Self Forced Marriage

By spicypastaaa

94.2K 17.5K 2.1K

"Mau gimana? Sudah gak ada waktu lagi." More

01. The Wedding Party
02. Basic Life Question
03. Not So Peaceful Day
04. 45 Minutes Into You
05. Would You?
06. Takoyaki Lunch
07. Cieee
08. Mom to the Rescue
09. Change of Mind
11. The Besties and The Enemy
12. Officially Dilamar
13. Apartment
14. Pertemuan Orang Tua
15. Gaun, Canggung, Bibir
16. Melt Like A Butter
17. Miguel, Si Pengganggu
18. Pamit & Undangan
19. Dipingit
20. Riweuh Day!
21. Now, It's Gotta Be You
22. Bali Bikin Bingung
23. Game On
24. Matahari Saat Badai
25. Kembali ke Ibukota
26. Cemburu Tanda Apa?
27. Sebagai Istri dan Sebagai Calon Ibu
28. Tame the Lioness
29. Bahagia dan Sedih
30. Is This How Siblings Supposed To?

10. Rumah Camer

2.7K 617 86
By spicypastaaa

"Jeff," panggil Roseanne.

Jam 10 pagi tadi Jeffian sudah menjemput Roseanne di kostnya. Tapi bukannya ke rumah pemuda itu, Jeffian justru mengajak gadis itu menuju sebuah butik.

"Sudah selesai belanjanya?" tanya Jeffian sembari menyimpan ponselnya.

Roseanne menganggukkan kepala ia pun menyodorkan kartu debit yang ia terima dari Jeffian tetapi pemuda itu mendorong tangan gadis itu.

"Simpan, itu buat beli kebutuhan kamu," jawab Jeffian.

"Maksud kamu?"

"Uang kebutuhan kamu aku transfer ke ATM itu," jelas Jeffian yang justru membuat Roseanne kebingungan.

"Tapi kan aku belum jadi istri kamu?"

"Simpan aja, bentar lagi kan sah," balas Jeffian sebelum pemuda itu menyodorkan tangannya yang membuat Roseanne kembali kebingungan.

"Apa?"

"Tangan kamu."

"Kenapa tangan aku-"

Belum selesai Roseanne berbicara Jeffian sudah lebih dulu meraih tangan kanan Roseanne.

"Duh, kok gak peka sih?" tanya Jeffian seraya keduanya berjalan keluar dari butik itu, menuju mobil mereka yang terparkir di depan ruko.

"Ya, maaf, ini masih baru banget buat aku, belum biasa," jawab Roseanne.

"Oh iya, beli apa aja tadi?"

"Beli gaun satu."

"Terus?"

"Udah."

Jeffian menghentikan langkahnya kemudian menatap Roseanne yang kembali bingung untuk kesekian kali.

"Kenapa?" tanya Roseanne.

"Kok cuma beli satu? Nih, aku kasih tahu ya, mama itu bakal suka ajak kamu keluar, jadinya kamu harus punya stok baju yang cukup."

"Kenapa?" tanya Roseanne lagi.

"Mama tuh gila banget belanja, aku cuma takut kamu gak enak hati kalau mama belanjain kamu, jadi lebih baik aku aja yang belanjain kamu gitu," jawab Jeffian.

"Kan aku bisa nolak, Jeff."

"Iya sih, tapi mama suka maksa loh."

Roseanne tertawa kecil mendengar balasan Jeffian, "mirip kamu kan, suka maksa."

"Mana ada aku maksa kamu? Oke, aku emang maksa kamu nikah sama aku, itu kasus khusus. Tapi kalau bisa nolak mama ya silahkan, aku bakal semakin terpesona sih."

"Semakin terpesona?"

Jeffian pun melanjutkan jalannya dan mereka pun tiba di mobil Jeffian, "kok kamu jadi lemot gini sih, Roseanne, kemarin masih cerdas loh."

Mendengar ucapan Jeffian, Roseanne yang baru memasang seatbelt nya pun melirik sinis, "oh, kamu mau bilang aku bodoh gitu?"

"Gaaaaak, gak gitu, sumpah."

"Ish, but btw, terima kasih dah belikan aku gaun, akhirnya aku punya gaun pesta hehe," ucap Roseanne.

"Ibu kamu kan penjahit? Ibu gak pernah buatkan kamu baju?" tanya Jeffian yang kini mulai untuk mengemudikan mobil.

"Buat kok, tapi cuma baju-baju simpel yang bisa cepat selesai, kalau gaun gak pernah, ibu banyak pesanan jahitan, gak sempat untuk buat," jawab Roseanne.

Jeffian mengangguk pelan, "oh iya, mungkin nanti setelah kita nikah, ibu bisa join bisnis mama, mama aku ada butik di daerah Kemang."

"Ih, gak usah gak apa Jeff, aku malah mau ibu berhenti kerja, kalau ibu juga mau sih," jawab Roseanne.

"Kayaknya gak mau sih, ibu kamu kelihatan pekerja kerasnya, sama kayak kamu," kekeh Jeffian.

"Emang kamu tahu aku kalau kerja kayak gimana?"

"Tahu, fokus banget sampai mengabaikan orang-orang di sekitar kamu kan?" kekeh Jeffian dan gadis itu memutar bola matanya.

"Gak tuh."

"Nah, selain pekerja keras kamu nih juga kepala batu-"

"Jeff, mending kita diam aja deh, nanti takutnya malah tengkar karena hal sepele," ucap Roseanne setelah menghela nafasnya.

Jeffian melirik Roseanne yang tampaknya sudah tidak mood meladeni dirinya, "oke."

Pemuda itu sudah tidak kaget dengan Roseanne yang mudah sekali menunjukkan mood yang ia sedang rasakan. Tapi bukan masalah, setidaknya Jeffian tidak harus menjadi 'peka' untuk menghadapi gadis itu.

♒♒♒

Roseanne merasa wajahnya sudah kaku.

Sedari tadi ia terus menerus menampakkan senyuman manis yang lebar di hadapan kedua orang tua Jeffian yang tentu saja, menyambut gadis itu dengan bahagia dan penuh suka cita.

"Oh, jadi kamu baru pindah dari TN Group ke SMYG Company ya?" tanya mama Yuna.

"Iya, Tante, saya baru pindah ke SMYG."

"Loh, kenapa pindah? Kan TN Group lebih oke daripada SMYG?" Kali ini papa Sion yang bertanya, maklum, sebagai pebisnis ia cukup heran melihat seorang karyawan yang justru pindah ke perusahaan yang berada satu level di bawah dari perusahaan sebelumnya.

Roseanne melebarkan matanya kemudian ia bertemu tatap dengan Jeffian seolah-olah ia sedang meminta tolong bantuan dari pemuda itu. Untung saja, Jeffian langsung paham.

"Itu Ma, ada teman sekantornya yang ngejar-ngejar Roseanne, dia gak nyaman dengan hal itu, makanya pindah ke SMYG terus ketemu deh sama Jeffian," jawab Jeffian dengan tenang.

"Oh gitu, benar sih, jika kondisi lingkungan kerja tidak membuat nyaman lebih baik pindah saja," balas papa Sion menyetujui.

"Btw, Roseanne sama Jeffian kan baru kenal kan ya? Kenapa kalian sudah mau memutuskan untuk nikah? Kapan hari Jeffian cerita ke Tante kalau dia masih mau pendekatan sama kamu setelah kamu nolak lamarannya loh." Mama Yuna menatap Roseanne yang membuat gadis itu merasa bahwa mau tidak mau dia yang harus menjawab pertanyaan ini.

"Jadi begini, Tante, saya memang awalnya nolak Jeffian yang tiba-tiba melamar saya via chat-"

"Via chat?!" seru mama Yuna yang segera menatap Jeffian dengan tajam.

"Gak romantis, nanti lamaran kalian harus diulangi ya," sambung papa Sion.

Roseanne hanya tersenyum sementara Jeffian mengangguk malu mendengar ucapan sang ayah, "iya Pa, nanti Jeffian pasti melamar ulang Roseanne kok."

"Oke, terus, lanjutkan ceritanya, Nak Roseanne."

"Oh iya, Om, setelah saya tolak, Jeffian itu bukannya menjauh dari saya tapi malah semakin semangat buat ngejar saya, awalnya saya memang kurang suka tapi setelah saya pikir matang-matang, saya memutuskan untuk terima Jeffian," jelas Roseanne.

"Pasti kamu sudah cinta sama Jeffian ya? Cinta tuh memang gak kenal waktu!" seru mama Yuna bersemangat.

Sementara Jeffian dan Roseanne saling bertukar tatap, mereka jelas lebih mengetahui alasan masing-masing kenapa mereka ingin menikah padahal baru saja bertemu.

"Iya, Tante," jawab Roseanne agar mama Yuna semakin senang.

"Ih, akhirnya! Saya punya anak perempuan juga! Nanti setiap weekend sering-sering main ya? Kita belanja bareng ke mall, kita borong semua baju, tas, sepatu-"

"Ma, Roseanne setiap weekend harus pulang ke Bekasi," sela Jeffian.

"Loh, kenapa?" tanya papa Sion.

"Ibu saya tinggal sendiri di Bekasi, jadi saya harus sering-sering pulang," jawab Roseanne.

"Oh, kalau boleh tahu bapak kamu ...." Pertanyaan yang papa Sion lontarkan terdengar menggantung dan Roseanne pun segera menjawab dengan sebuah senyuman dan anggukan kecil.

"Bapak sudah lama meninggal," jawab Roseanne.

"Maaf, turut berduka untuk bapak kamu," ucap papa Sion segera.

"Terima kasih, Om," balas Roseanne.

Jeffian yang sedari tadi memperhatikan Roseanne yang begitu handal berbicara dengan kedua orang tuanya semakin terkagum dengan gadis itu. Tapi tak heran, ia adalah pegawai di divisi Public Relations, sudah pasti ia pandai berbicara. Sudah cantik, cerdas, sayang dengan ibu dan adiknya, komunikatif pula, beh, Roseanne benar-benar paket lengkap.

Tidak ada ruginya juga buat dijadikan istri, hehe.

"Oh iya, kapan-kapan saya sama suami saya boleh kan ketemu ibu kamu? Sambil bicarakan soal kelanjutan hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius juga," tanya mama Yuna.

"Boleh sekali, Tante," jawab Roseanne.

"Kira-kira kapan ya? Apa mungkin minggu depan?" tanya papa Sion.

"Jangan minggu depan, Pa!" cegah Jeffian.

"Kenapa?" tanya papa Sion bingung.

"Jeffian sama Roseanne ada rencana lain buat minggu depan," jawab Jeffian yang kemudian bertemu tatap dengan Roseanne yang tidak tahu apa yang Jeffian sedang bicarakan.

"Nanti ... Jeffian kasih tahu lagi ke Papa, Mama kapan bisa ketemu sama ibunya Roseanne, oke?" lanjut Jeffian kemudian, kembali menatap kedua orang tuanya.

"Oke deh, jangan lama-lama loh."

"Haha, oke, Ma."

♒♒♒

Hari sudah sore, Roseanne masih berada di rumah Jeffian, kini keduanya sedang berada di halaman belakang rumah Jeffian, duduk santai dekat kolam renang rumah Jeffian yang begitu luas dan megah itu. Cukup berbanding terbalik dengan kehidupan Roseanne yang sederhana.

"Jeff, aku kok jadi ragu sih buat nikah?"

Pertanyaan semi pernyataan yang keluar dari mulut Roseanne segera mendapat perhatian Jeffian yang sedang mencelupkan kakinya ke dalam kolam.

"Kenapa? Kok gitu? Jangan dong," balas Jeffian.

"Kamu sudah lihat sendiri kan, keadaan rumah dan ekonomi keluarga kita cukup beda-"

"Bukan alasan untuk kamu ragu," potong Jeffian tidak terima.

"Tapi aku sedih papa sama mama kamu gak bakal dapat menantu yang setara sama mereka-"

Jeffian bangkit dari kolam kemudian menghampiri Roseanne yang duduk di ayunan sofa rotan yang kokoh, tidak jauh darinya.

"Roseanne, kamu bicara apa sih? Papa sama mama senang banget kok bisa kenal sama kamu," jawab Jeffian masih tidak terima, mengapa Roseanne malah merendahkan dirinya?

Gadis itu lalu hanya terdiam saja sembari menatap Jeffian sebelum akhirnya ia bersandar pada sofa dan memejamkan matanya, merasakan Jeffian kini mulai mengayun ayunan itu secara perlahan.

"Gak tahu ya, Jeff, mungkin karena semuanya terasa begitu cepat buat aku?"

"So am I, tapi mau gimana lagi, kita juga sudah dikejar waktu yang gak pasti kan? Intinya, kamu sekarang jangan terlalu khawatir, pasti bisa dilewati dengan indah kok," jawab Jeffian berusaha menenangkan Roseanne.

Roseanne yang masih memejamkan matanya kini merasakan banyak sekali perasaan khawatir di dalamnya. Menikah dan menjadi istri orang, menjadi seorang sosok ibu untuk calon anak, menjadi seorang menantu sekaligus anak pada dua orang tua sekaligus. Hal itu tentu saja tidak mudah, Roseanne tidak boleh terlalu lengah hanya karena ia memaksakan pernikahan ini.

Ia juga ingin pernikahan ini berjalan sebagaimana mestinya dan berakhir indah.

"Jeff," panggil Roseanne yang masih menutup kedua matanya.

"Hm?" sahut Jeffian dengan suara beratnya itu.

"Angin di sini sepoi-sepoi bikin ngantuk," gumam Roseanne pelan.

Gadis itu mendengar Jeffian tertawa kecil, kemudian ia merasakan Jeffian turut bersandar pada ayunan sofa itu dan berucap, "tempat favorit aku di rumah."

Roseanne hanya diam hingga ia tak sadar bahwa lambat laun hitam yang dilihatnya karena menutup mata kini telah menarik kesadarannya menuju alam mimpi.

♒♒♒

Roseanne membuka kedua matanya.

Langit-langit berwarna hitam ditangkap oleh netra matanya. Aneh. Rasanya tadi ia sedang berada di luar ruangan. Kedua tangan gadis itu mengusap sesuatu yang lembut, seperti selimut?

Tunggu dulu.

Roseanne segera kembali pada kesadaran penuhnya saat ia tersadar bahwa ia sedang berada di dalam sebuah kamar dan ia sedang terbaring di atas ranjang.

Gadis itu melihat sekeliling dengan bingung karena ia tidak mengenali kamar itu. Terakhir kali, ia sedang duduk di luar, di sebuah ayunan dengan ... dengan Jeffian! Roseanne masih berada di rumah Jeffian!!!

"Astaga!" pekik Roseanne pelan sembari melihat sekeliling untuk mencari barangnya dan ia mendapati ponsel dan tasnya yang diletakkan di sebuah sofa hitam di kamar itu.

Roseanne segera mengecek ponselnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Sial, sial, sial, kenapa gue malah ketiduran! Di hari pertama ketemu calon mertua pula!!!

Roseanne merapikan rambutnya yang sedikit berantakan lalu ia berjalan menuju pintu kamar, menenteng tas beserta ponselnya. Disaat gadis itu membuka pintu, dirinya dikejutkan dengan Jeffian yang sudah berdiri di depan pintu hendak mengetuk pintu.

"Eh, Roseanne, baru aja mau aku panggil," ucap Jeffian.

"Jeff, orang tua kamu di mana?" bisik Roseanne.

"Lagi ngobrol di ruang keluarga," jawab Jeffian.

"Ih, kenapa kamu gak bangunin aku waktu di ayunan tadi????!" seru Roseanne panik.

"Kan katanya kamu ngantuk, aku gak mau bangunin dong," jawab Jeffian.

"Aduh, tapi apa kata orang tua kamu yang lihat aku malah ketiduran kayak gini-"

Jeffian memegang kedua bahu Roseanne kemudian ia berucap, "tadi, mama yang suruh aku buat gendong kamu biar kamu bisa istirahat di kamar aku, gak usah panik, oke?"

Pipi Roseanne perlahan memerah. Pertama, karena jarak Jeffian yang terlalu dekat dengannya, kedua karena Jeffian memegang kedua bahunya, ketiga karena Jeffian bilang dia menggendong Roseanne, keempat karena Roseanne baru saja tidur di kamar Jeffian!!!!!

Gadis itu menepis tangan Jeffian yang berada di bahunya dengan segera, "oh, oke."

Roseanne mengalihkan pandangan kemudian berjalan menjauh dari hadapan Jeffian, "aku harus pulang Jeff, kamu gak perlu antar, aku naik taksi online aja."

"Ngomong apa kamu, aku yang bawa kamu ke sini, ya berarti aku yang harus antar kamu balik," balas Jeffian sembari berjalan mendekat pada Roseanne.

Gadis itu menatap Jeffian kemudian ia memutuskan untuk mengalah, "ya udah, antar aku ke orang tua kamu, aku mau pamitan."

Jeffian pun kemudian berjalan mendahului Roseanne dan gadis itu mengekor di belakangnya. Keduanya memasuki ruangan di mana Roseanne bertemu orang tua Jeffian tadi siang, bedanya kedua orang tua Jeffian sudah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai.

"Eh, Roseanne sudah bangun? Pasti capek ya?" tanya mama Yuna, atensi kedua orang tua Jeffian kini berada pada Roseanne yang masih memakai pakaian yang sama sedari siang.

"Iya, Tante, sampai tidak terasa saya ketiduran di rumah orang, maaf sekali ya, Tante," ucap Roseanne dengan senyuman penuh penyesalannya.

"Aduh, gak apa, Nak, Tante malah awalnya maksa Jeffian buat bujuk kamu biar menginap di rumah aja, tapi Jeffian ngeyel, kata dia kamu pasti minta pulang," ucap mama Yuna.

"Ya emang Jeffian benar Ma, ini buktinya dia mau pamit pulang sekarang," balas Jeffian.

"Sudah malam loh, nginap aja di sini," rayu mama Yuna.

Roseanne mengangkat alisnya terkejut. Hei? Ini Roseanne masih jadi calon istri Jeffian loh bukan istrinya, kenapa mama Yuna tampak ... memperlakukannya dengan sangat baik? Atau ajakan itu hanya sarkasme saja?

"Mohon maaf Tante, besok kan Roseanne harus kerja, saya juga gak bawa baju ganti-"

"Pakai baju Tante aja! Pasti cocok deh!" seru mama Yuna.

Roseanne tersenyum kecut, ini gimana gue nolaknya?

Oke, opsi terakhir ia gunakan, Roseanne menarik ujung kaos yang Jeffian pakai dan lagi-lagi pemuda itu segera menyadari kode yang Roseanne berikan.

"Ma, ya ampun, jangan terlalu agresif dong jadi mertua, nanti Roseanne takut terus gak mau jadi istri Jeffian gimana?" tanya Jeffian yang segera membantu Roseanne.

"Iya deh, Mama minta maaf, ya sudah, hati-hati ya di jalan, Jeff, nyetirnya yang benar!"

"Iya, Ma."

Roseanne pun akhirnya melangkah maju dan mencium tangan kedua orang tua Jeffian bergantian, disusul Jeffian untuk melakukan hal yang sama sebelum akhirnya kedua muda-mudi itu beranjak keluar dari rumah.

"Pa, Mama suka deh sama si Roseanne," ucap mama Yuna.

"Papa juga suka, kayaknya Jeffian sayang sama dia ya," balas papa Sion.

"Iya, aduh, semakin gak sabar buat lihat mereka nikah!"

"Papa juga, semoga keduanya saling jodoh," ucap papa Sion yang segera diaminkan oleh mama Yuna, uh, mungkin juga diaminkan oleh para pembaca cerita ini.

♒♒♒

Next, the besties gonna know!

spicypastaaa 🍝

Continue Reading

You'll Also Like

616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
99.6K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
46.9K 3.3K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
170K 14.4K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...