The Back First Life

By Tsayy07

533K 62.3K 3.4K

Mengapa ia harus kembali di saat ia sudah mendapatkan kehidupan baik. Meira merasa tak menyangka jika kehidup... More

PROLOG
1. Si Gadis Gila
2. Crazy girl change
3. Elenio
4. Clauren
5. Four young masters
6. Sama terbuang
7. Black and white
8. Plastic bag and monkey
9. Bad memories
10. Mimpi
11. Kenrich Arathorn
13. Mirip?
14. Mimpi aneh (lagi)?
15. Tamparan
16. Reinkarnasi
17. First life death
18. Appointment & shopping
19. 5 big family gathering
20. Disetujui
21. Homicides
22. Fight
23. Alberic
24. Kelulusan
25. Universitas
26. Solis city, Garfield
27. Dokter Rose
28. Putriku
29. Kebencian bertambah
30. Gadis itu...
31. Putriku (2)
32. Tak menyangka
33. Kalung sang istri
34.
35. Dia putraku
36. Kemarahan Lydia
37. Keterkejutan
38. Amarah & Malu Clauren
39. Rahasia perusahaan
40. Kecurigaan Herland
41. Masa lalu Geino
42. Kasih sayang
43. Ren
44.
Info
45.
46

12. Ruko dan pizza

12.7K 1.5K 15
By Tsayy07

Typo bertebaran harap memberi tanda jika terdapat!

Griselle melangkah keluar kelas, bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Griselle tadi harus menulis ulang materi yang tadi dijelaskan, sembari menunggu para murid pulang, ia tidak ingin berdesak-desakan saat dilorong menuju gerbang keluar.

Melewati taman belakang, Griselle sengaja memotong jalan dengan terus membaca buku. Jika menggunakan jalan utama maka ia akan bertemu dengan para tuan muda itu. Griselle sangat ingat jika hari ini adalah jadwal latihan tim basket sekolah, dan para tuan muda itu juga termasuk dari tim basket.

Jika dulu Griselle mungkin akan selalu menunggu Geino hingga menyelesaikan latihannya, meski selalu tidak pernah dianggap kehadirannya oleh Geino. Tetapi kini Griselle mana sudi menemani pria tak tau diri sepertinya.

Langkah Griselle terhenti saat matanya menangkap siluet seseorang dibalik pohon besar. Siluet seorang pria tersebut seperti sedang bertengkar dengan orang lain. Memandang dengan tatapan penasaran dan selidik pada siluet yang sedang bertengkar dibalik pohon itu, Griselle mencoba menajamkan pendengarannya.

"Bisakah kamu tidak mencampuri urusanku?" Suara seorang gadis terdengar. Sepertinya lawan bicara dari pria tersebut adalah seorang gadis. Griselle mengenali suara ini.

"Apa salahnya aku hanya ingin melindungimu Tasya." Kini suara pria pemilik siluet yang Griselle lihat.

Tasya? Gumam Griselle dalam hati saat suara pria tersebut menyebutkan nama yang Griselle kenal. Ternyata perasaan Griselle tentang suara gadis itu benar.

"Aku tidak membutuhkan perlindungan mu Kenrich." Griselle menaikan alisnya penasaran saat suara Tasya menyebut nama pria yang selalu memperingatkan dirinya untuk tidak menganggu Tasya.

"Aku tidak peduli. Aku hanya menjalankan janjiku pada wanita yang aku sayang untuk selalu menjagamu." Griselle segera melangkah pergi saat merasa siluet pria itu akan menengok kearah tempatnya berada.

Berjalan kaki menuju halte. Sesekali melihat sekitar. Langkah Griselle terhenti saat matanya melihat sebuah bangunan.

Griselle memandang bangunan yang terdapat palang bertulisakan 'dijual'. Mencoba menghubungi nomor yang tertera disana, panggilan pertama tidak diangkat. Griselle kembali mencoba.

"Halo." Akhirnya panggilan kedua di angkat.

"Halo, maaf pak jika mengganggu. Saya ingin tanya apa benar ruko yang berada di jalan delton dijual?" ujar Griselle.

"Ah iya benar. Kenapa ya?"

"Saya berniat ingin membelinya pak, kira-kira berapa harganya ya?" tanya Griselle. Memandang sekeliling bangunan.

"Saat ini saya sedang sangat membutuhkan uang, jadi saya akan memberikan harganya $1.350 saja nona." Senyum Griselle mengembang, harga ruko ini begitu murah padahal bengunan dan lokasinya begitu bagus dan strategis. Ruko ini berada dipinggir jalan. Bangunannya juga cukup besar dengan dua lantai, dan nanti dilantai dua Griselle jadikan sebagai tempat tinggal. Terdapat halaman depan,  itu bisa digunakan sebagai tempat parkir. Dan yang paling Griselle suka adalah ruko ini tidak terlalu jauh dari sekolah.

"Apa boleh saya tawar? Bagaimana jika jatuh di $1.000 saja?" tanya Griselle.

Meski harganya cukup murah, tetapi apa salahnya jika menawar. Griselle harus mencukup-cukupi uang tabungannya ini, karna selain membeli tempat usaha, Griselle juga memerlukan untuk membeli modal usaha lainnya. Selain itu Griselle juga memerlukan barang-barang layak untuk ia tinggal nanti.

Griselle juga ingin jika terdapat uang sisa setelah membeli yang ia butuhkan, uang itu digunakan untuk membeli pakaian-pakaian layak untuknya dan juga Elenio. Griselle akan membawa Elenio tinggal bersamanya nanti, hidup berdua ditempat tinggal yang layak. Membuka usaha untuk.memenuhi kebutuhannya dan Elenio, ia akan memasuki Elenio ke sekolah agar anak itu dapat mendapatkan pendidikan dan ilmu pengetahuan seperti anak-anak lainnya. Meski tidak mewah, tetapi setidaknnya hidup mereka diisi dengan kebahagiaan.

"Maaf nona, tapi untuk harga segitu saya tidak bisa. Jika mau diharga $1.200 saja gimana?"

"Kalo begitu saya akan membelinya pak." ucap Griselle semangat. Tuhan seperti sedang memberikan keberuntungan padanya saat ini.

"Nona ingin membelinya? Tapi saat ini saya sedang di luar kota, kemungkinan malam ini saya akan pulang. Jadi bagaimana jika kita bertemu esok hari saja? Saya akan membawa kunci ruko, nona bisa melihat-lihat isi dan bangunan ruko agar lebih jelas, takut-takut ada kerusakan yang nona tidak sukai. Tapi jika nona sudah merasa cocok dengan ruko yang akan saya jual, nona bisa langsung membayar dan saya akan langsung memberikan sertifikat serta kunci ruko pada anda." jelas panjang.

"Baik pak. Besok kita bisa bertemu, tapi mungkin lebih baik kita bertemu setelah saya pulang sekolah ya pak, kira-kira pukul 3." Saran Griselle pada bapak pemilik ruko dari telepon.

"Baiklah nona. Semoga semuanya berjalan lancar dan sesuai dengan keinginan kita ya." Doa suara bapak tersebut.

"Iya pak semoga semuanya berjalan lancar." Griselle mematikan sambungan telepon setelah merasa sudah tidak ada lagi yang akan ia bicarakan.

"Semoga semuanya berjalan lancar. Ah aku sudah tidak sabar ingin membuka usaha, dan pindah dari tempat mengerikan itu." batin Griselle memandang bangunan ruko minimalis berlantai 2 dengan senyum tipis.

Merasa cukup memandang bangunan itu, Griselle melangkah pergi menjauh dari ruko.

Sesampainya dihalte Griselle melihat Elenio yang sedang duduk dibangku halte sembari menunduk.

Griselle tersenyum "Elenio?"

Elenio mengikuti asal suara yang sangat ia kenal. Eleino berlari dan memeluk Griselle.

"Kak Gris mengapa lama?" tanya Elenio dengan pelukan yang belum terlepas.

"Maaf kakak lama ya? Tadi kakak ada urusan." Griselle membalas pelukan Elenio lembut.

"Urusan apa?" tanya Elenio sembari melepaskan pelukan.

Griselle menarik tangan kecil Elenio lembut menuju bangku halte. Mendudukan dirinya dan Elenio dengan nyaman.

"Kakak ingin membeli ruko, jadi kakak menelpon pemiliknya." Griselle menjelaskan pada Elenio.

"Kakak akan membeli ruko? Untuk apa?" Elenio bertanya beruntun.

"Kakak berniat membuka usaha. Dan sangat kebetulan kakak melihat ruko akan dijual, tempatnya juga terlihat bagus. Ruko itu memiliki dua lantai, lantai satu kakak akan jadikan tempat usaha dan lantai duanya kakak akan jadikan tempat tinggal." Griselle menjelaskan.

"Elenio juga akan kakak ajak untuk tinggal bersama kakak jika ruko itu sudah kakak beli. Jadi Elenio tidak perlu tidur ditempat dekat pembuangan lagi." lanjut Griselle dengan penuh semangat.

Elenio tersenyum haru "Terimakasih kak, kakak sangat baik pada Elenio. Kakak tau? kakak itu seperti malaikat untuk Elenio."

"Kakak akan selalu menjaga Elenio. Kita akan hidup berdua bersama tanpa orang-orang jahat yang mengganggu kita." Griselle mengelus surai kusut Elenio dengan penuh kelembutan.

Griselle menghentikan kegiatan mengelusnya. Griselle tersenyum semangat pada Elenio, sedangkan Elenio memasang wajah heran.

"Kamu belum makan kan? Bagaimana kalau kita makan pizza, seperti keinginan kamu? Kakak akan membayarnya." tanya Griselle semangat.

"Memang kakak memiliki uang?" Elenio bertanya dengan raut wajah bingung.

"Tentu saja kakak punya. Kamu tau kakak ini sedang memiliki banyak uang karena baru saja membuka uang yang sudah kakak tabungkan selama 12 tahun." Sombong Griselle, sedangkan Elenio memutar bolanya malas saat mendengar kesombongan kakak angkatnya ini. Tapi tak ayal Elenio juga ikut bahagia saat Griselle bahagia.

Sebelum menjawab Elenio sudah ditarik oleh Griselle untuk memasuki bus yang baru saja tiba.

Griselle menduduki Elenio pada kursi penumpang, dan menduduki dirinya disamping Elenio. Meski tidak ada senyum tetapi mata Griselle masih memancarkan kebahagiaan.

Elenio memandang keluar jendela, mengalihkan menatap Griselle yang sedang memainkan ponselnya.

"Terimakasih kak." Griselle mengalihkan etensi nya dari ponsel ke arah Elenio.

"Kamu sudah mengucapkan itu, dan kamu tidak perlu mengucapkan terimakasih terus menerus karna aku ini kakak mu, sudah tugasku membuat kamu bahagia." Griselle terkekeh geli saat mendengar ucapan Elenio.

Elenio tersenyum haru. "Terima kasih tuhan, karna sudah mengirim orang seperti kak Griselle pada ku. Aku akan berusaha untuk menjadi seorang yang sukses agar bisa melindungi dan membahagiakan kak Gris." batin Elenio.

Bus berhenti. Beberapa penumpang turun dan ada beberapa penumpang yang masih menetap. Griselle dan Elenio turun dari bus setelah membayar ongkos.

"Ayo, toko pizza hanya beberapa meter dari halte." ajak Griselle sembari menarik lengan Elenio lembut.

Memasuki toko pizza, semua mata pengunjung menatap kearah Griselle dan Elenio. Tetapi sepertinya tatapan utama mereka adalah Elenio, karna pakaian Elenio yang terlihat seperti gelandangan. Griselle memasang wajah dingin, manatap orang-orang yang menatap dirinya dan Elenio. Semua orang kembali melanjutkan kegiatan mereka, namun sesekali menatap kearah Griselle dan Elenio.

Wajah Griselle yang cantik membuat semua orang tidak pernah bosan menatapnya bahkan ingin selalu menatap keindahan ciptaan tuhan itu. Sedangkan Elenio terlihat tampan meski pakaiannya terlihat tidak layak.

Griselle dan Elenio duduk disalah satu meja yang masih kosong paling ujung jauh dari pengunjung lainnya. Griselle memesan makanan dan minuman yang diinginkan dirinya dan juga Elenio.

Elenio dan Griselle memandang sekitar. Ini pertama kalinya bagi mereka memasuki tempat makan seperti ini. Pesanan mereka sudah sampai. Terdapat satu loyang pizza dengan pepperoni, jamur, brokoli, dan keju sebagai topping. Dua spaghetti bolognese, satu ice cream rasa coklat, dan dua minuman.

Elenio memandang kagum makanan didepannya, ia baru pertama kali lihat makanan seperti ini secara langsung. Biasanya ia hanya bisa melihat gambar mekanan-makanan ini dijalan, tapi sekarang Elenio bahkan bisa memakannya.

Tidak berbeda jauh dari Elenio, Griselle pun memandang kagum makanan-makanan itu. Ini juga kalinya bagi Griselle bisa melihat makanan-makanan yang biasa teman-temannya makan.

Mata Griselle dan Elenio bertemu, saling memandang.

"Pft." Elenio menahan tawa saat ia sadar yang ia lakukan tadi.

"Pft." Griselle juga menahan tawa.

"Baiklah, lebih baik kita makan." ujar Griselle mencoba meredakan keinginan untuk tertawanya.

Elenio menjulurkan tangannya mengambil satu potong pizza, mamakanya dengan semangat. Mata Elenio terbuka lebar. Rasanya benar-benar enak, pikir Elenio.

Griselle memakan spaghetti miliknya.
Ini adalah makanan terenak yang pernah aku coba. Akhirnya aku bisa merasakan makanan yang biasa para murid makan dikantin, batin Griselle.

Griselle menghentikan makan spaghetti miliknya, tangannya mengambil satu potong pizza. Melihat Elenio begitu lahap memakan sepotong pizza yang mereka pesan, membuat Griselle penasaran dengan rasanya. Meski Griselle yakin rasanya pasti sangat lezat.

Griselle memakan pizza dengan semangat. Rasanya benar-benar enak, pantas Elenio begitu lahap memakannya. Setelah sepotong pizza habis Griselle memandang Elenio yang akan menjulurkan tangannya untuk mengambil satu potong pizza lagi.

"Makanlah ini, rasanya tidak kalah enak dengan pizza." Griselle memberikan spaghetti milik Elenio pada anak itu. Elenio tidak jadi mengambil sepotong pizza lagi, ia menerima spaghetti yang Griselle berikan.

"Griselle?" Sebuah suara membuat Griselle dan Elenio mengalihkan tatapan mereka ke asal suara.

Ck. Griselle berdecak kesal saat melihat orang-orang dihadapannya saat ini. Kenapa mereka ada disini, bukankah seharusnya mereka disekolah untuk latihan basket. Pikir kesal Griselle.

Bagaimana part duabelas ini?

Terima kasih karna sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita saya🙏

Bolehkah saya meminta pada kalian untuk men-vote setelah membaca pada setiap part dicerita ini. Dan maaf jika ada kesalahan dalam setiap kata, kalimat, adegan ataupun alur🙏

See you next time semuanya.

Continue Reading

You'll Also Like

12.1K 1.8K 35
Berlatar dunia masa depan, di mana teknologi telah berkembang begitu pesat. Bahkan robot telah diperjualbelikan secara luas. Livia, seorang gadis yan...
223K 20.8K 59
Nama gadis kecil itu Airyl. Dengan warna rambut putih pucat dan warna pupil mata seperti tidak bernyawa, tidak banyak yang mau mendekati Airyl. Awaln...
562K 37.4K 62
Nerissa, seorang gadis pengangguran yang sering membaca komik. baginya menamatkan satu serial komik dalam tiga hari adalah sebuah kewajiban. namun se...
803K 56.8K 31
"Kau istriku!" kata laki-laki itu dengan tegas. Ia mengcengkeram tangan Gesya dengan kuat. "AKU BUKAN ISTRIMU, TUAN!" Gesya meronta. Start 12 April 2...