EVANESCENT | END

By zatmarkk

781 182 79

ft Mark Berawal dari sendal jepit semangka yang di temukan Neira, membuatnya menjadi bahan perbincangan kump... More

1. Harta karun?
2. Meet him
3. Kesal
4. Maaf
5. Di usir
6. MeMart
7. Liburan
8. Pantai
9. Ketemu Mantan
10. 'Mirip Gembel'
11. Nebeng ya
12. Barbeque an katanya
13. Neira Nyoba Tobat
14. Light Talk
15. Main
16. Perghostingan
17. Dukungan Haechan
18. Broken Heart 1
19. Oh, bestfriend
20. Getting curious
21. Pecel Lele
22. Rasa apa?
23. Pulang Bareng
24. Hari Sial
26. Hah?!
27. Start to Try
28. Doubt
29. Really Ended
30. Thinking
31. Mark dan kebingungannya
32. Keysha
33. Decision
epilog tanpa prolog

25. Kalut

14 3 0
By zatmarkk

"Ngapain lo? Sebulannya udah lunas kalau lo lupa." Neira langsung mencecar lelaki itu saat tiba didepannya. Tidak peduli pada wajah yang tadinya tersenyum cerah itu berubah masam.

"Ck. Lo pikir gue apa apaan nyari lo cuman buat nagih utang yang lunas."

Neira benaran tidak mengerti apa yang tengah direncakan oleh otak kecil Haechan. Sudah cukup sebulan kemarin ia lalui dengan melihat wajah Haechan setiap ia di kampus.

Bosan.

"Nah itu lo tau, ya ngapain lo nyamperin gue pake lambai lambai gitu?" Perempuan itu menggeleng "biar dikata lagi jumpa fans, gitu?"

Serta merta Haechan terkekeh sembari mengusap dagunya, seolah mempertimbangkan kalimat barusan "boleh juga tuh"

Menghela napas panjang, sekarang bukan waktunya untuk berdebat dengan Haechan. Neira menoleh pada Sepia yang sejak tadi diam mengamati

"Sep, pulang sekarang kan?" Tanya Neira menampilkan wajah memelasnya. Meminta pertolongan secara tersirat kepada sahabatnya itu.

Neira menghilangkan segala percaya dirinya saat ini. Terlebih, banyak pasang mata yang memandangnya penasaran semakin membuatnya ingin terjun bebas di Segitiga Bermuda. Harapannya hanya pada Sepia. Semoga makhluk dihadapannya mau menyelamatkan hidupnya.

"Emang kita mau pulang bareng?"

Dan dengan pertanyaan gamblang yang keluar dari mulut Sepia, saatnya Neira mengubur hidup hidup manusia satu itu.

Neira melipat bibirnya, menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang pertanda buruk bagi Sepia. Perempuan berkemeja kembar dengan Haechan itu melotot.

"Bukannya tadi lo bilang mau ditemenin ke toko buku?" Pertanyaan itu sarat akan penekanan. Lebih tepatnya bagai suara mesiu yang dibakar dengan gerakan lambat ditelinga Sepia. Menunggu hingga meledak menyisakan abu.

Sepia memperlihatkan deretan gigi rapinya. Menatapi Haechan yang memberikan tatapan heran. Tidak mengerti perang apa yang terjadi diantara kedua sahabat itu.

"Chan, lo lagi ada urusan 'kan sama Neira?"

Yang ditanyai hanya mengangguk.

"Yaudah, lo bisa minjem Neira. Gue ngalah hari ini," Sepia beralih pada Neira sembari menepuk ringan lengan sahabatnya "ke toko buku bisa lain kali, karena Haechan kayaknya punya kepentingan yang lebih mendadak, jadi gue duluan ya" gadis itu melambai dengan senyuman meninggalkan Neira yang mendengus kasar.

Tidak ingin menambah kekesalan, Neira mengabaikan Sepia.

"Kenapa?"

Haechan menaikkan sebelah alisnya, "kenapa?"

"Lo kenapa nyari gue?"

"Oh itu," Haechan menjeda, mengamati sekitarnya yang dikelilingi oleh wajah wajah penasaran "lo yakin mau ngomong disini?"

Mengikuti arah pandangan Haechan, Neira mendecak. Terjebak dengan orang yang berpengaruh itu sungguh tidak enak. Dengan bersusah payah mengumpulkan niat, akhirnya Neira mengangguk. Mengikuti Haechan yang berjalan lebih dahulu.

***

Dengan berat hati Neira duduk berhadapan dengan lelaki berpipi bulat yang tengah menatapnya penuh senyuman. Tidak mengerti apa yang membuat lelaki itu tersenyum lebar.

"Gimana?" Tanya lelaki itu.

Dahinya mengernyit tidak paham pertanyaan itu "gimana apa maksud lo?"

"PDKT lo"

Lipatan pada dahi Neira semakin dalam. Benar benar tidak paham kemana arah pembicaraan Haechan. Seingatnya, Neira sedang dalam masa tidak mendekati dan tidak ingin mendekati siapapun. Mungkin?

"PDKT apaan sih? Ngaco banget lo."

Haechan menghela napas. Menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi. Terlihat frustasi namun kenapa?

Lelaki itu kemudian memajukan tubuhnya, menatap Neira serius. "Lo beneran pura pura nggak tau atau emang nggak punya hati sih?"

"Lo sebenarnya ngomongin apaan? Terus terang aja, gue sama sekali nggak tau kemana arah pembicaraan lo ini."

"Nggak punya hati emang." Dengus Haechan kembali menghempaskan punggungnya.

Neira hanya diam mengamati Haechan yang menggerutu. Sesekali menyugar rambutnya, seolah ia benar benar frustasi dengan apa yang dihadapinya saat ini.

Kali ini, Neira sungguh tidak paham arah pembicaraan Haechan. PDKT? Tidak ada sama sekali.

Maniknya kemudian beralih dari Haechan kearah sekumpulan orang yang berjarak sekitar dua meter darinya. Meja sebelah yang terang terangan mengamatinya.

Neira bahkan sempat menangkap jika mereka melihat penampilan Neira dari ujung kaki hingga kepala. Seolah menilai bagaimana tipe seorang Haechan Cakara Ganendra.

"Lo kan pdkt sama Mark"

"Barusan lo ngomong apa?" Telinga Neira sepertinya sedang tidak dalam keadaan optimal hingga kalimat Haechan terasa sangat menyeramkan. "Mulut lo keseleo apa gimana?"

"Suka kan lo sama Mark. Nggak usah malu malu singa deh, Nei"

Neira menarik napas panjang, terlalu lelah dengan pembahasan suka dan perasaan. Neira terlalu kalut. Tidak sepatutnya Neira menyimpan perasaan kepada seseorang yang memiliki hubungan lain.

Mark punya pacar dan Neira tidak ingin menghancurkan sebuah hubungan.

Meskipun Mark secara terang terangan mengungkap jika lelaki itu punya rasa, Neira harus tetap membiarkan dirinya memasang dinding kokoh.

Perselingkuhan terjadi karena kedua belah pihak berpartisipasi. Banyak kekasih diluaran sana yang menyalahkan si selingkuhan karena merebut sang kekasih. Nyatanya, keduanya bersalah. Mereka yang berselingkuh turut andil dalam membuat keputusan untuk menciptakan hubungan dalam hubungan.

Selingkuh artinya selingkuh. Tak ada pembelaan. Jika memang perasaaan tak lagi sama, setidaknya komunikasikan dengan pasangan. Cari jalan keluar, bukan cari orang lain.

Semenjak kejadian di warung pecel lele, Neira telah menetapkan untuk tidak membiarkan Mark meruntuhkan dinding yang ia bangun.

Memiliki perasaan berbalas tak menjadikan Neira senang. Ia takut suatu saat tidak lagi dapat mengendalikan perasaannya.

"Chan, urusan suka dan perasaan gue nggak usah lo campurin."

"Gue mau bantuin lo," Haechan kembali memajukan tubuhnya, sebelah tangannya disampirkan disebelah bibir berbisik "kalian berdua itu saling suka, langsung cus ajalah"

'tak'

Sebuah pulpen mendarat mulus di dahi Haechan. Pelakunya mendesah lelah, Haechan terlalu berambisi untuk menyatukannya dengan Mark.

"Lo kenapa sih, gigih banget jadi mak comblang?"

Sembari mengusap dahinya, Haechan menjawab "karena lo berdua tuh seakan ditakdirkan bersama gitu. Masa lo nggak sadar sih?!"

"Kayaknya lo kebanyakan nonton sinetron deh, Chan. Omongan lo udah macam dukun."

Haechan menyentak meja "Gue serius."

Neira mengikuti Haechan, bahkan perempuan itu menggunakan kedua tangannya menyentak meja "Gue lebih serius."

"Neira, gue tuh-"

"Kak, pesanannya salah meja" perempuan berambut sebahu menyela Haechan. Sebuah nampan diletakkan diantara kedua tangan Haechan dan Neira yang tadi saling menyentak meja.

"Oh iya, sorry."

Haechan mengambil alih nampan tersebut. Meletakkan sebuah gelas berisi cairan berwarna kuning dihadapannya. Embunnya yang menitik menandakan minuman itu telah lama tersaji. Berbanding terbalik dengan cangkir dihadapan Haechan yang mengepulkan asap. Tanda minuman itu baru diseduh.

Neira menarik napas panjang dan menghembuskannya secara kasar mengundang Haechan untuk menatapnya.

"Kenapa?"

Dia tanya kenapa? Oh Tuhan. Neira sungguh benci jika harus merasa terkucilkan hanya karena sebuah minuman.

Ya walau sangat jelas.

Neira menggeleng kecil, mengaduk jus jeruk yang tidak lagi terasa dingin itu.

"Makasih ya." Haechan melempar senyum

Dan tentu dibalas senyuman lebih lebar. Perempuan berambut sebahu itu menyelipkan rambutnya dibalik telinga. Salah tingkah? Mungkin saja.

"Sama sama kak" perempuan itu melirik Neira sebentar "Boleh minta nomor handphone nggak kak?"

Ah, Neira paham. Perempuan itu sedang mengujinya. Sayang sekali karena Neira tidak punya perasaan seperti yang dipikirkan perempuan itu.

Haechan menatap Neira seolah meminta pertolongan. Sedang yang ditatap hanya menyunggingkan senyum mengejek.

"Bentar" Neira menyela, menjulurkan telapak tangannya pada Haechan. Jelas lelaki itu tidak paham.

"Apa?"

"Kunci motor gue lah, yakali abis handphone motor gue mau lo sabotase juga."

"Lah terus gue pulang naik apa?"

"Lah, biasanya juga nebeng Mark 'kan? Yaudah nebeng lagi. Udah buruan, kasian tuh ada yang nungguin" singgung Neira hanya membuat Haechan mendengkus.

Setelah kunci berada di tangannya, Neira menepuk pundak Haechan, menyampaikan pesan yang membuat lelaki itu kembali mendengkus

"Urusan suka gue sama perasaan gue cuma gue yang tau dan atur. Jadi lo, jangan bikin anak orang nunggu, kasian tuh megangin pulpen yang nggak nyampe nyampe."

Neira melambai kecil lalu menurunkan lambaiannya saat akan keluar dari pintu. Haechan terlihat menuliskan sesuatu.

Ia berharap jika ini adalah terakhir kalinya seseorang ingin bercampur tangan perihal perasaannya

Karena perkara hatinya cukup menjadi rahasianya seorang.


...

Continue Reading

You'll Also Like

40.2K 5.3K 10
[COMPLETED] Dipesta ulang tahun Off yang ke-15, seseorang memainkan video yang tidak pernah ia ingin orang-orang tahu. Yakin dan percaya itu adalah p...
240K 14.8K 48
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
58K 4.2K 18
Kyuhyun harus bisa menerima bahwa Hyungnya Park Jungsoo menghilang dalam kecelakaan laut.Namun beberapa tahun kemudian ia dipertemukan kembali oleh L...
33.5K 4.7K 27
High rank🏆: #1 yeolsoo 200219 #9 chando 210219 #13 chandi 230219 #1 sweetdreams 230219 #9 chansoo 270319 "Close your eyes and feel." -pcy ~~ "Bagai...