."- angguk Winter.

Aku hanya bisa menatap mereka semua tanpa bisa berpamitan—aku blank. Jaemin mencari tanganku lalu menggenggamnya.

"Ayo!"-

.

.

.

—tbc! 

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

8.1K 885 17
Siapa sangka, saat kabar lamaran kerjanya telah resmi diterima oleh perusahaan besar di Seoul, Rae menyadari bahwa hal itu seperti jembatan yang meng...
176K 8.6K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
786K 38K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
8.8K 1.3K 25
[COMPLETED] [R15+] [SMANCITY series 1 ; Park Jisung & Kim Lami local fanfic.] Berawal dari secret admirer, berakhir jadi stepbrother. Started : 02...