Waiting for You || Hyouka (Or...

Bởi Mizuraaaa

49.8K 7.6K 3.6K

Menjadi pengagum rahasia itu sulit, bukan? Haha, sialnya aku harus merasakan hal itu setiap hari. Tapi aku me... Xem Thêm

Note
END
(A/N)
Author's Side
(Y/n)'s Side (bagian 1)
(Y/n)'s Side (bagian 2)
(Y/n)'s Side (bagian 3)
Oreki's Side (bagian 1)
Oreki's Side (bagian 2)
Fukube's Side (bagian 1)
Fukube's Side (bagian 2)
Fukube's Side (bagian 3)
Waiting for You
After All
After All (2)
After All (last)
Credit Story + Promotion

Oreki's Side (bagian 3)

163 21 0
Bởi Mizuraaaa

Bukankah usahaku selama ini tidak sia-sia?

***

"HOUTAROU, BANGUNNNNNN!"

"Hah?! Ada apa?!"

Aku langsung mendudukkan diri ketika mendengar seruan itu. Sensasi pusing mulai menyerang kepalaku, belum sempat menyesuaikan diri setelah lepas dari mimpi. Aku menoleh, menatap tak habis pikir pada gadis yang tersenyum ceria sembari memamerkan depan giginya.

Eh, sebentar..

Gadis?

"HA, KAU SEDANG APA DI SINI?!" teriakku kaget, langsung meloncat ke sudut ruangan. Orang di hadapanku melakukan hal yang sama karena ikut kaget dengan suaraku, sepertinya.

"Ihh, Houtarou!" sebalnya dengan kaki menghentak-hentak lantai. "Kan aku kemarin nginep, masa lupa sih."

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"Oh, iya ya." aku menggelengkan kepalaku cepat, lalu mengusap wajahku dari atas ke bawah menggunakan telapak tangan, mencoba terlepas dari rasa kantuk sepenuhnya. "Sepertinya aku tertular sifat pelupamu karena sering berada di dekatmu."

"Sembarangan!" protes (Y/n)-chan tidak terima, aku hanya terkekeh melihat wajah sebalnya.

Aku pun bangkit dari kasur, menguap sejenak sembari menggaruk kepala belakang. Hubungan kami sudah berjalan cukup lama, jadi menginap di rumah satu sama lain rasanya bukan masalah, selama tidak di ruangan yang sama.

(Y/n)-chan tidur di kamar tamu. Awalnya aku menyuruhnya tidur di kamar yang Kakak tempati dulu saja, tapi ia merasa tidak enak harus menempati kamar orang lain, sehingga ia memilih tidur di kamar yang disediakan untuk tamu.

Pada awalnya, (Y/n)-chan selalu marah-marah karena seringkali nyasar dan berakhir menelponku untuk menanyakan jalan. Padahal masih dalam rumah yang sama, dasar dianya saja yang berlebihan.

"Jangan ngelamun, mandi sana."

Aku terperanjat kaget ketika sebuah handuk terlempar tepat pada wajahku. Mengambilnya, aku menatap datar (Y/n)-chan yang tidak menunggu waktu lama langsung keluar dari kamarku.

Meski sudah terbiasa di rumah berduaan, sepertinya (Y/n)-chan tetap takut untuk berada bersama laki-laki di kamar dalam waktu lama. Yah, aku pun tidak menyalahkan sih.

Ting tong...

"Eh?" baru saja aku keluar dari kamar, bel luar rumah berbunyi. Aku menoleh, terdiam di tempat untuk sesaat.

"Aish, siapa ya? Masa tamu sepagi ini, sih?" aku mengalihkan pandang, menatap (Y/n)-chan yang tampak sama kebingungannya. "Ya udah, aku aja yang buka, ya?" tanya (Y/n)-chan menoleh padaku.

Aku mengangguk, membiarkannya pergi membuka pintu. (Y/n)-chan langsung melenggang pergi dari tempatnya berdiri, sementara aku berbalik untuk pergi ke kamar mandi. Namun, baru satu langkah aku ambil, aku membatu.

Perasaanku tidak enak.

Aku menghela nafas pasrah. Sepertinya lebih baik aku mengikuti (Y/n)-chan.

Saat aku kembali ke ruang tengah, aku bisa melihat (Y/n)-chan mematung di depan pintu. Alisku mengernyit, kenapa dia seperti itu? "(Y/n)-chan," panggilku, yang seketika membuatnya menoleh ke belakang.

Aku melangkah menghampiri, ekspresi gugup masih terpasang pada wajah (Y/n)-chan dengan beberapa bulir keringat yang jatuh di sekitaran pelipisnya. "Kenapa? Siapa yang ke sini?" aku bertanya.

(Y/n)-chan hanya tertawa hambar, lalu menunjuk ke arah pintu dengan gerakan wajahnya. Aku menaikkan sebelah alis, setelahnya mengikuti kemana arah pandang (Y/n)-chan.

"Houtarou~~!"

"Loh, Kakak?!" aku mengerjap tidak percaya, melangkah mundur satu kali. Apa yang aku lihat di hadapanku adalah seorang gadis yang lebih pendek dariku tengah merentangkan tangan menunggu pelukan dariku. "Kakak kok pulang?"

"Heee, kau tidak mau Kakak pulang, begitu?" ia mengangkat sebelah alisnya sebal, menarik kedua tangannya untuk disimpan di atas pinggang.

"I-ini Kakakmu?"

Aku kembali mengalihkan pandangan. Telunjuk (Y/n)-chan menunjuk ke arah Kakakku dengan tatapannya yang bergantian menatapku dan Kakakku yang masih berada di luar. Bibirnya yang terbuka lebar seakan menunjukkan betapa terkejutnya dia.

"Ahh, benar~. Siapa gadis manis ini? Kenapa bisa di rumah adikku, ya~?" Kakakku tersenyum manis, menghampiri (Y/n)-chan yang tampak panik luar biasa. Aku yang melihat pemandangan aneh seperti ini hanya bisa menepuk dahi.

"A-anu, Oreki-san." (Y/n)-chan menjawab dengan gugup. "Aku, aku, aku hanya, ituuu, aku tidak, maksudku, anuu—"

"Hmm? Ada apa~?"

Aku menghela nafas berat. "Kakak, berhenti mengganggunya, jangan buat (Y/n)-chan takut."

Kakakku hanya terkekeh kecil, lalu menjauhkan dirinya dari (Y/n)-chan sehingga ia tampak mengusap dada lega. "Maaf, ekspresinya sangat lucu." ia kembali tertawa, menutupi celah bibirnya menggunakan telapak tangan.

"Hei, apa kau pacar Houtarou?"

(Y/n)-chan terlihat menggaruk tengkuknya. "Hehe, sepertinya begitu, Oreki-san."

"Heee, panggil Tomoe saja, di sini ada dua Oreki." Kakakku menepuk puncak kepala (Y/n)-chan beberapa kali, membuatnya tersenyum kecil dan mengangguk semangat. "Baik, Tomoe-san!"

"Anu, aku minta maaf karena tidak menyambut dengan baik, aku sempat lupa kalau Houtarou punya Kakak." (Y/n) menggaruk kepala belakangnya dengan wajah merona malu.

"Ahh, manis sekali, Houtarou benar-benar pandai mencari kekasih!" seru Kakak berlebihan. "Tak apa, tak apa, ini bukan salahmu."

"Benar, ini bukan salahmu, karena ini salah Kakakku yang pulang tanpa memberi kabar."

"Hei!" protes Kakak mendengar perkataanku.

"Ah lalu, kalian sedang apa sekarang?" tanya Kakak, menatap (Y/n)-chan dan aku bergantian.

"Tadinya aku mau mandi, tapi tidak jadi karena ingin melihat siapa tamu yang datang, ternyata Kakak," jelasku yang diangguki oleh (Y/n)-chan. "Benar, aku juga mau membuat sarapan. Tomoe-san, apa ada yang kau inginkan? Aku bisa membuatkannya."

"Wahh, benarkah?" tanya Kakak dengan mata berbinar, menyatukan kedua tangannya di depan mulut. "Kau pandai memasak, ya?"

Aku mendengus kecil, lantas menyandarkan bagian samping tubuhku ke dinding karena mulai pegal. Dengan melipat kedua tangan di depan dada, aku membalas bangga, "Tentu saja, makanan buatan (Y/n)-chan itu paling enak, tau."

"Hooo, begitukah." Kakak mengangguk-angguk. "Kalau begitu, kita harus memasak bersama! Ayo— siapa tadi namanya? (Y/n)-chan? Kita buat banyak makanan sampai Houtarou tidak bisa menghabiskannya!" seru Kakak semangat, meraih kedua bahu (Y/n)-chan yang tertawa canggung sembari mendorongnya menuju dapur.

Ketika melewatiku, Kakak menyempatkan diri mengacak suraiku dengan tangannya. "Cepat mandi sana, kau bau, penampilanmu buruk sekali di hadapan pacarmu."

Memutar bola mata malas, aku berkata, "Kau baru pulang sudah menyebalkan, Kak. Sana masak saja!"

Kakak tertawa kecil, lalu melenggang pergi dengan (Y/n)-chan dalam rangkulannya. "Iya, iya~ aku akan memastikan (Y/n)-chan tidak memasukkan racun ke dalam makanannya~!" ia melambaikan tangan tanpa menoleh ke belakang lagi.

"Tomoe-san, mana mungkin aku melakukan itu ...," lirih (Y/n)-chan sweatdrop.

"Sstt, kita masukkan saja diam-diam, reaksinya pasti akan sangat bagus."

"Anu, bukannya Houtarou bisa saja mati, ya?"

"Biar saja~"

Aku menghela nafas berat. Dasar Kakak gila, dia pikir aku tidak mendengarnya, apa?

Ya sudah lah, aku harus segera mandi.

.
.
.

Aku baru selesai mandi setelah beberapa menit berlalu. Keluar dari kamar mandi, yang langsung kulihat adalah dua perempuan tengah berkutat dengan tugasnya di dapur. Sesekali terdengar tawa dari mereka.

Aku berdeham, menyandarkan samping tubuhku pada dinding. "Asik banget kayaknya."

Keduanya menoleh ke belakang serempak. Sementara (Y/n)-chan terkekeh geli, Kakak menjulurkan lidahnya, seakan meledek terhadapku. "Ini urusan cewek, pergi sana! Jangan ikut-ikutan."

Aku menyipitkan mata, kesal dengan perlakuan Kakak yang seenaknya padahal baru saja datang. Sifat menyebalkannya benar-benar tidak pernah hilang. Jika dia tidak bisa bela diri sudah aku usir dari dulu.

Namun, melihat interaksi mereka, diam-diam aku tersenyum kecil. Aku senang karena tampaknya (Y/n)-chan nyaman dengan keberadaan Kakak. Aku sempat khawatir Kakak tidak menyukai (Y/n)-chan, tapi ternyata kekhawatiranku sia-sia.

Menghembuskan nafas sembari mengulas senyum, aku pun berbalik, lantas melambaikan tangan meskipun tau mereka tak melihatnya karena sedang asik sendiri. "Ya sudah, aku tunggu di meja makan, ya. Jangan lama."

"Iya, tuan muda," canda Kakakku yang kemudian terdengar gelak tawa (Y/n)-chan setelahnya.

Aku tak mengindahkan dan meneruskan langkahku menuju meja makan. Mendudukkan diri di sana, aku mulai menenggelamkan kepalaku pada kedua tangan yang terlipat. Ahh, ngantuk sekali, jika tak ada siapa-siapa aku bisa saja bangun tengah hari nanti.

Beberapa menit terlewati, aku mendengar derap langkah yang membuatku mengangkat kepala. Tersenyum tipis, aku pun menegakkan tubuhku kembali ketika Kakak dan (Y/n)-chan membawa beberapa piring ke atas meja.

Kakak dan (Y/n)-chan ikut duduk, dengan aku berhadapan bersama (Y/n)-chan. Kakak duduk di sebelahnya. Dengan malas ditambah rasa kantuk, aku mengambil satu piring bagianku untuk menyantapnya.

Aku sudah pernah merasakan makanan buatannya, jadi tidak terlalu terkejut karena ini memang sangat enak. Namun, tampaknya Kakak benar-benar baru terhadap rasanya.

"Wah! Enak banget!! (Y/n)-chan jago banget masak, ya!"

"Apa aku bilang." Aku mengangkat alis angkuh, membuktikan bahwa ucapanku benar, sementara Kakak tertawa kecil karenanya. "Pandai juga kau mencari pacar, Houtarou."

Aku memutar bola mata, kemudian memalingkan wajahku yang sepertinya merona tipis. Setelahnya aku bisa mendengar tawa (Y/n)-chan, ia selalu saja begitu ketika diberi pujian.

"Tidak, Tomoe-san juga kan membantuku, jadi ini bukan murni buatanku," ujarnya dengan malu-malu.

Aku yang muak menghembuskan nafas kesal. "(Y/n)-chan, bisa tidak kau Terima saja ketika dipuji?"

(Y/n)-chan berkedip beberapa kali, tampak kebingungan, tapi kemudian menggaruk kepala belakangnya. "Haha, aku hanya merasa tidak pantas mendapatkannya." ia tertawa hambar.

"Heee, kau ini tidak boleh begitu!" sahut Kakak tiba-tiba. "Kau pantas menerima pujian karena sudah bekerja keras, itu hal yang wajar, tau," ucapnya sembari memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya.

Aku mengangguk menanggapi. "Untuk kali ini, aku setuju dengan perkataan Kakak."

"Jadi biasanya tidak setuju, begitu?!"

"Kakak kan kalau bicara suka ngelantur."

"Apa kau bilang?!"

Aku baru saja ingin kabur dari amukan Kakak, sampai aku melihat (Y/n)-chan tengah tertawa penuh keceriaan dengan pipinya yang memerah tipis. Aku bergeming, menatap lekat terhadap mata dan bibir yang membentuk lengkungan manis dan suara gelak yang lembut itu.

Ternyata sampai kapanpun tawa (Y/n)-chan selalu menjadi sesuatu yang aku sukai.

Bagaimana caranya mengatakan bahwa aku benar-benar mencintainya sebesar itu, ya?

"Oh ya, Tomoe-san, aku kira kau sedang berada di Indonesia."

Aku berkedip beberapa kali, menyadari tawa (Y/n)-chan ternyata sudah terhenti dan berganti menjadi tanya. Oh gawat, mungkin aku sampai berhalusinasi bahwa senyuman di bibirnya itu adalah suatu hal yang abadi.

"Indonesia, ya?" Kakak mendongak sembari mengetuk dagunya beberapa kali. "Itu sudah lamaaaa, sekali. Sebelum kemari aku baru saja pulang dari India."

Wajah (Y/n)-chan tampak terkejut, tapi berbinar di saat bersamaan. Dia lucu, terlihat sekali (Y/n)-chan sangat tertarik dengan obrolan ini. "Wah, setelah dari Indonesia Tomoe-san langsung pergi ke India?"

"Ah, tidak tidak." Kakak menggeleng. "Dari Indonesia aku sempat pergi ke Filipina, lalu Singapura, aku juga mengunjungi Italia sebentar, lalu ke Brazil, bahkan setelahnya aku mengunjungi Lebanon. Setelah beberapa negara lagi akhirnya aku pergi ke India, dan memutuskan pulang untuk menemui adikku yang tersayang ini~!"

Ekspresi wajah (Y/n)-chan sepertinya tidak bisa dikendalikan lagi. Baik mata dan bibirnya terbuka lebar mendengar penjelasan Kakak. Yah, Kakak memang gila sih, kalau aku jadi (Y/n)-chan aku juga akan kaget.

"Tomoe-san, itu sangat keren!" ujar (Y/n)-chan semangat dengan kedua tangannya yang terkepal digoyang-goyangkan.

Kakak hanya tertawa kecil dengan punggung tangannya yang menutupi celah bibir. "Yah, itu sangat menyenangkan, aku sangat suka berpetualang, itulah mengapa aku melakukannya."

"Haaa~, Tomoe-san, kau benar-benar hidup dalam mimpiku." (Y/n)-chan menyandarkan kepalanya pada meja makan, ia terlihat lemas setelah semangatnya yang terlalu besar sebelumnya. Mungkin ia sedih? Haha, apapun itu, dia tetap lucu.

"Tenang saja, kapan-kapan aku akan mengajakmu pergi menjelajahi dunia bersama!"

"Benarkah?!" semangat (Y/n)-chan yang sempat hilang seketika kembali dengan matanya yang berapi-api. "Yap, tentu saja!" jawab Kakak memiringkan kepala dengan senyum manisnya.

(Y/n)-chan tampak sangat bahagia mendengarnya, bahkan tatapan matanya sangat bercahaya sampai Kakak merasa kesilauan karenanya. Aku hanya bisa menggelengkan kepala, tertawa kecil melihat interaksi Kakak dan (Y/n)-chan.

"Hei, kalian tau makanan kalian akan dingin kalau terus mengobrol, kan?"

Kakak dan (Y/n)-chan menatapku serempak, seketika berseru kaget bersamaan.

"AH, BENAR!//AH, BENAR!!"

Mereka ini, dasar.

.
.
.

"(Y/n)-chan?"

(Y/n)-chan menoleh dari tempatnya, kemudian mengulas senyum tipis. Aku yang sedari tadi mencari (Y/n)-chan akhirnya menemukannya pun segera melangkahkan kaki mendekat, berdiri di sampingnya yang tengah berkutat dengan piring kotor.

"Padahal kau tidak perlu langsung mencucinya, biar Kaka saja, biar dia berguna sedikit."

Mendengar penuturanku, (Y/n)-chan tergelak. Ia menggeleng beberapa kali, masih dengan lengkungan di bibirnya, ia membalas santai, "Tak apa, lagipula aku bosan, jadi kurasa lebih baik mencuci piring saja."

"Kau terlalu rajin, (Y/n)-chan."

"Biasanya tidak begini, kau tau kan aku seperti apa?"

"Oh, benar. Duniamu hanya tentang tidur dan cemilan."

(Y/n)-chan kembali tertawa. "Ya, benar sekali, tapi sekarang ada satu lagi selain dua hal itu."

Aku menaikkan sebelah alis, sedikit bertanya-tanya. Memangnya (Y/n)-chan punya ketertarikan baru akhir-akhir ini? Kurasa tidak, seharian jika tidak ada aku pasti kerjaannya cuma tidur. Lelah mengira, aku memutuskan bertanya, "Apa?"

"Kau."

Hahh, apaan sih. Dengan tanpa dosanya, (Y/n)-chan malah terkikik geli sementara sesuatu dalam dadaku terasa berdisko ria sekarang ini. Memang berada di dekat (Y/n)-chan dalam mode gombalnya tidak baik untuk jantung.

"Daripada itu, bagaimana kau dengan Kakak?"

"Maksudmu?"

"Ya maksudku, apakah kalian berhubungan dengan baik? Dia tidak menjahilimu, kan?"

(Y/n)-chan terlihat berdiam diri setelah pertanyaan itu keluar dari bibirku. Namun, aku sadar dalam diamnya (Y/n)-chan tengah mengulas senyum hangat. "Tidak, justru aku sangat nyaman ketika berada di dekatnya."

"Tomoe-san orang yang menyenangkan, aku jadi lebih mudah akrab dengannya. Dia juga sangat baik dan ramah, sikapnya membuat kami terasa seperti teman lama, aku benar-benar senang bisa bertemu dengannya hari ini."

Melihatnya bercerita dengan kebahagiaan yang terpancar dari matanya membuatku tersenyum. Aku sudah cukup lama bersama dengannya. Menemani dirinya di saat apapun dan kapanpun. Jadi aku sangat tau apa yang tengah dirasakannya saat ini.

"Aku anak tunggal, dulu aku seringkali merasa kesepian. Meskipun ada Fukube-kun dan Kei, mereka tak lebih hanya menjahiliku."

Ucapan (Y/n)-chan terhenti membuatku mengernyit. Ia menunduk, melanjutkan ucapannya dengan nada sendu. "Sepertinya memiliki Kakak perempuan akan sangat menyenangkan."

Aku memiringkan kepala, mencoba menjangkau wajahnya yang menunduk. (Y/n)-chan tampak sedikit terkejut dengan kepalaku yang tiba-tiba berada di hadapannya, sehingga ia melangkah mundur satu kali.

"Kau tau, kau bisa memiliki Kakak perempuan jika kau mau." aku menarik kepalaku kembali ketika melihat (Y/n)-chan sedikit tidak nyaman dengan posisi sebelumya. "Oh ya? Bagaimana?" tanya (Y/n)-chan menolehkan kepala padaku.

"Ambil saja Kakakku itu, lagipula dia menyusahkan."

"Houtarou ..., tak boleh berbicara seperti itu."

Aku menutup celah bibirku dengan punggung tangan ketika mengeluarkan kekehan kecil. Menggeleng sejenak, aku menatap (Y/n)-chan kembali dengan senyum lembut yang terukir di bibirku.

"Tapi, serius, anggap saja Kakak sebagai Kakakmu sendiri."

"Kau sendiri pun tau, kan? Semua milikku adalah milikmu juga, jadi kau tidak perlu merasa sedih seperti itu. Kau boleh memiliki semuanya, bahkan aku sendiri, adalah milikmu sepenuhnya."

Kedua mata (Y/n)-chan melebar sempurna, diikuti dengan warna kulitnya yang perlahan berubah menjadi semerah tomat. Kemudian di detik selanjutnya (Y/n)-chan sudah tidak lagi menghadap padaku. Ia menunduk dalam dengan kedua tangannya menutupi wajah erat.

"H-houtarou ..., bicaramu berlebihan."

"Hahaha, biar~"

.
.
.

"(Y/n)-chan, kau sudah mau pulang? Kenapa tidak menginap lagi saja?"

"E-eh?! Tomoe-san tau semalam aku menginap?!"

"Tentu saja, lagipula siapa gadis yang mau mengunjungi rumah pacarnya di jam tujuh pagi?"

Aku menggeleng tak habis pikir dengan helaan nafas yang entah sudah keluar berapa kali hari ini. Kakak tiba-tiba saja terus menggoda (Y/n)-chan sehingga dia tampak sedikit terganggu. Ketika aku menegur Kakak, Kakak malah tak mendengarkan. Dasar.

Memilih tak mengindahkan, aku berfokus pada (Y/n)-chan yang sekarang sudah berada di luar rumah. "(Y/n)-chan, kau serius tidak mau diantar?" tanyaku dengan nada khawatir, tidak ingin ia kenapa-kenapa di jalan nanti.

(Y/n)-chan mengangguk dengan tatapan yakinnya. "Iya, tenang saja! Lagipula aku mau berkunjung ke rumah temanku sebentar, tidak jauh dari sini, jadi tidak perlu di antar."

Aku hanya bisa menghela nafas lelah, tak bisa menentang jika dia sudah berbicara seperti itu. "Baiklah." (Y/n)-chan terdengar tertawa kecil melihatku yang pasrah seperti ini.

"Ehh? Apa itu?!" seruan Kakak seketika membuatku dan (Y/n)-chan menatapnya serempak, lalu beralih pada apa yang ditatap Kakak. "Kau punya kalung yang indah, (Y/n)-chan!"

(Y/n)-chan terdiam, tetapi kemudian mengeluarkan helaan nafas sembari mengulas senyum. Menunduk, ia meraih liontin dari kalung yang melingkar di lehernya. "Iya, ini memang benar-benar indah."

Kakak mengangguk dengan semangat. "Iya! Apa Houtarou yang memberikannya untukmu?" aku seketika tersentak mendengar pertanyaan dari Kakak.

(Y/n)-chan tampak tertawa canggung, perlahan menggeleng walau terlihat jelas keraguan dalam wajahnya. Ia sedikit tidak nyaman, aku tau itu. Tapi apapun yang terjadi dia tetap mengukir senyuman di bibirnya.

"Ahh, tidak." ia menggeleng dengan tangannya yang mengibas di depan dada. Menunduk, ia kembali menatap liontin biru muda cerah itu. "Ini milikku, hanya milikku."

Hening.

Suasana mulai canggung di menit selanjutnya. Kakak tampaknya mengerti hal itu dengan tidak bertanya lagi pada (Y/n)-chan. Kakak terlihat merasa bersalah sudah membuat (Y/n)-chan sedih.

"Dan lagipula, Tomoe-san."

(Y/n)-chan menyimpan kepalan tangannya di depan bibir, tampak berdehem sembari memalingkan wajahnya, mencoba menghindari kontak mata denganku yang menaikkan sebelah alis. "Houtarou itu, tidak pernah memberikannya sesuatu."

"Hei, apa-apaan?!" protesku tidak terima. "Aku memang tidak memberikan apapun, tapi uangku selalu habis untuk membelikanmu makanan! Kau pikir sebanyak apa kau jajan dalam sehari?!"

(Y/n)-chan tertawa keras tanpa menunjukkan rasa bersalah dalam wajahnya. Ia segera berbalik dan berlari, tetapi menyempatkan diri menoleh sembari melambaikan tangannya. "Yah, pokoknya aku pergi! Hahaha! Sampai nanti!"

Aku berdecak, terlanjur sebal dengan sikapnya yang membuatku terlihat buruk di dengan Kakak. Sekarang, lihat apa yang dilakukan Kakak. Ia menatapku dengan pandangan kecewa seperti aku sudah melakukan suatu kejahatan, menggeleng dengan decakan lidah beberapa kali.

"Kau pacar yang buruk, Houtarou."

"Kakak! Jangan ikut-ikutan!"

"HAHAAHAHA!"

Kakak tertawa puas lalu meninggalkanku di depan pintu, masuk ke dalam rumah. Aku yang dalam satu hari ini harus menghadapi dua perempuan menyebalkan hanya bisa menghela nafas berat, ini hari yang melelahkan.

Sebelum masuk ke rumah mengikuti Kakak, aku menyempatkan diri menatap ke arah kepergian (Y/n)-chan. Aku termenung. Aku tau sekali tindakan (Y/n)-chan barusan adalah untuk mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin aku terluka karena terus membicarakan Satoshi.

Sebenarnya aku tau seberapa keras (Y/n)-chan berusaha melupakan Satoshi. Namun, apapun yang terjadi, memang sepertinya Satoshi tak bisa lepas dari pikiran (Y/n)-chan.

Aku tidak marah, sama sekali tidak. Aku sangat mengerti bagaimana (Y/n)-chan menganggap Satoshi. Bahkan sebenarnya aku tak ingin (Y/n)-chan menyiksa dirinya sendiri dengan melupakan Satoshi jika itu memang sulit untuknya.

Aku tidak cemburu apalagi takut apabila (Y/n)-chan malah menyukai Satoshi. Menurutku, Satoshi itu bukan 'laki-laki lain' bagi (Y/n)-chan, tetapi adalah bagian dari dirinya sendiri. Itu adalah hubungan yang lebih luar biasa dari sekedar mencintai.

Dengan alasan tidak ingin melukaiku, dia malah membuat dirinya sendiri tersiksa karena harus memaksakan diri melupakan sahabatnya yang sudah bersama bertahun-tahun lamanya. Padahal, dibandingkan melupakan Satoshi,

Aku lebih ingin (Y/n)-chan bahagia dengan dirinya sendiri sekarang ini.

Membalikkan badan, aku pun segera memasuki rumah.

.
.

"Houtarou."

Aku menghentikan langkah, menoleh sejenak ke arah suara itu berasal. Melihat Kakak yang tengah menonton TV sembari memakan cemilan ringan membuatku mengurungkan niat untuk pergi ke kamar, dan memilih duduk di sampingnya.

"Ini makananku di kulkas, seenaknya saja kau ambil." aku merebut makanan di tangan Kakak, tak peduli apabila ia memasang wajah sedih karenanya. "Ih, gaboleh pelit sama saudara sendiri."

"Terserah. Beli sendiri sana."

Kakak menghela nafas tidak rela, terlihat kehilangan semangat untuk hidup.

"Oh iya, Houtarou, apa (Y/n)-chan itu orang yang pernah kau bicarakan ketika kau kecil?"

Aku terdiam dengan pertanyaan tiba-tiba dari Kakak. Menjatuhkan tatapan ke bawah, aku bergeming, memikirkan apa aku harus mengatakannya atau tidak. "Iya," jawabku singkat, tak punya pilihan lain.

"Hmm, ternyata dia ya gadis yang membuatmu terlihat seperti orang gila karena mati-matian mencarinya."

"Berisik."

Aku mendengar tawa puas Kakak di sampingku yang sangat menyebalkan. Aku hanya mendengkus, tak ingin menanggapi lebih jauh. Hening pun menghampiri setelahnya, membuat suasana menjadi canggung untuk sementara.

"Hei, Houtarou."

"Apa?"

Hening lagi. Aku tidak mengerti kenapa Kakak memanggilku tapi tak mengucapkan apa-apa lagi setelahnya. Memang aneh.

"(Y/n)-chan itu menyenangkan, ya. Dia gadis yang ceria, aku senang bisa mengenalnya."

Aku bergeming, tak kunjung membalas perkataan Kakak. Namun, dalam diamku aku merasa tenang dan sangat lega. Aku lega Kakak bisa melihat (Y/n)-chan sebagaimana aku melihatnya.

"(Y/n)-chan anak yang baik, tolong jaga dia ya, awas kalau kau melukainya."

Seperti yang kuduga,

Kakak bangkit dari tempat duduknya, lalu mengacak suraiku sebelum akhirnya pergi dari hadapanku. Aku mengulas senyum lembut.

Ternyata menunggunya selama ini adalah keputusan yang tepat.

"Tentu saja, Kakak."

⛧⛧⛧

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

155K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
79.3K 13.7K 19
(FOLLOW DULU SEBELUM BACA!) Sederhananya ini kisah dari Kahfi dan juga Nafisha yang dipertemukan kembali setelah sekian lama terpisahkan. Dipertemua...
9.3K 694 7
Haechan sendirian beberapa tahun belakangan, mereka menganggap dirinya seperti orang asing. Hingga ia mulai menjauh, mereka menariknya untuk kembali.
170K 26.9K 45
Seorang gadis kecil yang selama 7 tahun hidup dalam sangkar emas dilepas begitu saja pada dunia bebas oleh orang tuanya yang khawatir ia akan membawa...