My Boss Is My Secret Husband...

Riniwulan2629

3.6M 231K 7.6K

Di kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang seri... Еще

1. Di Anggap Polos
2. Cletukan Pembawa Petaka
3. Kelvin Yang Jail
Pengasuh Untuk Sang Duda
4. Lamaran Tak Terduga
5. Meminta Alasan Kelvin
6. Di Ajak Ke Suatu Tempat
7. Pernikahan Yang Tak Diinginkan
8. Perkataan Membingungkan
9. Pindah Rumah
10. Rea Membuat Gemas
11. Makan Siang Bersama
12. Perdebatan Sengit
13. Pelukan Hangat
14. Nasip Sial Pak Kelvin
15. Saling Mencari
16. Rea Tidak Peka
17. Makanan Spesial
18. Pak Kelvin Sang Penyelamat
19. Kemarahan Pak Kelvin
20. Ada Apa Dengan Pak Kelvin?
21. Menjenguk Sang Suami
22. Merajuk dan Nasihat
23. Malam Mingguan
24. Pertemuan Tak Terduga
25. Membongkar Hubungan
26. Jalan-Jalan
27. Ada Hubungan Apa?
28. Kabar Buruk
29. Sebuah Kejutan
30. Ulang Tahun Perusahaan
31. Pesta Perusahaan
32. Di Tinggal Pergi
33. Nonton Berdua
34. Pengobat Rindu
35. Pak Kelvin Aneh
36. Tuduhan Menyakitkan
37. Luka Yang Tersamarkan
38. Kecurigaan Kelvin
39. Pembalasan Dari Kelvin
40. Hal Mengejutkan
41. Berbalik Arah
42. Pelukan Penenang
43. Tingkah Rea Membuat Kesal
44. Menjadi Istri Yang Baik
45. Kedatangan Mertua
46. Surat Rahasia
47. Hati Yang Retak
48. Membujuk Rea
49. Mengikis Karang
50. Fakta Mengejutkan
52. Keputusan Rea
53. Sebuah Pengorbanan
54. Menguras Air Mata
55. Menyalahkan Diri Sendiri
56. Satu Hati dan Satu Cinta
57. Akhir Yang Bahagia

51. Penyesalan Terdalam

46.2K 3K 349
Riniwulan2629

Sebelum baca part ini aku mau promosi dulu ya.

Yok baca novelku yang ada di aplikasi Fizzo. Di sana gratis sampai tamat.

Jangan lupa mampir ke sana ya. Kalau kalian mampir, aku bakal seneng banget. Kalau mampir jangan lupa bom komen ya.

*****

Happy Reading


Penyesalan Rea rasakan, dia sudah menuduh Kelvin yang tidak-tidak tanpa mau mendengarkan penjelasan dari pria itu. Apakah dirinya egois? Ya, Rea sekarang merasakan dirinya sangat egois.

"Mau masuk ke dalam?" tanya Mama dengan suara bergetar.

Rea paham, pasti Mama juga ikut sedih karena harus mengungkit luka lama. Rea tidak menjawab, dia hanya diam dengan mode keterkejutannya. Namun Mama, dia langsung membuka pintu kamar bernuansa pink itu dengan tangan bergetar.

Mama menyuruhnya untuk masuk ke dalam bersama dengan dirinya. Saat tiba di dalam kamar, Rea melihat banyak foto Ara di dalam. Termasuk foto Ara dengan Kelvin yang terpajang di kamar ini.

"Ara adalah gadis penyuka warna pink, katanya warna itu indah. Kamu bisa lihat sendiri kan ada banyak foto Ara dan Kelvin di sini. Semua ini bukti kalau mereka adik dan kakak."

Rea tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya ikut duduk di tepi kasur dan terdiam. Rasanya, lidahnya kelu untuk berbicara.

"Dulu, kami lebih memperdulikan Kelvin di bandingkan Ara. Karena kami pikir, Ara itu baik-baik saja karena dia selalu tersenyum. Sedangkan Kelvin, dia itu kan spesial dan memang butuh perhatian lebih dari kita. Tapi kami salah, kami kurang membuka mata lebar-lebar tentang Ara. Ternyata ...."

"Ternyata dia justru merasa kesepian, semua kesedihan dan rasa sakit dia tutupi dengan topeng kebahagiaan. Hanya Kelvin yang tahu apa yang selama ini Ara rasakan. Sampai akhirnya kita tahu apa yang Ara rasakan saat dia depresi. Lalu Ara jadi sakit-sakitan dan dia meninggal. Di saat itu pula, kami merasa gagal menjadi orang tua."

Rea melihat, banyak sekali lelehan air mata di pelupuk mata Mama. Jadi memang, Ara adalah luka terbesar untuk keluarga Kelvin. Oleh sebab itu, mereka memang tidak pernah membahas tentang Ara karena tidak mau membuka luka lama. Tapi bukan berarti, mereka benar-benar melupakan soal Ara.

Namun barusan, Kelvin spesial dan sangat butuh perhatian? Padahal selama ini Kelvin yang Rea kenal adalah sosok yang tidak pernah manja. Kenapa Mama bisa berkata seperti itu tentang Kelvin?

"Ma-mas Kelvin?" tanya Rea terbata.

Mama bukannya menjawab tapi malah mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya dan memberikan kotak itu kepadanya. Entah apa isi dari kotak itu, Rea juga kebingungan.

"Kamu boleh buka kotak itu," ujar Mama dengan suara serak.

Rea yang penasaran pun membuka kotak tersebut secara perlahan-lahan. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat banyak obat-obatan di dalamnya dan terlihat agak berdebu.

"Obat apa ini, Mah? Apa ini obat-obatan milik Ara dulu?" Rea sangat penasaran.

Mama tidak menjawab, dia malah diam saja. Jika memang obat milik Ara dulu, kenapa justru diberikan ke dia? Apa maksudnya semua ini? Rea benar-benar tidak paham.

"Kamu mau tahu kan kenapa kamu tidak mendapatkan bunga tulip putih tiga hari ini?" tanya Mama dengan lembut, mungkin amarah Mama terhadapnya sudah agak reda.

Rea hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia ikut berdiri dan keluar dari kamar ini. Sebenarnya Rea juga penasaran, kemana perginya Kelvin. Namun, perasaanya juga mendadak tidak enak. Entah mengapa, Rea juga tidak paham.

Mereka kini berada di perjalanan kembali. Rea juga hanya diam sembari terus memandangi kotak yang berada di tangannya kini. Mengingat Kelvin, rasanya dia ingin segera bertemu dengan pria itu dan meminta maaf sebesar-besarnya.

"Penyesalan memang berada di akhir. Tapi apa kamu sadar, semua rasa sakit yang kamu rasakan sekarang itu karena keegoisan kamu sendiri? Kamu yang mendoktrin pikiran kamu untuk terus marah pada Kelvin," ujar Mama memecahkan kesunyian yah terjadi.

"Iya, aku ngaku salah, Mah. Aku egois selama ini dan keras kepala. Aku benar-benar menyesal sekarang." Rea menunduk, satu tetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.

Apa yang harus dia lakukan untuk meminta maaf kepada suaminya nanti? Apakah Kelvin mau memaafkan dirinya yang salah ini? Kesalahan yang dia perbuat bukan main-main, karena telah mengabaikan suaminya dan hendak meminta pisah dengan suaminya. Untung saja perpisahan mereka belum benar-benar dilaksakan, jika sudah, entah bagaimana hancurnya perasaan Rea.

"Mah, ki–kita kenapa ke rumah sakit?" tanya Rea bingung saat mereka berhenti di parkiran rumah sakit.

Perasaan Rea semakin campur aduk, apalagi dengan kotak obat yang berada di tangannya kini. Mama tidak menjawab, dia hanya turun dari mobil dengan wajah datar. Mama terus berjalan, membuatnya mau tidak mau harus mengikuti kemana Mama berjalan.

"Mah, jawab aku, kenapa kita ke rumah sakit?" Rea kembali melontarkan pertanyaan, berharap Mama mau menjawab.

"Kamu akan tahu sendiri." Hanya itu yang keluar dari mulut Mama, membuatnya semakin di landa ketakutan besar.

Dari kejauhan, Rea kini melihat Papa berada di depan sebuah kamar rawat inap. Langkah Rea kini memelan, pikirannya kemana-mana. Tidak mungkin kan Kelvin di rawat di rumah sakit? Kelvin pasti baik-baik saja dan sekarang sedang berada di rumah. Lalu sekarang, mereka hanya akan mampir sebentar untuk menjenguk teman Mama dan Papa bukan?

"Rea, ayo," ajak Mama ketika Rea menghentikan langkahnya.

Rea mengangguk pelan dan berjalan kembali secara perlahan-lahan. Setiap langkahnya, entah mengapa terasa sangat berat. Jantungnya pun berdebar-debar sangat kuat, tangannya mengenggam erat kotak obat itu.

Kini dirinya sudah berada di depan sebuah pintu ruang rawat inap. Rea berhenti, hanya diam di depan pintu dan tidak masuk ke dalamnya.

"Masuklah, temani suamimu, dia menggumamkan namamu sejak tadi," ujar Papa.

Tubuh Rea langsung menegang saat mendengarnya. Dengan cepat dia membuka pintu ruangan itu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat sang suami terbaring tak berdaya dengan alat-alat rumah sakit yang menempel di tubuhnya. Wajah suaminya bahkan sagat pucat.

"Ma-mas Ke–kelvin," ujar Rea terbata dengan tetesan air mata.

Langkah demi langkah Rea lalui, terasa sangat berat. Hatinya sangat sakit ketika melihat suaminya terbaring tak berdaya seperti ini. Rasa penyesalannya semakin besar.

Rea memalingkan wajahnya, menatap ke arah pintu masuk yang terdapat Mama di sana. Entah sejak kapan air matanya berjatuhan tanpa henti.

"Mah, ini aku cuman mimpi, kan? Ini gak mungkin Mas Kelvin, kan? Tiga hari yang lalu Mas Kelvin bawa bunga ke rumah buat aku, dia sehat gak sakit. Ini ... ini pasti gak mungkin, ini cuman lelucon bukan?" Rea tidak bisa menerima semua ini.

Rasa sakit menghantam hatinya, rasanya Rea bahkan tak sanggup untuk berdiri sekarang.

"A–apa Mas Kelvin cuman demam aja? Cuman kelelahan kan karena selama ini bawain aku bunga? Tapi kenapa, banyak sekali alat-alat rumah sakit yang dia pakai?" Rea terus mengeluarkan pertanyaan, yang justru membuat Mama juga ikut menangis.

Rea menatap ke arah suaminya kembali. Dia langsung menggoyangkan tangan Kelvin.

"Mas Kelvin bangun, jangan kayak gini. Aku udah di sini, aku benar-benar minta maaf, Mas. Aku menyesal, aku bukan istri yang baik. Tapi Mas jangan begini, tolong bangun buat aku." Rea terus mencoba membangunkan suaminya dengan suara serak dan derai air mata.

Papa yang melihat menantunya sangat kacau pun langsung mendekat. Menarik tangan Rea agar tidak menggoyangkan tangan Kelvin lagi.

"Rea, sudah," ujar Papa lirih.

"Mas Kelvin kenapa, Pah? Mas Kelvin cuman sakit biasa, kan? Lalu obat ini." Rea menatap obat yang masih ada di tangannya sejak tadi.

"Itu milik Kelvin, obat yang dia buang dan membuatnya tidak pernah meminum obatnya selama ini. Apa kamu tidak tahu jika selama ini Kelvin menderita gagal hati kronis? Kata dokter, hati dia kini semakin rusak, Rea. Obat itu, tidak pernah masuk lagi dalam tubuhnya semenjak kamu memutuskan ingin pisah dengannya."

PRAKK

Obat yang berada di tangan Rea langsung jatuh begitu saja. Dengan tubuh Rea yang hampir terjatuh pula, untung saja Papa dengan sigab langsung menangkap tubuh menantunya itu.

Mata Rea semakin memburam dengan air mata yang mengalir. Kakinya serasa tidak mau menompang tubuhnya kembali. Seluruh tubuhnya bahkan bergetar, suara tangisan lirih dia keluarkan. Seolah dirinya di hantam batu yang besar.

"MAS KELVIN!!" Rea tiba-tiba berteriak keras dengan linangan air matanya.

Tanpa aba-aba, dia langsung mendekat ke arah suaminya dan memeluk tubuh suaminya. Menumpahkan segala pedih dan rasa sakit yang dia rasakan.

"Mas harus bangun, harus sembuh. Kenapa Mas gak pernah cerita sama aku? Mas pasti bercanda, kan? Mas gak mungkin sakit parah begini, kan?" Rea menatap wajah suaminya yang tampak pucat itu, dia membiarkan tetesan air matanya tumpah dan mengenai tubuh Kelvin.

"Mas bangun dan bilang sama aku kalau semua ini gak benar. Aku pasti cuman mimpi aja, iya aku pasti cuman mimpi. Aku harus bangun sekarang." Rea menepuk pipinya sendiri, berharap suaminya hanya mimpi belaka.

Tapi nyatanya, dia merasa sakit di pipinya. Yang berarti semua ini memang nyata, bukalah mimpi belaka. Rea semakin mengencangkan tangisannya. Dia tidak mau Kelvin sampai meninggalkannya.

"Aku bodoh, pantas saja Mas selalu bilang sama aku kalau hati Mas sakit. Ternyata Mas gak bohong, aku aja yang gak bisa mencerna ucapan Mas. Tapi tolong, jangan buat aku kawatir kayak gini, Mas. Pokoknya Mas harus bangun sekarang." Rea meremas pakaian rumah sakit yang Kelvin kenakan.

"Hiks, Mas Kelvin." Suara Rea semakin lama justru semakin lirih.

Ingin rasanya semua ini hanya mimpi, ingin rasanya Kelvin bangun dan menghapus air matanya. Kelvin bangun dan tersenyum manis ke arahnya. Namun tidak bisa, Kelvin terbaring tak berdaya dengan mata terpejam.

"Aku udah ada di sini, Mas. Hiks, Mas pokoknya harus bangun dan lihat aku. Mas gak suka kan lihat aku nangis, lihat aku sedih. Pokoknya Mas gak boleh sakit, gak boleh kayak gini."

Rea sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. Kenapa Kelvin bisa serapi ini menyembunyikan penyakitnya? Atau dia saja yang tidak terlalu mengenal dengan baik suaminya sendiri?

"Aku sayang sama Mas, aku cinta sama Mas. Aku minta maaf, Mas. Mas harus sembuh dan kita jalanin kembali pernikahan kita. Aku gak mau pisah sama kamu, Mas." Rasanya seperti percumah, setiap kata yang terlontar dari mulutnya tidak akan mendapatkan tanggapan dari Kelvin.

Mama yang melihat Rea sangat frustasi menjadi ikut sedih. Mama berjalan ke arah Rea dan memeluk menantunya itu. Mereka adalah dua wanita yang sama-sama terluka, tidak ingin ditinggal oleh Kelvin.

"Kita doakan saja, semoga Kelvin bisa cepat mendapatkan donor hati. Karena kalau tidak, dia tidak bisa terselamatkan. Untuk sekarang ini, memang Kelvin membutuhkan itu secara cepat dan pihak rumah sakit sedang mengusahakan."

Tubuh Rea semakin lemas mendengarnya. Kenapa cobaan di rumah tangganya kian berat? Itu artinya sekarang hanya ada dua kemungkinan, Kelvin selamat atau tidak.

"Do–donor hati? Bukannya sangat sulit untuk mendapatkannya?"

Mata Rea benar-benar mengabur, air mata itu terus saja tumpah tanpa dia minta. Bagaimana bisa mereka mendapatkan donor hati dalam waktu secepat-cepatnya?

"Kami minta, kamu tetap berada di sini untuk terus menemani Kelvin. Setidaknya, di saat terakhir hidup dia, ada kamu di samping dia," ujar Papa, membuat Rea menatap pria itu tidak percaya.

"Papa bicara apa? Mas Kelvin pasti sembuh, dia pasti akan sehat lagi dan bareng sama aku lagi. Papa jangan bilang begitu." Rea langsung berjongkok, menutup seluruh wajahnya dengan menggunakan tangan.

Mungkin, jika tahu Kelvin sakit, dia tidak akan seegois itu kepada suaminya. Mungkin dia akan mau mendengarkan penjelasan dari Kelvin. Tidak seperti sekarang ini, penyesalan tidak dapat mengembalikan apapun. Yang ada hanya rasa sakit yang dia terima.

Rea bangkit kembali, dia menatap suaminya yang masih terbaring tidak berdaya. Rea tersenyum tipis, walaupun hatinya sangat sakit.

"Jika bisa, aku rela diriku yang terbaring tak berdaya seperti ini daripada kamu, Mas. Aku rela mengantikan kamu sakit, Mas," ujar Rea dengan berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Tidak ada yang bisa Rea lakukan untuk saat ini kecuali berdoa. Meminta kesembuhan untuk suaminya.

*****

Gimana sama Part ini?

Spam komen yok

Sampai jumpa di part berikutnya ya.

Oh iya, jangan lupa mampir ke novelku yang di Fizzo ya.

Продолжить чтение

Вам также понравится

1.1M 27.9K 59
#cerita privat acak jangan lupa follow dulu 😊 Elvaris Steven Alex adalah seorang Ceo muda dan tampan sehingga membuat banyak wanita yang menggilai n...
Hi, Pak Dosen! Chaa

Подростковая литература

1.7M 148K 56
SUDAH END Aluna tidak menyangka kalau ucapan yang dia sebut sebagai candaan itu malah menjadi boomerang yang mengubah hidup Aluna 180° ---- Aluna Key...
Harumi (END) Cessy

Подростковая литература

71.8K 5.7K 69
Bughhhhhh "Kalo mau gua mati gak gini caranya" Bughhhhh "Namanya juga manusia ya pasti lupa" "Sangat di sarankan untuk membaca Angel of darknes...
My Favorite Duda rahmaakmr22

Любовные романы

14.3M 999K 60
Dijodohkan dengan duda anak satu adalah hal yang jauh dari ekspetasi Rania. Dengan paksaan orang tua, dia harus menerima perjodohan ini dengan pria k...