SELENOPHILIE [END]

By SintaWati115

3.5K 2.5K 1.4K

Segelap apapun malam, segelap apapun hidup, akan selalu ada cahaya, menuntutmu kembali seperti bulan. -Seleno... More

Prolog
Selenophilie 1
Selenophilie 2
Selenophilie 3
Selenophilie 4
Selenophilie 5
Selenophilie 6
Selenophilie 7
Selenophilie 8
Selenophilie 9
Selenophilie 10
Selenophilie 11
Selenophilie 12
Selenophilie 13
Selenophilie 14
Selenophilie 15
Selenophilie 16
Selenophilie 17
Selenophilie 18
Selenophilie 19
Selenophilie 20
Selenophilie 21
Selenophilie 22
Selenophilie 23
Selenophilie 24
Selenophilie 25
Selenophilie 26
Selenophilie 27
Selenophilie 28
Selenophilie 29
Selenophilie 30
Selenophilie 31
Selenophilie 32
Selenophilie 33
Selenophilie 34
Selenophilie 35
Selenophilie 36
Selenophilie 37
Selenophilie 38
Selenophilie 39
Selenophilie 40
Selenophilie 41
Selenophilie 42
Selenophilie 43
Selenophilie 44
Selenophilie 45
Selenophilie 46
Selenophilie 47
Selenophilie 48
Selenophilie 49
Selenophilie 51
Selenophilie 52
Selenophilie 53nding

Selenophilie 50

15 7 1
By SintaWati115

Happy Reading!

Terkadang kebahagiaan yang kita rasa, dapat membuat orang sekitar ikut merasakannya juga.

***

Fany tengah membuat susu untuk dirinya, memasukan air panas ke dalam gelas yang sudah terisi bubuk susu. Lalu mengaduknya hingga larut tercampur.

Selesai membuat susu Fany berjalan menuju sofa. Fany hanya memakai daster dilapisi cardigan rajut, karena hari ini ia tidak akan berpergian.

Tok! Tok!

Belum sempat duduk, terdengar suara ketokan pintu membuat Fany berjalan lepas menuju pintu. Fany membukakan pintu mendapati Liam yang sudah berpenampilan rapi.

"Masuk," ucap Fany mempersilakan Liam masuk.

Liam melangkah ke dalam apartemen Fany, aroma parfumnya masuk ke indra penciuman Fany. Keduanya duduk di sofa ditemani tv yang menyala.

"Tumben pagi-pagi wangi, mau kemana sih pacar gue?" goda Fany sembari menyeruput susu cokelatnya.

"Mau ajak lo, jalan jalan," jawab Liam menyunggingkan senyuman.

"Masih pagi, gue aja masih pake daster."

"Mandi, Sayang." Liam mencubit hidung Fany gemas.

Lihat bukan, sikap Liam berbanding terbalik saat bersama teman-temannya. Entahlah di depan Fany, Liam terasa sangat manja. Semua sikap manjanya ia keluarkan saat berdekatan dengan Fany.

"Alay. Eh mau kopi, teh, atau susu?"

Liam menatap Fany sedikit berpikir. "Kopi."

Fany meletakan gelas susunya lalu menuju dapur. Ia mengambil toples berisi bubuk kopi, untung saja kopi Fahri masih tersisa banyak.

Fany memasukan 2 sendok kopi ke dalam gelas, hendak menumpahkan air panas. Namun, sebuah tangan melingkar dipinggang Fany.

"Bisa gak jangan meluk sembarangan? Masalahnya ada air panas," tegur Fany memperingati Liam yang seenak jidat memeluknya kapan saja.

"Gak masalah, nanti lo sendiri yang ngobatin," jawabnya menopang dagu di pundak Fany.

Seseorang tolong Fany membuat Liam yang manja menghilang dan mengembalikan Liam yang pendiam. Lama-lama Liam akan terus bergelayut manja padanya, seperti anak tidak ingin jauh dari sang ibu.

Ada rasa senang dihati Fany, tetapi ada rasa geli juga saat Liam bersikap manja. Salah satu alasan Fany menolak Liam dulu, ya ini. Apalagi sikap kasar Fany terhadap sesuatu yang mengganggunya, sementara Liam dan 2 curut jahilnya minta ampun.

"Nih." Liam melepas pelukannya, lalu Fany balikan badan memberikan segelas kopi yang ia buat.

Liam menyeruput kopi tersebut sembari menutup dan membuka mulutnya beberapa kali.

"Enak banget, sih. Buatan calon istri."

***

Sepasang kekasih berjalan keluar lift dengan tangan yang saling menggenggam. Tujuan mereka saat ini mengunjungi kediaman orangtua Liam.

Janji Liam kepada Gina ialah membawa Fany setelah ingatannya kembali. Oleh karena itu Liam membawa Fany untuk menepati janjinya. Tanggapan Fany pun baik, setuju dengan ajakan Liam.

"Gue pengen ketemu kak Mila, tapi lupa wajahnya," ucap Fany sembari menatap Liam.

"Gue lebih bersyukur kalo lo, gak inget tuh orang," jawab Liam tanpa ekspresi.

"Ngomong apa sih?" Mata Fany melebar lalu mencubit bibir Liam pelan dengan jarinya.

"Aww! Oh mulai kasar ya," ringis Liam sembari tersenyum sinis.

"Sini mau gue bogem?" Fany menaikan dagu seraya menantang Liam.

Liam menggeleng-geleng kepala lalu menggelitik pinggang Fany, membuatnya tertawa geli. Tubuh Fany limbung kemana-kemana akibat gelitikan Liam. Fany melangkah mundur ingin memberi jarak kepada Liam. Namun, tidak bisa lelaki itu malah menggelitikinya lebih keras. Liam sangat puas melihat Fany tertawa menderita.

"Li, udah!" teriak Fany terus mendapat gelitikan.

"Suruh siapa lo cubit bibir gue?" Liam tersenyum licik.

Di tengah keasikan mereka berdua, seseorang menyapa Fany. Seketika Liam berhenti menggelitiki Fany dan tawa mereka redup.

"Hai, Fan!" sapa seorang perempuan melambaikan tangannya.

Liam dan Fany menoleh, keduanya mematung di tempat melihat perempuan itu. Liam meraih tangan Fany, menggenggamnya kuat-kuat.

Perempuan itu melangkah kehadapan Fany, segera Liam menyembuyikan Fany di belakang tubuhnya.

"Tenang, gue gak bakal nyakitin Fany," ucap perempuan itu yang tak lain ialah Bella.

Liam dan Fany bertanya-tanya, apa maksud dari ini semua? Hakim telah menghukumnya tujuh tahun setengah, lalu baru 2 minggu perempuan itu sudah bebas.

Tidak. Mungkin mereka salah mengira orang, di dunia ini setiap orang mempunyai 7 kembaran kan.

"Siapa lo?" tanya Liam meyakinkan.

Perempuan itu tersenyum. "Gue, Bella."

"Gue di sini bermaksud mau minta maaf sama, Fany. Atas kejahatan yang gue buat. Gue sadar apa yang gue lakuin dulu, ngerugiin gue sendiri," lanjut Bella terlihat tulus. Namun, Liam tidak yakin ucapan Bella itu benar-benar dari hatinya.

"Kenapa lo, bisa keluar?" Liam semakin hati-hati, curiga akan keluarnya Bella dari penjara.

"Sahabat gue, bantuin gue keluar. Karena ibu gue sakit."

Jawaban Bella sangat tidak masuk akal. Bukannya Bella mempunyai adik yang bernama Stella? Lalu kenapa bukan Stella yang mengurusnya?

Liam menemukan kebohongan dari perkataan Bella. Apa tidak mempunyai alasan yang lebih bagus? Liam menganggukkan kepalanya, percaya dengan jawaban Bella.

"Gue mau minta maaf sama lo, Fan," ucap Bella mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Fany hendak menerima uluran tangan Bella. Namun, Liam mencekal tangan Fany mencegahnya. Fany menatap Liam sembari menggeleng, meyakinkan kepada Liam tidak akan terjadi apa-apa.

Liam melepaskan tangannya dari lengan Fany. Uluran tangan Bella Fany terima seraya tersenyum, ia telah memaafkan semua kesalahan Bella.

"Lo, maafin gue, kan?"

"Iya, Fany maafin."

"Gue janji gak bakal nyakitin, lo."

"Nggak apa-apa, kok. Lupain yang lalu."

***

"Dimakan ya, Sayang. Mamah udah  siapin semuanya," ucap Gina antusias menyambut kedatangan Fany.

"Iya, Tan."

"Ah kamu, kayak yang baru kenal aja panggil Tan. Panggil Mamah, aja."

Fany tertawa malu. "Iya, Mah."

Meja makan penuh dengan makanan yang Gina sediakan untuk Fany. Kedatang Fany membuat Gina sangat senang. Gina akui Fany semakin cantik, ditambah perubahan tutur katanya yang sopan.

Bukan hanya itu, mengetahui keduanya menjalin hubungan, Gina amat bahagia. Sebagai ibu, Gina bersyukur sekarang putranya telah mendapatkan apa yang ia mau. Dengan kata lain perjuangan Liam tidak sia-sia.

"Assalamualaikum!" teriak Mila dari ruang tamu berlari menuju meja makan. Mila segera pulang karena mendapat pesan dari Gina, bahwa Fany ke rumahnya.

"Ya Allah, Mila. Pelan-pelan, Mamah denger ko."

"Fany!" teriak Mila melihat Fany yang tengah menatapnya juga.

Liam menggeleng-geleng kepala sembari menepuk jidatnya. Kakaknya tidak bisa menjaga sikap, sekalipun kepada seseorang yang lama tidak ia temui.

Fany bangkit dari duduknya menghampiri Mila yang berjalan ke arahnya. Mereka berdua berpelukan, Mila merindukan sosok Fany. Namun, sayangnya Fany sekarang tidak senakal dulu.

"Maafin Fany, Kak. Gak ngenalin, Kakak, waktu di supermarket," bisik Fany ditelinga Mila. Fany mengingat wajah Mila saat berada di supermarket kala itu, pantas saja Fany tidak asing.

"Nggak apa-apa. Gue udah cerita juga sama Liam," jawab Mila mengusap punggung Fany seraya tersenyum.

Mila melepaskan pelukannya, senyuman dibibirnya tidak pudar. Betapa bahagianya Fany bisa mengingat dirinya kembali, dan juga adiknya itu berhasil meluluhkan hati sang pujaan.

"Gue denger kata, Mamah. Ada yang berbunga-bunga," cibirnya kepada Liam.

Liam menutup telinga, pura-pura tidak mendengarnya. Sudah pasti mengejeknya dan berkata ini itulah. Kemudian, Mila menghampiri Liam menuju samping kursinya.

Tiba-tiba Mila memeluknya, membuat Liam terdiam. Ada apa dengan perempuan ini? Liam merasa isak tangis Mila dipundaknya. Liam semakin bingung, ia meraih tangan Mila mengusapnya pelan.

"Kenapa?" tanya Liam hati-hati.

"Selamat, ya. Akhirnya lo berhasil dapetin kemauan lo, gue sebagai kakak gak bisa bantu apa-apa. Tapi, lo mampu buktiin bahwa lo bisa dapetinnya, dengan cara lo sendiri."

***

Bela mau ngapain lagi, sih?-_-

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 126K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.7M 274K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.3M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...