Eccedentesiast

By ArunikaRinjani15

5.6K 472 3

Orang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan d... More

ASING
Beku
Tiga Sekawan
Hangat di Sisimu
Illusi
Akad
Attention !!!
Family Time
My Crazy Brother
Irisa Day
Siapa Kamu di Hatiku?
Benci Dengan Perasaan Ini
Seseorang Sepertimu
Matahariku
Broken Home Story
Ragu
Bestie
Pengumuman
Perasaan Yang Rumit
Jera
Terkapar
Penyesalan
Koma
Cinta Pertama
Pulang kemana lagi?
Ego
Benci
ATTENTION
Arti Rasa
Persamaan
Menolak Terjatuh
Luka Lama
Intermittent explosive disorder
Keindahan hatimu
Psikoterapi
De Javu
Kobaran api cemburu
Hal Kecil
Peresmian
Kembali lagi
Tugas akhir dan Kejutan
Keresahan
Pesan bunda
Melepaskan
Akankah pupus?
ATTENTION
Tragedi penculikan
Pencarian Hari Pertama
Pencarian Hari Kedua
Pencarian Hari Ketiga
ATTENTION !!!
Pencarian Hari keempat
Pencarian Hari kelima
Ledakan Amarah
Flashback
Rindu akan temu
Perubahan
Post Traumatic Stress Disorders
Tenang Tapi Sepi
Tongkrongan Baru & Konspirasi Dunia
Artis Dadakan
Pernyataan yang menyakitkan
Hampir kelewat Batas
Sengaja Menghilang
Masih Sama
Penantian
Sunset
Pagi Hari yang Cerah
Akhir dari Perjuangan
Rencana Kedepan
Impian bersama
LDR
Sunset Sanur Beach
H-4
Sosok Ayah
Hari Bahagia
Tak pantaskah untuk bahagia?
Inilah Hidupku yang Berantakan
Pergi
Akhir Rasa Sakit
ATTENTION

Hampa

56 4 0
By ArunikaRinjani15

Hari demi hari telah berlalu, tak terasa waktu yang telah dilalui dengan panjang ini terasa singkat. Angga juga sudah wisuda dan menempuh pendidikan S3 nya dan sekarang dia berniat harus mengurus perusahaan bundanya yang ada di lombok. Sementara devina ia masih harus melanjutkan kuliah dan rio pun sudah memiliki cafe sendiri berkat usahanya menjadi influencer.

"Bang, yakin mau ke luar kota?". Ujar devina dengan ekspresi pasrah.

"Iya dev, mau cari pengalaman baru. Aslinya ya berat banget ninggalin kamu, bunda sama rumah".

"Lah gue ga dianggep ni bang". Ujar rio.

"Lah males gue".

"Anjir gitu amat". Ujar rio sambil memainkan game di hp nya.

"Nyari kerjaan disini ajalah bang. Gausah ke luar kota. Sumpah gue gak rela".

"Lah dev, disini juga udah rame ada 3 pembantu sama satpam 2".

"Beda bang, jangan ya bang plisss banget". Ujar devina dengan eskpresi memelas.

"Biarin bang angga ke luar kota dev, lagian juga masih ada rio, feby kan juga masih sering kesini". Ujar friska yang baru saja duduk di meja makan dan disana sudah siapkan makan malam oleh 3 pembantu.

"Iya non dev, mas angga kan juga butuh pengalaman. Kan nanti bisa satu bulan sekali pulang. Iya kan mas angga". Ujar bi yanti dengan wajah penuh senyuman.

"Iya bi, siapa sih yang gak kangen sama lu. Udah ngeselin, gabisa diem, tapi gue sayang banget sama lu". Ujar angga sambil mengelus - elus kepala devina.

"Ya kalo sayang mah gausah merantau bang. Capek gue mohon - mohon sama lu".

"Yaudah yuk makan dulu. Daripada ngurusin bang angga gue sendiri juga capek dengerin kalian debat mulu". Ujar rio sambil mengambil nasi dan lauk yang ada di hadapannya.

Keeseokan harinya devina pergi ke kampus. Dia sekarang memakai mobilnya sendiri honda brio berwarna merah. Sesampainya di kampus, dia tidak sengaja bertabrakan dengan arsen.

"Eh sory, sory gue gak sengaja". Ujar devina yang hampir saja terjatuh.

"Eh, kebiasaan kalo jalan ga liat - liat. Untung aja gue gak jatoh".

"Kan gue udah bilang, gue minta maaf. Gue gak sengaja".

"Yaudah sono". Ujar arsen mengusir devina dei sana.

Devina pun melanjutkan jalannya lagi menuju ke kelas namun dipanggil lagi oleh arsen.

"Eh, lu mau kemana?". Teriak arsen.

"Ke ruang musik. Kenapa?". Jawab devina sambil memutar badan ke arah arsen.

"Gue ikut". Arsen pun mendekati devina dan menarik tangannya menuju ruang musik.

Sesampainya disana ternyata memang sepi, dan devina kebetulan hanya ingin mengambil bukunya yang kemarin ketinggalan disana waktu praktek alat musik.

"Nah ini ketemu". Gumam devina yang menemukan bukunya di atas piano.

"Lo kesini cuma mau ngambil buku doang?". Tanya arsen.

"Iyalah lo kira gue kesini mau ngapain? Maling gitar?".

Tanpa direspon arsen, arsen pun mengambil gitar akustik dan duduk di bangku yang kebetulan ada di depan devina berdiri.

"Lu mau ngapain sih". Tanya devina.

"Udah lu diem dulu duduk sini". Arsen menarik tangan devina untuk duduk di sebelahnya.

Devina pun masih tidak tau apa yang ingin dilakukan arsen dengan gitar tersebut. Karena dia sepertinya masih menyetem gitar tersebut.

"Lu tau lagunya tulus gak?". Tanya arsen kepada devina.

"Yang mana?".

"Yang hati - hati di jalan".

"Tau, napa emang".

Tanpa dijawab arsen, arsen pun memainkan lagu tersebut dengan gitarnya.

Perjalanan membawamu
Bertemu denganku
Ku bertemu kamu
Sepertimu yang kucari
Konon aku juga
Seperti yang kau cari

Ku kira kita asam dan garam
Dan kita bertemu di belanga
Kisah yang ternyata tak seindah itu

Ku kira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku

Ku kira tak akan ada kendala
Ku kira ini kan mudah
Kau aku jadi kita

"Kok udah?". Tanya devina sambil menatap arsen.

"Gue lupa liriknya bego". Arsen pun langsung mengembalikan gitarnya ketempat semula.

"Gue boleh nanya?".

"Apaan?". Jawab arsen dengan ekspresi datar.

"Lo masih belom bisa move on dari irisa?".

"Lah ngapain lo nanya hal yang gak penting kek gitu".

"Ya... gue sekedar nanya aja. Soalnya dia bener -bener udah lost kontak sama gue".

"Yaudahlah lupain aja temen gak perlu banyak, sedikit tapi berkualitas. Gue ke kelas dulu". Ujar arsen sambil berdiri dan berjalan menuju ke kelas.

"Lah, gak jelas banget tu orang". Devina pun juga langsung menyusul arsen dan berjalan menuju kelas.

Jam istirahatpun tiba, wikan dan devina pun sudah berada di kantin. Arsen, iskak dan william juga duduk disana.

"Gue gabut banget nih ntar malem nongkis yuk". Ujar wikan.

"Hayuklah gas - gas aja gue. Ya nggak kak".

"Yoi yam, daripada dirumah bete juga gue". Jawab iskak.

"Lo gimana sen?". Tanya wikan kepada arsen yang berada di depannya.

"Gue gatau keknya ntar malem ada acara deh sama anak - anak organisasi".

"Salah siapa lu ikut mapala sen, kan jadi gabisa nongkis kan". Timbrung william sambil memakan snack yang ada di depannya.

"Suka - suka gue lah. Kok ngatur". Jawab arsen dengan ekspresi yang selalu datar.

"Kalo elo dev?". Tanya wikan kepada devina yang ada di sampingnya.

"Sorry banget kan, gue udah ada janji sama kak satya".

"Eee buset, arsatya maksudnya?. Senior kita itu. Yang cakepnya masyaallah allahu akbar itu?".

"Iya yam". Jawab singkat devina.

"Jangan - jangan lo pacarnya arsatya dev?". Tanya iskak.

"Ngaco lo kak, gue sama dia itu udah kek adek kakak sendiri. Dia kan juga udah wisuda, ya jadi jarang ketemu terus ntar malem tu dia ngajak ketemuan gitu".

"Oalah prenjon ni mah".

"Prenjon apaan yam?". Tanya iskak dengan ekspresi polos.

"Lu prenjon kagak tau ?".

"Kagak".

"Serius?".

"Prenjon apaan si". Tanya iskak sambil melihat mereka satu per satu.

"Buset kak, ni gue jelasin. Prenjon itu ketika ni misal lu deket sama cewek, nah lu suka sama si ni cewek dan lu cuma dianggep temen sama dia, tapi lu maunya lebih. Ini baru namanya prenjon kak. Paham kagak?".

"Friendzone yam etdah prenjon prenjon otak gue taunya balon".

"Otak lo yang oon kak". Dengan ekspresi kesal william sampai salah meminum minuman devina.

"Eh, itu punya gue yam".

"Sorry, sorry dev gue kagak tau". William pun menaruh gelasnya lagi di depan devina.

"Eh, tapi kok enak juga ya". William kembali meminum minuman devina".

"Buset yam". Timbrung iskak sambil menjitak kepala william.

"Yaudah buat lo aja yam". Ujar devina.

Tak terasa jam kuliah telah usai. Mereka pun pulang dan merindukan kasur untuk sejenak melepas penat dan lelah. Sore menjelang malam. Arsatya pun sudah sampai di rumah devina.

"Bang, devina nya ada?". Tanya arsatya kepada rio yang kebetulan baru saja memarkirkan motor vespa matic di halaman rumahnya.

"Lo temenya devina?".

"Iya bang. Saya arsatya".

"Gue rio". Mereka pun saling berkenalan satu sama lain.

"Yaudah gih masuk dulu". Mereka pun masuk kedalam rumah.

"Dev, devinaaaa. Woiii di cariin temen lo nihh". Rio memanggil devina dengan berteriak dari lantai bawah.

"Apaan sih ri teriak - teriak". Ujar angga yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Eh, kak satya udah nunggu lama?". Tanya devina yang baru saja turun dari atas. Dia mengenakan dress hitam polos dibawah lutut, memakai sepatu slip on putih dan tas sling bag berwarna hitam juga. Tak lupa rambut di gerai dengan polesan make up tipis - tipis.

"Enggak kok dev". Arsatya pun terpaku melihat devina. Karena semenjak wisuda dia sudah tidak bertemu lagi dengannya.

"Bang angga, rio. Gue keluar bentar sama kak satya. Yuk kak".

"Bang, pamit keluar bentar ya". Arsatya meminta izin kepada mereka.

"Yaudah, pulang jangan malem - malem". Ujar angga.

Devina pun hanya tersenyum dan kemudian pergi bersama arsatya.

"Helmnya dipake dulu dev". Ujar arsatya sambil memasangkan helm di kepala devina.

"Oh iya, lo udah pamitan sama bunda?". Tanya arsatya.

"Bunda lagi pergi tadi sama temen kerjanya. Ntar paling di pamitin sama bang angga sama rio juga".

"Oh yaudah yuk naik".

Mereka pun berkeliling sebentar melihat indahnya kota sampai menemukan tempat yang nyaman untuk ngobrol berdua.
Akhirnya mereka memilih berhenti di taman yang ada danaunya, mereka duduk di sebuah bangku yang menghadap ke arah danau.

"Dev,...".

"Iya kak kenapa?". Tanya devina.

"Gue mau pamitan sama sama elu". Ujar arsatya sambil menatap danau yang ada di depannya kemudian menatap wajah devina yang sedari tadi mengamati wajah arsatya.

"Kakak mau kemana?". Tanya devina dengan wajah penasaran.

"Gue mau ke belanda". Jawab arsatya dengan raut wajah pasrah seperti tidak ikhlas ketika dia harus berpisah dengan devina.

"Kenapa kesana kak? Ada urusan? Ntar balik kesini lagi kan?".

"Udah enggak lagi dev, disana gue disuruh temenin bokap gue yang sering sakit. Maaf". Ujar arsatya sambil menggenggam kedua tangan devina dengan raut wajah sedih.

"Kakak gak perlu minta maaf sama devina, devina tau ini pasti yang terbaik buat kakak". Jawab devina sambil membalas genggaman tangan arsatya.

"Tapi gue sayang sama elo dev".

Devina pun melihat tatapan berbeda dari arsatya, sementara devina hanya mematung dan menatap mata arsatya penuh arti.

"Apa lo gak pernah sedikitpun ngerasain kalau gue itu gak sekedar sayang sama lo, gue cinta juga sama lo dev. Gue cinta dengan kesederhanaan lo, bagaimana cara lo memperlakukan orang lain, bagaimana cara lo tersenyum. Simpel tapi bisa bikin gue jatuh hati sama lo. Sementara lo sejauh ini cuma nganggep gue kakak lo". Ujar arsatya dengan menyeka air matanya yang hampir terjatuh.

"Kak,... maaf aku gak tau kalau selama ini kakak punya perasaan lebih ke devina. Maaf bukan bermaksud bikin kak satya sakit, tapi devina benar - benar gak tau".

"Iya gapapa dev, tapi gue bersyukur bisa ketemu cewek sesederhana dengan tatapan teduh seperti lo. Gue gak akan maksa lo buat suka juga sama gue dev, setidaknya gue lega bisa ngungkapain perasaan ini dari dulu sama lo dev". Arsatya menghela nafas sejenak kemudian menatap wajah devina yang menunduk menghadap bawah.

"Dev, liat mata gue". Ujar arsatya sambil memegang kembali kedua tangan devina, dan devina pun menatap mata arsatya.

"Gue udah lega jujur sama perasaan gue, tapi gue berat harus pisah sama lo".

"Kak satya, apa yang bikin kakak sejatuh cinta ini sama devina. Sementara devina sama sekali tak memiliki hal indah untuk dibanggakan. Devina cuma anak broken home, bahkan devina selalu haus kasih sayang dengan orang -orang sekitar, termasuk ke kak satya. Tuhan baik sama devina udah ngirim kak satya dan udah mau sedikit ngelupain rasa trauma devina. Tapi devina jahat sama kakak". Devina kembali menghadap bawah karena dia merasa tak pantas dicintai dengan hebat oleh orang seperti arsatya.

"Dev, kamu tanya apa yang bisa bikin gue sejatuh cinta ini sama lo. Gue juga gak tau dev kenapa gue bisa sedalam ini sayang sama lo. Dan moment disaat lo butuh gue kapanpun itu, gue ngerasa menjadi orang berguna selama gue hidup dev. Bagaimanapun lo udah jadi rumah buat gue dev, tapi maaf gue gagal jadi rumah buat lo".

"Tapi maaf kak, devina ga bisa buat jatuh cinta sama kak satya. Maaf devina jahat". Air mata devina pun tak bisa dibendung melihat dirinya sendiri terlihat jahat karena tidak bisa membalas rasa cinta arsatya selama ini.

"Iya gapapa dev. Gue tau trauma lo masih menyelimuti kehidupan lo. Gue tau lo masih takut untuk jatuh cinta. Tapi gue minta satu hal sama lo"

"Apa kak?".

"Jangan bikin hati lo mati rasa sama cowok. Gak semua laki -laki di dunia ini jahat. Liat diri lo sendiri, lo baik dan gak pernah jahat sama orang. Gue mohon lo boleh nolak gue, tapi lo jangan nolak ketika lo suatu saat dipertemukan oleh laki - laki yang baik yang bisa nyembuhin seluruh trauma lo. Dan maaf ternyata gue gak bisa jadi peran yang bener - bener bisa nyembuhin dan membuat dunia baru di kehidupan lo". Ujar arsatya sambil melepas genggaman tangan devina dan kini ia merasa menjadi orang paling tidak beruntung karena dia harus menerima kekecewaan untuk kesekian kali.

"Kak, terima kasih untuk waktu sejauh ini yang kakak berikan sama devina. Kakak pantes dapat yang lebih baik dari devina".

Arsatya pun berdiri dari tempat duduknya dan menghela nafas panjang. Dadanya sedikit lega karena telah mengungkapkan isi hatinya selama ini namun tidak dengan hatinya yang seperti tertancap pisau namun dia sadar kalau dia memaksakan sebuah cinta, dia akan menyakiti orang yang ia cintai. Untuk itu biarlah ia yang menerima segala kekecewaan itu karena ia sendiri yang memulai dan ia sendiri yang harus bisa menerima segala resikonya.

"Dev, gue boleh minta satu hal sebelum gue ke belanda?". Tanya arsatya yang masih berdiri menghadap ke danau.

"Apa kak?.

"Gue boleh meluk lo untuk pertama dan terkahir kalinya?"

Devina pun beranjak dari tempat duduknya dan tanpa aba - aba memeluk arsatya dan menenggelamkan wajahnya di dadanya. Devina bisa merasakan nyamannya dalam dekapan arsatya dan kini ia bisa mendengar detak jantungnya berdegup kencang.

"Makasih dev udah selalu ada buat gue". Ujar arsatya sambil mendekap erat devina dan membelai rambut devina dengan lembut.

"Devina yang harusnya makasih, kak satya udah baik banget sama devina".

"Janji ya dev, setelah ini lo gak bakal sakit lagi, lo gak bakal salah lagi sama pilihan lo. Dan semoga Tuhan bisa mempertemukan kita kembali entah kapanpun itu". Arsatya pun mencium pucuk kepala devina.

Entahlah terasa nyaman dalam pelukan arsatya, meski nyaman hanya sekedar ia anggap kakak. Sama seperti angga dan rio. Namun tidak bagi arsatya, beberapa tahun ia memendam perasaannya sendiri dan dengan kehadiran devina membuat kehidupan arsatya berubah drastis. Dimana ia selalu rajin masuk kuliah, selalu rajin ibadah, tidak merokok dan mabuk - mabukan lagi. Ia menemukan sosok yang bisa merubah arsatya menjadi lebih baik. Arsatya adalah anak yang kurang kasih sayang dari seorang ibunya, sejak umur 3 tahun ibunya sudah pergi meninggalkannya selamanya. Ia disini hanya hidup dengan tante juga om nya, dan dia harus merelakan segalanya disini dan harus segera kembali ke belanda. Karena ia harus bergantian merawat ayahnya yang sudah lama menderita penyakit jantung. Selama ini yang merawat ayahnya hanya kakak laki - lakinya arsatya dan adik perempuan arsatya.

Satu persatu manusia dalam hidupku pergi. Seharusnya aku sudah terbiasa dengan fase ini, tapi kenyaataannya tetap sulit.

Terkadang cinta tak selalu dibalas dengan cinta.
Terkadang cinta malah terbalas dengan lara.
Maaf Tuhan, aku melukai hatinya, yang menaruh harapan kepadaku.
Kepada perempuan yang hidupnya berantakan sepertiku, aku tidak tau mengapa aku tidak bisa mencintai laki - laki sebaik dia.
Apa aku terlalu jahat atau aku yang sudah terlalu keras pada hatiku sendiri.
Aku merasa bersalah atas kehendak hatinya yang begitu menginginkanku, namun dia tetap baik dengan tidak memaksakan perasaanku.
Hukum aku saja Tuhan, jika aku membuatnya terluka.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 152K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
3.8M 42.3K 33
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
3.7M 54.4K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...