Affection

By sourpineapple_

480K 33.9K 449

COMPLETE - FOLLOW SEBELUM MEMBACA Mature Content (18+) so selection ur reading. *** Derana Gangga Mirabelle... More

P R O L O G
BAB SATU
BAB DUA
BAB TIGA
BAB EMPAT
BAB LIMA
BAB ENAM
BAB TUJUH
BAB DELAPAN
BAB SEMBILAN
BAB SEPULUH
BAB SEBELAS
BAB DUA BELAS
BAB TIGA BELAS
BAB EMPAT BELAS
BAB LIMA BELAS
BAB ENAM BELAS
BAB TUJUH BELAS
BAB DELAPAN BELAS
BAB SEMBILAN BELAS
BAB DUA PULUH
BAB DUA PULUH SATU
BAB DUA PULUH DUA
BAB DUA PULUH TIGA
BAB DUA PULUH EMPAT
BAB DUA PULUH LIMA
BAB DUA PULUH ENAM
BAB DUA PULUH TUJUH
BAB DUA PULUH DELAPAN
BAB DUA PULUH SEMBILAN
BAB TIGA PULUH
BAB TIGA PULUH SATU
BAB TIGA PULUH DUA
BAB TIGA PULUH TIGA
BAB TIGA PULUH EMPAT
BAB TIGA PULUH ENAM
BAB TIGA PULUH TUJUH
BAB TIGA PULUH DELAPAN
BAB TIGA PULUH SEMBILAN
BAB EMPAT PULUH
BAB EMPAT PULUH SATU
BAB EMPAT PULUH DUA
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA
E P I L O G

BAB TIGA PULUH LIMA

11K 693 20
By sourpineapple_

Langkah kaki dari seorang wanita berumur masuk ke dalam gedung tinggi pencakar langit itu, menuju ke meja resepsionis untuk menanyakan sesuatu, setelah mendapat jawaban dari sang resepsionis, wanita paruh baya itu mengangguk, kembali meneruskan langkah ke ruangan yang hendak ia tuju.

"Jayden Cole Rodriguez." Panggilan tegas terdengar menggema di dalam ruangan setelah wanita paruh baya itu membuka pintu ruangan, membuat sang empu yang namanya disebut sontak mendongak.

Mendapati siapa yang telah memanggil nama lengkapnya dengan lantang, Jayden membulatkan kedua bola matanya. "Mama?" ujarnya terkejut, segera bangkit dari kursi yang ia duduki untuk menghampiri wanita paruh baya yang ternyata adalah ibunya.

"Mama kenapa bisa ada di sini? Sejak kapan sampai di Indonesia? Kenapa tidak mengabari?" tanya Jayden beruntutan.

Namun alih-alih mendapat jawaban, wanita paruh baya itu justru memasang wajah tak bersahabat, melayangkan tas kulitnya, memukul bisep sang putra. "That is not important. Apa yang sudah kamu lakukan tanpa sepengetahuan Mama selama ini? Kamu berhutang penjelasan, Jayden."

Kontan, Jayden terkejut karena mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya. "Penjelasan ... maksud Mama?"

Wanita paruh baya itu kembali melayangkan tas kulitnya. "Jangan pura-pura bodoh. Kamu pikir Mama tidak tahu jika kamu bercerai dengan Dera dan hendak menikah lagi?" tutur wanita itu, kembali membuat Jayden terkejut.

"Perusahaan mengalami masalah juga pasti karena ini 'kan, Jayden? Hanya karena Mama berada di tempat jauh, jangan kamu kira Mama tidak tahu apa yang terjadi pada perusahaan. Papa kamu selalu mengawasi setiap saat. Kamu mau jabatan kamu dicabut dan didisposisi?" ujar wanita berumur itu membuat Jayden terdiam.

"Ma—"

"Shut! Dengarkan Mama dulu," sela Mama Jayden. Wanita itu menghela napas kasar.

"Mama benar-benar tidak menyangka dengan apa yang kamu lakukan. Apa pernah Mama mengajari kamu untuk melakukan hal seperti ini? Paling tidak jika memang ingin berpisah, ya berpisah dulu, jangan serakah dengan langsung mencari perempuan lain, itu namanya berengsek. Apa kamu tidak berpikir dulu sebelum bertindak? Kamu itu sudah bukan anak kecil, you're thirty six years old, harusnya sudah bisa berpikir terbuka dan dewasa. Masalah seperti ini bisa berakibat fatal, Jay, kamu mau menghancurkan bisnis yang dirintis mendiang Opa dari bawah? Mau ditendang kamu dari keluarga Rodriguez?" omel wanita itu bak sepur yang melintasi rel, terus berentetan panjang.

Sedang Jayden hanya diam, seperti anak kecil yang tengah dimarahi oleh ibunya karena telah bertindak ceroboh.

"Mama tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga kamu, tapi bukan berarti Mama mendukung kamu untuk bercerai. Mama tidak tahu masalah kamu dengan Dera itu apa, tapi jika memang masih bisa dibicarakan baik-baik, bicarakanlah. Masih banyak penyelesaian alternatif selain berpisah. Pikirkan juga anak-anak kamu, cucu Mama. Kalau mereka tidak mau ya jangan dipaksa. Raiden sampai menangis sesenggukan saat menelepon Mama, bagaimana bisa kamu tega melihatnya?" lanjut wanita itu masih meneruskan omelannya. Ya inilah ibu Jayden yang super duper cerewet.

Iriana Budiawan, dia adalah wanita dengan pribadi yang santai, namun akan berubah menjadi orang yang sangat cerewet jika anak atau suaminya melakukan kesalahan. Pembawaannya yang aktif dan selalu berenergi sangat serasi dengar papa Jayden yang pendiam dan tegas.

"Ma, Jayden tidak jadi bercerai dengan Dera. Jayden sudah menarik kembali gugatannya dari pengadilan. Jayden juga sudah menjauhi perempuan yang awalnya berniat untuk Jayden nikahi, masalah perusahaan juga sudah Jayden atasi, walaupun tidak memungkiri tentang kerugiannya yang cukup besar. Jayden minta maaf untuk itu, maaf juga karena masalah ini Mama sampai harus jauh-jauh terbang ke Indonesia—"

"Lalu jika kamu batal bercerai kenapa Raiden sampai menelepon Mama dan menangis sesenggukan seperti kemarin?" serobot Iriana menyela ucapan Jayden.

Jayden membuka mulutnya dan menghela napas. "Karena Dera pergi. Masalahnya terlalu rumit untuk bisa dijelaskan. Intinya, sekarang Jayden tidak jadi bercerai, hanya saja kami belum berbaikan karena Dera pergi dari rumah sejak empat hari yang lalu."

"Jika Dera sampai pergi meninggalkan rumah, itu artinya kamu sudah melakukan hal yang keterlaluan sebelum ini. Ah, Mama menjadi pusing mendengarnya, Jay. Kenapa kamu bisa membuat masalah sekacau ini, astaga ... Kamu pikir membujuk perempuan itu semudah menghabiskan saldo rekening?" Iriana bergeleng-geleng atas masalah yang timbul akibat kecerobohan putranya.

Jayden menunduk. "Maaf, ini memang salah Jayden. Tapi, Jayden belum terlambat untuk memperbaiki semuanya 'kan, Ma?"

"Kamu bertanya pada Mama, memangnya kamu pikir Mama tahu?" balas Iriana realistis. Membuat otot-otot wajah Jayden merenggang bersama dengan kedua pundaknya yang meluruh.

"Tolong bantu Jayden, Ma, sekali ini saja Jayden meminta tolong. Bantu Jayden untuk membujuk Dera agar kembali, Jayden mohon," pinta Jayden, memegang tangan sang ibu dengan raut wajah berharap. Jika seperti ini, ia jadi lebih mirip bocah berumur lima tahun yang merengek pada ibunya ketimbang pria tiga puluh enam tahun yang sudah beranak tiga.

***

"Jadi Ibu Jayden menemui kamu siang tadi?"

Mengulum bibir, Dera mengangguk beberapa kali sebagai jawaban.

"Cih, si berengsek itu payah sekali, sampai meminta bantuan ibunya untuk masalah rumah tangga seperti ini. Menyakiti saja bisanya, setelah mendapat imbasnya malah meminta bantuan orang lain. Sebenarnya kamu ini menikah dengan seorang pria dewasa apa anak SMA sih, Mira?" komentar Jessy, benar-benar muak dan geram dengan Jayden.

"Namanya Jayden, Essy, jangan terus memanggilnya seperti itu," tegur Dera merasa sedikit tidak nyaman dengan panggilan kasar Jessy dalam menyebut Jayden.

"Memang kenyataan 'kan kalau si Jayden berengsek, panggilan itu cocok untuknya," balas Jessy.

Tersenyum kecil, Dera menggeleng pelan beberapa kali, hingga beberapa saat kemudian, wanita itu menegakkan punggung karena tiba-tiba merasakan perutnya bergejolak seolah makanan yang berada di dalam sana bergerak naik.

"Mira, ada apa?" tanya Jessy, terkejut karena pergerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Dera.

Mengerutkan dahi, Dera menutup mulutnya dengan tangan. "Akhir-akhir ini perutku sering tidak enak, sepertinya asam lambungku naik lagi," jawab Dera dengan ekspresi menahan sakit.

Sontak kedua bola mata Jessy melebar. "Gosh, kenapa kamu tidak pernah bilang? Kamu sudah meminum obat sebelumnya? Sudah ku katakan berkali-kali 'kan, jangan suka mengabaikan waktu makan."

Dera mengangguk. "Hm, aku sudah meminum obat yang biasanya aku konsumsi tadi, tapi entah kenapa justru bertambah sakit seperti ini."

"Lebih baik kita pergi ke dokter sekarang. Mungkin saja ini masalah pencernaan yang serius. Ayo, aku antar. Jangan menolak, atau aku akan marah," ajak Jessy dengan raut wajah cemas.

Tak membuat penolakan, Dera mengangguk. "Baiklah, ayo."

Setelah sampai ke tempat tujuan, akhirnya Dera mendapat pemeriksaan dari dokter, dengan Jessy yang menemani, keduanya kini duduk di depan meja dokter untuk menunggu penjelasan tentang gejala sakit yang dirasakan oleh Dera.

"Bagaimana, Dok? Apa ada masalah pencernaan yang serius?" Dera melontarkan pertanyaan.

Dokter wanita berjilbab putih itu tersenyum. "Asam lambung Ibu memang naik, tapi bukan masalah yang serius, jadi Ibu tidak perlu khawatir. Hanya gejala normal di awal kehamilan," jelas sang dokter membuat Dera dan Jessy terkejut bukan main.

Bahkan saking terkejutnya, Dera seperti merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat. Tubuh wanita itu lemas seketika. Apa kata dokter barusan? Dia hamil?

"H-hamil?" tanya Dera tergagap.

Dokter wanita itu kembali mengulas senyum dan mengangguk. "Iya, selamat atas berita bahagianya ya, Bu."

Dengan susah payah Dera menelan ludahnya. Berita bahagia? Harusnya memang begitu. Namun saat terjadi dalam kondisi seperti ini, apa masih bisa disebut sebagai kabar gembira?

***

Memejamkan mata, Dera mendesah frustrasi. "Essy ... apa yang harus ku lakukan sekarang?" keluh wanita itu, benar-benar merasa seperti kehilangan asa.

Jessy menyugar rambutnya ke belakang dan menggigit bibir, turut merasa pusing dengan hal ini. "I'm really confused, it's very complicated."

Keduanya sama-sama terdiam, larut dalam pikirannya masing-masing. Keheningan mulai merajai suasana di dalam mobil berwarna ungu, milik Jessy tersebut.

Menghela napas berat, akhirnya Jessy membuka suara. "Mau bagaimana lagi, Mira, kamu tidak mungkin 'kan untuk membunuh janin tidak berdosa itu? Kamu juga tidak mungkin untuk egois dengan tidak memberitahu Jayden tentang ini, secara dia adalah ayahnya."

Apa yang dikatakan Jessy memang benar. Dera tidak mungkin tega untuk membunuh darah dagingnya sendiri, ia juga tidak mungkin untuk tidak memberitahu Jayden, selain karena pria itu adalah ayah dari anak yang ia kandung, mereka berdua juga masih berstatus sebagai suami istri secara hukum dan agama.

"Kamu benar. Aku mungkin bisa tanpa Jayden, tapi anakku tidak, mau bagaimanapun dia tetap butuh sosok seorang ayah," ujar Dera pelan dengan tangan yang refleks meraba perut datarnya.

Jessy mengangguk. "Mau seterbiasa apapun, hidup tanpa orang tua yang lengkap itu tidaklah enak, karena aku sudah pernah merasakannya sendiri. Hanya karena keegoisan orang tua, anak yang tidak tahu apa-apa harus mendapat imbasnya. Aku tidak mau keponakanku nanti harus merasakan apa yang pernah aku rasakan. Dan, ingat, Mira, Dokter bilang jika kandungan kamu itu masih rentan, kamu harus bisa mengolah stres agar tidak berakibat buruk pada janin kamu nantinya," ujar Jessy panjang.

Dera balas mengangguk, menyetujui ucapan Jessy.

"Jangan buru-buru, tidak apa-apa. Kamu bisa memberitahu Jayden ketika kamu sudah siap nanti. Biarkan si ber— maksud aku Jayden, untuk menyesal dulu, dia harus merasakan apa yang kamu rasakan dulu. Biar dia tahu, bagaimana rasanya berjuang tapi tidak dihargai," ujar Jessy menggebu-gebu.

Dera tersenyum kecil. "Kamu selalu terlihat semangat ketika membicarakan hal seperti itu, Essy, kenapa kamu suka sekali melihat Jayden menderita?"

"Tentu saja! Apa kamu tidak suka, Mira? Ketika melihat orang yang telah menyakiti kita mendapatkan balasan atas perbuatannya, pasti akan terasa puas dan melegakan, apalagi melihat Jayden seperti ini, haha, rasakan saja, biar dia jilat semua ludahnya itu," balas Jessy dengan alis bertaut, perempuan itu melayangkan tinjunya ke udara.

Melihat hal konyol yang dilakukan oleh sahabatnya itu membuat Dera tertawa, seolah terlupa dengan masalah yang sempat membuatnya pusing setengah hidup.

"Nah, begitu dong, tertawa. Aku sudah pernah bilang 'kan, kalau kamu itu terlihat cantik saat tertawa," ujar Jessy, mengulurkan tangannya untuk mengusap lengan Dera. "Tidak pernah bosan-bosan aku untuk mengatakan ini, Mira, jika aku selalu ada di sini, jadi kamu jangan khawatir. I'm always here, whenever you need," lanjut Jessy, mengulas sebuah senyuman tulus.

Melihat senyuman hangat itu, kedua sudut bibir Dera ikut mengembang. Jessy memang selalu bisa untuk menenangkannya. Sekarang ia hanya perlu waktu untuk bisa menerima dan berdamai dengan keadaan. Mungkin Tuhan memang sengaja menghadirkan anak ini sebagai jembatan antara hubungannya dengan Jayden.

Tidak ada salahnya juga untuk memberi Jayden kesempatan. Dera berharap, semoga Jayden memang benar menyesal dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi nantinya, dan Dera juga berharap, semoga keputusannya ini tidaklah salah.

— AFFECTION

hmm, alurnya pasaran banget ya?

btw buat yg bingung, itu jayden sm dera anuan ngga cuma sekali dua kali ya, sebelumnya mereka itu pernah anuan lagi (selain yg ada di plot) cuma ngga aku ceritain, karena bukan kebutuhan dari plot.

biar ga bingung dan ga terkesan ngawur. tar pada nanya, "ena-ena cuma dua kali masa langsung jadi, ngawur amat nih author?"

ga, sayang, sekali dua kali aja mana cukup, papa jayden ketagihan, bodi goyang mama dera asoy soalnya, awowkowk ☺️

HAHAHA CAPEK BANGET.

dah ya, babay, terimakasih sudah membaca <3!

Continue Reading

You'll Also Like

60.3K 3.8K 25
Berwajah manis dengan tubuh mungil, membuat Airin mudah dikagumi dan dicintai oleh banyak orang sekaligus menjadikan Airin sangat dimanja dan dilindu...
93.5K 4.5K 24
•Total 23 chapters, termasuk extra parts. ⚠ Terdapat beberapa kata kasar Sejak awal laki-laki dengan iris abu-abu itu mampu menarik perhatianku hingg...
4.7K 885 23
Farhan berdiri sambil menundukkan kepala. Ia rasa ia paham bahwa ibunya sedang marah. Beberapa jarak dari Farhan, wanita itu mengamati putranya sambi...
7.9K 411 42
My very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap or...