my perfect revenge (End)

Por hanhyeonju

54.7K 5.2K 147

Apa yang akan kau lakukan jika ternyata semua kebahagiaan mu adalah kebohongan semata? Cherin, wanita yang me... Más

Prolog
1. Depresi
2. Seseorang yang telah dirusak oleh masa lalu.
4. Kau berjanji padaku
5. Situasi tidak terduga part.1
6. situasi tidak terduga part.2
7. Balas dendam dimulai part.1
8. Balas dendam dimulai part. 2
9. Terapi
10. Mencari hal yang disukai
11. Kencan di taman hiburan part.1
12. Kencan di taman hiburan part.2
13. Sahabat part.1
14. Sahabat part. 2
15. Sandiwara
16. Wanita yang kupanggil teman
17. Wanita itu
18. Makan malam perusahaan
19. Gedung pernikahan
20. Aku memikirkan mu part.1
21. Aku memikirkan mu part. 2
22. Masa kecil
23. Badai yang tidak pernah reda
24. Aku mencintainya
25. Undangan pernikahan
26. jebakan
27. Hari pernikahan
28. Panggung terakhir

3. Ketua tim baru

2.4K 227 0
Por hanhyeonju

Setelah selesai mengatur perasaanya sendiri, Cherin kembali bekerja dikantornya.

“Rin, apa kau pergi berlibur?” teman sekantornya Molly berjalan mendekatinya sambil memeluknya manja.

“Apa yang terjadi padamu? Seorang Cherin yang bahkan tidak akan mengambil cuti walaupun ada bencana alam sekalipun, sekarang mengambil cuti panjang?”

Cherin menarik nafas perlahan sambil tersenyum menyembunyikan perasaanya. Dirinya tidak berniat untuk menceritakan semuanya kepada Molly, sahabat dekatnya.

Walaupun pertemanan mereka telah berlangsung saat Cherin dan Molly berada di bangku sekolah menengah, pertemanan mereka sekarang menjadi sedikit renggang karena tunangannya Jacky.

Cherin tidak pernah lagi keluar bersama Molly, Cherin juga tidak pernah menceritakan hal pribadinya lagi.

Mungkin ini telah menjadi kebiasaan baru untuknya. Cherin merasa kurang nyaman untuk membagikan seluruh ceritanya kepada orang lain.

“Aku hanya mengambil waktu yang tepat untuk beristirahat. Bukankah kau juga tahu bahwa aku sebentar lagi akan segera menikah?” pernikahan ini tetap akan dilangsungkan olehnya, bagaimanapun juga, balas dendam ini tidak akan pernah sempurna tanpa ada acara pernikahannya dan Jacky.

Pernikahan adalah puncak semua balas dendamnya.

“Ah.... Aku iri sekali denganmu.” Sahabatnya melepaskan pelukannya, sambil mengedipkan matanya dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat. “aku juga ingin menikah....”

Cherin mengapit bibir molly yang dikerucutkan kedepan dengan kedua jarinya, sambil meggodanya.

“Jika kau iri, carilah pacarmu sendiri.” Sambil tertawa terkikik, Cherin berjalan masuk ke ruang kerjanya.

“Ah ya, Cherin. Aku lupa memberitahukan kepadamu, mulai dari minggu lalu, ketua tim yang lama telah diganti dengan ketua tim baru.” Cherin memiringkan kepalanya sambil menatap sahabatnya dengan tatapan ingin tahu.

“Ketua tim baru?” seingat Cherin, ketua tim yang lama memang sangat bermasalah. Sering kali ketua tim lama mengambil ide bawahannya, Cherin juga melihat dia bebrapa kali melecehkan karyawan wanita.

“Akhirnya binatang itu dipecat.”

Cherin bergumam kecil sambil tersenyum menyeringai.

“Bukan hanya itu saja!” suara sahabatnya semakin terdengar bersemangat, mata hitamnya berbinar-binar sambil menjelaskan identitas ketua tim yang baru. “wajah ketua tim baru kita sangat tampan.”

“luar biasa tampan” kata Molly sambil menunjukkan kedua jempol jarinya. Seakan menegaskan bahwa ketampanan wajah ketua tim yang baru, bukanlah omong kosong belaka.

“Hm..” Cherin menyentuh dagunya dengan pelan sambil pura-pura berpikir untuk menggoda sahabatnya. “setampan itu?”

Molly segera mengangguk seperti anak anjing.

Setelah mendengar penjelasan Molly yang panjang lebar. Cherin menjadi sedikit tahu tentang ketua tim baru mereka.

Ketua tim muda yang baru, berumur 29 tahun. Lelaki yang satu tahun lebih tua dari umur Cherin itu adalah lelaki hebat yang baru kembali dari luar negri. Kemampuannya dalam memberikan ide dan menangani produk makanan perusahaan besar tempatnya bekerja, membuat lelaki itu mendapatkan pujian dari banyak orang, hanya dalam waktu satu minggu kerjanya.

Lelaki sehebat itu telah berhasil mencapai posisinya sebagai ketua tim di sebuah perusahaan besar seperti ini.....

‘Ah, sebaiknya aku pergi menyapanya untuk memberi salam dulu.’

Cherin merapikan kemeja bewarna pink pastel yang dipakainya dan memastikan rambut panjang coklat yang diikat ekor kuda kebelakang kepalanya, tidak terlihat berantakan.

Setelah menaruh telapak tangannya didepan dadanya sambil menarik nafas dalam. Cherin melangkah menuju kantor pribadi ketua tim barunya.

Tok! Tok!

Cherin mengetuk pintu kantornya dengan pelan. Setelah mendengar suara yang mempersilahkannya masuk kedalam ruangan. Cherin menaikkan kedua sudut bibirnya untuk tersenyum dengan sopan.

“Selamat pagi, senang bertemu dengan anda. Saya Cherin, karyawan bagian pengembangan produk perusahaan ini.” Begitu masuk, Cherin menundukkan kepalanya untuk memberikan salam sambil membungkuk hormat.

“Senang bertemu dengan anda, saya Liane ketua tim yang baru di perusahaan ini.” Suara lelaki yang terdengar tidak asing itu membuat isi kepala Cherin dipenuhi tanda tanya.

‘rasanya aku pernah mendengar suara ini...’

‘suara ini terdengar tidak asing..’

Sambil mengangkat kepalanya perlahan, mata keduanya berpandangan.

“Akh!”

“aaa!”

Liane yang duduk dengan tenang dikursinya segera berdiri dan berteriak kecil sambil menunjuk wajah Cherin dengan jari telunjuknya.

Cherin yang tidak kalah terkejutnya juga membulatkan matanya sambil menutup mulutnya sendiri yang sekarang sedang terbuka lebar diluar kendalinya.

“Ka... Kau....” Suara Cherin terdengar bergetar hebat. Lelaki yang tidak pernah disangkanya akan bertemu ditempat ini, sekarang berada didepannya.

“dokter?”

Iya... Lelaki itu adalah dokter psikolog yang ditemuinya dirumah sakit, beberapa hari yang lalu.

“ke...kenapa? dan lagi...kenapa dokter menjadi ketua tim baru?” mungkin jika ada karyawan lain yang berada di ruangan itu dan mendengar perkataan Cherin, mereka akan mengatakan bahwa cara bicaranya sekarang sangatlah tidak sopan. Tetapi Cherin yang tidak dapat berfikir normal, sudah tidak dapat mencari perkataan yang cocok untuk diucapkan olehnya.

“Ng..” wajah Liane terlihat sangat kesulitan. Entah harus dimulai dari mana dia menjelaskan semuanya kepada Cherin. Wanita yang ditemuinya dirumah sakit yang disangka tidak akan bertemu dengannya lagi, sekarang malah berada didepannya dan menjadi bawahaannya.

‘Hah! Takdir macam apa ini!?’

Harusnya saat itu dia menjelaskan dengan jelas kepada Cherin, bahwa dirinya bukanlah dokter tetapi pasien sepertinya. Keputusannya untuk tetap diam karena tidak memiliki waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya, malah membawanya kepada kenyataan yang lebih memalukan seperti ini.

Cherin yang berada didepannya, mengetahui kenyataan sebenarnya dengan cara memalukan seperti ini.

“Aku tidak mengatakan bahwa diriku adalah dokter.” Setelah mendengar perkataan Liane yang diliputi rasa bersalah. Kekesalan dihati Cherin menjadi tersulut seketika.

Wajah putihnya menjadi merah padam.

“kau... Lelaki gila sialan.” Sinting sekali, jika dipikirkan kembali lagi. Lelaki bernama Liane ini berada di ruangan dokter yang sama dengannya. Berarti, lelaki ini juga memiliki permasalahan yang sama dengannya.

‘Aku mengatakan semuanya kepada lelaki ini?’

Jika dia dapat menggali lubang seperti tikus tanah, Cherin ingin sekali mengubur dirinya sendiri kedalamnya.

“Kenapa kau kesal seperti ini? kau sendiri yang masuk begitu saja kedalam ruangan itu dan mengatakan semuanya kepadaku.” Wajah tampan Liane menjadi merah padam karena dirinya sekarang juga sama kesalnya dengan Cherin. Mungkin lebih tepatnya dirinya merasa malu. rasa malu karena ketahuan dirinya mengunjungi rumah sakit seperti itu, oleh bawahannya sendiri membuatnya ingin pergi bersembunyi saat ini juga. “aku juga telah melakukan hal yang bisa kulakukan untuk menghiburmu. Jika kau bilang aku adalah lelaki gila, berarti kau juga sama denganku. Dasar wanita gila!”

“Apa!” kedua mata Cherin membulat. Bibirnya bergetar hebat karena menahan semua perkataan kotor yang ingin dikeluarkan olehnya.

Tok! Tok!

Mata mereka berdua yang saling menatap dengan tajam, sekarang mengarah kearah pintu kantor Liane yang diketuk dari luar.

“Maaf ketua, apa Anda baik-baik saja? Barusan saya mendengar suara teriakan dari dalam ruangan ini.” Seorang karyawan wanita yang baru saja lewat, segera masuk dan bertanya dengan wajah khwatir. Matanya yang menatap Liane akhirnya mengarah kepada Cherin.

Tampaknya aku harus mengatakan sesuatu...

Ayo Cherin...katakanlah sesuatu agar ini tidak terlihat aneh.

Cherin terus memutar isi kepalanya untuk mencari alasan yang cocok untuk menjelaskan situasinya dan Liane saat ini.

“serangga, tadi ada serangga yang lewat.” Cherin menjawab dengan pelan sambil melempar tatapan tajam yang mengancam kepada Liane, seakan mengatakan bahwa ‘ayo cepat katakan sesuatu!’ tampaknya rasa hormat kepada atasan yang ingin ditunjukan olehnya telah menghilang begitu saja, ketika menyadari identitas Liane.

“Ha... ha... Ya, ada serangga yang lewat. Ha ha ha benar-benar mengejutkan.” Hei.... Suara tertawa itu terdengar sangat aneh. Kenapa dia harus pura-pura tertawa kaku seperti itu? Cherin terus mendecakkan lidahnya ketika melihat akting payah Liane.

“Ah... serangga rupanya. Maaf jika saya menggangu diskusi anda ketua.”

Setelah selesai meminta maaf, karyawan wanita itu membungkukkan badannya untuk memberi hormat, kemudian keluar dari ruangan itu, meninggalkan Liane dan Cherin berdua didalam suasana canggung mereka.

Liane memutar mata birunya sambil menunjuk kursi yang berada di depan mejanya.

“duduklah.”

Cherin menarik kursi itu dan duduk diatasnya dengan wajah yang masih terlihat kesal.

“Tampaknya ada yang harus kita bicarakan.” Liane berkata dengan suara rendahnya. Wajahnya tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Tolong jelaskan kepada saya semuanya, ketua.” Walaupun Cherin berusaha untuk berbicara dengan nada suara setenang mungkin, wajah kesalnya masih dapat tergambar dengan jelas. Liane bahkan berpikir bahwa Cherin mungkin dapat membunuhnya dengan pandangan mata tajamnya.

“Pertama, aku bukan dokter dan tidak pernah mengaku menjadi dokter. Hari itu, kau yang masuk begitu saja dan mulai bercerita tentang permasalahan mu padaku.” Memang benar, hari itu adalah kesalahan Cherin yang masuk begitu saja kedalam ruangan psikolog, karena pikirannya telah tidak dapat dikontrol olehnya lagi.

“Kedua, aku juga tidak melakukan hal lain yang melukaimu. Aku bahkan menenangkan dan menghiburmu.”

Haa...

Cherin menghela nafas panjang sambil menyentuh kedua pelipisnya, berharap sakit kepala yang sekarang tiba-tiba dirasakannya itu, dapat menghilang bersamaan dengan sentuhan itu.

“ketiga, harap kau pikirkan lagi posisi mu dan kesalahanmu, nona Cherin. Jika dilihat dari kacamata ku, harusnya disini aku yang telah dirugikan. Mengingat nona masuk kedalam ruang konsultasi pasien begitu saja, tanpa memikirkan privasi ku.”

Seketika itu juga, sekunjur tubuh Cherin menjadi laku. Jika sekarang dia memikirkannya lagi, perkataan yang baru saja dijelaskan oleh Liane ada benarnya juga.

Apalagi ingatan barusan kembali lagi kedalam kepalanya.

Cherin juga telah memanggil Liane lelaki gila, berteriak dan berkata tidak sopan.

‘Habislah aku!’

Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya.

Sambil menelan ludah dan mencari perkataan yang cocok untuk dijadikan alasan, Cherin hanya dapat menundukkan kepalanya dan memandangi lantai.

Sosoknya sekarang terlihat persis seperti anak kecil yang sedang dimarahi oleh orang tuanya.

“.... Maafkan aku.”

“....”

“maafkan aku ketua” Cherin menggenggam dan memainkan jari tangannya yang ada diatas pangkuannya karena gugup. “jika saja ketua mengatakan sebelumnya bahwa ketua bukanlah dokter, mungkin saya tidak akan salah paham seperti ini.”

Liane menyisir rambut emasnya kebelakang kepalanya dengan jari panjangnya, sambil sesekali menghela nafas dengan keras. Seolah sedang berada didalam situasi yang sulit.

Memang itu merupakan kesalahannya, karena dia telah menyembunyikan semuanya kepada Cherin.

Mengingat sosok Cherin pada hari itu yang baru ditemuinya di rumah sakit, entah mengapa membuatnya menerima keinginan Cherin begitu saja, tanpa mengatakan kepada Cherin bahwa dia bukanlah dokter.

Sekarang semuanya menjadi berantakan.

Liane kembali memandangi sosok Cherin yang terdiam memandangi lantai.

Wanita yang terisak mengalirkan air mata sambil tersenyum dirumah sakit, mengatakan bahwa ada hal yang rusak dari dirinya itu, sekarang terlihat cukup normal, seakan semua kejadian sebelumnya yang menimpannya adalah kebohongan belaka.

Tampaknya Cherin masih tidak dapat mengatakan apapun ketika menyadari kesalahannya sendiri.

Liane yang membaca situasi itu, akhirnya mulai memembuka suaranya.

“Aku akan memaafkanmu, tapi dengan satu syarat.” Pekataan ini membuat Cherin mengangkat kepalanya untuk memandangi wajah Liane. “rahasiakan semua yang kau lihat dirumah sakit itu kepada siapapun.”

Cherin mengangguk pelan.

“Aku akan merahasiakannya. Tetapi... aku juga ingin anda merahasiakan semua yang anda dengar di rumah sakit itu.” Suara Cherin terdengar sedikit ragu. Wajahnya sedikit memerah karena malu.

Bukanlah hal yang mudah, jika ketua tim barunya cukup mengetahui permasalahan pribadinya.

“Yang kudengar?” Liane mencoba memajukan tubuhnya , sehingga sosoknya tampak sedikit mengintimidasi. “masalah tunangan sampah itu?”

“Ukh!” Perkataan Liane membuat Cherin tersedak ludahnya sendiri. Sehingga membuatnya terbatuk.

“huk...huk..to...tolong jangan bahas hal itu lagi.” Wajah Cherin terlihat panik sehingga membuat Liane merasa bahwa wajah wanita dewasa ini sekarang malah terlihat seperti wajah anak-anak.

‘Lucu'

Mata coklatnya yang membulat dan gerak tubuhnya yang tidak beraturan karena tidak tahu harus bagaimana untuk menutup mulut Liane, membuat Liane menahan tawanya.

“Baiklah, kau merahasiakan rahasiaku, dan aku merahasiakan rahasiamu.” Liane berdiri dan mengulurkan telapak tangannya untuk menjabat tangan Cherin.

“Deal?”

Cherin yang duduk didepannya juga berdiri dengan cepat, sambil menyambut jabat tangan Liane.

“Deal”

***

“Haaaaa....”

“Haaaaaaa...”

“haaaaaaa...”

Ini adalah kesekian kalinya Cherin menghela nafas panjang di sandaran kursi taman perusahaannya.

Cherin yang dari tadi melamun, tidak sedikitpun menyentuh sandwich keju yang ada ditangannya.

Isi kepalanya hanya dipenuhi oleh ketua tim barunya yang bernama Liane.

‘pantas saja penampilannya tidak seperti dokter.’

Dia memang bukan dokter.

Ah..... apa otakku menjadi bodoh karena masalah yang terus menerus mengacaukan hidupku dan pikiranku?

“Bisa-bisanya aku melakukan hal bodoh”

Cherin mencoba mengingat kembali tindakan yang dilakukannya dirumah sakit hari itu.

Mulai dari penampilannya yang berantakan seperti mayat hidup, dengan mata bengkak dan hidung merah.

“Haaaa...memalukan.” Cherin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sambil menendang-nendang lantai dengan kakinya.

Dia benar-benar terlihat seperti wanita gila hari itu.

“Apa yang kau lakukan Cherin? Kenapa kau terus memegang makananmu tanpa memakannya?” Molly yang mendekatinya terus memandangi nya dengan tatapan bingung.

“Ah... aku sedang memikirkan sesuatu.” Cherin yang mulai tersadar dari pemikirannya sendiri akhirnya menjawab pertanyaan sahabatnya dengan tenang.

“Berpikir? Apa yang kau pikirkan hingga hampir menghabiskan seluruh waktu jam makan siangmu?” wajah Molly terlihat khawatir. Mungkin sahabatnya telah mengamatinya dari tadi.

‘Apa aku berpikir selama itu?’

Menyadari bahwa jam makan siangnya hampir selesai membuat Cherin menyadari bahwa dia telah berdiam diri seperti itu selama hampir satu jam.

“Apa terjadi sesuatu denganmu?” Suara molly terdengar lebih serius. “kau meminta cuti dan kau yang terdiam sambil bergumam sendiri seperti ini tampak aneh.”

“Katakanlah Cherin, apa yang terjadi?” Pertanyaan Molly membuat Cherin sedikit kesusahan dalam menjawabnya.

Kenapa hari ini aku harus terus mencari alasan untuk menjelaskan sesuatu kepada orang lain?

Ha...

Melelahkan!

“Aku masih belum ingin bekerja, karena menghabiskan waktu cuti itu benar-benar menyenangkan.” Perkataan ini membuat wajah Molly setengah terkejut.

“Hah, serius? Seorang Cherin mengatakan hal ini?”

Molly mengulurkan kedua telapak tangannya untuk membungkus wajah Cherin sambil mengarahkan pandangan Cherin padanya. “apa kau Cherin palsu? Cherin yang kukenal adalah wanita yang suka bekerja, bahkan bisa disebut dengan sebutan working robot.”

“apa ada roh lain yang merasuki tubuh Cherin?” Cherin memutar kedua pupil mata coklatnya sambil menurunkan tangan sahabatnya. 

“Molly, hentikanlah omong kosong mu. Apa-apaan itu working robot? Memangnya aku terlihat seperti itu?” 

“Apa kau tidak tahu kalau kau terlihat persis seperti itu?”

Cherin menyipitkan kedua matanya sambil memegang tulang belakang lehernya, urat lehernya menjadi mengeras ketika mendengar julukan aneh itu.

“hentikan kebiasaanmu yang selalu memberi julukan aneh padaku.” Jari telunjuk Cherin menyentuh dahi Molly dengan perlahan, sehingga mendorong kepala sahabatnya menjadi termundur kebelakang.

“Hm... Kalau begitu aku ganti dengan ‘pretty workaholic girl'?”

“pft...” julukan baru itu membuat Cherin tertawa terbahak-bahak.

“yah... Aku cukup menyukai bagian ‘pretty'nya.” Sambil merangkul tubuh kecil sahabatnya, keduanya tersenyum bersama diatas kursi taman.

 

Seguir leyendo

También te gustarán

433K 37.9K 64
Kalaupun ada kehidupan kedua,Emily mungkin lebih memilih mati. Namun,setelah mati Emily benar benar menjalani kehidupan keduanya sebagai anak dari Du...
98K 15.1K 37
(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak ci...
378K 48K 162
[TAHAP REVISI] Putri yang dijadikan boneka oleh Pangeran. * * * Cayena, Putri Kekaisaran, dikenal sebagai wanita tercantik di Kekaisaran. Dia adalah...
59.3K 1.6K 6
Abony, seorang pegawai kantor yang sangat menyukai segala jenis teh tiba tiba mengalami transmigrasi ke tubuh seorang lady di dimensi lain. Lady yang...