BARA [END]

By AlinaAliya13

2.7K 192 27

Setiap kita adalah penyemai luka, Setiap kita adalah pemuai salah. Tetapi setiap kita adalah penawar dari s... More

Prolog
Luka Pertama
Dewasa
Harapan
Bumi dan Bulan
Rasi
Cinta Pertama
Luka Yang Bermuara
Seutas Angan
Jika Bahagia Itu Sederhana
Rahasia yang mulai mencuat-I
Rahasia yang mulai mencuat-II
Sebuah Penjelas
Pelampiasan
Cinta dan Benci
Sebuah Seni
Desir Sukma
Baik atau Pelik
Perencana
Kegagalan
Numpang Lewat!!!
Alasan Mencintai
Rahasia (?)
Lara
Bias yang jelas
Penyelesaian
Penyelesaian-II
Usai
Epilog
BARA

Bahagia?

62 6 1
By AlinaAliya13

POV Naira

Kata ibu, bahagia itu mudah tercipta hanya dengan tindakan sederhana. Seperti yang sedang aku lakukan sore ini, aku sedang berjalan kaki menuju rumah Bima dengan menenteng rantang berisi makanan yang tadi aku dan ibu masak. Tindakannya sederhana, namun bahagianya sampai ke ubun-ubun. Aku bersemu disepanjang jalan, rasanya sudah tak sabar ingin bertemu dengan laki-laki yang selalu mampu membuatku merasakan bahagia sejauh ini. Oh, ya Tuhan, aku bersaksi hamba ciptaan-Mu itu sungguh mampu membuatku lebih mensyukuri hidup.

Langit sore ini cerah namun tak panas, suasananya sama seperti hatiku, sejuk nan asri, hingga kupu-kupu betah hinggap di dadaku. Hahaha aku benar-benar geli dengan kalimatku itu, tapi ya maklum saja. Seperti inilah keadaan hati yang sedang dilanda asmara. Sangking bahagianya, aku tak sadar kalau ada genangan air di jalan yang berlubang tepat disampingku.

Byur... air genangan itu menyiprat ke seluruh pakaianku diiringi dengan sepeda motor yang melaluiku. Kurang ajar! Woi! Pekikku. Namun, pengendara itu tak sama sekali mempunyai etikat untuk meminta maaf. Uh, sebel!

Tapi tak apa, setiap kemalangan pasti ada kebahagiaan dan tentunya berlaku untuk sebaliknya. Aku berfikir, karena hari ini aku sedang bahagia—wajar saja jika kemalangan pun ikut hadir setelahnya. It's ok! Aku sudah terbiasa akan dua kata itu—kata yang kerap membercandai hidupku selama ini. Kemalangan dan kebahagiaan, tak mungkin pernah bercerai-berai. Karena hakikatnya, hidup memang tak hanya berisi putih dan manis, namun hidup juga berisi hitam dan pahit. Itulah mengapa, kopi bisa terasa nikmat, manis dan pahit terlebur menjadi satu kesatuan di dalam cangkir yang diseduh dengan air mendidih. Itulah hidup dengan kombinasi yang adil.

Aku sampai di rumah Bima. Tadi saat aku telfon, Bima bilang kalau aku lewat pintu samping saja soalnya tidak dikunci, yasudah aku memasuki rumah Bima melalui pintu samping yang ia maksud. Entahlah ada urusan apa Bima diluar sana, tapi sepertinya urusan yang sangat penting. Pasalnya, disetiap hari libur setahuku Bima jarang keluar rumah, ataupun biasanya ia suka mengajak aku untuk menghabisi jatah weekend bersama, tetapi hari ini ia tidak mengajak aku kemana-mana dan malah sedang ada urusan diluar sana, artinya urusannya penting.

Aku menunggu Bima diruang tamunya setelah menaruh rantang bawaanku di meja makannya. Ada sketsa yang sangat familiar di dinding ruang tamunya, aku sering sekali melihat sketsa itu. Dan ternyata benar, itu adalah sketsa yang sama seperti di wallpaper gawaiku saat ini. Aku tidak tahu kalau sketsa yang sudah lama aku pajang sebagai wallpaper gawaiku ini adalah karya Bima. Aku tersipu malu melihat sketsa bangunan hitam putih itu. Sebenarnya sudah berapa lama aku dan Bima terikat sebelum kami saling mengenal? Lucu sekali. Tak lama, Bima datang.

"Maaf lama." ujarnya.

"Enggak kok, aku baru dateng juga. Itu aku bawain makanan, ibu yang nyuruh. Aku yang masak lho!"

"Oh ya?" tanyanya diiringi dengan tangkupan tangannya di kedua pipiku.

Sebenarnya Bima sering sekali menempatkan telapak tangannya di kedua pipiku seperti ini, namun aku masih saja sering tersipu dan malu.

Aku mengangguk, "Iya, tanya aja sama ibu kalau enggak percaya." kataku sambil memanyunkan bibir.

"Iya, aku percaya kok. Makasih ya sayang,"

Aku tersenyum, Ah! Rasanya pipiku sedang bersemu.

Bima melepaskan tangannya dari pipiku. Ia memandangi sketsanya.

"Kenapa tadi senyum-senyum liat ini?" tanyanya.

"Karena bagus."

"Bagus aja? Gak ada yang lain? Masa si? Udah jujur aja, kamu pasti sambil bayangin aku pas lagi gambar sketsa ini 'kan? Iya aku tahu kalau aku memang keren banget."

"Dih, PD tingkat dewa masnya."

"Hahahaha. Yaudah, makan sama aku yuk."

Aku mengangguk. Memang ini yang aku mau, aku sengaja belum makan sore agar bisa makan bersama Bima.

"Kamu ada urusan apa tadi?" tanyaku setelah kami duduk di ruang makan.

"Eem, ada deh,"

"Sama pacar main rahasia-rahasiaan? Males ah!" ambekku.

"Gak penting sayang. Cuma ke kafe Jordan aja tadi."

"Oooh. Jordan itu laki-laki 'kan?"

"Yaiyalah Naira. Kalau perempuan mah bukan Jordan namanya, tapi Jeni."

"Ahaha. Iya, iya bercanda tahu. Lagipula gpp kok kalau kamu ketemu sama temen perempuan juga."

"Oh iya! Aku juga tadi ketemu sama temen perempuanku,"

"Oooh gitu."

"Wah! Tambah cantik aja dia, aku tadi sempet gak kenal gitu, Nai. Biasanya kan dia suka pake celana sama rambutnya itu biasa diiket. Tapi tadi, dia cantik banget. Wah! Gak nyangka." ceritanya dengan air muka yang sangat antusias.

"Oh! Gak nanya tuh." responku tak acuh, kenapa juga sih Bima muji-muji kecantikan wanita lain, aku kan pacarnya. Sebel banget!

"Cemburu, ya?"

"Enggak. Dasar Sok tahu,"

"Gak nyangka ya, Nai. Nayla udah mau nikah aja,"

"Kok kamu tahu?"

"Tadi pas di kafe Jordan, aku ketemu dia. Ternyata calon suaminya itu Jordan, teman SMA ku itu."

"Ooh, jadi perempuan cantik yang kamu maksud itu Nayla?"

"Iya, sayang. Siapa lagi coba teman perempuanku selain dia? Oh ya, dulu ada dua, sekarang tinggal satu."

"Siapa satunya?"

"Namanya Naira. Perempuan yang lebih cantik dari Nayla, dia hobinya tidur dan natapin monitor. Dia juga yang buat aku jatuh cinta, makanya sekarang Naira bukan lagi teman, melainkan sudah menjadi kekasih hati."

"Ahahaha. Apaan sih, Bim. Gombalan kamu itu, bikin aku geli tahu gak. Udahlah, ayo makan. Keburu dingin sayurnya."

"Iya deh, nurut aja sama pacar. Lamain ya makannya, soalnya aku masih kangen." ujarnya yang masih saja betah menggodaku.

"BIMA! Gak usah kebanyakan gombal, ayo makan."

Bima tertawa lepas sekali, "Iya sayang." ujarnya kemudian.

Begitulah kebahagiaan yang mudah sekali tercipta bila bersamanya.

Sekuntum bunga layu
Oleh karena ia yang pandai merayu
Mungkinkah bunga itu sedang malu?
Ataukah ia yang berlebihan mengucap rindu?

***

POV Bima

Bahagia? Mengapa bahagia harus dipertanyakan? Karena bahagia adalah entitas yang kerap dipertontonkan, namun tak jarang menjadi ladang kebohongan. Sama halnya seperti hubunganku dengan Naira saat ini, bahagia yang sedang kuperlihatkan kepada Naira adalah kebohongan besar dibalik kesalahan yang telah kuperbuat. Apakah aku bahagia bersamanya? Tentu. Tetapi apakah bahagia yang sedang kurasa ini adalah sebenar-benarnya bahagia? Tidak, tidak ada bahagia dengan rasa yang setengah baik setengah pelik. Tidak ada bahagia dengan rasa yang tak utuh, tidak ada bahagia yang diiringi rasa takut.

Aku bertanya-tanya, mungkinkah setelah penjelasan berpendar, aku dapat merasakan bahagia yang sebenarnya? Bahagia tanpa rasa takut, bahagia dengan rasa yang utuh. Bahagia bersama Naira dan Ibu, mungkinkah aku mendapatkannya? Mungkin saja, Naira memilih benci dan aku memutuskan pergi. Entahlah apa yang akan terjadi kemudian, aku hanya percaya bahwa perencana yang handal tak mungkin akan gagal, termasuk dalam mensketsa kebahagiaan di hidupku. Aku pun berharap Naira akan terus bahagia setelah semua penjelasan yang selama ini ia tunggu terungkap.

Melihatnya sedang makan dengan perasaan gembira seperti ini membuatku makin enggan untuk menjelaskan semua yang terjadi di masa lalu, rasanya aku tidak mau menyakiti untuk kesekian kalinya, aku tidak mau menghancurkan kebahagiaan Naira begitu saja. Makin hari, aku makin menyayanginya, dan makin hari aku makin berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk yang panjang. Setelah rencana atas naskah itu gagal, aku jadi bingung bagaimana menjelaskan semua kesalahan di masa lalu kepadanya. Haruskah aku menceritakannya sekarang? Tidak! Naira sedang makan dengan penuh semringah sore ini, aku tak mungkin tega untuk mengubah suasana hatinya saat ini. Aku semakin bingung untuk berterus terang.

"Bima, mau minum," ujar Nayla dengan manja.

"Ambil sendiri," jawabku menolaknya.

"Gitu banget sama pacar." ambek Nayla.

Lantas ia mengambil minumnya sendiri dengan langkah yang dibuat kesal. Aku memang hobi membuatku kesal seperti itu, ia sangat lucu saat sedang memanyunkan bibirnya sambil menggerutu, menggemaskan bagiku. Namun suatu saat nanti, saat aku membuatnya kesal akibat kejujuran akan yang terjadi di masa lalu, bukan lagi mimik menggemaskan yang ku dapatkan tetapi mimik kemarahan yang teramat besar yang harusku terima.

"Aku antar pulang ya,"

"Gak usah!" jawabnya jutek.

"Ngambek? Pacarku ngambek?"

"Gak usah peduliin aku!"

Sudah kubilang 'kan? Naira memang menggemaskan. Ingin sekali aku gigit pipinya, namun alih-alih itu—aku memeluknya.

"Jangan ngambek dong sayang. Aku anter pulang ya, kan udah mau maghrib. Nanti pacarku yang cantik ini digoda-goda sama tukang ojek, gimana?"

"Terserah!" jawabnya masih jutek.

Aku melepaskan pelukanku dan beralih mencubit pipinya gemas.

"Kamu itu kenapa sih gemesin banget? Aku jadi gak kepengen jauh-jauh dari kamu."

Kini Naira tersenyum, "Tapi kamu sering buat aku kesel, Bim."

"Aku cuma bercanda, habisnya kamu kalau lagi kesel itu—lucu banget."

"Apaan sih!"

"Hahha, yaudah ayo pulang, nanti dicariin Ibu."

Naira menggangguk, "ayo."

Jika bahagia itu sederhana, maka rumit dimiliki oleh otak yang tak mampu sederhana.

***

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 130K 88
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž π‘©π’†π’“π’„π’†π’“π’Šπ’•π’‚ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆ π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’˜π’‚π’π’Šπ’•π’‚ π’šπ’ˆ π’ƒπ’†π’“π’‘π’Šπ’π’…π’‚π’‰ π’Œπ’† 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’ 𝒅𝒂𝒏 οΏ½...
6.4M 716K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.βžβ–«not an...
15.7M 990K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...