Self Forced Marriage

By spicypastaaa

98.1K 17.8K 2.1K

"Mau gimana? Sudah gak ada waktu lagi." More

02. Basic Life Question
03. Not So Peaceful Day
04. 45 Minutes Into You
05. Would You?
06. Takoyaki Lunch
07. Cieee
08. Mom to the Rescue
09. Change of Mind
10. Rumah Camer
11. The Besties and The Enemy
12. Officially Dilamar
13. Apartment
14. Pertemuan Orang Tua
15. Gaun, Canggung, Bibir
16. Melt Like A Butter
17. Miguel, Si Pengganggu
18. Pamit & Undangan
19. Dipingit
20. Riweuh Day!
21. Now, It's Gotta Be You
22. Bali Bikin Bingung
23. Game On
24. Matahari Saat Badai
25. Kembali ke Ibukota
26. Cemburu Tanda Apa?
27. Sebagai Istri dan Sebagai Calon Ibu
28. Tame the Lioness
29. Bahagia dan Sedih
30. Is This How Siblings Supposed To?

01. The Wedding Party

12.6K 1K 55
By spicypastaaa

"Cinta itu sehidup semati."

Jawaban seorang pemuda yang sedang duduk di salah satu meja tamu pernikahan itu membuat para teman pemuda itu langsung menggodanya.

"Hahaha, emang lo dah pernah mencintai seseorang, Jef?" tanya Teno,  meletakkan sisa kulit kacang pada bungkus kertas yang disediakan.

Pemuda yang ditanya oleh temannya itu hanya dapat mengusap tengkuknya.

"Jeffian mah sudah mati rasa, mana ada dia pacaran. Sudah sejak kuliah," ucap Yudha yang duduk tak jauh dari Jeffian, pemuda yang menjadi pusat atensi meja itu saat ini.

"Lagian lo jangan ambis gitu lah, oke lo emang cakep dan bisa cari cewek kapan pun, tapi bro, lo tuh belum kelihatan hilal sama sekali loh," sambung Johnny.

"Nah, lo lihat tuh Pak Chandra," ujar Teno kemudian menunjuk mempelai pria yang kini sedang berdansa bersama sang istri.

"Dia gak cuma ambis kerjaan, dia juga ambis ngejar cinta Bu Wendy, dia berhasil terus nikah deh."

"Tapi yang lebih penting, di divisi kita nih, cuma lo aja yang belum punya pasangan, bukannya apa tapi kalau lagi gathering divisi kita itu jadi kasihan sama lo," ucap Johnny.

Jeffian menghela nafasnya kemudian bertanya, "emang kelihatannya gue itu menyedihkan banget kalau gak punya cewek?"

Yudha, Teno dan Johnny saling bertukar tatap sebelum pandangan ketiga pemuda itu jatuh kembali pada Jeffian dan mengangguk bersamaan.

Jeffian mengusap wajahnya kemudian berusaha meluruskan, "gue gak ada niat untuk cari pacar, menurut gue buang waktu doang sih, gue mau fokus kerja sambil nabung."

"Tapi nyokap bokap lo kaya? Aman lah ada warisan," ucap Teno dengan santainya, kini menikmati puding yang baru ia terima dari pelayan.

Jeffian menggelengkan kepala, "gak ada jaminan sih, Bang, gue juga mau punya tabungan sendiri yang bisa menghidupi gue sampai tua."

Johnny pun menepuk bahu Jeffian, "Jef, sorry banget, kita bertiga bukan nya mau ngatur kehidupan lo, tapi sih ada baiknya lo sedikit membuka pintu hati lo?"

"Lo gak mungkin bisa hidup sendiri, Jef, at least ada satu orang aja yang bisa menemani lo di kehidupan lo, seperti yang lo bilang tadi, sehidup semati," sambung Yudha.

Jeffian terdiam setelah mendengar ucapan Yudha. Kini pemuda itu telah berusia 27 tahun, umur yang sangat cukup untuk menjalin hubungan, setidaknya bertunangan dan lalu menikah.

Tapi hei, mengapa harus buru-buru? Apa ketiga teman satu divisinya lupa bahwa sepasang pengantin di depan menikah di usia yang matang?

Pak Chandra berusia 32 tahun dan Bu Wendy berusia 30 tahun. Tapi kenapa ketiga teman Jeffian seolah memaksa agar Jeffian menikah dalam waktu dekat? Kenapa tidak mereka dulu?

"Ya, tapi setidaknya kita kan dah punya cewek Jeff, lo gak ada sama sekali," jawab Teno saat Jeffian mengutarakan unek-uneknya.

Lagi dan lagi, Jeffian kalah beradu argumen dengan Teno. Apa ini karena ia yang paling muda di grup pertemanan ini?

"Ya udah, kalau gitu lo kenalin cewek gitu ke gue," ujar Jeffian setengah kesal, intonasi bicara dingin.

Teno melirik Yudha dan Johnny kemudian ia memajukan badannya, "serius lo mau?" tanya Teno memastikan sekali lagi.

Jeffian mengangguk.

Teno tampak berpikir kemudian ia pun menjawab dengan berhati-hati, "aduh, bukannya gimana ya Jeff, tapi gue cuma takut lo bakal nyakitin hati mereka, hehe, apalagi selera cewek lo tuh ribet bener, lo juga gampang ill feel."

"See? That's why, gue mau nikmati masa sendiri gue ini, bodo amat dicap gak laku karena gak pernah pacaran, emang gue gak mau," ucap Jeffian.

Johnny yang merasa suasana berubah tidak nyaman segera menengahi, "ya, kita minta maaf Jeff, tapi gue harap dalam waktu dekat lo bisa nemuin seseorang yang tepat buat diri lo."

"Only if I want to," ucap Jeffian keras kepala, masih dengan pendiriannya.

Yudha mengangguk, mengangkat jempolnya pada Jeffian dan kemudian  ia menghabiskan minuman di gelasnya dan berdiri.

"Btw, gue mau cari Jisya, nanti ketemu lagi buat foto bareng Pak Chandra ya?" tanya Yudha.

Bukannya menjawab Johnny malah ikut berdiri, "eh, gue juga mau cari Jenika, pasti dia bareng Jisya."

Johnny dan Yudha pun pergi dari meja itu, meninggalkan Teno dan Jeffian yang kini saling tatap.

"Lo gak cari cewek lo juga? Si Elisa?" tanya Jeffian pada Teno, Jeffian sudah cukup biasa ditinggal oleh para bucin ini.

"Ntar lo sendiri, Jeff," ucap Teno.

"Ya elah, macam gue anak kecil aja, aman lah gue di sini," ucap Jeffian.

"Serius nih-"

"Tenooo!!!" sebuah suara menyapa Teno dengan amat riang sebelum akhirnya muncul sosok Elisa.

Tunangan si Teno.

Teno tersenyum dan segera berdiri untuk memeluk Elisa yang kini terbalut dress hijau gelap.

Satu warna dengan setelah jas Teno.

Namun kehadiran Elisa rupanya tidak sendiri, di belakang gadis itu berdiri seorang gadis lain yang tak ia kenal.

"Siapa?" bisik Teno saat Elisa melepaskan pelukannya, Jeffian juga menyadari kehadiran gadis yang baru ia lihat itu.

Teman Elisa?

"Oh iya, Teno, Jeff, perkenalkan ini karyawan baru di divisi Elisa! Dia tuh mantan karyawan dari perusahaan kompetitor loh!" ucap Elisa.

Pernyataan Elisa menarik perhatian Jeffian, perusahaan kompetitor? Mengapa ia pindah?

"Hai, perkenalkan gue Roseanne, gue karyawan baru di divisi Public Relationship."

"Hai, Roseanne, gue Teno, tunangannya Elisa, gue dari divisi Riset dan Pengembangan," ucap Teno.

"Hai, salam kenal ya!" Roseanne pun berjabat tangan dengan Teno, senyum mekar di wajah ayu nya itu, memang orang PR sungguh ramah.

Kemudian tatapan Roseanne jatuh ke Jeffian yang duduk tidak jauh dari dirinya, "kalau lo?"

"Jeffian, divisinya sama kayak Teno," jawab Jeffian, kemudian mereka berjabat tangan.

"Salam kenal ya, Jeffian," ucap Roseanne masih dengan senyum lebarnya sementara Jeffian hanya mengangguk.

Elisa pun segera bersuara, "btw, sayang, aku harus pulang nih, lagi dicari mama, kalau mau foto sama Pak Chandra dan Bu Wendy sekarang aja yuk?"

Teno menepuk dahinya, "si Johnny sama Yudha lagi nyari cewek mereka."

"Yah, kalau gitu kita berdua foto duluan sama pengantin nya, terus aku sama Roseanne mau cabut, kamu tetap di sini aja gak apa."

"Gitu? Ya udah yuk foto, eh, Roseanne gak ikutan nih?" tanya Teno.

Roseanne menggelengkan kepalanya, "tadi sudah foto kok bareng teman-teman divisi PR."

"Oh, oke, kalau gitu tunggu sini aja sama Jeffian ya," ucap Teno sebelum pemuda itu menarik Elisa untuk antri foto ㅡ karena pengantin baru selesai berdansa.

Roseanne pun menarik tempat duduk di dekatnya dan menempatinya, pandangan terarah pada panggung, gadis itu memunggungi Jeffian di belakangnya yang kini canggung.

Ini gue harus ajak dia ngobrol nih?

"Roseanne?" panggil Jeffian.

Gadis itu menolehkan kepala, "iya?"

"Lo kenapa pindah dari tempat kerja lama lo?" tanya Jeffian berusaha membangun percakapan.

Tapi Roseanne hanya tersenyum sebelum ia kembali memunggungi Jeffian untuk melihat Elisa dan Teno.

Hah, berani-beraninya dia ngacangin gue? Emang siapa dia?!

"Roseanne?"

"Hmmm?"

"Lo kok gak jawab pertanyaan gue?" tanya Jeffian setengah emosi, ya kali manusia berwajah tampan macam Jeffian dicuekkin.

"Ya karena gue gak mau kasih tahu alasannya," jawab Roseanne dengan senyuman di wajahnya yang membuat Jeffian bingung.

Kenapa dia gak mau kasih tahu?

"Lo dipecat?" Jeffian masih berusaha mengorek informasi, apa daya dia sudah terlanjur penasaran.

"Gak tuh," balas Roseanne singkat.

Dan gadis itu memalingkan wajahnya lagi yang membuat Jeffian berdeham sekaligus berpikir bahwa mungkin gadis itu tidak mau berbicara dengannya.

Tapi Jeffian tuh masih kepo!

Secara si perusahaan rival itu jauh lebih bagus dari perusahaan mereka, hal apa yang membuat gadis itu pindah kalau bukan didepak?

Mungkin dia gak kompeten kalau kerja kali ya?

Keduanya pun akhirnya saling diam hingga Elisa dan Teno kembali ke meja mereka.

"Yuk balik, Roseanne!"

Roseanne mengangguk dan berdiri, sedikit merapikan dress yang ia pakai sementara Elisa berpelukan dengan Teno untuk berpamitan.

"Pamit ya, bye!" seru Elisa.

"Duluan, Teno." Roseanne melambaikan tangan pada Teno kemudian ia menatap Jeffian yang masih saja bad mood.

"Bye, Jeffian!" Gadis itu tersenyum pada Jeffian seolah tadi ia tidak mengabaikan Jeffian.

Bisa-bisanya.

Kedua gadis itu pun berlalu dan Teno akhirnya duduk, menghadap Jeffian yang kini menekuk wajah.

"Haha, kenapa lo?"

"Gak apa."

"Btw, kata Elisa si Roseanne tuh agak cuek orangnya, kecuali kalau menghadapi customer."

Jeffian pun kini sedikit paham jika 'pengabaian' tadi adalah hal biasa yang gadis itu lakukan.

Syukurlah.

"Dan lo tahu? Ternyata mereka teman satu SMA, makanya langsung akrab gitu mereka," lanjut Teno.

Jeffian hanya mengangguk.

Tapi bisa kali ya gue minta tips ke si Roseanne biar gue bisa diterima di perusahaan rival?

♒♒♒

spicypastaaa brought to you ...

"Self Forced Marriage"

The Casts :


Ya, nambah cerita baru padahal cerita on going lain masih banyak, kebiasaan emang, tapi daripada lupa publish hehehe

spicypastaaa 🍝

Continue Reading

You'll Also Like

300K 26.5K 51
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
127K 13.3K 24
Lima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonw...
725K 67.7K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
YES, DADDY! By

Fanfiction

303K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar