Shout Out To My Ex

By verradres

931K 52.8K 8.1K

"Asal kau tahu, kita itu sangat jauh berbeda. Oke, kalau soal wajah, kau memang tidak buruk untuk berjalan di... More

Prologue
01. Become A Secretary
02. Secretarial Rules
03. Deadly Kiss
04. Ellgar's Decision
05. Shopping With Ex
06. Breakfast For Boss
07. Meeting Day
08. Lady's Apartment
09. Comforting Hug
10. Vanilla Flavor
11. Stupid Girl
13. Lunch Schedule
14. Sunday Morning
15. Our Intimacy
16. Little Debate
17. Apologies From You
18. Hugs All Night
19. Lost Hope
20. Pink Roses
21. Be Sweet
22. Meet Him
23. He's Beside Me
24. Potatoes & Milk
25. Comfortable Home
26. My Lady
27. Keeping Promises
28. Red Dress
29. Be My Girlfriend
30. Officially My Girl
31. First Day Together
32. Sunset And You
33. Live Without Me
34. His Fear
35. Your Honesty
36. Ignoring All Day
37. The Trust
38. Keep Secret
39. He Understands Me
40. Little Girl
41. Birthday Party
42. His Mom
43. Always Want You
44. Chaos Of Mind
45. Take Care Of Her
46. Girl In The Past
47. An Insult
48. My Stupidity
49. Rants At Night
50. In Relationship
51. Painful Reality
52. Hidden Tears
53. Intend To Go
54. You Betrayed Me
55. Beachside Moment
56. He Knows
57. Spaces Between Us
58. Guardian Angels
59. Lady's Sincerity
60. Go And Disappear
61. We Meet Again
62. Some Changes
63. Can I Hug You?
64. You Are Home
65. Little Mess
66. Miss The Moment
67. Your Room
68. Just You
69. Rose Gift
70. Flower Sender
71. An Old Wound
72. Be A Good Mother
73. Proposal Ring
74. Wedding Clothes
75. Happily Ever After
Epilogue

12. I'm Nobody

13.5K 876 100
By verradres

Ellgar tidak menyangka jika dia akan kedatangan Alexa sepagi ini di perusahaannya. Yang Ellgar ketahui, perempuan itu sedang memiliki perjalanan bisnis ke luar Kota untuk mempromosikan beberapa cabang butik terbarunya, dimana membuat Alexa juga harus menetap disana selama beberapa bulan.

Alexa adalah sahabat pertama yang Ellgar temui saat mengikuti masa pengenalan kampus. Perempuan itu juga yang mengenalkannya kepada Seth dan Calvin. Dari empat sekawan itu hanya Ellgar dan Calvin yang berada dalam satu juruan yang sama; bisnis. Sedangkan Seth mengambil kedokteran dan Alexa mengambil tata busana.

"Kau ingin minum teh atau kopi?"

"Tidak perlu repot-repot, El. Aku hanya untuk memastikan jika kau masih hidup. Setelah ini aku juga akan mampir ke perusahaan Calvin. Well, kau sudah dengar gosip terbaru tentang Seth?"

"Terakhir kali aku melihatnya nyaris bercumbu bersama seorang gadis dan dia tidak menutup pintu sehingga tindakan cabulnya itu menjadi bahan tontonan. Sial, dia masih tidak tahu tempat saja."

Binar dimata Alexa terlihar jelas. Jika sudah menyangkut tentang aib para sahabatnya, Alexa adalah orang paling bersemangat untuk menggalinya.

"Aku dengar-dengan gadis itu juga seorang calon dokter, sama seperti Seth. Apa kau mengenalnya?"

"Tidak. Tapi unit apartemen perempuan itu berada di sebelah unit apartemen Lad—" Bibir Ellgar terkatup dan dia buru-buru mengoreksi. "Perempuan itu tinggal di sebelah unit apartemen Sekretarisku."

"Jadi kau sudah punya Sekretrais baru?" Alexa tampak semakin antusias. Dia mengibas rambut coklat panjangnya sebelum mencondongkan tubuhnya untuk menatap Ellgar lebih dekat. "Siapa gadis tidak beruntung itu?"

"Justru siapapun yang menjadi Sekretarisku, dia lah gadis yang paling beruntung di dunia karena memiliki Bos sebaik diriku. Koreksi ucapanmu."

Alexa terkekeh pelan sambil meninju lengan Ellgar. "Menurut hasil pengamatanku, sepuluh persen dari mereka bertahan karena kau memberinya gaji yang cukup besar. Dua puluh persen dari mereka bertahan karena memiliki Bos yang tampan dan panas. Dan tujuh puluh persen dari mereka memilih untuk mengundurkan diri karena mulut pedas, sikap bossy-mu yang menyebalkan, serta berbagai penolakan yang selalu kau berikan ketika mereka mencoba menggodamu untuk bisa naik tahta dari Sekretaris menjadi Calon Istrimu. Astaga, El. Jangan pikir aku tidak tahu bagaimana dirimu. Aku sangat mengenalimu. Kau anti perempuan."

"Ya, ya, Alexa memang paling mengenalku."

Kedua sama-sama terkekeh sebelum tatapan Alexa tertuju pada plester berwarna pink yang tertempel pada telapak tangan Ellgar. Kening Alexa mengernyit. Warna pink sangat bukan Ellgar Ryker.

"Tanganmu kenapa?" Tanya Alexa, menggenggam telapak tangan Ellgar.

"Tidak apa-apa. Hanya tergores pisau."

"Saat membantu Ibu memasak?"

Ellgar mengangguk karena dia tidak ingin menambah rasa penasaran Alexa. Dia akan dijejali banyak pertanyaan jika menceritakan yang sebenarnya dan Ellgar belum ingin menceritakan kepada siapapun mengenai dirinya dan Lady. Cukup dirinya saja yang mengerti.

"El, kau itu seorang CEO perusahaan besar. Jangan mengambil pekerjaan rumah tangga. Ck. Seperti tidak bisa membayar jasa koki saja." Alexa mendongak pada Ellgar. "Terlalu lama sendiri membuat dirimu seperti ini, kau butuh seseorang dalam hidupmu untuk meringankan pekerjaanmu. Kau tidak bisa melakukan semua pekerjaan seorang diri secara terus-terusan sekalipun kau serba bisa. Kau tidak ingin cari pacar atau calon istri?"

"Lalu bagaimana denganmu? Apakah kau sudah menemukan Ayah yang tepat untuk Amber?" Ellgar menghusap pundak Alexa saat raut muka perempuan itu berubah datar. Seharusnya Ellgar tidak mengatakan itu, dia kelepasan. "Maafkan aku, Alexa. Tolong jangan dimasukan ke dalam hati. Aku hanya—"

"Kau benar. Aku sibuk menceramahimu padahal aku pun sama." Senyum Alexa nampak kala matanya bertemu dengan hijau milik Ellgar. "Amber merindukanmu, El."

"Kau tidak mengajaknya kemari?"

"Nanti. Setelah pekerjaanku di luar Kota benar-benar beres, aku pasti akan membawanya untuk tinggal disini lagi. Katanya dia sudah tidak sabar bermain dengan Buddy."

"Panggilan itu masih terdengar menggelikan ditelingaku sampai saat ini."

"Tapi aku dan Amber menyukainya, El."

Tiba-tiba ponsel milik Alexa berbunyi. Perempuan itu bangkit untuk mengangkat telepon dari rekan bisnisnya. Saat itu pula Ellgar langsung melirik arloji di tangan kirinya. Jam delapan. Apakah Lady sudah sampai?

"El, aku harus pergi sekarang. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Alexa datang dengan bibir mengerucut. Dia merasa bersalah karena tidak bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama Ellgar. "Nanti siang aku ada janji lunch bersama Calvin. Kau ikut ya?"

"Kita lihat nanti ya. Sekretarisku belum memberikan jadwalku hari ini."

"Please. Seth sudah sibuk dengan mayat-mayat di rumah sakit. Kau jangan ikut-ikutan sok sibuk seperti dia. Ikut ya, El?"

Ellgar mengesah sambil menepuk-nepuk lembut kepala Alexa. Tidak tega jika harus menolak ajakannya. "Oke. Aku ikut. Kirim saja alamatnya."

"Nah, ini baru sahabatku! Thankyou, El." Pekik Alexa girang kemudian memberikan pelukan perpisahan cukup lama untuk Ellgar.

Ellgar mengantar Alexa sampai basement. Menunggu hingga mobil Alexa melesat pergi sebelum kembali ke lantai ruangannya. Dia menatap meja milik Lady yang masih kosong. Jam delapan lebih sepuluh menit. Apakah Lady benar-benar belum datang?

***

Pergi menemui Ayah di rumah sakit sebelum berangkat kerja membuat Lady tidak sempat sarapan. Dan dia tidak ingin ambil pusing lagi jika Ellgar mengomelinya karena datang tidak tepat waktu. Toh, lelaki itu juga sepertinya kedatangan tamu istimewa. Jadi pilihan untuk mengisi perut memang yang paling baik.

"Hai." Sherly yang membawa dua cup kopi yang masih mengepulkan asap menghampirinya yang sedang duduk sendiri. "Kau masih berada di kantin saat jam kerja sudah dimulai. Kau tidak takut dimarahi Pak El?"

"Aku harus makan agar bisa fokus berkerja. Kau sendiri sedang apa?"

"Membeli kopi untuk Rick. Dia itu tukang perintah tapi untung dia baik karena sering membantuku menyelesaikan laporan." Wajah malas Sherly seketika berubah saat dia mencondongkan tubuh lebih dekat pada Lady. "Apakah pagi ini kau sudah bertemu dengan Pak El?"

Sudah. Dia sedang cipika-cipiki bersama seorang perempuan di depan mata Lady. Shit!

"Belum. Kenapa?"

"Banyak karyawan sedang menggosipinya pagi ini. Katanya Pak El kedatangan tamu istimewa."

"Tamu istimewa? Siapa?"

"Bu Alexa Elishandria. Perancang busana terkenal yang memiliki cabang butik dimana-mana itu. Kau tidak tahu?"

Siapa dia? Secepat itu Lady menggelengkan kepala karena belakangan ini dia memang tidak peduli dengan perkembangan jaman.

"Menurut gosip yang beredar, dari semua perempuan yang dekat dengan Pak El, hanya Alexa satu-satunya perempuan yang dianggap istimewa oleh Pak El. Tapi katanya mereka tidak berkencan. Entahlah, aku tidak tahu hubungan apa yang terjalin antar sesama orang kaya. Intinya mereka sangat sempurna jika benar-benar menjadi sepasang kekasih. Walau aku naksir berat dengan Pak El tapi aku ikhlas jika jodoh Pak El adalah Bu Alexa. Aku cukup tahu diri, aku hanya upik abu jika disandingkan dengan Alexa Elishandria."

Napsu makan Lady mendadak hilang. Dia menjatuhkan sendok dan garpunya di atas piring sehingga menimbulkan dentingan yang cukup keras.

Perasaan apa ini? Cemburu? Hallo, Lady. Seharusnya kau sadar diri jika hubungan kalian sudah berakhir sejak sepuluh tahun yang lalu. Sejak kau mencampakan dan menyakiti hati lelaki sebaik Ellgar Ryker.

"Eits, tapi sebelum ada undangan pernikahan yang tersebar, aku masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan hati Pak El. Lagi pula aku tidak kalah cantik dengan Alexa, kalah nasib mungkin iya. Kau mau lihat fotonya?"

"Mana?"

Sherly buru-buru mengeluarkan ponsel dari saku blazernya dan melakukan pencarian kecil-kecilan di halaman internet sebelum meletakan benda pipih itu di atas meja.

"Bagaimana menurutmu? Lebih cocok Alexa dengan Pak El atau aku dengan Pak El?"

Jelas, aku lah. Batin Lady berteriak dengan kedua tanduk tak kasat mata yang muncul di kepalanya.

Lady mengamati foto Alexa. Harus diakui bahwa perempuan itu sangat cantik, tampak sangat berkelas dan benar-benar tipe Ellgar.

Lady tahu bahwa Ellgar yang jenius sangat menyukai gadis pintar yang bisa mengimbanginya. Semasa sekolah Lady bukan sosok yang bodoh. Dia menjadi juara tiga umum walau Ellgar selalu jadi juara satunya. Mungkin hal itu juga yang membuat Ellgar melirik Lady, selain dia cantik dan terkenal tentu saja.

Dan setelah mendengar dari Sherly bahwa Alexa adalah seorang perancang busana sukses dan terkenal, Lady paham bahwa dirinya sudah kalah satu poin dari perempuan itu.

Apa yang bisa Lady banggakan dari menjadi seorang Sekretaris? Bahkan Ellgar hampir menginjak-injak harga dirinya setiap saat.

Sherly menyentuh lengan Lady, "Aku bertanya. Kenapa kau malah melamun?"

Tiba-tiba seorang pria berkaca mata menghampiri mereka. Kartu pengenal yang terpasang di lehernya memperkenalkannya sebagai salah satu karyawan Departemen Produksi.

"Permisi, Nona Lady. Saya diperintah Pak Ellgar untuk mencari keberadaan anda. Sekarang beliau sedang menunggu anda di ruangan."

Lady melirik Sherly dan berbisik, "Apa menurutmu perempuan bernama Alexa itu masih berada disini?"

"Sepertinya tidak. Jika Bu Alexa masih ada, Pak El tidak akan membiarkan siapapun masuk ke dalam ruangannya."

Kemudian Lady langsung bangkit dari tempat duduknya dan tersenyum ke arah pria berkaca mata itu. "Terima kasih atas informasinya." Lady melirik ke belakang, melambai pada Sherly. "Aku duluan."

"Semangat, Lady! Da-ah."

Mendadak dilanda kepanikan karena harus bertemu dengan Ellgar setelah pemandangan yang dia lihat beberapa saat lalu membuat Lady harus menarik napas berulang kali. Dia tidak boleh terlihat kesal, dia tidak boleh terlihat lemah. Kendati hidup Lady tidak seperti dulu lagi tapi dia masih punya harga diri.

Belum sempat Lady mengetuk pintu ruangan Ellgar namun lelaki itu sudah memberikan balasan dari dalam, "Masuk!"

Mungkin saja Ellgar mendengar suara langkah sepatunya yang berisik sehingga dia menyadari keberadaan Lady di depan pintu. Baiklah. Mulai sekarang dia akan belajar berjalan lebih anggun hingga langkah kakinya tak bersuara.

"Selamat pagi, Pak Ellgar."

"Pagi." Balasnya singkat, seperti biasa. Kursi kebesaran itu berputar sehingga menampakan Ellgar yang sedang membaca sebuah berkas di tangannya. "Datang jam berapa hari ini?"

"Delapan."

"Sangat tepat waktu rupanya."

"Ya, saya memiliki urusan penting."

"Urusan penting apa yang kau miliki pagi-pagi begini? Perkerjaan itu paling penting dari apapun, jangan pernah menyepelekan pe—"

"Saya harus menemui Ayah saya."

Secepat itu, Ellgar langsung mengangkat kedua matanya dari tulisan-tulisan yang ada di atas kertas dan menemukan mata Lady yang tidak secerah biasanya.

Ellgar menutup berkas tersebut, bangkit dari tempat duduk dengan tangan menyilang di depan dada.

"Mengapa tidak mengabari saya?"

"Mengapa juga saya harus mengabari anda di luar urusan pekerjaan?"

"Karena lagi-lagi saya harus melihat meja anda kosong saat saya sudah tiba disini. Anda tahu saya tidak suka orang yang tidak disiplin dengan waktu. Jika anda memiliki urusan penting, saya tidak melarang anda untuk melakukannya asal anda memberikan saya kabar lebih dulu." Ellgar berdiri tepat di depan Lady. Kedua mata mereka beradu. "Dan dimana anda baru saja berada?"

"Di kantin. Perut saya lapar."

"Bukankah saya sudah mengisi kulkas anda dengan banyak bahan makanan?"

"Membuat sarapan sendiri hanya akan membuat saya datang semakin terlambat. Apakah anda juga keberatan dengan hal itu?"

"Tentu saja, anda membuat saya rugi."

"Saya tidak pernah meminta untuk dibelikan apapun dari uang anda!" Lady memejamkan matanya saat sadar jika dia berbicara terlalu emosional di depan Ellgar. "Oke, saya salah dan saya minta maaf." Lady menyudahi perdebatan itu. Suasana hatinya terlalu buruk untuk diajak adu argumen dengan Ellgar yang tidak akan mau mengalah. "Anda mengutus karyawan Departemen Produksi untuk mencari keberadaan saya. Jadi apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Anda belum menunjukan jadwal saya hari ini."

"Baik. Tunggu sebentar akan saya ambilkan."

Lady datang dengan sebuah iPad ditangannya. Dia membacakan jadwal Ellgar satu persatu dan tampak terlalu terburu-buru.

Ellgar tidak mendengar apa yang Lady ucapkan, kedua matanya sibuk mengamati wajah Lady dan bibirnya yang bergerak cepat.

"Lady."

"Saya belum selesai. Jangan dipotong dulu. Usai jam makan siang, anda memiliki pertemuan dengan—"

"Kau baik-baik saja?"

Mulut Lady terkatup rapat saat dia merasakan husapan lembut jari tangan Ellgar pada pipinya. Kedua mata mereka kembali bertemu namun kali ini terasa sangat teduh. Ellgar bisa melihat perbedaan itu dengan jelas. Mata Lady terlihat sembab pagi ini.

"Apakah semalam setelah aku matikan panggilan, kau benar-benar langsung tidur?"

Lady mundur beberapa langkah untuk memberi jarak. "Sa-ya akan kirimkan jadwal anda. Ada pekerjaan yang masih harus saya selesaikan. Permisi."

Langkah kaki Lady begitu cepat menghindari Ellgar. Dia tidak ingin makin terbuai jika harus berada lebih lama lagi di dekat Ellgar, tidak ingin tenggelam dalam perhatian yang Ellgar berikan. Lady harus lebih tahu diri mulai sekarang, dia bukan siapa-siapa.

***

𝒮𝒽𝑜𝓊𝓉 𝒪𝓊𝓉 𝒯𝑜 𝑀𝓎 𝐸𝓍

Halo, ketemu Ellady lagi di hari selasa<3

Udah tau bagaimana kepribadian Ellgar yang sesungguhnya?

Bagaimana menurut kalian karakter tokoh Alexa Elishandria?

Kalau kalian ada diposisi Lady, kalian bakal bersikap seperti apa?

Udah berapa konflik yang berhasil kalian tangkap?

VOTE & COMMENTS!
Follow Instagram @wattpad.verradres
Follow TikTok @wattpadverradres

Thankyou🖤 - V

Continue Reading

You'll Also Like

979K 38.8K 52
DI AMBIL DARI KISAH NYATA "Kisahku, kisahmu, dan kisah kita-" Gesania. Gesania, kupu-kupu malam, si pemuas nafsu laki-laki dewasa. Menyerahkan selur...
1.2M 4.9K 15
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.6M 173K 34
[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Kalau saja bisa, Natalia ingin menghapus ingatannya di masa lalu. Semata-mata agar ia tak lagi terjebak bersama penyes...
1.6M 83.1K 75
Beasiswa yang awalnya dia anggap berkah ternyata adalah awal dari kehancurannya. Wulan harus terlibat hubungan rumit nan sulit dengan Alvaro, putra s...