Rasa di Balik Tawanan

By RidaFrelly

535K 44.1K 3.3K

Harza Prama Hans menikahi Putri Zasha bukan karena cinta, melainkan taktik manipulasi. *** Namanya Putri Zash... More

-2- Rasa di Balik Tawanan
-3- Rasa di Balik Tawanan
-4- Rasa di Balik Tawanan
-5- Rasa di Balik Tawanan
-6- Rasa di Balik Tawanan
-7- Rasa di Balik Tawanan
-8- Rasa di Balik Tawanan
-9- Rasa di Balik Tawanan
-10- Rasa di Balik Tawanan
-11- Rasa di Balik Tawanan
-12- Rasa di Balik Tawanan
-13- Rasa di Balik Tawanan
-14- Rasa di Balik Tawanan
-15- Rasa di Balik Tawanan
-16- Rasa di Balik Tawanan
-17- Rasa di Balik Tawanan
-18- Rasa di Balik Tawanan
-19- Rasa di Balik Tawanan
-20- Rasa di Balik Tawanan
-21- Rasa di Balik Tawanan
-22- Rasa di Balik Tawanan
-23- Rasa di Balik Tawanan
-24- Rasa di Balik Tawanan
-25- Rasa di Balik Tawanan
-26- Rasa di Balik Tawanan
-27- Rasa di Balik Tawanan
-28- Rasa di Balik Tawanan
-29- Rasa di Balik Tawanan
-30- Rasa di Balik Tawanan
-31- Rasa di Balik Tawanan
-32- Rasa di Balik Tawanan
-33- Rasa di Balik Tawanan
-34- Rasa di Balik Tawanan
-35- Rasa di Balik Tawanan
-36- Rasa di Balik Tawanan
-37- Rasa di Balik Tawanan
-38- Rasa di Balik Tawanan
-39- Rasa di Balik Tawanan
-40- Rasa di Balik Tawanan
-41- Rasa di Balik Tawanan
-42- Rasa di Balik Tawanan
-43- Rasa di Balik Tawanan
-44- Rasa di Balik Tawanan
-45- Rasa di Balik Tawanan
-46- Rasa di Balik Tawanan
-47- Rasa di Balik Tawanan
-48- Rasa di Balik Tawanan
-49- Rasa di Balik Tawanan
-50- Rasa di Balik Tawanan
-51- Rasa di Balik Tawanan
-52- Rasa di Balik Tawanan

-1- Rasa di Balik Tawanan

46.5K 1.7K 91
By RidaFrelly

Semakin diam diriku dalam ketakutan, semakin merajalela sakitnya. Namun, semakin kuat aku memberontak, semakin melilit erat di bagian leher ini. Aku bisa mati!

-Putri Zasha-

---•••---

"Harza juga sudah dewasa Ma, Pa. Nikahkan saja kami."

Zasha duduk di lantai yang teramat dingin, sedangkan kedua orang tua lelaki itu menginterogasi dengan nada yang ketus.

"Pembantu tak tahu terima kasih! Bukannya membersihkan rumah malah tidur bersama majikan!"

Air mata Zasha menetes, pilu dan sakit berkumpul namun perlahan ia seka, tak mampu mengatakan apa-apa bahkan berucap pun ia sangat sulit, beginilah hidup di perantauan, keluarga yang tertinggal di kampung harus ia biayai meski dengan cara yang akan menghancurkan harga dirinya.

"Pulangkan saja dia ke kampung Pa."

Zasha mendongak, ia mengatupkan kedua jemarinya memohon.

"Jangan nyonya, apa yang akan saya katakan kepada Umi dan Abi, saya tak sanggup melihat kesedihan di raut wajahnya."

"Ma, bagaimana kalau dia hamil anak Harza?"

Tubuh Zasha bergetar hebat, ia menggeleng sendu namun Harza memberinya tatapan menajam, mereka tak melakukan apa pun, semua terjadi lantaran Harza memiliki satu taktik agar terbebas dari Mama Papanya, namun yang menjadi korban justru Zasha

"Gugurkan, apanya yang susah."

"Pa," panggil Harza pelan. "Harza mau tanggung jawab kok, lagipula ini juga bukan sepenuhnya salah Zasha, malam itu Harza mabuk lantaran sangat lelah dalam perkerjaan_"

"Salah dia yang tak bisa menjaga diri, bukan salahmu."

"Udah Ma, udah. Kalau Harza mau menikahi gadis ini dan mau bertanggung jawab yasudah, kita hanya perlu menikahkan mereka agar semua tak melebar ke mana-mana."

"Apa kamu mau menikahi seorang pembantu?"

Harza tersenyum sumbing, ia pandangi wajah mulus nan indah di balik kerudung biru itu lalu berucap.

"Rahasiakan pernikahan ini Ma, biarkan dia tetap menjadi pembantu di rumah dan istri di atas kertas."

Seperti kaset rusak sehingga kenangan buruk terus terputar dan berulang-ulang, kejadian sekejap mata menghantui Zasha, kebohongan dalam hidup seolah menyeruak dan muncul seperti mimpi buruk.

---•••---

"Mbak, gak usah capek-capek masak, toh aku setiap hari membawakan Mas Harza makanan lezat, iya kan, sayang?"

"Nara, Zasha kan pembantu, biarkan saja dia memasak, mungkin untuk dia makan sendiri."

"Kenapa pembantu duduk di meja makan bareng kita coba?"

Zasha menghentikan aktivitasnya menyuap, ia letakan sendok yang semula berada di tangan lalu memandangi wanita cantik berpoles bedak tebal dan pakaian tipis itu dengan lekat, duduk mereka bertiga namun seolah dirinya yang jadi selingkuhan.

"Kamu mau aku duduk di lantai?"

"Iya, tolong biarkan aku dan suami mbak menikmati makan tanpa melihat wajah Mbak Zhasa, boleh?"

Zasha tergelak tipis, ia sempat memperhatikan wajah sang suami yang masih setia memakan masakan enak dari selingkuhannya, sedangkan ikan dan sayur kangkung yang senantiasa menjadi kesukaan Harza terbengkalai tak tersentuh.

"Kamu mau menikmati makan malam bersama suamiku?" pertanyaan Zasha ia ganti.

"Masih saja bertanya, aku sungguh tak berselera kalau ada mbak di sini," jawab Nara.

"Seharusnya yang mengatakan itu aku terhadapmu Nara."

"Apa-apaan sih mbak!"

"Kamu yang kurang hajar! Bagaimana mungkin meminta lelaki yang sudah beristri bahkan duduk di hadapanmu sekarang untuk menjauh dari meja makan, seharusnya yang berjarak itu kamu, karena kamu hanya selingkuhan suamiku."

Ucapan pedas dari Zasha membuat Harza berhenti mengunyah lalu memandangi istrinya cukup kesal, ia juga menghempas sendok sehingga berdentum cukup kencang.

"Bukankah Nara sudah mengatakan ingin makan berdua saja bersama saya tanpa gangguan darimu? Kenapa masih bertanya?" sentaknya.

"Rasanya sangat lucu Mas, ketika selingkuhan ingin berdua di depan istri sahnya_"

Byuur

Belum selesai ucapan itu terlontar air dingin membasuh keseluruhan wajah Zasha, siapa lagi kalau bukan Harza yang seharusnya menjadi pembela justru sebaliknya. Apa yang Zasha harapkan, Harza bersikap manis, sejak kapan seorang pembantu bisa berubah menjadi ratu, itu hanya ada di dalam drama saja.

"Istri sah? Ck, sejak kapan saya menerimamu sebagai istri, hubungan kita sebatas coretan tinta di atas kertas, jangan pernah berharap lebih, lagipula, saya menikahi pembantu? Di mana akan saya letakkan wajah ini?"

Zasha diam, ia hanya bangkit dari duduk lalu melangkah mengambil kain kering untuk mengeringkan lantai yang basah, enggan menjawab ocehan Harza, cukup sakit rasanya dan ia harus tahu diri.

"Gara-gara dia makan malam kita terganggu sayang," celetuk Harza pelan.

"Seharusnya kita makan di restoran, jangan di rumah kamu."

"Besok ya. Sekarang, apa yang akan kita lakukan?"

Zasha menghela napasnya begitu panjang dan pedih, seringaian dan tawa manja membuatnya merasa jijik, ini sudah terjadi bahkan sehari setelah Harza mengucapkan ijab qabul

Pernikahan yang didatangi dengan sorot tanpa kebahagiaan orangtuanya dari kampung akan tetap menjadi abadi yang tak akan terlupakan, bahkan ikatan ini tak mungkin diungkapkan kepada semua tetangga di sana, karena akan semakin berdampak dengan hidup Umi dan Abinya, berita dari mulut ke mulut mungkin akan merenggut nyawa mereka secara pelan demi pelan.

Bukankah sebuah kesalahan datang dan bekerja di sini, rumah mewah bertingkat dua dengan interior indah membuat pandangan mata Zasha bersinar, pertama kali ia datang disambut tenang oleh Harza maupun keluarganya, diperlakukan baik tepat di hadapan Umi dan Abi, menerima dan memberi tawa tampak sangat tulus.

Namun, beberapa bulan setelah kedua orang tua Zasha meninggalkannya di sana, raut dan tatapan mereka berubah, kalimat-kalimat sindiran mulai terdengar dan Zasha telah terikat.

Hingga malam itu, saat Harza datang lalu mencium dirinya tiba-tiba membuat Zasha terkesiap, terlebih kala Harza berucap lirih. "Aku mencintaimu."

"Sayang, jangan di sana."

"Beb, ayolah."

Zasha menutupi kedua telinganya dengan kuat, suara yang seolah diperkeras membuat wanita itu sungguh sangat merasa muak, sudah berapa kali ia mendengar namun masih mengusik menjijikan.

Bangkit Zasha lalu melangkah tergesa ke lantai atas, di sana ia disuruh tidur, bukan bersama suami yang sekarang justru bergelut mesra dengan wanita yang bukan mahramnya.

Setidaknya ini lebih baik, suara tadi tak terdengar dan Zasha tetap tidur di kamar yang nyaman tanpa terusik, namun satu hal, perasaannyalah yang menjadi sumber masalah, seharusnya Zasha sadar diri bahwa ini tak pantas.

"Umi, Abi," panggil Zasha pelan sembari menerima hembusan angin sejuk dari balkon kamarnya, lampu hias yang memenuhi taman rumah Harza membuat perasaan gamang tadi sedikit terobati.

"Kalau nanti Umi menelfon jangan tanya Zasha baik-baik aja ya? Zasha sudah banyak berbohong."

"Zasha takut Umi, sungguh ini seperti neraka, menikah dengan cara memberi luka terhadap Umi dan Abi. Apakah ini benar hanya pernikahan di atas kertas? Apa Zasha bisa bahagia setelah menyakiti perasaan Umi dan Abi?"

"Putri Zasha."

Panggilan lirih yang teramat ia kenali mulai berbisik pelan, berdengung lembut yang membuat Zasha menoleh menatap pintu yang tengah tertutup, ini sudah kesekian kalinya suara parau nan sendu itu memanggil namanya, bahkan sangat lengkap.

"Putri Zasha, maaf."

Pelan tapi pasti Zasha beranjak masuk lalu terduduk di atas kasur, menerawang ke luar yang tak mungkin menampakan apa-apa.

"Terlalu sering kamu bersikap seperti ini Mas, jangan membuatku semakin terpenjera dalam rasa."

"Jangan hukum diri ini."

---•••---

Hallo kakak. Ketemu sama aku lagi nih. Ini tak ada perpoligamian ya, dan maaf kalau ada salah dalam pengucapan, ataupun typo tandain ya biar bisa aku perbaiki.

Semoga suka. Vote dan komennya jangan lupa..

Emot cintah

Continue Reading

You'll Also Like

6M 311K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.4M 19.4K 24
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
7M 345K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.8M 15.9K 24
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...